Diadzani
saat kita lahir dan disholatkanlah saat kita mati, tidakkah hal ini menyadarkan
kita akan suatu peringatan dari Allah untuk kita?
Rentang waktu sejak dikumandangkannya Adzan hingga ditegakkannya Sholat, mencerminkan betapa perjalanan hidup kita ini begitu singkatnya.
Dikumandangkannya Adzan menandakan awal masuknya waktu untuk menegakkan Sholat. Hal ini pun tak ubahnya dalam kebiasaan untuk mengadzani bayi yang baru lahir ke bumi, sebagai sebuah penanda bahwa telah dimulainya hidup baru.
Di saat kita mati maka kita pun akan disholatkan yang berarti sebagai sebuah penanda bahwa kita telah mengakhiri perjalanan hidup kita di dunia.
Jadi kapan waktu kita untuk menjalani hidup ini tentunya berada dalam rentang antara dikumandangkannya Adzan hingga ditegakkannya Sholat.
Bahkan bisa dikatakan lebih singkat lagi dari itu karena sesaat sebelum ditegakkannya Sholat, kita akan mengumandangkan Iqomat. Jadi bahkan lebih singkat lagi yaitu antara Adzan hingga Iqomat.
Adzan adalah penanda masuknya waktu Sholat sedangkan Iqomat adalah penanda untuk segera ditegakkannya Sholat. Sehingga Iqomat bisa kita maknai bahwa kita sudah sangat dekat menjelang kematian.
Setelah kita memahami pesan-pesan Allah dari Adzan, Iqomat, dan Sholat, maka kita pun akan menjadi memahami pula mengapa Rasulullah s.a.w. begitu seringnya untuk menyuruh umatnya untuk tidak menunda-nunda menunaikan Sholat segera setelah dikumandangkannya Adzan.
Hal ini ternyata punya manfaat dan dampak yang baik terhadap pelakunya, yaitu si pelaku akan menjadi terlatih dan terbiasa untuk selalu siap setiap saat dalam menghadapi waktu ajalnya hingga menghadapi kehidupan akhiratnya kelak.
Hikmah dari dikumandangkannya Adzan, Iqomat, hingga ditegakkannya Sholat ini, akan melahirkan tiga golongan manusia:
Rentang waktu sejak dikumandangkannya Adzan hingga ditegakkannya Sholat, mencerminkan betapa perjalanan hidup kita ini begitu singkatnya.
Dikumandangkannya Adzan menandakan awal masuknya waktu untuk menegakkan Sholat. Hal ini pun tak ubahnya dalam kebiasaan untuk mengadzani bayi yang baru lahir ke bumi, sebagai sebuah penanda bahwa telah dimulainya hidup baru.
Di saat kita mati maka kita pun akan disholatkan yang berarti sebagai sebuah penanda bahwa kita telah mengakhiri perjalanan hidup kita di dunia.
Jadi kapan waktu kita untuk menjalani hidup ini tentunya berada dalam rentang antara dikumandangkannya Adzan hingga ditegakkannya Sholat.
Bahkan bisa dikatakan lebih singkat lagi dari itu karena sesaat sebelum ditegakkannya Sholat, kita akan mengumandangkan Iqomat. Jadi bahkan lebih singkat lagi yaitu antara Adzan hingga Iqomat.
Adzan adalah penanda masuknya waktu Sholat sedangkan Iqomat adalah penanda untuk segera ditegakkannya Sholat. Sehingga Iqomat bisa kita maknai bahwa kita sudah sangat dekat menjelang kematian.
Setelah kita memahami pesan-pesan Allah dari Adzan, Iqomat, dan Sholat, maka kita pun akan menjadi memahami pula mengapa Rasulullah s.a.w. begitu seringnya untuk menyuruh umatnya untuk tidak menunda-nunda menunaikan Sholat segera setelah dikumandangkannya Adzan.
Hal ini ternyata punya manfaat dan dampak yang baik terhadap pelakunya, yaitu si pelaku akan menjadi terlatih dan terbiasa untuk selalu siap setiap saat dalam menghadapi waktu ajalnya hingga menghadapi kehidupan akhiratnya kelak.
Hikmah dari dikumandangkannya Adzan, Iqomat, hingga ditegakkannya Sholat ini, akan melahirkan tiga golongan manusia:
·
PERTAMA, Orang yang
melambat-lambatkan Sholatnya sudah tentu ia termasuk golongan orang yang merugi
karena ia tak ubahnya seperti Fir’aun yang bertaubat saat ajal sudah
menghampirinya yang berati sebuah taubat yang sia-sia.
·
KEDUA, Tentu masih bisa
dikatakan beruntunglah orang-orang yang masih sempat untuk ikut menegakkan
Sholat dengan berjamaah sesaat setelah dikumandangkannya Iqomat. Tak ubahnya
seperti orang yang sangat beruntung dikarenakan ia masih sempat bertaubat
sesaat sebelum ajalnya tiba.
Hal ini mengingatkan akan kisah seorang pembunuh 99 orang yang beruntung masuk surga karena sesaat sebelum kematian menjemputnya, ia sempat bergegas untuk bertaubat, namun dalam perjalanannya ia keburu meninggal hingga Allah pun akhirnya menolongnya dengan lebih mencondongkan arah kematiannya menuju kebaikan bertaubat sehingga ia pun pada akhirnya dimasukkan dalam golongan penghuni surga.
Golongan kedua ini sangatlah beresiko karena ia bertaruh begitu besar dengan waktu ( gambling). Seakan-akan ia mengetahui akan meninggal pada kisaran umur 60 tahunan, sehingga ia pun menunda-nunda beramal sholeh. Tapi apa mau dikata bila ternyata ajal menjemputnya sebelum perkiraannya?! Sungguh sebuah pertaruhan yang sangat beresiko.
Selain itu, sekalipun golongan kedua ini dalam pertaruhannya ia beruntung diterima taubatnya, tetap saja ia akan merasa menyesal karena ia tidak bisa mencapai tingkatan surga yang lebih tinggi atau yang paling tinggi. Tingkatan surga ini ditentukan oleh besarnya amal kebaikan yang kita lakukan selama di dunia. Sedangkan jarak satu tingkatan dengan tingkatan lainnya di dalam surga seperti jarak antara langit dan bumi.
Hal ini mengingatkan akan kisah seorang pembunuh 99 orang yang beruntung masuk surga karena sesaat sebelum kematian menjemputnya, ia sempat bergegas untuk bertaubat, namun dalam perjalanannya ia keburu meninggal hingga Allah pun akhirnya menolongnya dengan lebih mencondongkan arah kematiannya menuju kebaikan bertaubat sehingga ia pun pada akhirnya dimasukkan dalam golongan penghuni surga.
Golongan kedua ini sangatlah beresiko karena ia bertaruh begitu besar dengan waktu ( gambling). Seakan-akan ia mengetahui akan meninggal pada kisaran umur 60 tahunan, sehingga ia pun menunda-nunda beramal sholeh. Tapi apa mau dikata bila ternyata ajal menjemputnya sebelum perkiraannya?! Sungguh sebuah pertaruhan yang sangat beresiko.
Selain itu, sekalipun golongan kedua ini dalam pertaruhannya ia beruntung diterima taubatnya, tetap saja ia akan merasa menyesal karena ia tidak bisa mencapai tingkatan surga yang lebih tinggi atau yang paling tinggi. Tingkatan surga ini ditentukan oleh besarnya amal kebaikan yang kita lakukan selama di dunia. Sedangkan jarak satu tingkatan dengan tingkatan lainnya di dalam surga seperti jarak antara langit dan bumi.
·
KETIGA, inilah yang
sebenar-benarnya yang dikatakan sebagai golongan yang sangat-sangat beruntung,
selain ia telah siap diri setiap waktunya dengan kemungkinan tibanya ajal,
golongan inipun sudah sejak awal menabung amal-amal sholeh hingga mereka inilah
yang layak untuk menempati surga yang tingkatannya tinggi.
Dengan membiasakan diri kita untuk menegakkan sholat tepat pada waktunya, ditambah ia sigap lebih awal saat mendengar kumandang Adzan bahkan sebelumnyapun, maka Insya Allah kita akan menjadi terbiasa untuk secara reflek bersegera melakukan amal sholeh tanpa menundanya yang berarti kita akan termasuk dalam golongan yang ketiga tersebut.
Dengan membiasakan diri kita untuk menegakkan sholat tepat pada waktunya, ditambah ia sigap lebih awal saat mendengar kumandang Adzan bahkan sebelumnyapun, maka Insya Allah kita akan menjadi terbiasa untuk secara reflek bersegera melakukan amal sholeh tanpa menundanya yang berarti kita akan termasuk dalam golongan yang ketiga tersebut.
Inilah pesan-pesan dari Allah Ta’ala kepada kita dari dikumandangkannya Adzan. Mudah-mudahan mulai saat ini kita tidak lagi menunda-nunda Sholat agar kita tidak tertipu oleh waktu dan akhirnya merugi karena kita sendiri telah menghilangkan kesempatan untuk menjadi penghuni surganya Allah yang seluas langit dan bumi yang disediakan-Nya untuk hamba-hamba-Nya yang sholeh.
Segala puji dan syukur bagi Allah Tuhan Semesta Alam yang telah
menganugerahkan agama Islam ini untuk kebaikan, keselamatan, dan kesejahteraan
kita semuanya.
Serta salam dan shalawat semoga terus tercurah kepada Nabi Muhammad s.a.w. yang telah berjasa besar mengajarkan agama Islam ini dan menyebarkannya hingga sampai pada kita saat ini.
Serta salam dan shalawat semoga terus tercurah kepada Nabi Muhammad s.a.w. yang telah berjasa besar mengajarkan agama Islam ini dan menyebarkannya hingga sampai pada kita saat ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar