Umar bin Al-Khaththab
senantiasa mengerjakan shalat pada malam hari dan berpuasa serta melayani
keperluan rakyatnya ketika siang hari betapapun sibuknya. Dalam mengerjakan
shalat malamnya beliau selalu mengajak anggota keluarganya. Shalatnya
dikerjakan dengan sangat lama. Seringnya beliau mengerjakan sholat isya
berjamaah dan kemudian di rumah mengerjakan shalat sampai terbit fajar. Tangis
dan air mata selalu menghiasi malam-malam beliau. Sampai-sampai diriwayatkan
bahwa di wajah beliau ada dua garis hitam karena banyaknya menangis.
Sedangkan Ali bin Abi THalib, dikisahkan adalah seorang yang yang istiqomah dan kusyu’ dalam menghidupkan malam-malamnya. Mu’awiyyah bin Abi Sufyan ra memberitakan kabar dari Dhirar bin Dhamrah al-Kinani bahwa Ali adalah seorang yang tidak menyukai tipuan dunia, namun sangat menyukai malam dan kegelapannya. Dhirar menceritakan bahwa beliau menyaksikan amirul mukminin,
Ali bin Abi
thalib ra menurunkan tabirnya pada malam hari sehingga masuklah cahaya bintang.
Beliau berada di mihrabnya dalam waktu yang sangat lama, terkadang gelisah dan
menangis penuh kesedihan. Samar-samar Dhirar mendengar Ali ra berseru pada
Allah dan merendahkan diri pada-Nya. Kemudian berseru pada dunia yang intinya
mengatakan bahwa dunia sangatlah tidak pantas untuk dirinya, walaupun berhias
sekalipun, sangat jauh, umur dunia sangat pendek tidak sebanding dengan tujuan
hakiki. Disebutkan juga dunia ini adalah sesuatu yang bahaya dan hina bila
berteman dengan dunia. Sedangkan pada Al-Asytar an-Nakha’i, Ali pernah menjawab
pertanyaan mengenai apakah tidak payah berpuasa siang hari dan mengerjakan
qiyamul lail di malam hari. Beliau Ali ra mengatakan bahwa perjalanan di
akherat adalah amat panjang dan memerlukan tambahan perjalanan malam.
Utsman bin Affan ra. melakukan qiyamul lailnya secara sungguh mengagumkan. Zuhaimah menceritakan bahwa Utsman ra. hanya tidur sebentar pada malam hari dan selebihnya selalu menghidupkan malamnya. Sedangkan pada siang harinya, beliau berpuasa. Ibnu Sirin mengatakan bahwa pada waktu Utsman terbunuh, isterinya berkata kepada pembunuhnya bahwa mereka telah membunuh orang yang menghidupkan malamnya dengan membaca seluruh Al Qur’an dalam satu rakaat.
Indahnya para kekasih Allah yang lainnya dalam menghidupkan malam insyaAllah akan disampaikan dalam tulisan berikutnya.
Sumber bacaan, Muhammad Shalih Ali Abdillah Ishaq. Bersujud di keheningan malam, 111 jalan menumbuhkan gairah qiyamul lail. Judul Asli Kaifa Ttahammas Li Qiyam Al-Lail. Penerjemah Muh. Muhaimin, M.Ag dan Nur Afifah, S.Ag. Yogyakarta, Mitra Pustaka. 2010.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar