Di dunia yang fana ini terdapat
tiga taman surga. Jika kita mendapatkannya, sempatkanlah untuk menyinggahinya
walaupun hanya sebentar. Dengan menyinggahinya setidak-tidaknya kita sedang
benar-benar mencalonkan diri untuk menjadi penghuninya yang abadi kelak di
akhirat. ”Apabila kamu melewati taman-taman surga, maka singgahilah dan
nikmatilah sajiannya olehmu. Para sahabat bertanya, “Hai Rasulallah! Apakah
taman surga itu?” Rasul menjawab, “Majelis-majelis zikir. …. (H.R. Muslim)
RABI’AH bin Aslam, salah seorang
sahabat Nabi saw. dari kelompok ahlu shuffah yang juga menjadi pembantu Nabi
saw., pernah ditawari oleh Nabi saw., “Mintalah kamu kepadaku! Apa yang kau
inginkan dariku?”
“Aku hanya menginginkan, kelak
di akhirat dapat menyertaimu duduk di surga,” kata Rabi’ah.
“Ada permintaan yang lainnya?”
lanjut Nabi saw. “Hanya itu saja, ya Rasulallah”, jawab Rabi’ah.
“Kalau begitu, bantulah aku
agar doa atas permintaanmu terkabul”, demikian pinta Rasulullah saw. “Dengan
apa membantumu ya Rasulallah?”
“Perbanyaklah melaksanakan shalat sunat,” jawab Rasul saw.
“Perbanyaklah melaksanakan shalat sunat,” jawab Rasul saw.
Itulah sebagian keinginan
sahabat Rasulullah saw. Mereka begitu mendambakan menjadi ahli surga. Mereka
menginginkan sekali mendapatkan kebahagiaan yang abadi. Untuk mencapainya
mereka rela berjuang mengorbankan kesenangan dunia, demi kebahagiaan akhirat.
Mereka rela tak memiliki apa-apa di dunia, asalkan mereka memiliki apa-apa di
akhirat.
Banyak sekali ayat Alquran
maupun Alhadis yang menerangkan tentang keindahan dan kenikmatan surga. Hal itu
Allah dan Rasul-Nya terangkan agar kita merasa terdorong untuk berusaha menjadi
salah seorang calon penghuninya. Tidaklah mudah untuk menjadi penghuni surga.
Banyak rintangan terbentang yang menghadang untuk meraihnya. Lain halnya dengan
jalan ke neraka. Hawa nafsu dan setan begitu kuat mendorongnya.
Namun demikian, janganlah putus
asa berjuang untuk meraihnya. Kita harus senantiasa meningkatkan
kesungguh-sungguhan kita dalam menaati perintah Allah dan Rasul-Nya.
Dekatkanlah selalu diri kita terhadap-Nya. Mintalah selalu pertolongan-Nya agar
kita senantiasa istiqamah di jalan-Nya. “Dan orang-orang yang berjihad untuk
(mencari keridaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka
jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang
berbuat baik.” (Q.S. 29:69).
Kebersihan hati merupakan kunci
utama terbukanya pintu surga bagi kita. Hanya orang-orang yang hatinya bersih
dari sifat riya, takabur, dendam dan bersih dari prasangka buruk, baik kepada
Allah maupun kepada manusia, yang akan menjadi penghuni surga. Sebesar biji
sesawi saja terdampar kesombongan di hati kita, pahala dari Allah dan pintu
surga tertutup bagi kita. Demikian pula halnya bila sifat riya, dendam dan
su’udzon masih terdampar di hati kita.
“Tiga golongan orang yang
pertama akan mengisi neraka, ialah ulama, mujahidin dan para dermawan yang
semuanya riya dengan amalnya.” (Tafsir Ibnu Katsit, Juz I:496).
“Barangsiapa yang riya dalam
beramal, tak ada bedanya dengan orang yang menggendong air untuk dipindahkan ke
atas gunung. Ia hanya memperoleh rasa lelah dan capek. Amal perbuatannya
tertolak sama sekali. Tatkala gunung itu telah menyatu dengan air, sedikit pun
gunung itu tidak meleleh” (Imam Al-Ghazali dalam Al-Mawa’idz fil Ahadits
Al-Qudsiyah).
Suatu ketika, tatkala Nabi saw.
memberi nasihat kepada para sahabat sambil duduk berkeliling, beliau berkata,
“Sebentar lagi akan datang melewati kita seorang laki-laki dari golongan ahli
surga”.
Para sahabat sangat heran
dengan perkataan Nabi saw. tersebut. Tak lama kemudian lewatlah seorang
laki-laki dengan penampilan yang sangat sederhana. Rasul pun menunjuk kepada
orang tersebut, itulah dia dari golongan ahli surga. Abdullah bin Amru ibnu
Ash, penasaran dengan perkataan Rasul saw. Beranjaklah ia untuk meneliti
perilaku orang tersebut. Ia berpura-pura kemalaman dan memohon menumpang tidur
di rumah orang tersebut.
Sampai tiga malam ia meneliti
dan mengikuti perilaku dan ibadah orang tersebut. Tak ada yang istimewa dari
cara ibadahnya. Persis sama seperti yang dilakukan para sahabat lainnya.
Akhirnya Abdullah bin Amru berterus terang tentang kedatangannya di rumah orang
tersebut. Ia sampaikan apa yang dikatakan Nabi saw. sambil menanyakan apa
keistimewaan dari orang tersebut.
Sang calon penghuni surga menjawab,
“Seperti yang kamu lihat, aku tak melakukan apa pun kecuali seperti yang kamu
lihat. Namun, aku tidak mendapatkan dalam diriku rasa curang terhadap seseorang
dari saudara se-Islam dan juga aku berusaha untuk tidak iri dengki terhadap
kebaikan yang Allah berikan kepada saudaraku se-Islam. Juga aku berusaha untuk
tidak dendam terhadap orang-orang yang mengkhianatiku. Aku berusaha untuk tidak
riya dengan amal-amalku”.
Abdullah bin Amru mengambil
kesimpulan. Selain kekhusyukan ibadahnya, kebersihan hatinyalah yang
mengantarkan orang tersebut menjadi salah seorang dari golongan ahli surga.
Subhanallah. “Dan jadikanlah aku buah tutur yang baik bagi orang-orang yang
datang kemudian. Dan jadikanlah aku termasuk orang-orang yang memusakai surga
yang penuh kenikmatan. Dan ampunilah bapakku, karena sesungguhnya ia adalah
termasuk golongan orang-orang yang sesat. Dan janganlah Engkau hinakan aku pada
hari mereka dibangkitkan, yaitu pada hari di mana harta dan anak-anak tidak
berguna lagi, kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang
bersih.” (Q.S. 26:84 -89).
Menurut hadis Rasul saw., di
dunia yang fana ini terdapat tiga taman surga. Jika kita mendapatkannya,
sempatkanlah untuk menyinggahinya walaupun hanya sebentar. Dengan
menyinggahinya setidak-tidaknya kita sedang benar-benar mencalonkan diri untuk
menjadi penghuninya yang abadi kelak di akhirat. Ketiga taman surga tersebut
adalah,
pertama, menjenguk saudara se-Islam yang
sedang sakit. “Seorang Muslim jika menjenguk saudaranya
sesama Muslim yang sedang sakit tetap berada dalam taman surga hingga ia
kembali” (H.R. Muslim).
“Tidaklah seorang Muslim yang
menjenguk sesama Muslim yang sedang sakit pada pagi hari, melainkan didoakan
oleh tujuh puluh ribu malaikat hingga sore hari. Dan jika menjenguknya pada sore
hari, didoakan tujuh puluh ribu malaikat hingga pagi hari dan kelak di akhirat
akan mendapat jaminan buah-buahan yang ada di taman surga” (H.R. At-Tirmidzy).
Kedua, majelis zikir. Yang dimaksud zikir di
sini tidak saja hanya ingat kepada Allah secara lisan saja. Kebanyakan para
ulama berpendapat, membahas halal dan haram, mencari ilmu yang manfaat, memberi
nasihat yang baik dan mencegah kemunkaran termasuk zikir kepada Allah SWT.
“Apabila kamu melewati
taman-taman surga, maka singgahilah dan nikmatilah sajiannya olehmu. Para
sahabat bertanya, “Hai Rasulallah! Apakah taman surga itu?” Rasul menjawab,
“Majelis-majelis zikir. Allah memiliki para malaikat yang selalu berkeliling
mencari majelis-majelis zikir. Apabila mereka datang ke tempat itu, mereka duduk
bersama orang-orang yang berzikir” (H.R. Muslim).
Ketiga, shalat di Masjid Nabawi.
“Antara rumahku dan mimbarku ini merupakan salah satu dari taman-taman surga”.
Sungguh berbahagia apabila
kelak kita menjadi penghuni surga. Kita akan dapat merasakan kenikmatan yang
luar biasa. Suatu ke-nikmatan yang belum pernah terdengar, terbayangkan dan
belum pernah dirasakan selama kita hidup di dunia. Namun demikian, kita pun
menyadari, betapa kotor dan hinanya diri kita. Kemaksiatan dan dosa selalu
menghiasi perjalanan hidup kita.
Tapi seperti Allah SWT
firmankan, kita tak boleh putus asa dari rahmat dan kasih sayang-Nya. Tobat dan
pembersihan jiwa dengan akhlak mulia serta selalu mendekatkan diri kepada-Nya
akan membuka peluang bagi kita untuk meraih kenikmatan surga.
Jika kamu memohon kepada Allah
SWT, jangan tanggung-tanggung, memohonlah agar diperkenankan menjadi penghuni
Surga Firdaus. Demikian sabda Rasul saw. Karenanya, jangan berhenti beramal
saleh dan berharap ampunan, keridaan serta surga-Nya.
“Wahai manusia! Andaikan engkau
takut pada api neraka sebagaimana engkau takut kepada kemiskinan, niscaya akan
kucukupi kebutuhan hidupmu melalui cara-cara yang tak terjangkau oleh otakmu.
Seandainya engkau tergila-gila kepada surga sebagaimana engkau tergila-gila
kepada dunia, maka Aku akan memberikan kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat”
(Imam al Ghazali dalam Al-Mawa’idz fil Ahadits Al-Qudsiyah).***
Penulis Ketua DKM Nurul Hidayah
Pasar Tengah Cisurupan Garut, anggota Klub Penulisan Hardim Bandung.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar