Ucapan selamat hari
raya yang benar :
Selamat Hari Raya Idul
Fitri 1 Syawal 1435 H.
Taqobalallahu Minnaa wa Minkum,
Shiyamana wa shiyamakum,
Ja’alanallaahu Minal ‘Aidin wal Faizin,
Mohon Maaf Lahir Batin.
Taqobalallahu Minnaa wa Minkum,
Shiyamana wa shiyamakum,
Ja’alanallaahu Minal ‘Aidin wal Faizin,
Mohon Maaf Lahir Batin.
artinya :
"Semoga Allah menerima amal ibadah kita semua selama bulan Ramadhan dari kami dan dari kalian. Dan semoga juga puasaku dan kalian diterima.
Dan Semoga Allah menjadikan kita bagian dari orang-orang yang kembali (kepada ketaqwaan/kesucian) dan orang-orang yang menang (dari melawan hawa nafsu dan memperoleh ridha Allah)."
Sedangkan ucapan, Selamat Hari Raya Idul Fitri, Taqobalallahu Minnaa wa Minkum, Minal ‘Aidin wal Faizin, Mohon Maaf Lahir Batin, merupakan ucapan yang biasa disampaikan dan diterima oleh kaum muslimin di hari lebaran baik melalui lisan ataupun kartu ucapan idul fitri.
"Semoga Allah menerima amal ibadah kita semua selama bulan Ramadhan dari kami dan dari kalian. Dan semoga juga puasaku dan kalian diterima.
Dan Semoga Allah menjadikan kita bagian dari orang-orang yang kembali (kepada ketaqwaan/kesucian) dan orang-orang yang menang (dari melawan hawa nafsu dan memperoleh ridha Allah)."
Sedangkan ucapan, Selamat Hari Raya Idul Fitri, Taqobalallahu Minnaa wa Minkum, Minal ‘Aidin wal Faizin, Mohon Maaf Lahir Batin, merupakan ucapan yang biasa disampaikan dan diterima oleh kaum muslimin di hari lebaran baik melalui lisan ataupun kartu ucapan idul fitri.
Ada dua kalimat yang
diambil dari bahasa arab di sana, yaitu kalimat ke dua dan tiga. Apakah arti
kedua kalimat itu? Dari mana asal-usulnya?
Sebagian orang kadang
cukup mengucapkan minal ‘aidin wal faizin dengan bermaksud meminta maaf.
Benarkah dua kalimat yang terakhir memiliki makna yang sama?
Para Sahabat Rasulullah biasa mengucapkan kalimat Taqobalallaahu minnaa wa minkum di antara mereka. Arti kalimat ini adalah semoga Allah menerima dari kami dan dari kalian. Maksudnya, menerima amal ibadah kita semua selama bulan Ramadhan. Para sahabat juga biasa menambahkan: shiyamana wa shiyamakum, semoga juga puasaku dan kalian diterima.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah [Majmu Al-Fatawa 24/253]
Jubair bin Nufair :
Para Sahabat Rasulullah biasa mengucapkan kalimat Taqobalallaahu minnaa wa minkum di antara mereka. Arti kalimat ini adalah semoga Allah menerima dari kami dan dari kalian. Maksudnya, menerima amal ibadah kita semua selama bulan Ramadhan. Para sahabat juga biasa menambahkan: shiyamana wa shiyamakum, semoga juga puasaku dan kalian diterima.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah [Majmu Al-Fatawa 24/253]
Jubair bin Nufair :
“Para sahabat Nabi
Shallallaahu’alaihi wa Sallam bila bertemu pada hari raya, maka berkata
sebagian mereka kepada yang lainnya : Taqabballallaahu minna wa minka (Semoga
Allah menerima dari kami dan darimu)”.
Al Hafidh Ibnu Hajar dalam Fathul Bari [2/446] Dalam ‘Al Mahamiliyat’ dengan Isnad nya Hasan
Muhammad bin Ziyad berkata :
“Aku pernah bersama Abu Umamah Al Bahili dan selainnya dari kalangan sahabat Nabi Shallallaahu’alaihi wa salam. Mereka bila kembali dari shalat Ied berkata sebagiannya kepada sebagian yang lain : ‘Taqabbalallaahu minnaa wa minka” (Ibnu Qudamah dalam “Al-Mughni” (2/259)
IMAM AHMAD. menyatakan bahwa ini adalah “Isnad hadits Abu Umamah yang Jayyid/Bagus.
Al Hafidh Ibnu Hajar dalam Fathul Bari [2/446] Dalam ‘Al Mahamiliyat’ dengan Isnad nya Hasan
Muhammad bin Ziyad berkata :
“Aku pernah bersama Abu Umamah Al Bahili dan selainnya dari kalangan sahabat Nabi Shallallaahu’alaihi wa salam. Mereka bila kembali dari shalat Ied berkata sebagiannya kepada sebagian yang lain : ‘Taqabbalallaahu minnaa wa minka” (Ibnu Qudamah dalam “Al-Mughni” (2/259)
IMAM AHMAD. menyatakan bahwa ini adalah “Isnad hadits Abu Umamah yang Jayyid/Bagus.
Beliau menambahkan :
“Aku tidak pernah memulai mengucapkan selamat kepada seorangpun, namun bila ada orang yang mendahuluiku mengucapkannya maka aku menjawabnya. Yang demikian itu karena menjawab ucapan selamat bukanlah sunnah yang diperintahkan dan tidak pula dilarang. Barangsiapa mengerjakannya maka baginya ada contoh dan siapa yang meninggalkannya baginya juga ada contoh, wallaahu a’lam.”
[Al Jauharun Naqi 3/320. Suyuthi dalam 'Al-Hawi:(1/81) : Isnadnya Hasan]
Jadi kalimat yang ke dua dari ucapan selamat lebaran di atas memang biasa digunakan sejak jaman para Sahabat Nabi hingga sekarang.
Lalu bagaimana dengan kalimat: minal ‘aidin wal faizin? Menurut Quraish Shihab dalam bukunya Lentera Hati, kalimat ini mengandung dua kata pokok: ‘aidin dan faizin (Ini penulisan yang benar menurut ejaan bahasa indonesia, bukan aidzin,aidhin atau faidzin,faidhin.
“Aku tidak pernah memulai mengucapkan selamat kepada seorangpun, namun bila ada orang yang mendahuluiku mengucapkannya maka aku menjawabnya. Yang demikian itu karena menjawab ucapan selamat bukanlah sunnah yang diperintahkan dan tidak pula dilarang. Barangsiapa mengerjakannya maka baginya ada contoh dan siapa yang meninggalkannya baginya juga ada contoh, wallaahu a’lam.”
[Al Jauharun Naqi 3/320. Suyuthi dalam 'Al-Hawi:(1/81) : Isnadnya Hasan]
Jadi kalimat yang ke dua dari ucapan selamat lebaran di atas memang biasa digunakan sejak jaman para Sahabat Nabi hingga sekarang.
Lalu bagaimana dengan kalimat: minal ‘aidin wal faizin? Menurut Quraish Shihab dalam bukunya Lentera Hati, kalimat ini mengandung dua kata pokok: ‘aidin dan faizin (Ini penulisan yang benar menurut ejaan bahasa indonesia, bukan aidzin,aidhin atau faidzin,faidhin.
Kalau dalam tulisan bahasa arab:
من العاءدين و الفاءيزين
Yang pertama sebenarnya sama akar katanya dengan ‘Id pada Idul Fitri. ‘Id itu artinya kembali, maksudnya sesuatu yang kembali atau berulang, dalam hal ini perayaan yang datang setiap tahun. Sementara Al Fitr, artinya berbuka, maksudnya tidak lagi berpuasa selama sebulan penuh. Jadi, Idul Fitri berarti “hari raya berbuka” dan ‘aidin menunjukkan para pelakunya, yaitu orang-orang yang kembali. (Ada juga yang menghubungkan al Fitr dengan Fitrah atau kesucian, asal kejadian)
Faizin berasal dari kata fawz yang berarti kemenangan. Maka, faizin adalah orang-orang yang menang. Menang di sini berarti memperoleh keberuntungan berupa ridha, ampunan dan nikmat surga. Sementara kata min dalam minal menunjukkan bagian dari sesuatu.
Sebenarnya ada potongan kalimat yang semestinya ditambahkan di depan kalimat ini, yaitu ja’alanallaahu (semoga Allah menjadikan kita). Jadi selengkapnya kalimat minal ‘aidin wal faizin bermakna (semoga Allah menjadikan kita) bagian dari orang-orang yang kembali (kepada ketaqwaan/kesucian) dan orang-orang yang menang (dari melawan hawa nafsu dan memperoleh ridha Allah). Jelaslah, meskipun diikuti dengan kalimat mohon maaf lahir batin, ia tidak mempunyai makna yang serupa. Bahkan sebenarnya merupakan tambahan doa untuk kita yang patut untuk diaminkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar