Manusia yang galau adalah manusia yang sedang dalam keresahan,
labil, tidak memiliki pedoman. Manusia yang ragu dan tak memiliki pegangan.
Tentu hal ini bukanlah jiwa seorang mukmin, sebab mukmin pasti tidak ragu, ia
pasti memegang HUDA (petunjuk) dari Allah yaitu Kitabullah (QS 2/2).
Manusia mukmin yang
istiqomah (teguh pendirian) pasti akan terhindar dari kegalauan, firman Allah
Ta’ala: Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran
terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. (QS. Yunus:62)
Bahkan seandainyapun
ia dihadapkan kepada musuh yang akan mencelakakannya iapun tidak akan galau,
Firman Allah ta’ala: (Yaitu)
orang-orang (yang mentaati Allah dan Rasul) yang kepada mereka ada orang-orang
yang mengatakan: “Sesungguhnya manusia telah mengumpulkan pasukan untuk
menyerang kamu, karena itu takutlah kepada mereka”, maka perkataan itu menambah
keimanan mereka dan mereka menjawab:”Cukuplah Allah menjadi Penolong kami dan
Allah adalah sebaik-baik Pelindung”. Maka mereka kembali dengan nikmat dan
karunia (yang besar) dari Allah, mereka tidak mendapat bencana apa-apa, mereka
mengikuti keridhaan Allah. Dan Allah mempunyai karunia yang besar.” (QS. Ali Imran:173-174)
Ketenangan jiwa dan
kesetabilan emosi betul betul dimiliki oleh oranmg mukmin, semua terjadi karena
pertolongan Allah, sehingga ia berdiri tegak menolak galau.
Tetapi, tetap saja setan berkeras mengganggu kesetabilan jiwa
mukmin, mencari celah agar si mukmin menjadi galau, cemas dan khawatir. Oleh
karena itu ia harus selalu awas dan waspada atas gerakan setan tersebut dan
tetap menolak galau.
Ada beberapa panduan dari Allah untuk mukmin agar tetap
istiqomah, agar tetap tentram jiwanya dalam menunaikan amanah Allah, kita sebut
pedoman anti galau:
1-
Dzikrullah
Selalu mengingat
Allah dalam setiap keadaan. Firman Allah; “(yaitu)
orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat
Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah hati menjadi tenteram.”
2-
Tawakkal menghadapi kenyataan
Tawakkal adalah jiwa yang berserah diri kepada Allah, menerima kenyataan apapun sebagai pemberian Allah, miskin, kaya, cantik, jelek dan lain sebagainya adalah pemberian Allah yang terbaik bagi dirinya. Termasuk menerima kenyataan apapun setelah kita bekerja keras. Sebab kadang Allah menaqdirkan kita sukses ataupun gagal. Firman Allah Ta’ala:
“Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan),
kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain. dan hanya kepada
Tuhanmulah hendaknya kamu berharap.“ (QS: al Insyirah: 7-8).
Dengan berserah kepada Allah Subhanahu Wata’ala, kita akan
melakukan apapun dengan ketenangan dan kenyamanan bathin karena ada jaminan
Allah Subhanahu Wata’ala yang senantiasa memelihara ciptaan-Nya. Allah
Subhanahu Wata’ala berfirman:
“Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan
barangsiapa yang bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan
(keperluan) nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang
(dikehendaki) Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi
tiap-tiap sesuatu.” (QS.
Ath-Thalaaq : 3).
3-
Bersabar dalam melaksanakan tugas
Sabar adalah kekuatan jiwa dalam melaksanakan tugas hidup (ibadah), apapun kondisinya ia akan berkeras untuk tunainya kewajiban, Firman Allah ta’ala: “Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada Allah Subhanahu Wata’ala, supaya kamu beruntung.” (QS Ali Imran (3) ayat 200)
Sungguh tidak ada kesabaran kecuali dalam melaksanakan
kewajiban.
Dan sesungguhnya dengan bersabar Allah Subhanahu Wata’ala sedang
menyertai kita. Bukankah suatu kemuliaan bagi manusia jika sang Maha Pencipta
sudi menyertai hidupnya? Inilah janji Allah Subhanahu Wata’ala Allah Subhanahu
Wata’ala Ta’ala dalam firman-Nya;
“Sesungguhnya Allah Subhanahu Wata’ala bersama orang-orang yang
sabar.” (QS.
Al-Baqarah:153).
4-
Istiqomah dalam pandangan dan keyakinan
Istiqomah adalah teguh pendirian, tidak berubah karena cobaan dan
godaan. Tetap beriman kepada Allah dan Rasul-Nya betapapun besarnya bujuk rayu.
Tetap memegang Pedoman Kitabullah betapapun kuatnya godaan. Tetap komitmen
dengan keislamannya betapapun hebatnya cobaan.
Firman Allah ta’ala: “Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan:
“Robb kami ialah Allah”, kemudian mereka tetap beristiqomah, maka tidak ada
kekhawatiran terhadap mereka dan mereka tiada (pula) berduka cita, mereka
itulah penghuni-penghuni surga, mereka kekal di dalamnya; sebagai balasan atas
apa yang telah mereka kerjakan (di dunia)” (QS. Al Ahqaaf [46]: 13-14)
Firman Allah ta’ala: Maka
beristiqomahlah (tetaplah) pada jalan yang lurus menuju kepada Allah dan
mohonlah ampun kepada-Nya”. (QS. Fushshilat [41]: 6)
5-
Berharap kepada Allah
berdoa kepada Allah ta’ala agar
Dia senantiasa memberikan kepada kita istiqomah hingga akhir hayat. Bahkan Ummu
Salamah radhiyallahu ‘anhamengatakan bahwa doa yang paling
sering dibaca oleh Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam adalah
doa, “Yaa
muqollibal qulub tsabbit qolbi ‘ala diinik” artinya “Wahai Zat yang
membolak-balikkan hati teguhkanlah hatiku di atas agama-Mu.” (HR. Tirmidzi,
Ahmad, Hakim, dishahihkan oleh Adz Dzahabi, lihat pula Shahihul Jami’)
Atau berdo’a : HASBUNALLAH WANI’MAL WAKIIL
“Cukuplah Allah menjadi penolong kami dan Allah adalah
sebaik-baik Pelindung.” (Qs. Ali Imran : 173).
6-
BerUswah kepada Rasulullah
membaca kisah
Rasulullah, para sahabat dan para ulama terdahulu untuk mengambil teladan dari
mereka. Dengan membaca kisah-kisah mereka, bagaimana perjuangan mereka dalam
menegakkan diinul Islam, maka kita dapat mengambil pelajaran dari kisah
tersebut sebagaimana firman Allahta’ala yang artinya, “Dan semua kisah dari rasul-rasul Kami ceritakan kepadamu, ialah
kisah-kisah yang dengannya Kami teguhkan hatimu; dan dalam surat ini telah
datang kepadamu kebenaran serta pengajaran dan peringatan bagi orang-orang yang
beriman.” (QS. Huud
[11]: 120)
oleh: waiman cakrabuana
Tidak ada komentar:
Posting Komentar