Semua orang yang ada di
dunia ini sudah pasti ingin hidupnya bahagia. Namun yang menjadi tolak ukur
kebahagiaan itu, belum ada yang bisa memastikannya.
Bahagia itu apa sih
sebenarnya ?
Kebahagiaan hidup
ternyata tidak bisa diukur dari kemewahan. Pun kebahagiaan itu tidak bisa
diukur dari popularitas. Karena terkadang, kemewahan dan popularitas bisa
membawa seseorang pada kebahagiaan semu. Karena hakekatnya, kebahagiaan sejati
ada pada bagaimana seseorang mampu memberi kebaikan dan manfaat untuk orang
lain.
Orang yang bahagia adalah
orang yang merasa tenang dalam menjalani hidup. Kebahagiaan manusia ada bila ia
bisa membuka mata hatinya, dan menyadari bahwa ia memiliki banyak hal yang
berarti dan menyadari betapa ia dicintai. Manusia bisa bahagia, bila ia mau
membuka diri agar orang lain bisa mencintainya dengan tulus.
Kebahagiaan bersumber
dari dalam diri sendiri, jangan berharap dari diri orang lain, karena orang
lain dapat mengkhianati. Kebahagiaan ada bila bisa menerima diri apa adanya,
mencintai dan menghargai diri sendiri, mau mencintai dan menerima orang lain.
Percaya kepada Tuhan, bersyukur bahwa manusia selalu diberikan yang terbaik
sesuai yang diperbuat manusia itu sendiri. Tak perlu berkeras hati, Ia akan
memberi di saat yang tepat apa yang manusia butuhkan.
Orang yang beriman dan
beramal sholeh, merekalah yang sebenarnya merasakan manisnya kehidupan dan
kebahagiaan karena hatinya yang selalu tenang, berbeda dengan orang-orang yang
lalai dari Allah yang selalu merasa gelisah. Walaupun mungkin engkau melihat
kehidupan mereka begitu sederhana, bahkan sangat kekurangan harta. Namun jika
engkau melihat jauh, engkau akan mengetahui bahwa merekalah orang-orang yang
paling berbahagia. Perhatikan seksama firman-firman Allah Ta’ala berikut.
Allah Ta’ala berfirman,
“Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh,
baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan
Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik.” (QS. An Nahl: 97). Ini adalah
balasan bagi orang mukmin di dunia, yaitu akan mendapatkan kehidupan yang baik.
“Dan sesungguhnya akan Kami beri balasan
kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.”
(QS. An Nahl: 97). Sedangkan dalam ayat ini adalah balasan di akhirat, yakni
alam barzakh.
Begitu pula Allah Ta’ala
berfirman,
“Dan orang-orang yang berhijrah karena
Allah sesudah mereka dianiaya, pasti Kami akan memberikan tempat yang bagus
kepada mereka di dunia. Dan sesungguhnya pahala di akhirat adalah lebih besar,
kalau mereka mengetahui.” (QS. An Nahl: 41)
“Dan hendaklah kamu
meminta ampun kepada Tuhanmu dan bertobat kepada-Nya. (Jika kamu, mengerjakan
yang demikian), niscaya Dia akan memberi kenikmatan yang baik (terus menerus)
kepadamu sampai kepada waktu yang telah ditentukan dan Dia akan memberi kepada tiap-tiap
orang yang mempunyai keutamaan (balasan) keutamaannya.” (QS. Huud: 3).
Kedua ayat ini menjelaskan balasan di akhirat bagi orang yang beriman dan
beramal sholeh.
Begitu pula Allah Ta’ala
berfirman,
“Katakanlah: “Hai hamba-hamba-Ku yang
beriman, bertakwalah kepada Tuhanmu”. Orang-orang yang berbuat baik di dunia
ini memperoleh kebaikan. Dan bumi Allah itu adalah luas. Sesungguhnya hanya
orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.”
(QS. Az Zumar: 10)
Inilah empat tempat dalam
Al Qur’an yang menjelaskan balasan bagi orang yang beriman dan beramal sholeh.
Ada dua balasan yang mereka peroleh yaitu balasan di dunia dan balasan di
akhirat. Itulah dua kebahagiaan yang nantinya mereka peroleh. Ini menunjukkan
bahwa mereka lah orang yang akan berbahagia di dunia dan akhirat.
Syaikhul Islam Ibnu
Taimiyah (nama aslinya
adalah Ahmad bin Abdul Halim bin Abdus Salam bin Abdullah bin Muhammad bin Al
Khodr bin Muhammad bin Al Khodr bin Ali bin Abdullah bin Taimiyyah Al Haroni Ad
Dimasqi. Nama Kunyah beliau adalah Abul ‘Abbas) mengatakan, “Di dunia
itu terdapat surga. Barangsiapa yang tidak memasukinya, maka dia tidak akan
memperoleh surga akhirat.”
Ibnul Qayyim menjelaskan bahwa surga dunia
adalah mencintai Allah, mengenal Allah, senantiasa mengingat-Nya, merasa tenang
dan thuma’ninah ketika bermunajat pada-Nya, menjadikan kecintaan hakiki hanya
untuk-Nya, memiliki rasa takut dan dibarengi rasa harap kepada-Nya, senantiasa
bertawakkal pada-Nya dan menyerahkan segala urusan hanya pada-Nya.
Inilah surga dunia yang dirindukan oleh para pecinta surga akhirat.
Itulah surga yang seharusnya engkau raih, dengan meraih
kecintaan Allah, senantiasa berharap pada-Nya, serta dibarengi dengan rasa
takut, juga selalu menyandarkan segala urusan hanya kepada-Nya.
Inti dari ini semua adalah letak kebahagiaan bukanlah dengan
memiliki istana yang megah, mobil yang mewah, harta yang melimpah. Namun letak
kebahagiaan adalah di dalam hati, yaitu hati yang memiliki keimanan,
yang selalu merasa cukup dan selalu bersandar pada Allah Ta’ala.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Yang namanya kaya
(ghina’) bukanlah dengan banyaknya harta (atau banyaknya kemewahan dunia).
Namun yang namanya ghina’ adalah hati yang selalu merasa cukup.” (HR.
Bukhari dan Muslim)
Semoga Allah memberi petunjuk kepada kita dan memberikan kita
surga dunia yaitu dengan memiliki hati yang selalu bersandar pada-Nya.
Hati yang selalu merasa cukup itulah yang lebih utama dari harta
yang begitu melimpah.
Alhamdulillahilladzi bi ni’matihi tatimmush
sholihaat. Wa shallallahu ‘ala nabiyyina Muhammad wa ‘ala alihi wa
shohbihi wa sallam
Sumber : (di Edit seperlunya) http://muslim.or.id/tazkiyatun-nufus/letak-kebahagiaan-bukan-pada-kemewahan-dunia.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar