Al-Hafidz Ibnu
Qayyim dalam Al-Fawaaid menyetujui apa yang dikatakan oleh Sahl bin Abdullah
at-Tusturiy, seorang sufi ahli zuhud yang mengatakan bahwa meninggalkan
perintah Allah jauh lebih besar dosanya daripada melanggar larangan-Nya.
Ketika
Adam as melanggar larangan dengan makan buah khuldi di syurga, maka Allah
menerima tobatnya, namun ketika iblis meninggalkan perintah sujud pada Adam, ia
tidak diampuni.
Beberapa alasan yang dikemukakan
oleh Ibnu Qayyim adalah;
1. Peristiwa Adam dan iblis di atas merupakan
salah satu alasan kuat.
2. Pelanggaran terhadap larangan umumnya karena
keinginan dan kebutuhan, sedangkan meninggalkan perintah biasanya karena faktor
sombong. Sedangkan Allah telah berfirman yang pada intinya tidak akan masuk
syurga orang yang dalam hatinya ada sombong walau sebesar dzarrah. Orang yang
mati namun tlah bertauhid tetap masuk syurga walaupun ia berzina atau perbuatan
dosa lainnya.
3. Allah lebih senang pada perkara menjalankan
perintah daripada menjauhi larangan, tercantum pada nash berikut;
a.
Rasulullah SAW bersabda, ‘Amal
yang paling dicintai Allah adalah shalat pada waktunya.’ HR Bukhari, Muslim,
at-Tirmidzi, al-Hakim.
b.
‘Maukah kalian kuberitahu
amalan yang paling baik dan paling suci menurut Sang Pemilikmu, mengangkat
derajatmu, lebih baik dari infak emas dan uang dan lebih baik dari beperang
membunuh musuh kemudian kamu ditebas lehermu? Mereka berkata "Ya, duhai
Rasul? Beliau bersabda, "Yaitu dzikir kepada Allah Ta'ala’ (HR.
At-Tirmidzi)
c.
‘Ketahuilah, sesungguhnya amal
kamu yang paling baik adalah shalat.’ HR ad-Darimi, Ahmad, al-Hakim.
d.
‘…Allah menyukai orang-orang
yang berbuat kebajikan.’ QS. Ali Imran 134. ‘…dan berbuat adillah.
Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil.’ QS. Al-Hujurat, 9.
‘..Dan Allah menyukai orang-orang yang sabar.’ QS Ali Imran 146. ‘Sesungguhnya
Allah menyukai orang yang berperang dijalan-Nya dalam barisan yang teratur
seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh.’ QS ash-Shaff 4.
4. Menaati perintah untuk wujudnya suatu yang
diperintahkan itu sendiri, namun menjauhi larangan ditujukan untuk
menyempurnakan ketaatan pada perintah. Melanggar larangan akan merusak amalan.
Misalnya khamar dan judi dilarang karena menghalangi dari dzikrullah.
5. Mematuhi
perintah membuat iman utuh dan melanggar larangan merusak keutuhan iman.
6. Mematuhi
perintah bermakna menghidupkan, menghias, memberi makan hati, sehingga
mendatangkan kebahagiaan dan keselamatan. Orang yang tidak patuh perintah
walaupun meninggalkan larangan tidak bermanfaat bagi keselamatannya di akhirat,
ia kekal di neraka. Orang melakukan perintah namun melakukan kemaksiatan punya
dua kemungkinan. Jika amal dapat mengangkat dari kekotoran maksiatnya maka ia
mungkin selamat. Kemungkinan yang lain ia selamat setelah dibersihkan dulu
dosanya di neraka. Jika berkaitan dengan syirik yang merupakan larangan, Ibnu
Qayyim mengingatkan bahwa ia telah meninggalkan perintah dalam hal tauhidullah,
itu sudah cukup celaka.
7. Seorang
rasul diutus supaya menyampaikan ketaatan menjalankan perintah dan menjauhi
larangan. Apabila perintah tidak dilaksanakan, maka tidak dapat hamba Allah
dikatakan taat walaupun ia menjauhi larangan.
8. Allah
memang menghendaki hamba-Nya untuk menyembahnya seperti firman-Nya dalam QS
adz-Dzaariyat 56. ‘Tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia melainkan untuk
beribadah kepada-Ku.’
9. Larangan
tidak berkaitan dengan suatu kegiatan namun perintah berkaitan dengan
suatu kegiatan.
10. Perintah
bertujuan menghalangi dari perbuatan yang dilarang.
11. Allah
SWT menjanjikan balasan pahala sepuluh kali setiap kita melakukan amal.
12. Perintah
itu dibuat supaya wujud berbentuk sedangkan larangan tidak ada wujud yang
terbentuk. Cinta kepada kepatuhan lebih besar daripada benci terhadap
pelanggaran larangan.
13. Menjalankan
perintah menciptakan rahmat Allah, rahmat Allah dapat mengatasi kebencian
Allah.
14. Pengaruh
dari yang dibenci Allah lebih cepat hilang dari pengaruh yang dicintai Allah.
15. Allah
menetapkan larangan karena dibalik larangan ada sesuatu yang dicintai-Nya,
misalnya tobat.
16. Kehidupan
hilang ketika perintah diabaikan. Orang kafir difirmankan Allah sebagai;
‘Mereka adalah mati, tidak hidup…’ QS an-Nahl 21.
17. Melakukan perintah pastinya juga meninggalkan larangan namun
meninggalkan larangan tidak selalu diikuti atau didahului melaksanakan
perintah.
http://menujucintamu.blogspot.com/2012/04/antara-dosa-meninggalkan-perintah-dan.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar