اَلْحَمْدُ لِلّهِ
رَبِّ الْعَالَمِيْنَ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَتُوْبُ إِلَيْهِ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أََنْفُسِنَا وَسَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِ اللهُ
فَلاَ مُضِلَّ لَهُ
وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ
هَادِيَ لَهُ.
اَشْهَدُ اَنْ
لاَ اِلهَ اِلاَّ
اللهُ وَحْدَهُ لاَ
شَرِيْكَ لَهُ
وَاَشْهَدُ اَنَّ
مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى
نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى ءَالِهِ وَاَصْحَابِهِ وَمَنْ
تَبِعَهُ اِلَى
يَوْمِ الدِّيْنِ. اَمَّا
بَعْدُ: فَيَاعِبَادَ اللهِ
: اُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَ اللهِ
وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ. قَالَ
اللهُ تَعَالَى فِى
الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ: يَااَيُّهَا الَّذِيْنَ اَمَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ اِلاَّ
وَاَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
Allahu Akbar 3X Walillahilhamdu
Kaum
Muslimin Yang Berbahagia.
Ramadhan dan Idul Fitri tahun ini kita masuki dan
kita lewati dalam suasana perpolitikan di Tanah Air yang panas. Pemilu
Legislatif dan Pemilihan Presiden sudah kita lewati. Kita bersyukur karena
sudah ada Presiden dan wakil Presiden yang terpilih. Harapan kita adalah Pemimpin
yang baru di Negeri ini dapat menjalankan tugas dengan baik sebagaimana yang
dijanjikan dalam kampanye yang lalu. Sebagai warga Negara setiap kita tentu
harus menghormati pemimpin meskipun bukan pilihan kita. Kecintaan kita pada
seorang pemimpin tidak boleh sampai menghilangkan daya kritis, namun kebencian
kita padanya juga tidak boleh menghilangkan ketaatan. Karena itu, syarat
menaati pemimpin adalah selama perintahnya tidak mengandung kemaksiatan,
Rasulullah SAW bersabda:
عَلَى الْمُسْلِمِ السَّمْعُ وَالطَّاعَةُ فِيْمَا اَحَبَّ وَكَرِهَ اِلاَّ اَنْ يُّؤْمَرَ بِمَعْصِيَةٍ فَاِنْ
اُمِرَ بِمَعْصِيَةٍ
فَلاَسَمْعَ وَلاَطَاعَةَ
Kewajiban
taat dan patuh bagi seorang muslim (terhadap pemimpinnya) itu dalam hal yang
disukai maupun yang tidak disukai selama tidak diperintah berbuat maksiat. Jika
ia disuruh berbuat maksiat, maka ia tidak perlu mendengar dan tidak perlu taat
(HR. Muslim).
Allahu
Akbar 3x Walillahilhamdu.
Jamaah
Shalat Id Yang Berbahagia
Bagi
kita sesama anggota masyarakat, salah satu yang harus kita buktikan sesudah
Ramadhan berakhir adalah mewujudkan rasa kasih sayang, hal ini karena puasa Ramadhan memang mendidik kita untuk
memiliki kasih sayang, bukan permusuhan. Karenanya ketika ada orang mengajak
kita berkelahi dan melakukan penghinaan, maka kita tidak usah melayaninya,
Rasulullah SAW bersabda:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى
الله عليه وسلم:
” لَيْسَ الصِّيَامُ مِنَ
الأَكْلِ وَالشُّرْبِ، إِنَّمَا الصِّيَامُ مِنَ اللَّغْوِ وَالرَّفَثِ، فَإِنْ سَابَّكَ أَحَدٌ
أَوْ جَهِلَ عَلَيْكَ، فَلْتَقُلْ: إِنِّي
صَائِمٌ، إِنِّي
صَائِمٌ “
Dari
Abu Hurairah, ia berkata, Rasulullah SAW bersabda, “Puasa bukanlah hanya
menahan diri dari makan dan minum, sesungguhnya puasa adalah menahan diri dari
perkataan dan perbuatan kotor, maka jika ada seseorang yang menghina atau
berbuat bodoh kepadamu, katakanlah, sesungguhnya aku sedang berpuasa,
sesungguhnya aku sedang berpuasa.”( Shahih Ibnu Khuzaimah).
Terwujudnya
kasih sayang antar manusia merupakan kebutuhan penting dalam kehidupan
masyarakat yang sejahtera, karena tidak ada alasan bagi mereka untuk melakukan
konflik dan mengembangkan konflik, karena masing-masing sudah bisa menjalani
kehidupan dengan baik dan ini tentu ingin dipertahankan. Pada masyarakat yang
sejahtera dikembangkanlah rasa kasih dan sayang antar sesama. “Berat sama
dipikul, ringan sama dijinjing” bukan hanya semboyan indah tanpa realisasi.
Kebahagiaan
dan kesejahteraan dalam kehidupan masyarakat akan terwujud manakala kita saling
sayang menyayangi dengan sesama. Di samping itu keindahan hidup juga bisa
dilihat dan dirasakan bila kasih sayang antar sesama menjelma dalam kehidupan
sehari-hari. Paling tidak, ada enam hal yang harus diwujudkan sebagai cermin
dari saling sayang menyayangi antar sesama kita.
Pertama, saling
menghormati sehingga tidak ada buruk sangka, tidak mengejek, dan tidak
memanggil dengan panggilan yang buruk, tidak mencari aib atau kejelekan, dan
tidak menggunjing, Allah SWT berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لا
يَسْخَرْ قَومٌ
مِنْ قَوْمٍ عَسَى
أَنْ يَكُونُوا خَيْرًا مِنْهُمْ وَلا
نِسَاءٌ مِنْ
نِسَاءٍ عَسَى
أَنْ يَكُنَّ خَيْرًا مِنْهُنَّ وَلا
تَلْمِزُوا أَنْفُسَكُمْ وَلا تَنَابَزُوا بِالألْقَابِ بِئْسَ الاسْمُ الْفُسُوقُ بَعْدَ الإيمَانِ وَمَنْ
لَمْ يَتُبْ فَأُولَئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ
Hai
orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum mengolok-olokkan kaum yang lain
(karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olokkan) lebih baik dari mereka (yang
mengolok-olokkan) dan jangan pula wanita wanita-wanita mengolok-olokkan wanita
yang lain (karena) boleh jadi wanita (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari
wanita (yang mengolok-olokkan) dan janganlah kamu mencela dirimu sendiri dan
janganlah kamu panggil memanggil dengan gelar-gelar yang
buruk. Seburuk-buruk panggilan ialah (panggilan) yang buruk sesudah iman
dan barang siapa yang tidak bertaubat, maka mereka itulah orang-orang yang
zalim. Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka,
sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari
kesalahan orang lain dan janganlah sebagian kamu menggunjing sebagian yang
lain. Sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah
mati?. Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertaqwalah kepada Allah.
Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang (QS Al Hujurat
[49]:11-12).
Allahu
Akbar 3X Walillahilhamdu
Kaum
Muslimin Yang Dimuliakan Allah.
Kedua, Tolong
Menolong, ini merupakan sesuatu yang saling dibutuhkan, sehebat dan sekuat
apapun manusia sangat membutuhkan pertolongan atau kerja sama dalam kebaikan,
bahkan sedapat mungkin tetap memberi pertolongan meskipun dia sendiri berada
dalam kesusahan, dia harus berusaha mencintai saudaranya sesama muslim sebagaimana
dia mencintai dirinya sendiri, seperti dalam firman Allah:
وَتَعَاوَنُوا عَلَى
الْبِرِّ وَالتَّقْوَى وَلا تَعَاوَنُوا عَلَى
الإثْمِ وَالْعُدْوَانِ
Dan
tolong menolonglah kamu dalam kebaikan dan taqwa, dan jangan tolong
menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran” (QS Al Maidah [5]:2).
Di
dalam satu hadits, Rasul SAW bersabda:
لاَ يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يُحِبَّ ِلأَخِيْهِ مَايُحِبُّ لِنَفْسِهِ
Tidak
beriman seseorang dari kamu sehingga ia mencintai saudaranya seperti ia
mencintai dirinya sendiri” (HR. Bukhari dan Muslim dari Anas).
Di
antara maksud ta’awun dalam kebajikan adalah menghilangkan atau paling tidak
mengurangi kesulitan orang lain, bila ini dilakukan, keutamaannya adalah ia
akan dihilangkan kesusahannya oleh Allah SWT dalam kehidupan di akhirat, bahkan
orang yang suka menolong akan mendapatkan pertolongan dari Allah SWT,
Rasulullah SAW bersabda:
مَنْ نَفَّسَ عَنْ
مُسْلِمٍ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ الدُّنْيَا نَفَّسَ اللهُ
عَنْهُ كُرْبَةً مِنْ
كُرَبِ يَوْمِ الْقِيَامَةِ وَمَنْ يَسَّرَعَلَى مُعْسِرٍ يَسَّرَهُ اللهُ
عَلَيْهِ فِى
الدُّنْيَا وَاْلأَخِرَةِ وَاللهُ فِى
عَوْنِ الْعَبْدِ مَاكَانَ الْعَبْدُ فِى
عَوْنِ أَخِيْهِ
Dan
barang siapa yang memberikan kemudahan (membantu) kepada orang yang kesusahan,
niscaya Allah akan membantu memudahkan urusannya di dunia dan di akhirat. Dan
barang siapa yang menutup aib orang muslim , niscaya Allah akan menutup aibnya
dunia dan akhirat. Sesungguhnya Allah akan selalu menolong seorang hamba selama
dia gemar menolong saudaranya. (HR. Muslim)
Di
samping itu, secara spesifik, Rasulullah SAW juga menyebutkan tolong menolong
dalam arti yang luas, yakni mencegah dan menghentikan kezhaliman, beliau
bersabda:
أُنْصُرْ أَخَاكَ ظَالِمًا أَوْ
مَظْلُوْمًا. قِيْلَ:
كَيْفَ أُنْصُرُهُ ظَالِمًا؟. قَالَ: تَحْجِزُهُ عَنِ
الظُّلْمِ فَإِنْ
ذَالِكَ نَصْرُهُ
Tolonglah
saudaramu yang berbuat zhalim yang yang dizhalimi. Nabi ditanya: “Bagaimana aku
menolong yang berbuat zhalim?”. Beliau menjawab: “Engkau mencegah
(menghentikan) dari kezhaliman, karena sesungguhnya itulah menolongnya (HR. Bukhari,
Ahmad dan Tirmidzi).
Allahu
Akbar 3X Walillahilhamdu
Kaum
Muslimin Yang Berbahagia.
Ketiga, Saling Memberi
Nasihat (taushiyah) sehingga seorang muslim yang hendak melakukan kesalahan
akan meninggalkannya, dan bila terlanjur salah, maka kesalahan itu tidak sampai
menjadi kebiasaan dan karakter dirinya. Oleh karena itu, orang baik membutuhkan
nasihat agar ia bisa mempertahankan kebaikan atau bertambah baik, sedangkan
orang yang belum baik membutuhkan nasihat agar menjadi baik, ini akan mencegah
manusia dari kerugian, Allah SWT berfirman:
إِنَّ الإنْسَانَ لَفِي
خُسْرٍ.إِلا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ
Sesungguhnya
manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman
dan mengerjakan amal shalih serta nasihat menasihati supaya menaati kebenaran
dan nasihat menasihati supaya menetapi kesabaran (QS Al Ashr [103]:2-3).
Allahu
Akbar 3X Walillahilhamdu
Kaum
Muslimin Yang Dimuliakan Allah.
Keempat, Melindungi
Keselamatan Harta dan Jiwa sehingga adanya seorang muslim akan memberikan
ketenangan bagi muslim lainnya, Rasulullah SAW bersabda:
مَنْ رَدَّ عَنْ
عِرْضِ أَخِيْهِ كَانَ
حَقًّا عَلَى اللهِ
أَنْ يُعْتِقَهُ مِنَ
النَّارِ
Siapa
saja yang melindungi harta benda saudaranya, Allah akan lindungi wajahnya dari
sentuhan api neraka (HR. Ahmad).
Di
dalam hadits lain, Rasulullah SAW bersabda:
أَلْمُؤْمِنُ مَنْ
أَمِنَهُ الْمُؤْمِنُوْنَ عَلَى أَنْفُسِهِمْ وَأَمْوَالِهِمْ
Seorang
mukmin adalah mereka yang mampu memberikan keamanan bagi mukmin lainnya, baik
keamanan diri maupun harta (HR. Ahmad, Tirmidzi dan Hakim).
Bila
sesama muslim secara umum harus saling melindungi, apalagi dengan tetangga.
Karena itu, manakala tetangga sampai tidak merasa aman dari keburukan kita,
maka Rasulullah SAW memvonis kita sebagai orang yang tidak beriman, hal ini
karena kita seharusnya bisa melindungi dan memberikan pertolongan kepada
tetangga, bukan malah kita berlaku buruk kepadanya, beliau bersabda:
وَاللهِ لاَ
يُؤْمِنُ وَاللهِ لاَ يُؤْمِنُ وَاللهِ لاَ يُؤْمِنُ. فَقِيْلَ لَهُ: مَنْ هُوَ
يَارَسُوْلَ اللهِ؟
أَلَّذِى لاَ
يَأْمَنَ جَارَهُ بَوَائِقَهُ
Demi
Allah tidak beriman, Demi Allah tidak beriman, Demi Allah tidak beriman.
Sahabat bertanya: “Siapakah yang tidak beriman?”. Jawab Nabi: “Orang yang tetangganya
tidak aman dari keburukannya” (HR. Bukhari dan Muslim).
Oleh
karena itu, manakala kita betul-betul tidak bisa berlaku baik kepada tetangga
sehingga mereka tidak merasa aman dari keburukan kita, maka ancamannya adalah
tidak akan dimasukkan oleh Allah SWT ke dalam surga, Rasulullah SAW bersabda:
لاَيَدْخُلُ الْجَنَّةَ مَنْ لاَ يَأْمَنَ جَارَهُ بَوَائِقَهُ
Tidak
masuk surga orang yang tetangganya tidak aman dari keburukannya (HR. Muslim).
Allahu
Akbar 3X Walillahilhamdu
Kaum
Muslimin Rahimakumullah.
Kelima, Saling
Memaafkan. Manakala seseorang melakukan kesalahan, mungkin saja ia membalas
kesalahannya itu, namun balaslah dengan balasan yang setimpal, jangan sampai
pembalasan yang melebihi dari kesalahan yang dilakukannya, sedangkan memaafkan
kesalahan orang tersebut merupakan sesuatu yang lebih baik, ini merupakan
akhlak baik sesama muslim sehingga Allah SWT menyiapkan pahala untuknya, Allah
SWT berfirman:
وَجَزَآءُ سَيِّئَةٍ سَيِّئَةٌ مِّثْلُهَا فَمَنْ عَفَا وَأَصْلَحَ فَأَجْرُهُ عَلَى
اللهِ إِنَّهُ لاَ
يُحِبُّ الْظَّالِمِيْنَ
Dan
balasan suatu kejahatan adalah kejahatan yang serupa, maka barang siapa
memaafkan dan berbuat baik maka pahalanya atas (tanggungan) Allah. Sesungguhnya
Dia tidak menyukai orang-orang yang zalim (QS Asy syura [42]:40).
Hal-hal
yang diutamakan di dalam Islam berarti memiliki keistimewaan tersendiri di
hadapan Allah SWT dan Rasul-Nya, karena itu setiap muslim harus berusaha
memilikinya, salah satunya adalah memaafkan kesalahan orang lain, apalagi bila
ia seorang muslim, Allah SWT berfirman:
إِنَّمَا السَّبِيْلُ عَلَى الَّذِيْنَ يَظْلِمُوْنَ النَّاسَ وَيَبْغُوْنَ فِىالأَرْضِ بِغَيْرِ الْحَقِّ أُوْلَئِكَ لَهُمْ عَذَابٌ أَلِيْمٌ. وَلَمَنْ صَبَرَ
وَغَفَرَ إِنَّ
ذَالِكَ لَمِنْ
عَزْمِ اْلأُمُوْرِ
Sesungguhnya
dosa itu atas orang-orang yang berbuat zhalim kepada manusia dan melampaui
batas di muka bumi tanpa hak. Mereka itu mendapat azab yang pedih. Tetapi orang
yang bersabar dan memaafkan, sesungguhnya (perbuatan) yang demikian itu
termasuk hal-hal yang diutamakan (QS Asy syura [42]:42-43).
Orang
yang berukhuwah dan berkasih sayang tentu saja mudah memaafkan kesalahan orang
lain, hal ini karena ia menyadari tidak ada orang yang bersih dari kesalahan.
Karena itu, bila seorang muslim bersalah yang menyebabkan tidak ada tegur sapa,
maka ia mau memaafkan kesalahan orang lain dan ditunjukkannya dengan bertegur
sapa dan memberi salam terlebih dahulu, Rasulullah SAW bersabda:
لاَيَحِلُّ لِمُسْلِمِ أَنْ يَهْجُرَ أَخَاهُ فَوْقَ ثَلاَثِ لَيَالٍ يَلْتَقِيَانِ فَيُعْرِضُ هَذَا وَيُعْرِضُ هَذَا
وَخَيْرُهُمَا الَّذِى يَبْدَأُ بِالسَّلاَمِ
Tidak
halal bagi seorang muslim tidak bertegur sapa dengan saudaranya lebih dari tiga
hari malam, yaitu mereka bertemu, lalu yang ini berpaling dan yang itu
berpaling, tetapi orang yang paling baik adalah yang paling dahulu memberi
salam (HR. Muslim).
Yang Keenam atau
yang terakhir dalam mewujudkan masyarakat yang berkasih sayang adalah saling
memberi hadiah, karenanya sekecil apapun nilai dari hadiah itu, kita harus
melakukan atau menerimanya, Rasulullah SAW bersabda:
تَهَادُوْا، فَإِنَّ الْهَدِيَّةَ تَذْهِبُ بِالسَّخِيمَةِ
Saling
menghadiahilah kalian karena sesungguhnya hadiah itu akan
mencabut atau menghilangkan kedengkian.” (HR. Ibnu Majah)
Bahkan
secara khusus, kepada para wanita, Rasulullah SAW berpesan:
يَا نِسَاءَ الْمُسْلِمَاتِ، لاَ تُحْقِرَنَّ جَارَةٌ لِجَارَتِهَا وَلَوْ فِرْسِنَ شَاةٍ
Wahai
wanita-wanita muslimah, jangan sekali-kali seorang tetangga menganggap remeh
untuk memberikan hadiah kepada tetangganya walaupun hanya sepotong kaki
kambing.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Dengan
demikian, sudah seharusnya kita kembali dalam suasana perdamaian yang
kesemuanya harus dimulai dari keluarga hingga masyarakat dan bangsa. Kedamaian
membuat kehidupan bersama menjadi indah, karenanya konflik antar sesama tidak
boleh berkepanjangan apalagi bila sebabnya bukan persoalan yang prinsip.
Semoga
setelah Ramadhan berakhir, ketaqwaan kita semakin kokoh, kehidupan keluarga dan
masyarakat semakin baik, semangat menuntut ilmu semakin besar, dan
masjid-masjid terus kita makmurkan sebagaimana mestinya. Akhirnya marilah kita
sama-sama berdoa:
اَللَّهُمَّ اقْسِمْ لَنَا مِنْ خَشْيَتِكَ مَاتَحُوْلُ بَيْنَنَا وَبَيْنَ مَعْصِيَتِكَ وَمِنْ طَاعَتِكَ مَا
تُبَلِّغُنَابِهِ جَنَّتَكَ وَمِنَ الْيَقِيْنِ مَاتُهَوِّنُ بِهِ عَلَيْنَا مَصَائِبَ الدُّنْيَا.
Ya
Allah, anugerahkan kepada kami rasa takut kepada-Mu yang membatasi antara kami
dengan perbuatan maksiat kepadamu dan berikan ketaatan kepada-Mu yang
mengantarkan kami ke surga-Mu dan anugerahkan pula keyakinan yang akan
menyebabkan ringan bagi kami segala musibah di dunia ini.
اَللَّهُمَّ مَتِّعْنَا بِأَسْمَاعِنَا وَأَبْصَارِنَا وَقُوَّتِنَا مَا
أَحْيَيْتَنَا وَاجْعَلْهُ الْوَارِثَ مِنَّا
وَاجْعَلْهُ ثَأْرَنَا عَلَى مَنْ عَاداَنَا وَلاَ تَجْعَلْ مُصِيْبَتَنَا فِى دِيْنِنَاوَلاَ تَجْعَلِ الدُّنْيَا أَكْبَرَ هَمِّنَا وَلاَ مَبْلَغَ عِلْمِنَا وَلاَ تُسَلِّطْ عَلَيْنَا مَنْ لاَ يَرْحَمُنَا
Ya
Allah, anugerahkan kepada kami kenikmatan melalui pendengaran, penglihatan dan
kekuatan selama kami masih hidup dan jadikanlah ia warisan bagi kami. Dan
jangan Engkau jadikan musibah atas kami dalam urusan agama kami dan janganlah
Engkau jadikan dunia ini cita-cita kami terbesar dan puncak dari ilmu kami dan
jangan jadikan berkuasa atas kami orang-orang yang tidak mengasihi kami.
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اَلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ اِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعْوَاتِ.
Ya
Allah, ampunilah dosa kaum muslimin dan muslimat, mukminin dan mukminat, baik
yang masih hidup maupun yang telah meninggal dunia. Sesungguhnya Engkau Maha
Mendengar, Dekat dan Mengabulkan doa.
رَبَّنَا اَتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى الأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
Ya
Allah, anugerahkanlah kepada kami kehidupan yang baik di dunia, kehidupan yang
baik di akhirat dan hindarkanlah kami dari azab neraka.
Sumber: http://www.dakwatuna.com/2014/07/19/54872/khutbah-idul-fitri-1435-h-mewujudkan-masyarakat-kasih-sayang/#ixzz38gauFnvX
Follow us: @dakwatuna on Twitter | dakwatunacom on Facebook
Tidak ada komentar:
Posting Komentar