Ma’asyiral
muslimin
yang dirahmati Allah Subhaanahu Wa Ta’alaa…
Mengiringi
1 Syawal tahun ini, umat Islam dihadapkan pada kondisi yang terkesan paradoks
(berlawanan). Satu sisi kegembiraan karena telah berhasil menyelesaikan tugas
ibadah di Ramadhan, sisi lainnya adalah rasa sedih tak
terkira karena Ramadhan meninggalkan kita. Betapa tidak?
Ramadhan adalah
masa-masa penuh semangat berbuat kebaikan, lebih dari bulan-bulan selainnya.
Tidak ada bulan yang malam dan siang harinya, umat Islam begitu semangat
berbuat kebaikan, semisal membaca dan mempelajari Al Quran, shadaqah, peduli
sesama, saling memaafkan, menahan amarah, dan kebaikan lainnya… kecuali
sepanjang hari-hari Ramadhan.
Ya
Allah… terimalah semua ibadah kami selama Ramadhan, dan izinkan kami berjumpa
lagi di tahun depan…
Di
Ramadhan tahun ini pula, bangsa tercinta menghadapi dua kondisi sekaligus.
Walaupun seluruh proses belum usai, pergantian kepemimpinan nasional selalu
memberikan harapan besar terhadap upaya menuju negeri yang lebih baik. Di sisi
lain, air mata kesedihan, duka yang mendalam, perasaan sakit yang tertahan,
doa-doa yang diiringi tumpahnya air mata dalam qunut nazilah, terdengar
begitu menyayat kalbu mengiringi pembantaian kaum muslimin yang sebagian besar
adalah anak-anak dan perempuan di bumi kelahiran Imam Syafi’i, Gaza Palestina
oleh Zionis Yahudi la’natuLlaah ‘alayhim… Demikian juga di Xinjiang,
Suriah, Mesir, dan belahan bumi lainnya.
Ya
Allah tolonglah saudara-saudara kami di Gaza dan belahan bumi lainnya dari
kezhaliman tentara musuh-musuhMu, kuatkan iman mereka, kokohkan barisan mereka…
Ma’asyiral
muslimin
yang senantiasa mengharap cinta Allah Subhaanahu Wa Ta’alaa…
Dalam
kondisi seperti itulah, dialog antara sahabat mulia Hudzaifah al Yaman radliyaLlaahu
‘anhu dan Rasulullah ShallaLlaahu ‘alayhi Wassalam pantas kita simak
baik-baik.
Dari
Hudzaifah Ibnul Yaman radliyaLlaahu ‘anhu berkata, ‘Manusia bertanya
kepada Rasulullah ShallaLlaahu ‘alayhi Wassalam tentang kebaikan,
sedangkan aku bertanya kepada beliau tentang keburukan karena khawatir
jangan-jangan menimpaku’.
Maka aku bertanya, ‘Wahai Rasulullah, sebelumnya
kita berada di zaman Jahiliah dan keburukan, kemudian Allah mendatangkan
kebaikan ini. Apakah setelah ini ada keburukan?’
Beliau
bersabda, ‘Ada’. Aku bertanya, ‘
Apakah
setelah keburukan itu akan datang kebaikan?’
Beliau
bersabda, ‘Ya, akan tetapi di dalamnya ada dakhanun’.
Aku
bertanya, ‘Apakah dakhanun itu?’
Beliau
menjawab, ‘Suatu kaum yang menyunnahkan selain sunnahku dan memberi petunjuk
dengan selain petunjukku. Jika engkau menemui mereka maka ingkarilah’.
Aku
bertanya, ‘Apakah setelah kebaikan itu ada keburukan?’
Beliau
bersabda, ‘Ya, dai–dai yang mengajak ke pintu Jahanam. Barang siapa yang
mengijabahinya, maka akan dilemparkan ke dalamnya’.
Aku
bertanya, ‘Wahai Rasulullah, berikan ciri-ciri mereka kepadaku’.
Beliau
bersabda, ‘Mereka mempunyai kulit seperti kita dan berbahasa dengan bahasa
kita’.
Aku
bertanya, ‘Apa yang engkau perintahkan kepadaku jika aku menemuinya?’
Beliau
bersabda, ‘Berpegang teguhlah pada Jamaah Muslimin dan imamnya’.
Aku
bertanya, ‘Bagaimana jika tidak ada jamaah maupun imamnya?’
Beliau
bersabda, ‘Hindarilah semua firqah itu, walaupun dengan menggigit pokok pohon
hingga maut menjemputmu sedangkan engkau dalam keadaan seperti itu’.
(Bukhari VI/615-616,
XIII/35. Muslim XII/135-238 Baghawi dalam Syarh Sunnah XV/14. Ibnu Majah no.
3979. Hakim IV/432. Abu Dawud no.4244-4247.Baghawi XV/8-10. Ahmad V/386-387)
Ma’asyiral
muslimin
yang senantiasa mengharap kasih sayang Allah Subhaanahu Wa Ta’alaa…
Al
Quran Mengajarkan Kejayaan Umat
Melalui
redaksi yang beragam, Allah Subhaanahu Wa Ta’alaa dan Rasul-Nya ShallaLlaahu
‘alayhi Wassalam mengajarkan kepada umat-Nya tentang kemenangan atau
kejayaan.
“Dan
janganlah kamu (merasa) lemah, dan jangan (pula) bersedih hati, sebab kamu
paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang yang beriman” (QS Ali Imran: 139)
“Orang-orang
yang beriman, berhijrah, dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwa
mereka, adalah lebih tinggi derajatnya di sisi Allah. Mereka itulah orang-orang
yang mendapat kemenangan. Tuhan mereka menggembirakan dengan memberikan rahmat,
keridhaan, dan surga. Mereka memperoleh kesenangan yang kekal di dalamnya” (QS
At Taubah: 20 – 21)
“…niscaya
Allah mengampuni dosa-dosamu dan memasukkanmu ke dalam surga yang mengalir di
bawahnya sungai-sungai dan tempat tinggal yang baik di surga ‘Adn. Itulah
kemenangan yang besar. Dan karunia lain yang kamu sukai, (yaitu) pertolongan dari
Allah dan kemenangan yang dekat (waktunya). Dan sampaikan kabar gembira bagi
orang-orang beriman” (QS As Shaf: 12 – 13)
Sebagai
orang beriman, tentu kita yakin dengan janji-Nya. Hanya yang perlu dikuatkan
adalah syarat-syarat untuk mendapatkan janji-Nya tersebut. Seorang ulama,
Ustadz Hasan al Banna rahimahuLlaah, berpesan, “…sungguh sebuah
pemikiran akan meraih kemenangan ketika keimanan kepadanya kuat, ikhlas
mengiringi perjalanannya, semangat yang menggelora, dan kesiapan berkorban dan
kemauan bekerja dalam mewujudkannya…” (Risalah Kepada Para Pemuda: 70).
Ma’asyiral
muslimin
yang senantiasa mengharap keridhaan Allah Subhaanahu Wa Ta’alaa…
Teguhlah
dalam Menyongsong Kejayaan
Keyakinan
yang kuat, keikhlasan, semangat tak pernah pudar, dan kesiapan berkorban hanya
dapat dijumpai di dalam diri manusia-manusia yang memiliki keteguhan (ats
tsabat).
Ramadhan
telah mengajarkan kesabaran dan keteguhan, sebagaimana pesan Nabi Muhammad ShallaLlaahu
‘alayhi Wassalam dalam sebuah hadits, “Ramadhan adalah bulan sabar”.
Tetapi perjalanan hidup yang panjang tidak akan cukup jika hanya dibekali
kesabaran selama sebulan, perlu bekal lebih banyak setelah tempaan satu bulan
kemarin.
Bekal
itu adalah…
Pertama, teruslah menjadi
sahabat Al Quran.
Allah
Subhaanahu Wa Ta’alaa berfirman, “Dan orang-orang kafir berkata,
’Mengapa Al Quran itu tidak diturunkan kepadanya sekaligus?’ Demikianlah, agar
Kami memperteguh hatimu dengannya dan Kami membacakannya secara tartil” (QS
Al Furqan: 32).
Ramadhan
mengajarkan bagaimana seharusnya muslim berinteraksi dengan Al Quran. Interaksi
yang memberi ruh (jiwa)… Interaksi yang menghidupkan… Interaksi yang
menggerakkan pembacanya…
“Dan
demikianlah Kami wahyukan kepadamu (Muhammad) ruh (Al Quran) dengan perintah
Kami. Sebelumnya engkau tidaklah mengetahui apakah kitab Al Quran dan apakah
iman itu, tetapi Kami jadikan Al Quran itu cahaya, dengan itu Kami memberi
petunjuk siapa yang Kami kehendaki di antara hamba-hamba Kami. Dan sungguh,
engkau benar-benar membimbing manusia kepada jalan yang lurus” (QS As Syuuraa: 42).
“Wahai
orang-orang yang beriman penuhilah seruan Allah dan Rasul, apabila Dia
menyerumu kepada sesuatu yang memberi kehidupan kepadamu. Dan ketahuilah bahwa
sesungguhnya Allah membatasi antara manusia dan hatinya. Dan sesungguhnya kepada-Nyalah
kamu akan dikumpulkan” (QS Al Anfaal: 24).
Sehingga
pantas orang-orang yang ingkar pada-Nya, sangat takut jika seorang mukmin
tersadar bagaimana seharusnya dia berinteraksi dengan Al Quran. “Dan
orang-orang yang kafir berkata, ‘Janganlah kamu mendengarkan bacaan Al Quran
ini, dan buatlah kegaduhan terhadapnya agar kamu dapat mengalahkan mereka” (QS
Fushilat: 26).
Kedua, ikutilah
langkah-langkah generasi teladan.
“Dan
semua kisah rasul-rasul, Kami ceritakan kepadamu (Muhammad) agar dengan kisah itu,
Kami teguhkan hatimu. Dan di dalamnya telah diberikan kepadamu segala
kebenaran, nasihat, dan peringatan bagi orang yang beriman” (QS Huud: 120).
Sangat
pantas ketika memerhatikan firman Allah Subhaanahu Wa Ta’alaa, “Dan
orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama masuk Islam di antara orang-orang
muhajirin dan Anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah
ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepada Allah. Allah menyediakan bagi
mereka surga-surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai. Mereka kekal di
dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang agung” (QS At Taubah: 100).
Imam
Malik rahimahuLlaah berpesan, “Umat ini tidak akan meraih kejayaan,
kecuali dengan (mengikuti) apa yang telah menjadikan umat terdahulu berjaya”.
Ketiga, teruslah
berkarya yang terbaik.
Ingatlah
kisah Bani Israil yang membangkang kepada perintah Allah sehingga kemurkaan-Nya
tertimpa kepada mereka. “Mereka berkata, ‘Wahai Musa sampai kapanpun kami
tidak akan memasukinya selama mereka masih ada di dalamnya. Karena itu pergilah
engkau bersama Tuhanmu dan berperanglah kamu berdua, biarlah kami tetap menanti
di sini saja” (QS Al Ma’idah: 24).
Sebaliknya,
yang seharusnya senantiasa kita jalani adalah pesan Allah di dalam surat An
Nisa ayat 66, “Dan sekalipun telah Kami perintahkan kepada mereka, ‘Bunuhlah
dirimu atau keluarlah kamu dari kampung halamanmu’ Ternyata mereka tidak
melakukannya kecuali sebagian kecil dari mereka. Dan sekiranya mereka
benar-benar melaksanakan perintah yang diberikan, niscaya itu lebih baik bagi
mereka dan lebih meneguhkan iman mereka”.
Atau
dalam firman-Nya, “Dan Dialah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam
masa, dan ‘Arsy-Nya di atas air agar Dia menguji siapakah di antara kamu yang
lebih baik amalnya. Jika engkau berkata kepada penduduk Makkah, ‘Sesungguhnya
kamu akan dibangkitkan setelah mati’, niscaya orang kafir itu akan berkata,
‘Ini hanyalah sihir yang nyata’. (QS Huud: 7)
Keempat, serahkan semua
hasil dengan munajat pada Allah.
Nabi
mengajarkan melalui sunnahnya untuk memperbanyak doa keteguhan iman. Siapa yang
dapat menjamin tetapnya hati kita dalam keimanan, kecuali atas izin-Nya? “Wahai
Yang Membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku dalam diin-Mu”.
Ma’asyiral
muslimin
yang senantiasa mengharap keridhaan Allah Subhaanahu Wa Ta’alaa…
Keempat
bekal di atas dapat terwujud jika keyakinan akan janji-Nya, keikhlasan terhadap
setiap putusan-Nya, semangat memperjuangkan keyakinan tersebut, dan kemauan
berkorban serta bekerja sebaik-baiknya terus berada dalam jiwa-jiwa kaum
muslimin. Tentu yang tidak kalah pentingnya adalah kebersamaan dalam barisan (shaff)
yang kokoh. Agar kelak Allah Subhaanahu Wa Ta’alaa mewujudkan cinta-Nya
pada kita…
“Sesungguhnya
Allah mencintai orang-orang yang berperang di jalan-Nya dalam barisan yang
teratur, mereka seakan-akan seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh” (QS Ash Shaff: 4)
Sumber:
http://www.dakwatuna.com/2014/07/27/55121/khutbah-idul-fitri-1435-h-kembali-ke-al-quran-meraih-kejayaan-umat/#ixzz38gYX1DJT
Follow us: @dakwatuna on Twitter | dakwatunacom on Facebook
Follow us: @dakwatuna on Twitter | dakwatunacom on Facebook
Tidak ada komentar:
Posting Komentar