Penetapan kalender Islam yang didasarkan pada peristiwa hijrah Rasulullah SAW oleh Khalifah Umar bin Khattab syarat dengan makna.
Salah satu sebab yang melatarbelakangi penetapan kalender tersebut antara lain pentingnya umat Islam memiliki perhitungan tahun yang didasarkan pada bulan-bulan yang disebutkan di dalam Alqur'an.
Hebatnya, kalender tersebut tidak didasarkan pada momentum kelahiran Rasululah SAW, padahal semua orang tahu bahwa pada hari kelahiran tersebut terkumpul kebaikan, berkah dan rahmat bagi alam semesta.
Namun, demi maksud menghindari penyerupaan agama lain yang menetapkan kalender tahunan berdasarkan kelahiran panutannya, maka kalender Islam dihitung dengan berpatokan pada hijrah Rasulullah SAW ke Madinah.
Hal tersebut tidak lain karena penyerupaan terhadap agama lain termasuk perbuatan yang dilarang dalam Islam, disamping umat Islam diidealkan sebagai umat terbaik sepanjang zaman (QS. Ali Imran: 110) dan menjadi saksi atas semua fenomena yang terjadi di dunia (QS. 143).
Lebih dari itu, sesungguhnya hijrah merupakan capaian peradaban Islam periode Makkah, sebab selain peristiwanya menorehkan tinta emas sejarah, pelaksanaan hijrah telah menjadi permulaan kemerdekaan bagi kaum muslimin, terbitnya peradaban Islam, pendirian negara ideal, pelaksanaan sistem kehidupan dengan prinsip keadilan dan kemanusiaan, serta ide yang semangatnya terus diperbarui dan diaktualisasikan sepanjang zaman.
Hijrah dengan demikian bukan semata-mata perpindahan fisik untuk kehidupan yang lebih baik, melainkan harapan dan aktualisasi keimanan untuk penegakan dakwah Islam dengan landasan hikmah, pengajaran baik dan perdebatan yang bermartabat. (QS. An-Nahl: 125).
Oleh sebab itu, hijrah tidak berarti pemutusan terhadap masa lalu, melainkan menyulam masa lalu dengan masa kini demi kecemerlangan peradaban masa mendatang. Karenanya, penduduk Makkah yang kafir dan memusuhi Islam tetap menjadi core dakwah, disamping pemantapan masyarakat madani di Madinah.
Para sahabat tahu betul bahwa hijrah Rasul ke Madinah menyiratkan harapan besar bagi berdirinya komunitas Islam yang kokoh dan kuat. Maka kendati Rasulullah SAW dikepung dan dikejar oleh pasukan kafir Quraish, namun Allah SWT memberikan janji pertolongan (QS. At-Taubah: 40).
Di dalam setiap hijrah terkandung harapan pertolongan dari Allah dan optimisme masa depan yang lebih baik. Maka pada saat menuju Madinah pun, ketika Suraqah bin Malik mengejar Rasulullah bersama Abu Bakar dengan menunggang kuda dan pedang terhunus di tangannya, Rasulullah SAW tidak berpaling ke belakang.
Dan ketika jarak keduanya tinggal beberapa langkah, kuda Suraqah ditelan bumi, sehingga ia yakin bahwa Muhammad bukanlah manusia biasa, melainkan seorang Nabi yang disebut di dalam Taurat dan Injil serta ajarannya menjadi penutup wahyu dari langit.
Suraqah yang semula berambisi menghabisi Muhammad berbalik meminta ampunan dan memohon diberikan karamah yang bermanfaat bagi masa depannya sebab ia meyakini masa depan ada pada Islam.
Demikianlah, hijrah yang bukan saja menyejarah melainkan menjadi buah dari sejarah (peradaban) yang senantiasa diperbarui makna dan substansinya demi perubahan dan peradaban masa depan yang lebih baik. Selamat Tahun Baru Hijriyah. Semoga sepanjang Tahun Anda Senantiasa Dalam Kebaikan. Wallahu a'lam.
Oleh: Dr
Muhammad Hariyadi, MA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar