Suatu ketika Sayyidina Umar berjalan di
tengah padang pasir yang tandus, dari kejauhan ia melihat seorang anak kecil
sedang menggembala kambing milik tuannya.
Umar bergerak mendekati anak tersebut, tanpa diminta anak kecil itu memberikan susu kambing kepada Sayyidina Umar. Lalu Umar bertanya: "Apakah kambing-kambing ini milikmu? Si anak menjawab: "Bukan tuan! Semua ini milik tuanku, aku hanya ditugaskan untuk menggembalakannya saja dan memberikan susunya kepada musafir yang kehausan."
Umar bergerak mendekati anak tersebut, tanpa diminta anak kecil itu memberikan susu kambing kepada Sayyidina Umar. Lalu Umar bertanya: "Apakah kambing-kambing ini milikmu? Si anak menjawab: "Bukan tuan! Semua ini milik tuanku, aku hanya ditugaskan untuk menggembalakannya saja dan memberikan susunya kepada musafir yang kehausan."
Akan tetapi Umar ingin menguji kejujuran anak kecil tersebut dengan menawarkan:
"Apakah kamu mau aku tukar kambing-kambing ini dengan sejumlah uang dan
engkau katakan saja kepada tuanmu bahwa kambing-kambingnya telah hilang."
Namun Sayyidina Umar begitu terkejut bahkan sampai menangis ketika mendengar
jawaban si anak: "Wahai tuan! Aku bisa saja menipu tuanku, namun apakah
aku bisa menipu Tuhannya tuanku, Dia Maha Melihat dan Maha Mengetahui."
Sepenggal kisah di atas kiranya dapat mengukur kadar kejujuran kita sampai sejauh mana, logikanya amat mudah bagi anak kecil tersebut untuk berbohong dan mengambil keuntungan yang besar dari ketidak jujuran, sebagaimana yang kita ketahui bahwa seorang anak amat mudah diiming-imingi. Akan tetapi anak kecil tersebut sekali lagi mengajarkan kita bahwa hakikat kejujuran bermula dari kenal dan rasa takutnya seorang hamba kepada Tuhannya, bermuara dari niat dan hati yang tulus maka akan teraplikasi dalam perkataan dan perbuatan.
Ibnu Abbas juga berkata: "Ada empat perkara yang akan membawa keberuntungan, jujur, rasa malu, akhlak yang baik dan pandai bersyukur." Efek kejujuran pasti akan membawa kepada nuansa-nuansa kebaikan, keihklasan dan qana’ah (merasa cukup dengan apa yang ada), sekaligus kebencian. Orang yang tamak akan dunia ini pasti akan membenci kejujuran, semestinya bumi ini cukup untuk keperluan manusia, namun tidak akan pernah cukup untuk ketamakan manusia. Berdusta demi kepentingan pribadi dan tertentu terlebih lagi untuk memperkaya diri sendiri jelas dilarang, Allah SWT berfirman: "Dan pada hari kiamat kamu akan melihat orang-orang yang berbuat Dusta terhadap Allah, mukanya menjadi hitam. Bukankah dalam neraka Jahannam itu ada tempat bagi orang-orang yang menyombongkan diri." (QS. Az-Zumar : 60)
Sebaliknya orang yang jujur tidak begitu perduli dengan kemewahan dunia dan segala isinya, kejujuran akan terpancar dari keimanan seseorang yang yakin bahwa semua akan berakhir dan akhirat jualah yang kekal. Allah SWT berfirman: "Di antara orang-orang mukmin itu ada orang-orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah, maka di antara mereka ada yang gugur. dan di antara mereka ada (pula) yang menunggu- nunggu dan mereka tidak merobah (janjinya)." (QS. Al-Ahzab : 23)
Islam adalah agama yang indah selalu mengajarkan ummatnya untuk berbuat baik dan membersihkan diri dari kekotoran baik lahir maupun batin, bukankah sejarah Islam telah mengukir nama-nama mereka yang menjadikan kejujuran sebagai filsapat hidup dan dengan kejujuran itu pula orang-orang kafir menjadi terpesona.
Rasulullah Bersabda: “Sesungguhnya kebenaran itu membawa kepada kebaikan dan kebaikan itu membawa ke surga. Seseorang akan selalu bertindak jujur sehingga ia di tulis di sisi Allah sebagai orang yang jujur. Dan sesungguhnya dusta itu membawa kepada kejahatan dan kejahatan itu membawa ke neraka. Seseorang akan selalu berdusta sehingga ia ditulis di sisi Allah sebagai pendusta.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Dan Allah pun berfirman didalam Al-Qur’an surat Att-taubah ayat 119:
Sepenggal kisah di atas kiranya dapat mengukur kadar kejujuran kita sampai sejauh mana, logikanya amat mudah bagi anak kecil tersebut untuk berbohong dan mengambil keuntungan yang besar dari ketidak jujuran, sebagaimana yang kita ketahui bahwa seorang anak amat mudah diiming-imingi. Akan tetapi anak kecil tersebut sekali lagi mengajarkan kita bahwa hakikat kejujuran bermula dari kenal dan rasa takutnya seorang hamba kepada Tuhannya, bermuara dari niat dan hati yang tulus maka akan teraplikasi dalam perkataan dan perbuatan.
Ibnu Abbas juga berkata: "Ada empat perkara yang akan membawa keberuntungan, jujur, rasa malu, akhlak yang baik dan pandai bersyukur." Efek kejujuran pasti akan membawa kepada nuansa-nuansa kebaikan, keihklasan dan qana’ah (merasa cukup dengan apa yang ada), sekaligus kebencian. Orang yang tamak akan dunia ini pasti akan membenci kejujuran, semestinya bumi ini cukup untuk keperluan manusia, namun tidak akan pernah cukup untuk ketamakan manusia. Berdusta demi kepentingan pribadi dan tertentu terlebih lagi untuk memperkaya diri sendiri jelas dilarang, Allah SWT berfirman: "Dan pada hari kiamat kamu akan melihat orang-orang yang berbuat Dusta terhadap Allah, mukanya menjadi hitam. Bukankah dalam neraka Jahannam itu ada tempat bagi orang-orang yang menyombongkan diri." (QS. Az-Zumar : 60)
Sebaliknya orang yang jujur tidak begitu perduli dengan kemewahan dunia dan segala isinya, kejujuran akan terpancar dari keimanan seseorang yang yakin bahwa semua akan berakhir dan akhirat jualah yang kekal. Allah SWT berfirman: "Di antara orang-orang mukmin itu ada orang-orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah, maka di antara mereka ada yang gugur. dan di antara mereka ada (pula) yang menunggu- nunggu dan mereka tidak merobah (janjinya)." (QS. Al-Ahzab : 23)
Islam adalah agama yang indah selalu mengajarkan ummatnya untuk berbuat baik dan membersihkan diri dari kekotoran baik lahir maupun batin, bukankah sejarah Islam telah mengukir nama-nama mereka yang menjadikan kejujuran sebagai filsapat hidup dan dengan kejujuran itu pula orang-orang kafir menjadi terpesona.
Rasulullah Bersabda: “Sesungguhnya kebenaran itu membawa kepada kebaikan dan kebaikan itu membawa ke surga. Seseorang akan selalu bertindak jujur sehingga ia di tulis di sisi Allah sebagai orang yang jujur. Dan sesungguhnya dusta itu membawa kepada kejahatan dan kejahatan itu membawa ke neraka. Seseorang akan selalu berdusta sehingga ia ditulis di sisi Allah sebagai pendusta.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Dan Allah pun berfirman didalam Al-Qur’an surat Att-taubah ayat 119:
Betapa kita dianjurkan untuk selalu berdampingan dalam kehidupan bersama dengan orang-orang yang jujur, karena dengan bersikap jujur banyak orang yang terselamatkan, karena sekali saja kita berbohong kita akan berusaha menutupi kebohongan yang pertama kita lakukan dengan berkali-kali, sehingga tanpa terasa kebohogan itu sudah menjadi kebiasaan yang susah untuk dihilangkan, semoga dengan berusaha bersikap jujur terhadap diri sendiri, insyaallah kita pun dapat bersikap jujur terhadap orang lain.
Nilai Sebuah kejujuran tidak akan bisa dibeli oleh harta dan benda, hanya dapat kira rasakan didalam kehidupan kita sehari-hari betapa damai dan sejahteranya orang-orang yang masih mempunyai sikap Jujur dihatinya, tanpa perlu takut akan terhina oleh orang lain dan di sisi Allah pun kita akan ditulis sebagai orang yang jujur yang kelak akan membawa kita surga nya Allah yang Luas nya seluas langit dan bumi, Aamiin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar