By Hilman Muchsin
Krisis finansial global sebenarnya merupakan koreksi dari fenomena yang berkembang pesat sejak tahun 1990 – an, ketika Investment bank di AS tumbuh secara cepat, sangat agresip, hingga jauh melampaui kemampuan sektor riil untuk menyangganya.
Investment bank membiakan dana dana dari nasabahnya ( individu / institusi ) ke berbagai portofolio yang umumnya memberi hasil (yield) yang tinggi, misalnya diinvestasikan ke dalam bentuk surat berharga seperti saham, obligasi, reksadana dan Derivatif.
Investment bank adalah bank yang sistim operasinya tidak seperti bank komersial yang menggunakan sistim konvensional dan karakteristik investment bank berbeda dengan bank komersial (bank umum) .
Sedangkan bank komersial kalau dilihat dalam kaitan dengan masalah penanggulangan risiko, terdapat dua peran utama Bank yang menjadi posisi utama dalam definisi tersebut, yaitu yang menyangkut peranannya sebagai lembaga kepercayaan masyarakat (Agent Of Trust) dan sebagai agen pembangunan (Agent Of Development) dalan perekonomian.
Bagi bank komersial, struktur permodalannya (capital structure), harus senantiasa memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh lembaga pengawas (bank Indonesia) atau otoritas moneter. Pemenuhan kewajiban menjaga besaran modal tidak semata-mata terkait dengan persoalan yang dihadapi pemegang saham bank saja, melainkan langsung terkait dengan kepentingan masyarakat dan perekonomian secara luas.
Jadi bank komersial tidak bebas menentukan capital structure-nya sendiri artinya terdapat persyaratan minimum yang harus/wajib dipenuhi bank, ini sangat berbeda dengan industri di sektor riil, yang bebas menentukan capital structure. Maksud dari capital structure disini adalah gambaran dari komposisi sumber-sumber pendanaan yang dipergunakan dalam membiayai asset serta kegiatan operasionalnya.
Capital structure dalam sebuah bank umumnya merupakan kombinasi dari unsur-unsur pendanaan yang bersumber dari setoran modal saham, penerbitan BOND ataupun dari pinjaman-pinjaman lainnya.
Perbedaan utama dari kedua jenis bank adalah, investment bank lebih menonjol dalam exposure yang menghasilkan margi keuntugan yang sebesar-besarnya dan sesingkat-singkatnya, yang tentu saja banyak unsur spekulatipnya. Sedangkan bank komersial (bank umum) melakukan exposurenya lebih konvensional dan sering disebut tradisional, yang lebih banyak fokus mendorong sektor riil.
Di Amerika (AS), peran investment bank lebih besar dari pada bank-bank komersial. Nama-nama investment bank di AS, seperti Lehman Brothers, JP Morgan, Goldman Sachs, Bear Sterns, Morgan Stanley, dll.
Exposure Investment bank lebih gemerlap dari pada bank komersial, karena laba yang diciptakan jauh diatas bank-bank komersial. Exposure bank komersial dieruntukan untuk kredit ke sektor riil yang tidak menjajikan laba extra seperti invesment bank.
Sejak tahun 1990 – an, kreatifitas nya investment bank dalam hal exposure ( seperti instrumen derivatif ) demikian hebat seperti balon yang terus dipompa untuk mendapatkan laba yang sebesar-besarnya. Akibatnya terjadi disparitas atau jurang yang menganga disektor finansial antara investment bank dan bank komersial dan oleh para ekonom disebut sebagai Economic bubbles (gelembung sabun). Dan tidak mungkin balon bisa terus menggelembung tanpa pernah pecah, dan akhirnya balon tersebut benar-benar pecah pada akhir juli 2007 ( meletusnya subprime mortgage ) yang menyebabkan too big to fail maksudnya terlalu beresiko jika sampai bangkrut, karena magnitude nya terlalu besar. Kenapa demikian ? jawabannya adalah seperti ketika kita membawa mobil dengan kecepatan yang sangat tinggi, jika tiba-tiba di depanya ada kucing lewat melintas , maka sekecil apapin mobil tersebut dibanting setirnya, akan berakibat fatal.
Pertanyaan adalah bagaimana ceritanya krisis finansial AS itu bisa sampai menular keseluruh dunia termasuk Indonesia ???
Menurut A. Tony Prasetiantono, Ph.D, mekanismenya sederhana. Ketika bank-bank investasi bangkrut karena aset yang dipegangnya menyusut dengan amat drastis, maka kepanikan pun menyebar. Kenapa ? karena semua perusahaan finansial terkenal dan top di AS merupakan emiten di bursa efek New York (NYSE), sehingga kepanikan dengan cepat menular keseluruh dunia. Kenapa panik ? Karena para investor saham di New York umumnya juga menjadi “pemain” di bursa efek seluruh dunia termasuk Indonesia. Akibatnya, pergerakan indeks harga saham dunia, secara umum lebih sering paralel dengan dinamika di New York.. Artinya apa yang terjadi di New York, dengan segera secara real time dapat tertularkan ke seluruh dunia, dan inilah yang dinamakan globalisasi sektor finansial.
Ketika masyarakat dunia memiliki eskpetasi dan persepsi yang muram terhadap perekonomian dunia, maka hal itu akan terefleksikan pada harga minyak dunia yang menurun tajam. Harga minyak dunia terjun bebas dari USD 147 (juli 2008), menjadi USD 40 pada medio desember 2008.
Siapa oknum sebenarnya, yang menyebabkan krisis finansial global ???
Joseph J. Cassano, dialah orang yang paling dipersalahkan sebagai penyebab krisis global sekarang ini.
Siapa Cassano itu ?????
Nama cassano sangat terkenal di Eropa, dia penciptap credit default swaps (CDS)
Cassano asli nya orang New York yang berkantor di London. Dia adalah pimpinan anak usahanya American International group (AIG) di London, Yang menyebabkan dia terkenal adalah karena kantor pusatnya AIG yang di New York sangat tergantung padanya. Kenapa bisa demikian ???
Pada tahun 1990 – an bank-bank di Eropa lagi kelebihan dana, artinya banyak deposito milik masyarakat yang ditaruh di bank-bank Eropa. Bank harus membayar membayar bunga deposito, karenanya mereka mencari akal untuk memutar uang tersebut di pasar agar bisa menghasilkan keuntungan yang lebih besar.
Cassano sangat mengetahui hal tersebut, bahkan dia sangat tahu kalo lembaga-lembaga keuangan di AS lagi kesulitan dana karena banyaknya kredit perumahan yang macet (subprime mortgage). Seperti diketahui bahwa Orang Amerika tidak suka menabung, mereka lebih suka belanja. Rupanya kebiasaan orang Amerika itulah yang menyebabkan ekonomi Amerika serikat bergaiarah. Karena kebiasaan itu membuat tabungan masyarakat di AS termasuk sangat kecil atau rendah di dunia rata-rata hanya 2 % dari pendapatan. Masyarakat AS lebih suka hidupnya tergantung pada kartu kredit, artinya kebiasaan ini menyebabkan masyarakat AS sering defisit setiap bulannya.
Nah…disaat seperti inilah Cassano datang dengan membawa resep bisa membersihkan racun dari madu ?. yaitu dengan resep Credit Default Swaps (CDS).
Jadi bank-bank di Eropa bisa memnjamkan uang kepada lembaga keuangan di AS seperti Lechman Brothers, Goldman Sacgs, dll dengan swaps atau jaminan perlindungan dari AIG, dengan cara mereka membayar fee yang cukup besar kepada AIG yang nilainya bisa mencapai sampai 500 basis poin. Bandingkan fee maksimum untuk faslitas equity swaps saja besarnya 100 basis point.
Cassano bisa menggerakan bank-bank Eropa memberikan kredit kepada lembaga keuangan yang jaminannya adalah kredit-kredit gagal bayar seperti yang berasal dari subprime morgatge. Cassano bisa mengemas paket tersebut dengan kemasan yang bagus, walaupun isinya busuk ! Kok bisa ??? karena yang membungkus adalah perusahaan-perusahaan terpercaya yang ratingnya AAA (tertinggi).
Transaksi pepesan ala Cassano dengan CDS bisa mencapai USD 562 Miliar sekitar Rp 70.000 triliun !!!! selama 6 tahun, dengan gaji si Cassano Rp 300 miliar per-tahun diluar bonus. Kalau di total dengan bonusnya mencapai Rp 4 triliun .
Trenyata resep yang ditawarkan Cassano meledak pada tahun 2007, dimana bank-bank di Eropa yang meminjamkan uangnya ke lembaga-lembaga keuangan AS dengan jaminan CDS dari AIG mulai menagih ke AIG, karena lembaga keuangan di AS tidak sanggup bayar hutang. Akibatnya AIG merugi( saat itu ) USD 25 miliar.
Warren Buffett orang terkaya di dunia saat ini (mengalahkan Bill Gates) , pada tahun 2002 sudah mengingatkan secara terbuka bahayanya perdagangan derivatif, dia mengibaratkan perdagangan derivatif ini sebagai senjata pemusnah masal dalam keuangan. Dia punya pengalaman pahit membeli perusahaan yang rupanya sudah di gelembungkan melalui berbagai instrumen perdagangan derivatif. Mau di jual lagi tdak laku, ya terpakasa harus membersihkan racun dari perusahaan selama 5 tahun dengan kerugian yang besar.
Jadi sebenarnya subprime mortgage hanya satu bagian kecil dari penyebab kekacauan keuangan global saat ini. Sehingga begitu besar dan ruwetnya, pemerintah manapun di dunia ini tidak bisa lagi mengontrol perdagangan derivatif itu, bahkan menurut warren buffett untuk memonitor pun sudah tidak mampu lagi.
Cassano sudah diberhentikan, dengan pesangon Rp 300 miliar. Bahkan tidak lama setelah diberhentikan, dia diangkat oleh AIG menjadi konsultan dengan bayaran Rp 12 milir per-bulan !!!!!
Moral eksekutif di AS sudah keterlaluan serakahnya, yang pada akhirnya menyebabkan rakyat amerika marah dan tidak percaya lagi pada lembaga keuangan. Dan inilah bermulanya kepanikan, sehingga kepanikan itu makin memperparah krisis.
Salam,
Hilman Muchsin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar