Selasa, 16 Juli 2013

BAHAGIA SAAT BERPUASA DIBULAN RAMADHAN



“Ada anak bertanya pada bapaknya;
Buat apa berlapar-lapar puasa?
Ada anak bertanya pada bapaknya??
Tadarus tarawih apalah gunanya?
Lapar mengajarmu rendah hati selalu,
Tadarus artinya memahami kitab suci,
Tarawih mendekatkan diri pada Ilahi”.

Itulah penggalan lirik lagu Islami tentang Ramadhan yang dikarang dan dinyanyikan oleh group Bimbo beberapa tahun silam, yang mana dari isi lirik tersebut mengajak umat Islam memahami makna dan esensi dari ibadah puasa; bahwa puasa mengajarkan seseorang untuk rendah hati selalu. Bahwa puasa merupakan kebutuhan bukan sekedar kewajiban dan taklif ilahi belaka, puasa merupakan pendidikan bukan beban belaka, puasa merupakan tuntunan menuju perbaikan diri bukan sekedar tuntutan samawi belaka.
Allah SWT berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa” (Al-Baqarah:183)

وَأَنْ تَصُومُوا خَيْرٌ لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ

“Dan berpuasa lebih baik bagimu jika kamu mengetahui” (Al-Baqarah : 184).

إِنَّ الْمُسْلِمِينَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْقَانِتِينَ وَالْقَانِتَاتِ وَالصَّادِقِينَ وَالصَّادِقَاتِ وَالصَّابِرِينَ وَالصَّابِرَاتِ وَالْخَاشِعِينَ وَالْخَاشِعَاتِ وَالْمُتَصَدِّقِينَ وَالْمُتَصَدِّقَاتِ وَالصَّائِمِينَ وَالصَّائِمَاتِ وَالْحَافِظِينَ فُرُوجَهُمْ وَالْحَافِظَاتِ وَالذَّاكِرِينَ اللَّهَ كَثِيرًا وَالذَّاكِرَاتِ أَعَدَّ اللَّهُ لَهُمْ مَغْفِرَةً وَأَجْرًا عَظِيمًا

“Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang muslim, laki-laki dan perempuan yang mukmin, laki-laki dan perempuan yang tetap dalam ketaatannya, laki-laki dan perempuan yang benar, laki-laki dan perempuan yang sabar, laki-laki dan perempuan yang khusyu’, laki-laki dan perempuan yang bersedekah, laki-laki dan perempuan yang berpuasa, laki-laki dan perempuan yang menjaga kehormatannya, laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah, Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar” (Al-Ahzab : 35).

Puasa pada hakikatnya adalah momentum untuk menjadikan diri sebagai pribadi baru yang lebih sukses dan bahagia. Melalui puasa hubungan jiwa manusia begitu kuat dengan Allah, karena dengan puasa berarti mampu melakukan pengendalian diri; terhindar dari berbagai perbuatan maksiat; terhindar berbuat salah dan keliru karena pikiran lebih jernih dan tak terkontaminasi oleh apa pun; sekaligus banyak menuai kebaikan karena benih kebaikan yang ditebarkan pada sesama. Dan kadang pula hampir selalu bisa meraih cita-cita dan keinginan baik karena pribadi yang lebih sabar (lebih hati-hati dan tak kenal lelah) untuk berusaha meraih cita-cita dan keinginan baik itu.

Puasa juga merupakan sarana untuk mendidik manusia -terutama umat Islam- agar sukses dan bahagia dalam menjalani hidup; yaitu dengan selalu teratur dalam menata waktu secara baik; Kapan waktu makan, kapan waktu bekerja, kapan waktu istirahat dan kapan waktu ibadah. Sebagaimana dengan puasa juga mendidik manusia untuk hidup yang lebih baik dan mencapai derajat yang terbaik; baik melalui jalinan hubungan yang baik secara horizontal (hubungan yang erat dengan Allah) dan vertikal (hubungan baik kepada seluruh makhluk, terutama sesama muslim dengan saling memberi, saling peduli dan meningkatkan solidaritas yang tinggi).

Dengan ibadah puasa pula, Allah SWT ingin memberikan tarbiyah (pembinaan) kepada umat; agar tercetak sosok yang shalih; meningkat keimanannya; bertambah mulia akhlaqnya; dan luas pengetahuannya serta tinggi komitmennya terhadap jalan dakwahnya dalam rangka menggapai ridha Allah SWT, lalu setelah itu akan lahir kepribadian islami yang utuh dan seimbang, yang siap menjawab tantangan zaman dengan segala problematika, ujian dan cobaan hidup di dunia menuju kebahagiaan hidup yang kekal di alam akhirat kelak.

Aisyah ra pernah berkata:

إِذَا سَلِمَ رَمَضَانَ سَلِمَتِ السَّنَةُ ، وَإِذَا سَلِمَتِ الْجُمُعَةُ سَلِمَتِ الأَيَّامُ

“Jika seseorang selamat –secara baik- dalam ibadah Ramadhan maka akan selamatlah satu tahun penuh setelahnya, dan jika selamat pada hari jumat nya maka akan selamat pula hari-hari setelahnya”. (Baihaqi)

Adapun secara garis besarnya, ibadah puasa merupakan sarana tarbiyah yang meliputi beberapa hal berikut:

1. Puasa; sarana tarbiyah Ruhiyah (pembinaan spiritual menuju kesucian jiwa)
Pada dasarnya setiap ibadah yang Allah SWT perintahkan kepada hamba-hamba-Nya, selain merupakan kewajiban dan alasan penciptaan manusia dan makhluk lainnya; juga merupakan sarana untuk membersihkan diri dari berbagai kotoran dan dosa yang melumuri jiwanya, sehingga tidak ada satu ibadah pun yang lepas dari tujuan tersebut; shalat misalnya merupakan sarana untuk mencegah diri dari perbuatan keji dan mungkar. Zakat yang dikeluarkan oleh orang kaya merupakan sarana untuk membersihkan diri dan hartanya dari kotoran yang terdapat dalam jiwa dan hartanya, seperti yang tersirat dalam surat At-Taubah ayat 103 Allah berfirman:

خُذْ مِنْ أَمْوَالِهِمْ صَدَقَةً تُطَهِّرُهُمْ وَتُزَكِّيهِمْ بِهَا

“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan (jiwa dan harta) mereka”.

Dan dalam surat Al-Lail ayat 18.

الَّذِي يُؤْتِي مَالَهُ يَتَزَكَّى

“Yang menafkahkan hartanya (di jalan Allah) untuk membersihkannya (jiwa dan hartanya)
Begitu pula dengan ibadah puasa; berfungsi sebagai sarana tazkiyatunnafs (pembersih jiwa); karena orang yang berpuasa selain dapat menjaga diri untuk tidak makan dan minum, juga dituntut untuk mematuhi perintah Allah SWT dan menjauhi larangan-Nya, melatih diri untuk menyempurnakan ibadah kepada Allah SWT walau dalam keadaan lapar, bersikap jujur, menjaga diri dari ucapan kotor dan keji, sifat dengki dan hasad. Dan dalam ibadah puasa juga ada hikmah yang tinggi; memenangkan ruh ilahi atas materi dan akal atas nafsu angkara murka.

Allah SWT berfirman:

إِنَّ الْحَسَنَاتِ يُذْهِبْنَ السَّيِّئَاتِ

“Sesungguhnya kebaikan-kebaikan itu, dapat menghapus segala kesalahan-kesalahan (dosa-dosa)”. (Huud:114)

Dan nabi saw bersabda:

مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

“Barangsiapa yang berpuasa karena iman dan mengharap pahala dari Allah, maka akan dihapus segala dosa-dosanya yang telah lalu”. (Bukhari)

2. Puasa; sarana tarbiyah jasadiyah (pembinaan jasmani untuk lebih kuat)
Ibadah puasa juga merupakan ibadah yang tidak hanya membutuhkan pengendalian diri dari hawa nafsu namun juga membutuhkan kekuatan fisik, karenanya puasa tidak wajib pada mereka yang kesehatannya tidak prima dan tidak memiliki kemampuan untuk berpuasa, seperti orang tua yang telah renta, orang sakit, wanita yang sedang hamil tua atau menyusui dan khawatir terhadap kesehatan janin atau bayinya, serta orang yang sedang musafir (dalam perjalanan); yang mana semua itu diberikan rukhsah (keringanan) untuk tidak berpuasa, sebagaimana yang difirmankan Allah SWT:

فَمَنْ كَانَ مِنْكُمْ مَرِيضًا أَوْ عَلَى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِنْ أَيَّامٍ أُخَرَ وَعَلَى الَّذِينَ يُطِيقُونَهُ فِدْيَةٌ طَعَامُ مِسْكِينٍ فَمَنْ تَطَوَّعَ خَيْرًا فَهُوَ خَيْرٌ لَهُ وَأَنْ تَصُومُوا خَيْرٌ لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ

“Maka Barangsiapa di antara kamu ada yang sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), Maka (wajiblah baginya berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada hari-hari yang lain. dan wajib bagi orang-orang yang berat menjalankannya (jika mereka tidak berpuasa) membayar fidyah, (yaitu): memberi Makan seorang miskin. Barangsiapa yang dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan, Maka Itulah yang lebih baik baginya. dan berpuasa lebih baik bagimu jika kamu mengetahui”. (Al-Baqarah:184).

3. Puasa; sarana tarbiyah ijtima’iyah (pembinaan sosial)

Selain melatih diri, puasa juga memiliki sisi pendidikan sosial, apalagi dalam kewajiban puasa Ramadhan, kian terasa sisi tarbiyah sosialnya; karena umat Islam di seluruh dunia diwajibkan menunaikan ibadah puasa, tanpa terkecuali; baik yang kaya maupun yang miskin, pria maupun wanita, para pejabat maupun rakyat jelata, dan lain-lainnya, kecuali bagi mereka yang memiliki udzur syar’i (alasan sesuai syariah), dan disinilah letak pendidikan sosialnya; mereka berada pada derajat yang sama di hadapan perintah Allah SWT; sama dalam merasakan lapar dan dahaga serta dalam menahan hawa nafsu lainnya, begitupun sama dalam ketundukan terhadap perintah Allah SWT.

Sebagaimana puasa juga dapat membiasakan umat untuk hidup dalam kebersamaan, bersatu, saling mencintai dan berkasih sayang kepada sesama terutama terhadap fakir dan miskin, sehingga orang-orang yang mampu dapat merasakan apa yang diderita oleh orang-orang fakir dan miskin, lalu tergugah hatinya untuk mau memberi dari sebagian rezki yang Allah SWT anugerahkan kepadanya. Dan dari sini pula di harapkan timbul rasa persaudaraan dan solidaritas serta peduli melalui ibadah puasa.

Sebagaimana dalam ibadah puasa bulan disunnahkan untuk memperbanyak sedekah, karena sedekah yang paling utama adalah yang dilakukan pada bulan Ramadhan; baik dengan sedekah yang wajib; seperti berzakat mal, zakat fitrah, zakat niaga, zakat profesi, maupun sedekah yang sunnah; seperti berinfak, memberi makan (iftar) kepada orang yang berpuasa, dan lain sebagainya.

Dan dalam puasa juga ditanamkan sifat tenggang rasa dan saling menghormati dalam kehidupan yang memiliki keragaman etnis, warna kulit dan ras, apalagi sesama muslim yang memiliki keragaman mazhab, kelompok dan golongan yang berasal dari keragaman pemahaman dalam mengambil intisari dari ajaran Islam.

Bahwa perbedaan kelompok, mazhab dan golongan adalah merupakan hal yang lumrah, namun yang patut kita sadari adalah bahwa dengan adanya perbedaan tersebut umat Islam tidak boleh terpecah belah dan tidak bersatu, namun hendaknya bisa dijadikan sarana untuk memupuk persaudaraan, menambah wawasan dan memperkokoh bangunan Islam, sehingga dengannya tidak akan terjadi saling gontok-gontokkan, saling mencela, saling menuding dan saling menghina apalagi saling berkelahi dan saling membunuh, oleh karena permasalahan sepele dan furu’ saja.

4. Puasa; sarana tarbiyah khuluqiyah (pembinaan akhlaq menuju pribadi mulia)

Puasa juga mendidik manusia untuk memiliki akhlaq yang mulia dan terpuji, memiliki kesabaran dan kejujuran serta ketegaran dalam menghadapi berbagai ujian dan cobaan, hal ini terlihat dari arahan Rasulullah Saw. dalam meriwayatkan hadits Qudsi bahwa orang yang berpuasa wajib meninggalkan akhlaq yang buruk. Wajib menjaga diri, jangan sampai melakukan ghibah (menceritakan aib orang lain), atau melakukan hal-hal yang tiada berguna, sehingga Allah SWT berkenan menerima puasanya.
Rasulullah SAW bersabda dalam hadits qudsi yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah r.a.:

قَالَ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ: كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ لَهُ، إِلاَّ الصِّيَامُ، فَإِنَّهُ لِي وَأَنَا أَجْزِي بِهِ، وَالصِّيَامُ جُنّةٌ، فَإِذَا كَانَ يَوْمُ صَوْمِ أَحَدِكُمْ فَلاَ يَرْفُثُ يَوْمَئِذٍ وَلاَ يَسْخَبُ، فَإِنْ سَابّهُ أَحَدٌ أَوْ قَاتَلَهُ فَلْيَقُلْ: إِنِّي امْرُؤٌ صَائِمٌ

“Allah SWT berfirman, “Semua amal anak Adam adalah baginya kecuali puasa, karena sesungguhnya puasa itu bagi-Ku dan Aku sendiri yang akan membalasnya. Puasa adalah perisai, apabila kamu sedang puasa janganlah berkata keji(memaki), janganlah berteriak-teriak dan janganlah berbuat perkara yang bodoh. Apabila ada seseorang yang mencacinya atau memeranginya maka katakanlah ‘Sesungguhnya aku sedang puasa… .” (Bukhari dan Muslim)

5. Puasa; sarana tarbiyah jihadiyah

Puasa juga merupakan sarana menumbuhkan semangat jihad dalam diri umat Islam, terutama jihad dalam memerangi musuh yang ada dalam setiap jiwa; dengan mengikis hawa nafsu, dan berusaha menghilangkan dominasi jiwa yang selalu membawanya kepada perbuatan yang menyimpang. Sebagaimana puasa juga menumbuhkan semangat jihad nyata dalam rangka mempertahankan diri dari serangan musuh-musuh Islam yang setiap saat merongrong eksistensi umat Islam. Oleh karenanya banyak kisah yang terjadi pada masa Rasulullah saw bahwa peperangan yang terjadi dan dialami oleh Rasulullah dan para sahabatnya adalah pada bulan puasa, dan justru dengan berpuasa mereka dapat lebih semangat dalam berjihad, hati dan jiwa merasa terasa lebih dekat kepada Allah SWT dibanding pada hari dan bulan lainnya.

Dan puncak tarbiyah yang dapat diraih oleh seorang muslim dalam ibadah adalah mencapai derajat taqwa, sebagaimana yang telah difirmankan Allah SWT pada penutup perintah-Nya untuk berpuasa, “agar kamu bertaqwa”, karena dengan puasa kesehatan hati dan jasmani terjaga.

6. Puasa; Sarana Tarbiyah Shihiyyah

Rasulullah saw bersabda :

وَصُومُوا تَصِحُّوا

“Berpuasalah kalian, niscaya akan sehat” (Thabrani).

Puasa selain merupakan ibadah amaliyah yang diwajibkan dengan cara menahan diri dari makan, minum dan hawa nafsu, juga merupakan sarana yang dapat memberikan kesehatan bagi tubuh. Karena dalam kondisi normal, tubuh mendapatkan energi dan nutrisi yang berasal dari luar tubuh, melalui makanan, minuman dan radiasi Autolisis atau self digest yang merupakan salah satu program untuk mendapatkan energi dan nutrisi yang berasal dari dalam tubuh, melalui pembakaran sel-sel tubuh yang dikenali sebagai sumber makanan. Saat berpuasa maka program Autolisis ini aktif dan memberi manfaat yang dibutuhkan makhluk.

Ketika berpuasa sistem pencernaan manusia beristirahat. Sel-sel liar dan lemak yang telah dihancurkan akan dibawa ke hati. Saat puasa, hati tidak disibukkan oleh makanan hasil serapan dari usus. Oleh karena itu, hati akan bekerja penuh menyaring racun-racun hasil autolisis. Dan selanjutnya racun akan dibuang keluar tubuh. Lalu darah akan dipenuhi energi dan nutrisi yang sehat dan berkualitas tinggi. Menjamin penggantian sel mati, perbaikan sel rusak, dan pembentukan sel baru, terjadi dengan kualitas prima. Tubuh manusia akan segera memiliki sel-sel baru dengan kualitas fitrah, sehat dan berfungsi baik ketika puasa. Sementara itu, energi yang di hemat dari sistem pencernaan, akan digunakan untuk aktivitas sistem kekebalan tubuh dan proses berpikir oleh otak.

Jadi manfaat puasa dari sisi kesehatan bagi manusia sangatlah banyak, seperti :
1. Efektifitas pengelolaan energi
2. Menghancurkan sel-sel yang tidak dibutuhkan
3. Membuang endapan racun dalam tubuh
4. Menyembuhkan penyakit
5. Meningkatkan kemampuan belajar
6. Kembali Fitrah (awet muda dan cerdas)

Bedanya orang puasa dan orang yang telat makan adalah pada niatnya. Saat lapar, otak memerintahkan organ-organ pencernaan bersiap-siap ‘makan’. Liur, lambung, hati, usus, beramai-ramai mengeluarkan enzim dan beraktivitas. Bila tidak ada makanan yang masuk, maka lambung dan usus akan sakit. Kita akan terkena sakit maag atau radang usus, karena lapar namun berbeda dengan puasa yang sejak awal sudah diniatkan, sehingga sel-sel tubuh tidak aktif mencari solusi mendapatkan makanan, dan sangat jarang orang karena puasa terkena penyakit maag dan kembung.

Allah SWT mewajibkan umat manusia (umat Islam) berpuasa pada siang hari bukan pada malam hari; karena pada siang hari manusia beraktivitas bukan tidur, dan dengan aktivitas tersebut akan membakar energi hingga habis.

Bahwa kebutuhan energi diperoleh dari glukosa hasil makan (sahur). Setelah habis energi diperoleh dari glikogen dalam darah. Bila kandungan glikogen berkurang baru otak menyatakan lapar dan menyuruh makan. Bila kita sedang puasa, otak akan menghidupkan program Autolisis. Namun pada malam hari, tanpa aktivitas fisik, energi yang dibutuhkan tubuh sedikit, sehingga glikogen darah tidak pernah terpakai dan autolisis tidak pernah diperintahkan untuk aktif. Jadi ketika berpuasa sebaiknya manusia beraktifitas normal, agar dapat memperolah manfaatnya bukan tidur sepanjang siang.

Dan puasa hanya dibatasi pada siang hari saja, yang dimulai sejak waktu subuh tiba hingga beduk Maghrib; karena jika puasa melebihi waktu dari 16 jam akan membahayakan tubuh. Produksi enzim oksidasi asam lemak dalam tubuh terbatas dan akan habis bila manusia berpuasa selama 16 jam lebih. Dan bila seseorang memaksakan diri untuk terus berpuasa, maka kadar asam lemak bebas (free fatty acids) dalam darah akan tinggi sehingga dapat menyebabkan otak menjadi pusing, kemudian membengkak dan lama-lama menjadi koma. Oleh karena itu, makan sahur mendekati imsak, dan bersegera berbuka waktu masuk magrib sangat ditekankan, dan menjadi bagian dari fitrah yang telah digariskan oleh Allah SWT dan Rasulullah saw.

Dan puasa hanya diwajibkan selama satu bulan penuh dalam setahun, oleh karena lebih dari 90% sel dalam tubuh manusia mengalami peremajaan dalam periode 28 hari. Terutama pada beberapa hal berikut:
1. Sel kulit dan kulit kepala, sel-sel hati, dan sel-sel yang membentuk kalsium pada tulang mati dan diganti setiap hari.
2. Sel reseptor informasi dari saraf, pembentukan sel melanin di kulit, dan sel-sel yang terkait dengan haid wanita. mempunyai siklus pergantian setiap satu bulan (sekitar 28 hari).
3. Sel darah merah diganti setiap 4 bulan (120 hari)
4. Sel otak mempunyai siklus pergantian bertahun-tahun

Dan ibadah puasa hanya diwajibkan pada bulan Ramadhan bukan pada bulan-bulan lainnya; oleh karena ada siklus badai radiasi matahari yang memberi kemampuan belajar yang tinggi; dan tubuh yang fitrah dapat terkontaminasi kembali atau aus, baik oleh perubahan iklim/musim, maupun oleh pola hidup manusia. Seiring perubahan musim, adaptasi sel-sel tubuh akan berulang setiap tahun. Sebelum memulai siklus adaptasi berikutnya, maka sel-sel harus disiapkan dalam kondisi fitrah. Sehingga puasa satu bulan harus diulangi setiap tahun. Karena puasa menyediakan energi extra untuk belajar atau berpikir, dan sebaiknya puasa yang dilakukan pada saat kondisi alam yang baik, akan mendukung kondisi kecerdasan (daya tangkap) otak. Aktivitas otak terlihat dari getaran membran sel otak, dan tingkat getaran otak dipengaruhi oleh radiasi elektromagnetik. Tingkat kesadaran otak berbeda antara malam, pagi, siang dan sore hari. Badai matahari juga berpengaruh terhadap tingkat kesadaran otak.

Berdasarkan skala NOAA (National Oceanic and Atmospheric Administration), Badai Radiasi Matahari dikelompokkan dalam lima skala (S1-S5). Badai matahari yang mempunyai siklus tahunan terletak antara skala S2 (Moderate) dan S3 (Strong), yang masih aman bagi manusia.

Pada setiap bulan Ramadhan diperkirakan terjadi badai radiasi dengan tingkat flux 700-800 MeV particle s-1 ster-1 cm-2. Radiasi ini sekitar seribu kali radiasi bulan purnama dengan tingkat flux 0.7-0.8 MeV particle s-1 ster-1 cm-2. Ini adalah hipotesa malam lailatul qadar yang bernilai seribu bulan (wAllah SWTu’lam) Tingkat kesadaran otak yang tinggi di bulan Ramadhan merupakan alasan mengapa banyak Nabi merenung di bulan ini, dan mengapa Al Quran turun pada bulan ini.

Pada saat berpuasa dilarang melakukan hubungan seksual; oleh karena hubungan suami istri pada saat puasa selain merupakan pelanggaran syariat, juga menguras energi; yang mana semua orang memahami betul bahwa;
1. Sex adalah aktivitas fisik seperti olahraga yang membutuhkan energi tinggi
2. Karena dengan bersentuhan akan terjadi saling pindah energi (hukum termodinamika) secara tak beraturan
3. Karena sex merupakan tingkat emosi tertinggi yang ada pada diri manusia sehingga dapat menguras energi yang sangat besar
4. Adanya ejakulasi pada saat hubungan intim dapat membuang banyak energy dan kebutuhan pemulihan energi yang banyak setelah sex, akan mempercepat habisnya enzim oksidasi. Bila dipaksakan terus berpuasa, maka dikhawatirkan sebelum waktu berbuka tiba, akan terjadi penumpukan asam lemak bebas yang bikin otak pusing, sementara tujuan fitrah jadi tidak tercapai.

Karena itu, ketika berpuasa hendaknya menjauhi hal-hal yang mengarah pada pikiran-pikiran porno. Tahan sebentar. Nanti ketika malam dan sudah tidak puasa, diperbolehkan berhubungan badan dengan suami/istri yang sah
Sebagaimana orang puasa diperintahkan untuk menahan gairah sex-nya maka secara umum diperintahkan untuk menahan emosi, karena yang berlebihan juga akan menguras energi. Otak akan menyerap energi cukup besar.

Otak juga akan memerintahkan jantung untuk berdetak lebih cepat sehingga semakin banyak energi terkuras oleh adanya emosi negatif dan akan membawa manusia pada kondisi stress, suatu kondisi otak yang kacau karena keinginan tidak sama dengan kenyataan, dan jalan keluarnya belum ditemukan. Stress menyebabkan otak mengkonsumsi energi dalam jumlah banyak.

Oleh karena itu, sebaiknya saat berpuasa manusia tidak mengumbar emosi negatif seperti marah, takut, benci, iri, dengki, sombong, dusta, dan lain-lain. Hadapi hal-hal yang kurang menyenangkan dengan sabar.

Sebaliknya manusia juga harus memperbanyak kondisi yang membangun emosi positif, seperti tersenyum, optimis, membantu orang lain, melakukan tindakan-tindakan yang bernilai baik (amal saleh), bersedekah, dan lain-lain.

Euphoria adalah kegembiraan yang diungkapkan secara berlebihan, juga akan menyedot energi. Sebaiknya hadapi semua hal yang menyenangkan dengan bersyukur.
Selain berpuasa di siang hari, umat Islam juga diperintahkan untuk melaksanakan shalat tarawih berjamaah. Oleh karena shalat tarawih bersifat sunnah, artinya aktivitas tambahan yang memberi manfaat. Menjelang tidur, otak berada pada gelombang Teta (3-7 hz), suatu kondisi yang memungkinkan terjadinya penyamaan persepsi dan pembentukan paradigma bagi di seluruh bagian otak.

Persepsi dan paradigma sangat membantu manusia bersikap dan bertindak dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga persepsi dan paradigma yang harus dibangun tentu yang bernilai tinggi. Sesuai dengan tatanan jaringan neurotransmitter otak, maka paradigma bernilai tinggi adalah Ke-Esaan Allah SWT, kehidupan setelah mati, aktivitas kehidupan dunia yang bermanfaat (taqwa) dan senantiasa bersyukur.

Memperbanyak shalat dan dzikir, secara spiritual juga dapat mendekatkan dan mengakrabkan diri kepada sang pencipta; Allah SWT. Melepaskan seluruh beban dan mengharap pertolongan-Nya pada setiap langkah kehidupan. Selalu mengawali kehidupan dengan gembira dan tanpa rasa takut.

Adanya rukhsah (keringanan) bagi orang yang sedang sakit untuk tidak berpuasa, dikarenakan puasa dapat menguras energi dan tidak diperbolehkan bagi yang kurang energi;
1. Orang yang sakit keras, apalagi harus diinfus dan transfusi darah, maka boleh baginya tidak berpuasa. Namun, jika hanya sekadar flu ringan sebaiknya puasa
2. orang yang dalam perjalanan yang menghabiskan energi. Dan jikalau naik pesawat dua jam lebih baik puasa
3. Wanita haidh
4. Orangtua dan anak-anak yang lemah fisik

Untuk menjaga kestabilan tubuh pada saat puasa dan pada waktu berbuka, maka harus diperhatikan pola makan yang sehat di saat puasa;
1. Jangan makan yang mengandung virus dan bakteri penyakit, seperti kondisi daging bangkai yang sedang terjangkit influenza.
2. Jangan makan yang mengandung unsur-unsur beracun, seperti yang terkandung dalam darah
3. Jangan makan jenis lemak yang sulit dicerna perut, sulit disaring hati, dan sulit diangkut oleh darah, seperti yang ada pada daging babi
4. Jangan minum minuman yang segera merusak sel-sel otak, seperti alkohol dan jenis khamar lain
5. Jangan menghisap asap yang merusak paru-paru, mengotori darah dan mengurangi suplai energi ke otak, seperti rokok
6. Seimbang kan porsi karbohidrat, lemak dan protein, atau ikuti saran 4 sehat 5 sempurna
7. Jangan makan melebihi kapasitas lambung yang hanya 1-1.5 liter
8. Di saat buka dianjurkan minum air putih dan jus buah/kurma lalu shalat Maghrib, untuk membersihkan endapan racun pada dinding-dinding usus. Makan malam secukupnya setelah shalat Maghrib
9. Makan yang sehat adalah dengan posisi duduk disertai rasa bersyukur. Berdoalah sebelum dan setelah makan.
(Dikutip dan diringkas dari Quranic Quotient Centre yang disusun oleh Rajendra Kartawiria).

Adapun di antara keistimewaan ibadah puasa yang akan membuahkan kebahagiaan adalah sebagai berikut:
1. Puasa Sebagai Perisai.
Rasulullah saw bersabda:

الصِّيَامُ جُنَّةٌ يَسْتَجِيرُ بِهَا الْعَبْدُ مِنْ النَّارِ

“Puasa itu adalah perisai yang dapat melindungi diri seorang hamba dari api neraka.” (Ahmad)

Puasa merupakan perisai karena memelihara setiap hamba yang berpuasa dari melakukan tindakan yang melanggar aturan Allah dan Rasul-Nya. Memelihara diri agar tidak terjerumus pada perbuatan maksiat, perkataan kotor, dan hati yang pendengki.

2. Puasa Memasukkan Seseorang ke Dalam Surga
Sebagaimana telah disebutkan sebelum-nya bahwa puasa itu dapat menjauhkan diri dari api neraka, yang otomatis mendekatkan pelakunya kepada surga. Diriwayatkan dari Abu Umamah ra, ia berkata : Aku pernah bertanya kepada Rasulullah saw.:

قَالَ أَبُو أُمَامَةَ الْبَاهِلِيُّ قَالَ قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ مُرْنِي بِأَمْرٍ يَنْفَعُنِي اللَّهُ بِهِ قَالَ عَلَيْكَ بِالصِّيَامِ فَإِنَّهُ لَا مِثْلَ لَهُ

“Abu Umamah Al-Bahili penah berkata: saya berkata: Wahai Rasulullah, tunjukkan kepadaku suatu amalan yang Allah dapat memberikan manfaat kepadaku dengannya”. Maka Rasulullah saw. pun menjawab : “Hendaknya kamu berpuasa, karena puasa itu tidak ada tandingan (pahala)-nya.” (Nasa’i)

3. Puasa Mendapat Pahala Tak Terhitung
Allah SWT berfirman:

إِنَّ الْمُسْلِمِينَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْقَانِتِينَ وَالْقَانِتَاتِ وَالصَّادِقِينَ وَالصَّادِقَاتِ وَالصَّابِرِينَ وَالصَّابِرَاتِ وَالْخَاشِعِينَ وَالْخَاشِعَاتِ وَالْمُتَصَدِّقِينَ وَالْمُتَصَدِّقَاتِ وَالصَّائِمِينَ وَالصَّائِمَاتِ وَالْحَافِظِينَ فُرُوجَهُمْ وَالْحَافِظَاتِ وَالذَّاكِرِينَ اللَّهَ كَثِيرًا وَالذَّاكِرَاتِ أَعَدَّ اللَّهُ لَهُمْ مَغْفِرَةً وَأَجْرًا عَظِيمًا

“Sesungguhnya laki-laki dan perem¬puan yang muslim, laki-laki dan perempuan yang mukmin, laki-laki dan perempuan yang tetap dalam ketaatannya, laki-laki dan perempuan yang benar, laki-laki dan perempuan yang sabar, laki-laki dan perempuan yang khusyu’, laki-laki dan perem¬puan yang bersedekah, laki-laki dan perempuan yang berpuasa, laki-laki dan perempuan yang menjaga kehormatannya, laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah, Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar.” (Al-Ahzab : 35)

4. Orang yang Berpuasa Mendapatkan Dua Kebahagiaan
Nabi saw bersabda:

لِلصَّائِمِ فَرْحَتَانِ يَفْرَحُهُمَا إِذَا أَفْطَرَ فَرِحَ وَإِذَا لَقِيَ رَبَّهُ فَرِحَ بِصَوْمِهِ

“Ada dua kebahagiaan yang diperuntukkan bagi orang yang berpua¬sa; kebahagiaan ketika berbuka puasa dan kebahagiaan ketika berjumpa dengan Tuhannya.” (Bukhari dan Muslim)

5. Bau Mulut Orang yang Berpuasa Harum di Hadapan Allah
Dari Abu Hurairah ra, ia berkata : Telah bersabda Rasulullah saw.: Allah swt. berfirman:

قَالَ اللَّهُ كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ لَهُ إِلَّا الصِّيَامَ فَإِنَّهُ لِي وَأَنَا أَجْزِي بِهِ وَالصِّيَامُ جُنَّةٌ وَإِذَا كَانَ يَوْمُ صَوْمِ أَحَدِكُمْ فَلَا يَرْفُثْ وَلَا يَصْخَبْ فَإِنْ سَابَّهُ أَحَدٌ أَوْ قَاتَلَهُ فَلْيَقُلْ إِنِّي امْرُؤٌ صَائِمٌ وَالَّذِي نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ لَخُلُوفُ فَمِ الصَّائِمِ أَطْيَبُ عِنْدَ اللَّهِ مِنْ رِيحِ الْمِسْكِ لِلصَّائِمِ فَرْحَتَانِ يَفْرَحُهُمَا إِذَا أَفْطَرَ فَرِحَ وَإِذَا لَقِيَ رَبَّهُ فَرِحَ بِصَوْمِهِ

“Setiap amalan anak Adam adalah untuk dirinya sendiri kecuali pua¬sa, sesungguhnya puasa itu untuk-Ku dan Aku akan memberi paha¬la atasnya. Puasa itu adalah peri¬sai, maka pada saat berpuasa hen¬daknya seseorang di antara ka-mu tidak melakukan rafats (berji¬ma’ dan berbicara keji) dan tidak juga membuat kegaduhan. Jika ada orang yang mencacinya atau meny¬erangnya, maka hendaklah ia men¬gatakan, ”Sesungguhnya aku ber¬puasa”. Demi Allah yang jiwa Mu¬hammad berada di tangan-Nya, se¬sungguhnya bau mulut orang yang berpuasa itu lebih harum di sisi Al¬lah daripada bau minyak kesturi di hari kiamat. Dan bagi orang yang berpuasa itu mempunyai dua keg-embiraan, yaitu ketika berbuka dan ketika berjumpa dengan Rabbnya, ia gembira dengan puasanya.” (Bukhari dan Muslim)

6. Puasa dan Al-Qur’an Memberi Syafaat Bagi Pelakunya
Rasulullah saw. bersabda:

الصِّيَامُ وَالْقُرْآنُ يَشْفَعَانِ لِلْعَبْدِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ يَقُولُ الصِّيَامُ أَيْ رَبِّ مَنَعْتُهُ الطَّعَامَ وَالشَّهَوَاتِ بِالنَّهَارِ فَشَفِّعْنِي فِيهِ وَيَقُولُ الْقُرْآنُ مَنَعْتُهُ النَّوْمَ بِاللَّيْلِ فَشَفِّعْنِي فِيهِ قَالَ فَيُشَفَّعَانِ

“Puasa dan Al-Qur’an itu akan memberikan syafaat kepada seorang hamba pada hari kiamat nanti. Puasa akan berkata: “Wahai Tuhanku, saya telah menahannya dari makan dan nafsu syahwat di waktu siang, karenanya perkenankanlah aku untuk memberikan syafaat ke-padanya”. Dan Al-Qur’an berkata: “Saya telah melarangnya dari tidur di malam hari, karenanya perkenankan aku untuk memberi syafaat kepadanya. Beliau bersabda, ”Maka syafaat keduanya diperkenankan.” (Ahmad)

7. Puasa Sebagai Kafarat atau Penebus Dosa
Di antara keutamaan yang hanya dimiliki oleh ibadah shaum adalah bahwa Allah swt. telah menjadikan puasa sebagai penebus dosa bagi orang yang mencukur kepala dalam ihram karena ada halangan baginya, baik karena sakit atau karena gangguan yang terdapat pada kepala.” Al-Baqarah:196
Puasa juga dapat menjadi kafarat karena tidak mampu memotong hewan kurban, (Al-Baqarah:196).

Kafarat bagi yang membunuh seseorang yang berada dalam perjanjian karena kesalahan atau tidak sengaja, (An-Nisaa’:92). Kafarat bagi yang melanggar sumpah, (Al-Maaidah:89). Kafarat bagi yang membunuh binatang buruan pada saat ihram, (Al-Maaidah:95). Dan kafarat zhihar, (Al-Mujaadilah:3-4)

Nabi saw. bersabda:
الصَّلَوَاتِ الْخَمْسُ وَالْجُمْعَةُ إِلَى الْجُمْعَةِ وَرَمَضَانُ إِلَى رَمَضَانَ مُكَفِّرَاتٌ لِمَا بَيْنَهُنَّ مَا اجْتُنِبَتْ الْكَبَائِرُ

“Shalat lima waktu, hari jumat dengan jumat yang lainnya dan antara Ramadhan dengan Ramadhan lainnya, adalah sebagai penebus dosa selama tidak berbuat dosa besar.” (Muslim)

Dalam hadits lain juga disebutkan, nabi saw. bersabda:

مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

“Barangsiapa berpuasa pada bulan Ramadhan dengan iman dan ihtisab (berharap ridha Allah) maka dosa-dosa yang lalu akan diampuni.”

Demikian halnya shaum dan sedekah, keduanya berperan serta dalam penebus pelanggaran dosa seseorang, baik di dalam keluarga, harta, atau tetangga. Dari Hudzaifah bin Yaman ra. ia berkata: Telah bersabda Rasulullah saw.:

فِتْنَةُ الرَّجُلِ فِي أَهْلِهِ وَمَالِهِ وَوَلَدِهِ وَجَارِهِ تُكَفِّرُهَا الصَّلَاةُ وَالصَّوْمُ وَالصَّدَقَةُ

“Fitnah (ujian) seseorang dalam keluarga (istri), harta, anak, dan tetangganya dapat ditutupi dengan shalat, puasa, dan sedekah.” (Bukhari dan Muslim)

8. Ar-Rayyan Disediakan Bagi Orang yang Puasa
Nabi saw. bersabda:

إِنَّ فِي الْجَنَّةِ بَابًا يُقَالُ لَهُ الرَّيَّانُ يَدْخُلُ مِنْهُ الصَّائِمُونَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ لَا يَدْخُلُ مِنْهُ أَحَدٌ غَيْرُهُمْ يُقَالُ أَيْنَ الصَّائِمُونَ فَيَقُومُونَ لَا يَدْخُلُ مِنْهُ أَحَدٌ غَيْرُهُمْ فَإِذَا دَخَلُوا أُغْلِقَ فَلَمْ يَدْخُلْ مِنْهُ أَحَدٌ

“Sesungguhnya di dalam surga itu terdapat satu pintu yang diberi nama Ar-Rayyan. Dari pintu ter-sebut orang-orang yang berpuasa akan masuk di hari kiamat nanti dan tidak seorang pun yang masuk ke pintu tersebut kecuali orang-orang yang berpuasa. Dikatakan kepa¬da mereka: “Di mana orang-orang yang berpuasa?”. Maka mereka pun masuk melaluinya. Dan apabila orang terakhir dari mereka telah masuk, maka pintu tersebut ditut¬up sehingga tidak ada seorang pun yang masuk melalui pintu tersebut. Barangsiapa yang masuk, maka ia akan minum minuman surga. Dan barangsiapa yang minum minuman surga, maka ia tidak akan haus selamanya.” (Bukhari dan Muslim)

Demikianlah hakikat ibadah puasa Ramadhan yang selayaknya dapat mem¬berikan kebahagiaan bagi pelakunya; baik kebahagiaan batin, kebahagiaan fisik dan kebahagiaan pikiran. Karena secara garis besar tujuan dari ibadah shaum adalah membersihkan jiwa dari kekerdilan diri, menahan nafsu hewani, dan menjaga kesehatan jasmani. Allahu a’lam


Tidak ada komentar:

Posting Komentar