TAFSIR
SURAT AL-BAQARAH AYAT 102-103
Banyak
sekali penafsiran dari para ahli tafsir yang menjelaskan tentang ayat ini, dan
semua kisah itu adalah satu makna dan tidak saling bertentangan satu sama
lainnya. Di sini kami kutipkan penafsiran dari As-sudi, beliau berkata tentang
firman Allah pada surat Al-Baqarah ayat 102, "yaitu hal itu terjadi pada
masa Nabi Sulaiman, pada waktu itu setan masih menduduki salah satu tempat di
langit, maka mereka bisa mendengar ucapan dari para malaikat tentang hal-hal
yang ghaib yang ada akan terjadi di bumi seperti tentang kematian seseorang,
atau perkara ghaib yang lainnya. Kemudian ia mendatangi para dukun dan
mengabarkan kepada mereka akan hal itu. Ketika para dukun itu telah percaya
kepada setan, maka setan memasukkan dari kata-katanya sendiri pada apa yang ia
dengar. Setan menambahkan pada setiap kalimat 70 kalimat (dari pikirannya
sendiri). Maka manusia pada waktu itu mencatat akan hal itu, dan tersebarlah
dikalangan Bani Israil bahwa jin itu mengetahui tentang sesuatu yang ghaib.
Oleh karena itu, diutuslah Nabi Sulaiman kepada manusia, maka ia mengumpulkan
kitab-kitab yang ditulis (oleh Bani Israil) itu dan memasukkannya kedalam
sebuah peti, kemudian ia memendamnya di bawah kursinya. Dan tidak ada satu
setan pun yang bisa mendekati kursi itu. Barang siapa yang berusaha untuk
mendekatinya maka ia akan terbakar. Dan Nabi Sulaiman berkata: 'tidaklah aku
mendengar seseorang yang mengatakan bahwa setan mengetahui mengetahui yang
ghaib kecuali aku akan memenggal lehernya'.
Maka
ketika Nabi Sulaiman wafat, dan Ulama yang faham akan hal itu juga telah wafat,
hadirlah orang-orang yang selain mereka. Kemudian setan menampakkan dirinya
dengan wujud seperti manusia, lalu ia mendatangi sekelompok orang dari Bani
Israil dan ia berkata kepada mereka: 'maukah kalian aku tunjukkan perbendaharaan
yang kalian tidak pernah melihatnya?'. Mereka berkata: 'ya'. Maka ia berkata:
'pergilah kalian di bawah kursi itu'. Maka ia pergi bersama mereka dan
menunjukkan tempatnya dan ia berdiri disamping mereka. Mereka berkata: 'itu
hanya persangkaanmu saja'. Setan berkata :'tidak, jika kalian tidak
menemukannya maka bunuhlah aku'. Maka mereka menggalinya dan mereka menemukan
kitab itu'. Maka ketika mereka mengeluarkan kitab itu setan berkata:
'sesungguhnya Sulaiman bisa menundukkan golongan setan, jin dan burung adalah
karena sihir ini'. Maka tersebarlah berita itu kepada manusia pada saat itu
bahwa Nabi Sulaiman adalah seorang tukang sihir, kemudian bani Israil mengambil
kitab itu. Maka ketika Nabi Muhammad diutus, beliau membantah hal itu, dan turunlah
ayat 102 dari surat Al-Baqarah, yaitu firman Allah (وما كفر
سليمان ولكن الشياطين كفروا )".
Al-Hasan
berkata: "yang dimaksud dari firman Allah yang artinya: "dan kalian
mengikuti apa yang dibacakan oleh setan atas kerajaan Sulaiman", yaitu
sepertiganya adalah syair, sepertiganya adalah sihir dan sepertiganya lagi
adalah ilmu perdukunan".
Ibnu
Abbas berkata: "yang dimaksud adalah alat musik, permainan dan segala
sesuatu yang menghalangi dari mengingat Allah".
Maka
makna (secara global) dari firman Allah (وتبعوا ما تتلوا الشياطين على
ملك سليمان )
yaitu orang-orang yahudi yang telah didatangkan kepada mereka kitab, mereka
mengikuti apa yang yang dibacakan setan kepada mereka.
Al-Hasan
Al-Bashri berkata: "sihir telah ada sebelum zamannya Nabi Sulaiman bin Dawud
(dan ini adalah perkataan yang benar), yaitu pada masa Nabi Musa, dan beliau
hidup sebelum zamannya Nabi Sulaiman, hal ini sebagaimana firmanNya pada surat
Al-Baqarah 246:
أَلَمْ
تَرَ إِلَى الْمَلإِ مِن بَنِي إِسْرَائِيلَ مِن بَعْدِ مُوسَى
"Apakah kamu tidak memperhatikan pemuka-pemuka Bani
Israil sesudah nabi Musa".
Ada
juga yang mengatakan bahwa sihir telah ada sebelum masa Nabi Ibrahim, yaitu
pada masa Nabi Shalih, ketika kaumnya berkata sebagaimana terdapat dalam Al-Qur
an surat Asy-Syu'ara ayat 153:
"Mereka berkata: "Sesungguhnya kamu adalah
salah seorang dari orang-orang yang kena sihir".
Para
ahli tafsir berbeda pendapat mengenai siapa yang dimaksud pada ayat (على
الملكين ببابيل هاروت وماروت). Ibnu Abzi berkata bahwa yang dimaksud dua malaikat pada ayat
itu adalah Sulaiman dan Dawud, ada juga yang mengatakan bahwa yang dimaksud
adalah dua kabilah dari golongan jin dan ini adalah pendapat yang paling aneh.
Al-Qosim berkata : "aku tidak perduli dengan hal itu (ayat itu), aku
beriman kepada keduanya". Mayoritas Ulama salaf berpendapat bahwa yang
dimaksud adalah dua malaikat dari langit yang diturunkan kebumi.
Maka
untuk menjama' hal ini dengan dalil yang menunjukkan bahwa malaikat itu
adalah makhluk yang dijaga dari dosa oleh Allah yaitu bahwa keduanya itu tetap
berada pada ilmu Allah, ini adalah pengkhususan bagi keduanya. Hal ini
sebagaimana yang terjadi pada iblis, ketika ia diperintahkan untuk bersujud
kepada Adam dan ia tidak menjalankan perintah itu, sedangkan ia termasuk
golongan dari malaikat[2], hal ini sebagimana firmanNya pada Surat
Al-Baqarah ayat 34:
وَإِذْ
قُلْنَا لِلْمَلاَئِكَةِ اسْجُدُواْ لآدَمَ فَسَجَدُواْ إِلاَّ إِبْلِيسَ أَبَى
"Dan (Ingatlah) ketika kami berfirman kepada para
malaikat: "Sujudlah kamu kepada Adam," Maka sujudlah mereka kecuali
Iblis; ia enggan "
Maka
yang terjadi pada Harut dan Marut adalah lebih ringan daripada yang terjadi
pada iblis. pendapat ini dikisahkan oleh Al-Qurtubi dari dari Ali, Ibnu Mas'ud,
Ibnu Abbas, Ibnu Umar, Ka'ab Al-Ahbar, As-Sudi dan Al-Kalbi.
Banyak
sekali atsar yang menyebutkan tentang malaikat Harut dan Marut yang
disebutkan oleh jama'ah dari tabi'in, diantara mereka yaitu Mujahid, As-Sudi,
Al-Hasan Al-Bashri, Qotadah, Abul Aliyah, Az-Zuhri, Ar-Rabi bin Anas, Muqotil
dan yang lainnya baik dari ulama mutaqaddimin maupun mutaakhkhirin. Namun
kabar yang terperinci dari semua itu adalah kabar yang berasal dari bani Israil
dan tidak ada hadits yang menjelaskan tentang hal itu yang marfu' dan sahih
sampai kepada Rasulullah. Zahir dari susunan kata yang ada dalam Al-Qur an
adalah hanya menjelaskan secara qlobal saja, Wallahu a'lam.
Firman
Allah : (وما يعلمان من أحد حتى يقولا إنما نحن فتنة فلا تكفر)Al-Hasan Al-Bashri berkata:
"ya, memang benar, bahwasannya Allah telah menurunkan dua orang malaikat
dengan sihir mereka supaya mereka mengajarkan kepada manusia, dan Allah hendak
menguji manusia dengan hal ini. Sebelum itu Allah telah mengambil janji dari
dua orang malaikat itu supaya tidaklah keduanya mengajarkan kepada seseorang
hingga ia mengatakan 'sesungguhnya kami ini adalah sebagai ujian bagi kalian
maka janganlah kalian kufur'"(Riwayat Ibnu Abi hatim). Makna (الفتنة ) di sini adalah ujian
sebagaimana yang disebutkan dalam sebuah ayat yang lainnya tentang khabar Nabi
Musa ketika ia berkata: (إن هي إلا فتنتك ) yaitu ujian bagi kalian. Sebagian
Ulama bedalil dengan ayat ini bahwa orang yang belajar ilmu sihir maka hukumnya
adalah kafir. Hal ini diperkuat dengan hadits riwayat Al-Bazzar yang artinya :
'barang siapa yang dukun atau tukang sihir dan ia membenarkan apa yang ia
katakan, maka ia telah kafir kepada apa yang diturnkan kepada Nabi Muhammad'. Sanad
hadits ini adalah shohih, banyak hadits yang menjadi penguat atas hadits ini.
Firman
Allah (فيتعلمون منهما ما يفرقون به بين المرء وزوجه) yaitu manusia mempelajari dari
keduanya ilmu sihir dan apa yang menjadikan perubahan pada diri seseorang dari
perbuatan-perbuatan yang buruk. Hal ini sebagaimana yang sabda Nabi yang
diriwayatkan oleh Imam Muslim, beliau bersabda: "Setan meletakkan
singgasananya di atas air kemudian ia mengutus bala tentaranya kepada manusia,
maka yang paling kuat menebarkan fitnah ia adalah yang paling tinggi
kedudukannya. (Pada suatu ketika) ada salah satu dari tentaranya yang datang
melapor, 'aku senantiasa menggodanya hingga aku meninggalkannya dan ia berkata
begini dan begini(berkata buruk)'. Maka iblis berkata: 'tidak, demi Allah engkau
belum melakukan sesuatu sedikitpun kepadanya'. Maka ada lagi yang datang
melapor dan berkata: 'tidaklah aku meninggalkan orang itu kecuali aku telah
memisahkan antara dirinya dengan kelurganya'. Maka iblis berkata: 'bagus apa
yang engkau lakukan'.
Sebab
yang memisahkan antara seseorang dengan istrinya adalah dengan sihir yang bisa
membuat seseorang selalu memandang buruk apa yang ada pasangannya atau
membuatnya benci atau yang lainnya.
Firman
Allah (وما هم بضرين به من أحد إلا بإذن الله ). Sufyan Ats-Tsauri berkata :
"yaitu kecuali dengan taqdir Allah". Al-Hasan berkata: "sihir
ini tidak bisa membahayakan kecuali bagi orang yang memasukinya".
Firman
Allah: (ويتعلمون ما يضرهم ولا ينفعهم ) maksudnya yaitu membahayakan
agamanya dan ada manfaat yang ia peroleh.
Firman
Allah: (ولقد علموا لمن اشتراه ما له في الأخرة من خلاق ، ولا بئس ما شروا به
أنفسهم لو كانو يعلمون ). Qotadah berkata: "seandainya ahli kitab mengetahui apa
yang telah ditetapkan oleh Allah, yaitu bahwasannya tukang sihir itu tidak
mendapat bagian sedikitpun di akhirat".
Sebagian
ulama lainnya berdalil dengan firman Allah (ولو أنهم أمنوا واتقوا) bahwa tukang sihir itu
adalah kafir, hal ini sebagaimana yang diriwayatkan dari Imam Ahmad dan
sebagian dari Ulama salaf. Ada juga yang mengatakan bahwa ia tidak kafir tapi
hukumannya adalah dipenggal lehernya, hal ini sebagaimana diriwayatkan dari
Asy-Syafi'i dan Imam Ahmad keduanya mengatakan bahwa Umar bin Khattab
menetapkan bahwa hukuman bagi tukang sihir baik ia laki-laki maupun perempuan
dipenggal lehernya. Begitu juga yang diriwayatkan dari Ummul Mukminin Hafshah.
Beberapa
hal yang berkaitan dengan sihir
· Abu Abdillah Ar-Razi menyebutkan dalam tafsirnya, bahwa
orang-orang mu'tazilah mengingkari adanya sihir, mereka berkata:
'terkadang orang yang meyakini bahwa sihir itu adalah benar-benar ada maka ia
bisa kafir'. Adapun Ahlussunnah maka mereka meyakini bahwa tukang sihir
itu memang bisa membuat orang terbang, mengubah wujud manusia menjadi keledai,
begitu juga sebaliknya.
· Al-Wazir Abu Mizfar dalam kitabnya al-Ishraf 'ala
mazaahibil ishraf membuat bab khusus tentang sihir ia berkata : "para
ulama berijma bahwa sihir itu adalah benar-benar hakikat, kecuali Abu Hanifah.
Mereka berselisih pendapat tentang hukum orang mempelajari sihir dan
mengamalkannya, Abu Hanifah, Malik dan Ahmad menghukumi kafir. Sebagian sahabat
Abu Hanifah mengatakan barangsiapa yang mempelajari sihir untuk menjauhinya
atau supaya takut dengannnya maka ia tidak kafir, tetapi apabila ia
mempelajarinya dengan meyakini kebolehannya atau meyakini bahwa hal itu
mendatangkan manfaan maka ia kafir. Begitu juga orang yang meyakini bahwa setan
mampu melakukan baginya apa yang dia kehendaki maka dia kafir.
· Imam Asy-Syafi'i berkata : "apabila seseorang
mempelajari sihir maka kita tanyakan kepadanya tentang sifat dari sihir yang ia
lakukan, jika sihir yang ia lakukan itu menyebabkan kafir seperti apa yang
diyakini oleh penduduk Babilonia[3] yaitu seperti mendekatkan diri kepada
bintang, dan (ia meyakini) bintang itu berpengaruh terhadap apa yang terjadi
maka ia kafir, dan jika ia melakukan yang tidak menjadikan ia kafir namun ia
meyakini kebolehannya maka ia juga kafir. Az-zuhri mengatakan bahwa seorang
tukang sihir yang muslim maka ia harus dibunuh, adapun orang kafir maka ia
tidak dibunuh karena Rasulullah tidak membunuh seorang wanita yang telah
menyihir beliau.
· Abu Abdillah Ar-Razi kemudian menyebutkan macam-macam
sihir yaitu:
1. sihir kedustaan yang mana orang yang melakukannya
adalah orang penyembah bintang-bintang yang tujuh, mereka meyakini bahwa
bintang-bintang itulah yang mengatur alam, yang mendatangkan kebaikan dan
keburukan.
2. sihir yang menjadikan seseorang berangan-angan .
3. meminta pertolongan kepada ruh-ruh yang ada di bumi,
yang pada dasarnya mereka adalah jin.
4. sihir yang bisa mengelabuhi mata seseorang, yaitu
membuat penglihatan seseorang menjadi salah(tidak yang sebenarnya).
5. perbuatan yang membuat kagum seseorang, contohnya
yaitu seseorang yang mempunyai sebuah terompet, yang mana dia bisa
memerintahkan kepada terompet itu tanpa memegangnya sedikitpun, kemudian
keluarlah dari terompet itu gambaran dari negri Romawi dan India.
6. meminta tolong dengan makanan-makanan yang khusus[4].
7. ketergnatungan hati, yaitu seruan dari seorang tukang
sihir bahwa jin mentaatinya dan menuruti perintahnya pada setiap perintah yang
ia serukan. Hal ini kemudian menjadikan seseorang lemah akalnya, kemudian ia
meyakini bahwa hal itu benar adanya sehingga ia menjadi takut. Maka itu
menjadikannya lemah. Wallahul musta’an.
[2] Ulama berbeda pendapat dalam hal ini, ada
yang mengatakan bahwa iblis itu adalah dari golongan jin, Wallahu A'lam
bish-showab.
[4] seperti membuat makanan yang khusus untuk
dipersembahkan kepada jin dan lain sebagainya (wallohu a'lam)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar