Peristiwa Nuzul Alquran
merupakan momentum untuk menanamkan kembali nilai-nilai Alquran kepada tiap
individu Muslim, mendorong setiap Muslim berperan aktif dan berkonstibusi
maksimal dalam kehidupan dunia.
Allah SWT
menugaskan Rasulullah SAW untuk memberikan keterangan yang lengkap mengenai
dasar-dasar akidah, syariah dan akhlak: “Kami telah turunkan kepada-mu
Al-Qur’an untuk kamu terangkan kepada manusia apa-apa yang diturunkan kepada
mereka agar mereka berfikir” (QS 16:44).
Rasulullah SAW pernah
ditanya oleh salah seorang sahabat,
apa yang harus kita kerjakan dalam kehidupan
dunia ?
Beliau menjawab
Muamalah atau hubungan antarmanusia.
Mengapa hubungan antar manusia menjadi
prioritas Nabi, karena hakikatnya hubungan antar manusia adalah kunci utama
dalam kehidupan
Allah SWT tidak akan mengampuni kesalahan hambanya, jika seorang hamba itu tidak bisa memaafkan antarsesama atau antarmanusia. Ini artinya jalinan hubungan antarmanusia (Habulumminannas) memiliki urgensi yang utama serta vital dihadapan-NYA. Sehingga apabila seorang hamba akan melakukan hubungan dengan Allah SWT (Hablumminallah), alangkah baiknya dibenahi sejak awal hubungan antar manusianya.
Allah SWT tidak akan mengampuni kesalahan hambanya, jika seorang hamba itu tidak bisa memaafkan antarsesama atau antarmanusia. Ini artinya jalinan hubungan antarmanusia (Habulumminannas) memiliki urgensi yang utama serta vital dihadapan-NYA. Sehingga apabila seorang hamba akan melakukan hubungan dengan Allah SWT (Hablumminallah), alangkah baiknya dibenahi sejak awal hubungan antar manusianya.
Kenyataannya kita
sering lebih asyik dan merasa cukup dengan ibadah mahdhah (ibadah ritual),
seperti zikir, shalat, puasa, zakat, dan haji. Dengan ibadah mahdhah itu kita
berharap mendapat ketenangan, kedamaian, dan kedekatan dengan Allah SWT.
Ibadah mahdhah
harusnya mengantarkan kita pada dua kesalehan, yakni saleh secara individu dan
saleh sosial. Kita bersyukur karena kegiatan ibadah ritual itu semakin
meningkat, termasuk pada bulan Ramadhan ini.
Pelaksanaan puasa akan
kehilangan maknanya, kalau kita sekadar
menggugurkan kewajiban, sekadar menahan lapar dan haus dari fajar hingga
Maghrib.
Puasa harus
dimaknai sebagai upaya mengasah kepedulian kepada sesama, mengasah simpati dan
empati.
Puasa harus mampu
melahirkan pribadi yang saleh secara individu dan sosial.
Puasa mengajak
manusia memasuki proses penyucian diri, kemudian menegakkan komitmen sosial,
yang dijabarkan dengan berbagai bentuk, seperti sedekah, zakat dan membantu antar
sesama dengan berbagai cara.
Pemberian sedekah, zakat dan bantuan lainnya agar didasarkan pada keikhlasan sebagai manifestasi nilai-nilai tauhid, keadilan sosial dan menjalin hubungan secara baik dengan sesamanya. Kesemua itu, sebenarnya kunci dari perwujudan akhlak karimah.
Pemberian sedekah, zakat dan bantuan lainnya agar didasarkan pada keikhlasan sebagai manifestasi nilai-nilai tauhid, keadilan sosial dan menjalin hubungan secara baik dengan sesamanya. Kesemua itu, sebenarnya kunci dari perwujudan akhlak karimah.
Jadi seseorang dikatakan
mendapat kemenangan, jika mereka memiliki kesalehan INDIVIDU seperti melakukan
aktivitas shalat (rukuk dan sujud) dan kesalehan SOSIAL, yakni berbuat kebaikan
(amar makruf). [surah Al-Hajj (22) ayat 77]
Semoga Puasa dapat
juga membangkitkan semangat ukhuwah islamiah dan ukhuwah wathoniah sebagaimana
yang diserukan al-Quranul karim. Dan kita perlu berlomba-lomba dalam kebajikan
dan kebaikan universal, yaitu kebaikan yang tidak mengenal batas agama, ras
atau dari golongan manapun. Sehingga berlomba-lomba dalam kebaikan tidak
melihat identitas orang itu, dari mana ia berasal dan kebaikan universal inilah
yang harus ditanamkan sebagai wujud masyarakat yang berahlak mulia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar