Allah swt. menurunkan Al Qur’an untuk menjadi pedoman
agar manusia dapat meniti jalan menuju fitrahnya dan tetap komitmen dengan
kemanusiaannya. Yaitu manusia yang saling mencintai karena Allah, saling memperbaiki
menuju keimanan sejati, saling tolong menolong menuju peradaban yang kokoh,
saling membantu dalam kebaikan bukan saling membantu dalam dosa dan
kemungkaran. Allah mengutus nabi-nabi sepanjang sejarah sebagai contoh terbaik
bagaimana menjalankan misi ubudiyah kepada-Nya (wa ma khalaqtu aljinna wal
insa illa li ya’buduni) dan khilafah di muka bumi ini (inni ja’ilun fil
ardhi khalifah). Tidak ada keselamatan kecuali menapaki
jejak para Nabi. Dan tidak ada keberkahan kecuali
bersungguh-sungguh menjalankan ibadah seperti yang para Nabi ajarkan. Itulah
tuntunan fitrah. Bahwa setiap manusia tidak akan bisa kembali ke titik
fitrahnya tanpa mengikuti ajaran yang disampaikan para Nabi.
Pada
bulan Ramadhan, kita selaku hamba Allah mendapatkan kemerdekaan hakiki
yang merupakan inti pokok dari fitrah kemanusiaan kita.
Puasa telah
mengajarkan kepada kita untuk zuhud terhadap dunia.
Artinya puasa
Ramadhan harus berhasil mengantarkan hamba Allah untuk memerdekakan nafsunya
dari perasaan cinta dunia (hubbud dunya)! Selama sebulan penuh hamba Allah
terdidik dan terbina untuk menjauhi segala kesenangan duniawi yang dihalalkan
Rabb-Nya. Mereka tinggalkan makan, minum, dan berhubungan suami-istri hanya
untuk mendapat ridha Allah dengan tujuan dapat menjauhi semua larangan Allah.
Orang yang lulus
dari madrasah ramadhan sejatinya memandang dunia ini hina, karena ia menyadari
betapa dunia hanyalah tempat persinggahan dan ladang untuk menanam amal saleh menuju kehidupan abadi di
akhirat. Orang yang berpuasa sadar bahwa kehidupan dunia sementara dan tidak
tertipu oleh kilauan dan gemerlap dunia.
Puasa itu adalah
pelajaran ketakwaan yang sesungguhnya. Artinya, puasa mendidik kita untuk
memerdekakan nafsu agar takut dan taat hanya kepada Allah, bukan makhluk! Semua
amaliahnya dikerjakan dengan ikhlas karena Allah, bukan untuk dipuji makhluk.
Ringkasnya puasa ramadhan telah menciptakan “Kesalehan Pribadi” yang
tiada bandingannya.
Rasulullah SAW
bersabda, “Setiap amal anak-anak Adam adalah kembali untuk dirinya sendiri,
kecuali puasa dikarena ia dilakukan hanya untuk-Ku, dan Aku sendiri yang akan
memberi ganjarannya!” (HR. Muttafaq ‘Alayhi)
Puasa ramadhan memerdekakan jiwa hamba Allah dari sifat bakhil dan serakah.
Hal ini dibuktikan dengan dorongan jiwa yang berangkat dari keyakinan ajaran
Rasulullah SAW yang mendorong umat untuk berbagi dengan sesama hamba yang tidak
mampu secara ekonomi. Di bulan ramadhan itulah, Rasulullah SAW menunjukkan
kedermawanannya yang luar biasa melebihi zakat (mal dan fitrah), sedekah, infak
dan amal filantropis yang dikeluarkan pada bulan selain ramadhan sebagaimana
diriwayatkan oleh Ummul Mukminin Aisyah RA. Artinya puasa ramadhan juga sukses
mengantarkan hamba Allah agar memiliki “Kesalehan Sosial” dengan
sikap kedermawanan dan saling berbagi rizki kepada sesama.
Kita tak hanya memerdekakan diri kita
dari sifat bakhil dan zalim, tetapi juga sekaligus memerdekakan kaum dhuafa dan
fakir miskin dari belenggu ekonomi yang melilit mereka..!
Puasa itu dengan akhlak Muraqabatullah (perasaan diawasi
Allah) yang melekat dalam dirinya, sanggup memerdekakan jiwa dari nafsu untuk
lacur, curang, korup dan penyalahgunaan kekuasaan (abuse of power). Sikap-sikap
tercela itulah yang selama ini telah membelenggu bangsa kita yang dikenal
dengan indeks korupsi dan penegakan hukum yang lemah dan tak kunjung membaik.
Puasa ramadhan sudah seharusnya kita jadikan sarana dan alat yang efektif untuk
menekan nafsu dan syahwat kerusakan etika politik dan hukum dengan mewujudkan “Kesalehan
Publik”.
Firman Allah SWT yang berbunyi, “Dan janganlah
sebahagian kamu memakan harta sebahagian yang lain di antara kamu dengan jalan
yang bathil dan (janganlah) kamu membawa (urusan) harta itu kepada hakim,
supaya kamu dapat memakan sebahagian daripada harta benda orang lain itu dengan
(jalan berbuat) dosa, Padahal kamu mengetahui.” (Al-Baqarah : 188) sebagai
sinyal kuat agar ibadah puasa dapat mewujudkan Kesalehan Publik, dan tidak
boleh berhenti pada kesalehan pribadi saja.
Allah SWT memilih
bulan Ramadhan sebagai titik tolak turunnya petunjuk Allah bagi seluruh manusia
yaitu Al-Qur’an. Al-Qur’an diturunkan oleh Allah Rabbul ‘Alamin untuk
memerdekakan manusia dari hukum dan sistem nilai buatan manusia yang zalim, dan
mengarahkan mereka untuk tunduk kepada hukum dan system nilai Ilahi yang adil.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar