Jumat, 31 Agustus 2012

Reuni 35 tahun ITB 77 memang mengasyikan.





Tentu saja karena banyaknya manfaat yang bisa diperoleh melalui reuni tersebut, misalnya menjadi ajang bersosialisasi guna merekatkan tali persahabatan.
Bisa juga menjadi ajang aktualisasi diri, terutama mereka yang sudah pensiun dari pekerjaan. Hehehe…. Jangan marah ya bro

Selain itu, bagi beberapa orang, reuni bisa dijadikan ajang untuk memperbarui citra diri. Tentunya ini berlaku bagi mereka yang semasa sekolah atau kuliah tidak menonjol atau sering disebut antara ada dan tiada. Saat kembali berkumpul, mungkin aja dia sudah berhasil dalam karir atau secara ekonomi sehingga keberadaannya menonjol dalam acara reuni.

Namun, hal sebaliknya dapat terjadi pada mereka yang sebelumnya menjadi “bintang” di sekolah atau kampus, setelah 35 tahun tidak menjadi “apa-apa.” Sering kali mereka urung datang pada acara reuni. Inilah yang menjadi salah satu kendala seseorang untuk menghadiri acara reuni selain masalah fisik…. InsyaAllah ITB 77 bisa datang semua

Reuni 35 tahun ITB 77 akan selalu menjadi hal yang menyenangkan. Apapun format acaranya; sekedar kumpul, nginep bareng di luar kota, sampai acara resmi dengan rundown yang padat, reuni ITB 77 akan selalu menjadi suatu hal yang akan selalu ingin dilakukan.

Memang yang membuat pertemuan menjadi lebih berwarna, adalah ketika kita mengumpulkan kembali kenangan-kenangan yang pernah ada untuk kemudian dibagi bersama. Kenangan-kenangan yang lucu, konyol, sampe yang memalukan, kadang menjadi topik pembicaran yang selalu menghangatkan suasana.

Dan akhirnya salut untuk Boz Anto, Katua Hengki, Djasli dkk, dibalik suksesnya acara REUNI nanti, ternyata masih banyak teman-teman yang pada awalnya memilii kepedulian dan akhirnya membuahkan ide untuk mengadakan reuni 35 tahun ITB 77. Di tengah kesibukan aktivitas masing-masing, ternyata teman-teman itu masih memiliki kerinduan yang luar biasa, dan ingin menyatukannya dalam sebuah acara yang KEREN

Bravo ITB 77



Malaikat & Tugas-tugasnya



Malaikat adalah mahluk langit yang mengabdi semata-mata kepada Allah swt., bersifat ghaib, diciptakan dari nur (cahaya). Mereka melaksanakan kewajibannya masing-masing dengan penuh ketaatan, mulai dari mencatat amal manusia, mencabut nyawa hingga mengelilingi arasy. Islam mengajarkan tidak ada satu malaikatpun yang dapat menjadi perantara atau mencampuri hubungan manusia dengan Allah swt.

Jumlah malaikat banyak sekali, tidak dapat diketahui secara pasti, seperti malaikat yang diturunkan pada bulan Ramadhan dan malaikat yang hadir pada majelis saat berkumpulnya sekumpulan orang yang menuntut ilmu, tidak disebutkan jumlahnya.

Dan orang-orang yang bertakwa, mukminin dan mukminat mendapat sambutan penuh kebahagiaan oleh Malaikat penjaga pintu sorga, sesuai bunyi surat Az Zummar ayat 73 dan 74: 
“Dan digiringlah orng-orang yng bertakwa kepada TuhanNya ke sorga berbondong-bondong, sehingga apabila mereka sampai ke sorga itu dan dibukalah pintu-pintunya, dan berkatalah penjaga-penjaganya kepada mereka: Kesejahteraan (dilimpahkan) atasmu, berbahagialah kamu, maka masukilah sorga itu dalam keadaan kekal”. “Dan mereka berkata: ‘Segala puji bagi Allah yang telah memenuhi janjiNya kepada kami, dan telah mewariskan bumi ini kepada kami, kami menempati sorga dimana saja yng kami kehendaki. Maka (sorga itulah) sebik-baik balasan orang-orang yang beramal”.

Allah swt. pasti akan memenuhi janjiNya kepada hamba-hamba yang beriman dan mentaati perintahNya, maka segala do’a nya akan dikabulkan, sesuai dengan firmanNya dalam Surat Al Baqarah ayat 186:
“Dan apabila hamba-hambaKu bertanya kepadamu tentang Aku, maka (katakanlah) bahwasanya Aku adalah dekat. Aku kabulkan permohonan yang mendo’a apabila dia berdo’a kepadaKu. Maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah) Ku dan hendaklah mereka beriman kepadaKu, agar mereka selalu dalam kebenaran”. 


Malaikat Mendo’akan Orang2 Mukmin dan Menyambutnya di Pintu Sorga.



Sungguh beruntung hamba-hamba Allah yang selalu berusaha meningkatkan ketakwaannya dengan menjahui larangan dan memenuhi perintahNya, senantiasa berikhtiar memelihara dan memperkuat keimanannya. Semuanya demi kepentingan dan keberuntungan manusia sendiri, bila dia berdo’a dan berdzikir itu adalah untuk kebaikannya sendiri, bila dia beramal soleh yang membawa manfaat bagi dirinyaatau orang lain, hakekatnya adalah untuk membawanya pada kehidupan yang tenang, tenteram serta bahagia di dunia dan balasan keberuntungan diakhirat kelak.

Malaikat-Malaikat yang memikul ‘Arsy dan Malaikat yang di sekelilingnya, mereka bertasbih dengan memuji Tuhan mereka dan mereka beriman kepadaNya, dan mereka memintakan ampun bagi orang-orang yang beriman (dengan mengucapkan): 

“ Ya Tuhan kami, rahmat dan ilmu(Mu) meliputi segala sesuatu, mak ampunilah orang-orang yang bertaubat dan mengikuti jalanMu dan peliharalah mereka dari azab neraka yang menyala-nyala ”. (Surat Al Mukmin ayat 7).

“Ya Tuhan kami, masukkanlah mereka ke dalam sorga ‘Adn yang telah Engkau janjikan kepada mereka dan orang-orang yang saleh di antara bapak-bapak mereka dan isteri-isteri mereka dan keturunan mereka. Sesungguhnya Engkaulah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”. (Surat Al Mukmin ayat 8).

“Dan peliharalah mereka dari kejahatan-kejahatan, dan orang yang Engkau pelihara dari kejahatan-kejahatan pada hari itu, maka sesungguhnya Engkau telah merahmatinya, dan demikian itulah keuntungan yang besar”. (Surat Al Mukmin ayat 9).

Dzikir & Keberuntungan



Dalam Islam, makna keberuntungan bukan hanya bersifat duniawi, tetapi juga ukhrawi. Keberuntungan ukhrawi selalu menjadi prioritas orang beriman, yang hanya diperoleh dengan cara mengingat Allah sebanyak-banyaknya. {QS al-Jumu'ah (62):10}.

Sebaliknya, orang yang tak mengingat Allah akan selalu diganggu setan. Mereka yang tidak mau mengingat Allah, berarti mengikut hawa nafsunya. Siapa yang mengikut hawa nafsunya, berarti mengikuti langkah-langkah setan dalam kehidupannya.

Orang-orang yang betul-betul beriman senantiasa mengingat Allah dalam keadaan apa pun. Kesibukan duniawi tak akan melalaikannya dari tetap berzikir kepada Allah. (QS an-Nur (24): 37). Mereka juga yakin sepenuh hati bahwa Allah tidak akan menyia-nyiakan segala amal perbuatan hambanya serta tak akan menyalahi janji-Nya.

Dengan berzikir, dosa-dosa seorang hamba akan digugurkan oleh Allah dan akan diberi rahmat oleh-Nya. Salah satu bentuk zikir adalah beristighfar atau meminta ampun kepada Allah. Sesungguhnya Allah sangat mencinta hamba-hamba-Nya yang senantiasa meminta ampun kepada-Nya. (QS Nuh (71) :10-12).

Doa utk menenteramkan HATI yg sedang duka



Sesungguhnya orang2 yg beriman itu adalah mereka yg apabila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan kpd mereka ayat2t-Nya bertambahlah iman mereka dan kpd Tuhan-lah mereka bertawakal (Al-Anfaal : 2).
Hai orang2 yg beriman, berdzikirlah (dgn menyebut nama) Allah, zikir yg sebanyak-banyaknya (Al-Ahzaab : 41).

Doa Imam Ali bin Abi Thalib (sa), utk menenteramkan hati yg sedang duka
Dibaca sesudah shalat Subuh dalam keadaan sujud (di luar shalat). ‘

Ilahî
Qalbî mahjûb wa nafsî ma`yûb
Wa `aqlî maghlûb wa hawâî ghâlib
Wa thâ`athî qalîl wa ma`shiyatî katsîr
Wa lisânî muqirrun/m bidz dzunûb
Fakayfa hîlatî?
Yâ Sattâral `uyûb wa yâ `Allâmal ghuyûb wa yâ Kâsyifal kurûb
Ighfir dzunûbî kullahâ bihurmati Muhammadin wa âli Muhammad
Yâ Ghaffâr yâ Ghaffâr yâ Ghaffâr
birahmatika yâ Arhamar râhimîn


Ilahi, Tuhanku
Hatiku penuh hijab (tirai), jiwaku penuh aib
Akalku terkalahkan, hawa nafsuku mengalahkan
Ketaatanku sedikit, maksiatku banyak
Sedangkan lisanku mengakui dosa-dosa, bagaimana dayaku?
Wahai Yang Maha Menutupi segala aib
Wahai Yang Maha Mengetahui segala yang ghaib
Wahai Yang Menghilangkan segala duka
Ampuni semua dosa-dosaku
dengan kemuliaan Muhammad dan keluarga Muhammad
Ya Ghafar Ya Ghaffar Duhai Yang Maha Pengampun
dengan rahmat-Mu wahai Yang Mahakasih dari segala yang mengasihi

Do'a Mohon Cahaya


Rasulullah SAW adlh figur manusia yg paling mulia dan sempurna.
Beliau dicintai oleh semua orang. Kenapa demikian ?
Karena tingkah laku dan seluruh anggota tubuhnya seolah menebarkan cahaya.  Hatinya tdk pernah ada setitik pun noda keburukan. Lisannya pun tdk pernah mengeluarkan kata2 buruk. Pandangannya tdk pernah mengarah pd keburukan, begitu pula pendengarannya. Pendeknya, seluruh anggota tubuhnya memancarkan cahaya. Tdk hanya itu, bahkan kondisi lingkungan sekitarnya pun ikut benderang karena cahaya beliau.

Betapa bahagianya, bila hati kita bisa mendapatkan cahaya spt itu. Kita ingin sekali agar hati ini memancarkan cahaya, lisan memancarkan cahaya, begitu pula dgn pandangan dan pendengaran.

Rasulullah SAW mengajarkan doa di bawah ini kpd kita utk dibaca ketika hendak menuju masjid. Akan tetapi bisa juga dibaca kapan pun saat ada kesempatan.

Bacaan Doa Mohon Cahaya

“Allaahummaj’al fii qalbii nuuran, wa fii lisaanii nuuran, waj’al fii sam’ii nuuran, waj’al fii basarii nuuran, waj’al min khalfii nuuran, wa min ammamii nuuran, waj’al min fauqii nuuran, wa min tahtii nuuran, allaahumma aatinii nuuran”

“Ya Allah, berikanlah cahaya pd hatiku, cahaya pd lisanku, berikanlah cahaya pd pendengaranku, berikanlah cahaya pd penglihatanku, berikanlah cahaya dari arah belakangku, cahaya dari arah depanku, berikanlah cahaya dari atasku, dan cahaya dari bawahku. Ya Allah, berikanlah cahaya padaku. (H.R. Bukhari)”

Bahan-bahan Renungan BB



1.   Mulia tidaknya seseorang TDK dilihat dari tampilan lahiriah nya, melainkan dari performa BATINIAH atau HATI nya.
“Sesungguhnya, Allah tdk melihat rupa dan harta2 kamu, tapi melihat hati dan perbuatanmu.” (HR Muslim).

Ali bin Abi Thalib RA menceritakan bhw Rasulullah bersabda, ''Tiada satu hati pun kecuali memiliki awan spt awan menutupi bulan. Walaupun bulan bercahaya, karena hati nya ditutup oleh awan, ia menjadi gelap. Ketika awannya menyingkir, ia pun kembali bersinar.'' (HR Bukhari dan Muslim).

Hati manusia sesungguhnya bersih atau bersinar, namun kerap tertutupi oleh awan kemaksiatan hingga sinarnya menjadi tdk tampak. Oleh sebab itu, kita harus berusaha menghilangkan awan yg menutupi cahaya hati kita.

Bagaimana caranya ?

Pertama, introspeksi diri
Kedua, perbaiki diri atau yg populer disebut taubat.
Ketiga, Menelaah isi Alquran lalu menghayati dan mengamalkannya.
Keempat, menjaga kelangsungan amal saleh.


''Ya Allah, jadikanlah di kpd hatiku cahaya, di lidahku cahaya, di pendengaranku cahaya, di penglihatanku cahaya. Jadikan di belakangku cahaya, di hadapanku cahaya, dari atasku cahaya, dan dari bawahku cahaya. Ya Allah berikan kepadaku cahaya.'' (HR Muslim).


2.  Allah Mahasuci dari segala sifat yg dapat dijangkau oleh indera manusia, yg dikhayalkan oleh imajinasi manusia, jauh dari dugaan dan lintasan dalan nurani dan pikiran manusia. Orang yg disifati dgn sifat ini, hanya akan merindukan bertemu dengan-Nya dan yg membuatnya bahagia hanya apabila dekat dengan-Nya. Meskipun Surga dgn segala kebahagiaannya ditawarkan kepadanya, dia tdk akan memalingkan harapan (aspirasinya) kearah-Nya.

“Dialah Allah Yg Maha Tiada Tuhan selain Dia, Raja Yg Maha Suci, Maha Sejahtera, Yg Maha Memelihara, Yg Maha Perkasa, Yg Maha Kuasa Yg Memiliki Segala Keagungan. Maha Suci Allah dari apa yg mereka persekutukan.” (QS. Al-Hasyr: 23)

Maha Suci Allah yg tdk terikat ruang dan waktu. Maha Suci Allah yg tdk terbelenggu oleh batas dan ukuran. Kesucian-Nya selalu melimpah, luas dan dalam. Siapapun dari makhluk-Nya yg mengharap kesucian, tak akan pernah kekurangan. Siapapun dari makhluk-Nya yg mendamba kesucian tak akan pernah kehabisan.

“Senantiasa bertasbih kpd Allah apa yg ada di langit dan apa yg ada di bumi. Raja, Yg Maha Suci, Yg Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”(QS al-Jumu'ah: 1)

Bacalah al-Quddus, disaat ramai, dikala sunyi, insya Allah, yg Maha Suci akan mengingat kita disaat kita ditinggalkan manusia atau ketika kita di keliling manusia. Jadikan namanya ini, al Quddus menjadi hiasan dzikir lidah dan hati kita. 

Insya Allah, Allah Yg Maha Suci akan mencabut pikiran yg membuat kita khawatir. Dia akan menjaga kita dari kesulitan dan penderitaan yg tanpa sadar telah kita hasilkan sendiri.


3.    Saat Sang Maha Pencipta menciptakan alam semesta, manusia dan kehidupan, Dia juga memberikan manualnya melalui kitab suci.
Allah SWT menciptakan manusia, dan melengkapinya dgn ‘manual book’ juga, yaitu Al-Qur’an.
Berbagai aturan Allah SWT telah dibuat dan direvisi hingga versi Rasul terakhir. Aturan utk kita jadikan pedoman hidup di dunia, agar sesuai dgn tujuan penciptaan manusia.

Namun sayang sebagian kita banyak yg tdk membaca dan mengamalkan apa yg ada di kitab suci. Apa yg tejadi ? Kerusakan baik alam maupun mental, korupsi, ketidakadilan, kesewenang-wenangan, kedengkian dan saling menjatuhkan merajalela di dunia.

Kitab suci seolah-olah hanya utk acara kerohanian, pernikahan, kematian dan utk pelengkap sumpah para pejabat. Kitab suci seolah tak boleh terlibat aktif kpd urusan bisnis, karir, politik dan kegiatan dunia lainnya. Padahal disana banyak panduan dan pedoman yg bisa digunakan utk semua aspek kehidupan.

Kitab suci tempatnya seharusnya bukan di almari. Kitab suci seharusnya tempatnya di pikiran dan hati kita. Ia harus selalu kita bawa kemanapun pergi. Sebagai manual kehidupan seharusnya kita mempelajari dan kemudian menjalankannya kpd kehidupan nyata. Dgn cara ini kehidupan kita akan tertata. Pikiran kita terarah, hati tdk gundah, harga diri kitapun terjaga.

Saatnya merenung… Bila Anda sering resah dan gelisah, bingung menentukan arah kehidupan. Bila hati Anda terasa hampa dan gersang mungkin itu karena Anda tak pernah tuntas membaca dan memahami manual kehidupan Anda.

Percayalah kpd Sang Maha Tahu, karena Dialah yg menciptakan kita. Dia tak mungkin menciptakan manual yg menjerumuskan kita. Ayo segera baca dan pahami kitab sucimu. Saat ini, kitab sucimu merindukan sentuhan tanganmu. Ia juga merindukan suaramu melantunkan ayat-ayat dari Sang Maha Pencipta.


4.   Tekad dan Kesungguhan, akan memberikan kpd kita sebuah hasil yg luar biasa menakjubkan spt yg diungkapkan kpd pepatah arab MAN JADDA WAJADA barangsiapa yg bersungguh-sungguh maka dia akan akan mendapatkannya. 
     Dgn kesungguhan, spt yg Allah firmankan :
 “Sungguh Allah, tdk akan mengubah keadaan suatu kaum tanpa adanya kesungguhan dari kaum tsb utk mengubah keadaannya sendiri”
(QS Ar Rad : 11 ).

Dgn kesungguhan kita mampu mengerjakan banyak hal yg bisa kita jangkau. Kita terkenal dgn kemampuan kita utk berbuat sesuatu yg baik. Kita bayangkan apa yg akan terjadi seandainya kita tdk mampu berbuat sesuatu tanpa maksud apa pun. Yg kita kerjakan adlh mendidik diri kita utk mampu mengerjakan hal-hal lain di luar jangkauan kita.

Kesungguhan kita kpd bekerja dan berusaha telah menjadikan kita mampu meraih hal-hal lain yg bisa kita jangkau. Kita sanggup utk berbuat sesuatu yg melebihi kemampuan kita. Yg kita butuhkan adlh tanggung jawab utk membangun bangunan jiwa yg utuh dan tumbuh dgn baik. Kita membutuhkan keberanian utk melangkah lebih maju. Yg kita tuntut adlh pengalaman jiwa yg utuh dan berkembang.

Dgn kesungguhan kita bisa terhindar dari kegagalkan. Dgn kesungguhan kita harapkan banyak harapan utk berhasil membuat perubahan atas pekerjaan yg kita lakukan. Yg terpenting utk dikerjakan adlh mampu membawa perubahan demi perubahan. Yg penting ammpu mengarahkan jalan petunjuk manakah yg semestinya ditempuh.

5.    Kala bencana tiba, tak ada yg dapat dipertahankan. Rumah mewah, harta benda, emas dan permata, anak dan isteri, atau apa pun, tanpa kecuali, harus diikhlaskan!
Hasil keringat dan jeripayah berpuluh tahun berubah menjadi abu kpd sekejap mata.

Menangis, menjerit, tak berguna. Walaupun tak relah harus direlahkan. Tak ikhlas harus diikhlaskan. Sesakit apapun harus diterima.

Apa yg mau kita sombongkan? Adakah harta abadi? Adakah kemilikan sejati?
Jangankan harta benda, jiwa kita saja tak ada jaminan! Jangankan anak isteri,
keselamatan sendiri saja tak mampu kita jaga.

Kala menyaksikan bencana melanda saudara kita, tersentak perih sanubari yg tertidur lelap selama ini. Kita dipaksa utk menyadari sebuah kebenaran:

Bhw sungguh lemah dan tak berdaya kita manusia.
Tak ada kuasa dan kekuatan apapun dari kita yg mampu menghadang kekuatan alam yg maha dasyat. Kita hanya bisa pasrah atau terpuruk kpd ketakutan dan keputus asaan.

Keringat dan air mata, jeritan dan tangisan, lenyap ditelan gemuruh dan gelegarnya amukan alam.
Pergulatan dan pegumulan sia-sia, hilang tak berbekas bagai debu yg melayg diterpa angin badai!

Apa yg mau kita sombongkan dgn hidup yg lemah dan rapuh ini?

Kesombongan tdk membuat kita menjadi kuat, malah membuat kita yg rapuh menjadi semakin rapuh dan lemah


6.    Seorang lelaki bertanya kpd Albarra’ bin Azib ra ,
“ Apakah wajah Rasul saw spt pedang ? ”
(bukankah beliau banyak berperang, apakah wajahnya bengis bak penguasa kejam?),
maka menjawablah Albarra’ bin Azib ra :
“Tidak.. tapi bahkan wajah beliau bagai Bulan Purnama..”,

Dari Abi Jahiifah ra :
“Para sahabat berebutan mengambil telapak tangan beliau dan mengusapkannya di wajah mereka, ketika kutaruh telapak tangan beliau saw diwajahku ternyata telapak tangan beliau saw lebih sejuk dari es dan lebih wangi dari misik” (Shahih Bukhari hadits no.3360)

Berkata Anas ra :
 “Tak kutemukan sutra atau kain apapun yg lebih lembut dari telapak tangan Rasulullah saw, dan tak kutemukan wewangian yg lebih wangi dari keringat dan tubuh Rasul saw” (Shahih Bukhari hadits no.3368).

Shalat merupakan Ibadah yg paling dicintai oleh beliau saw, dan “Shalat adlh Cahaya”, demikian sabda beliau saw pula mengenalkan Indahnya shalat, suatu ibadah yg diawali dgn Takbiratul Ihram yg membuka gerbang penghadapan dgn Rabbul ‘alamin, lalu lantunan kalimat-kalimat surat Alfatihah yg bila dibaca dgn khusyu maka setiap kalimat itu dijawab oleh Raja Alam Semesta, lalu lantunan kalimatullah itu menerangi seluruh alam sanubarinya, meruntuhkan dosa-dosanya, lalu ia ruku’, bertasbih kpd Nya, bertakbir, bertahmid, lalu bersujud dibawah Naungan Kelembutan dan Kasih Sayg Nya, alangkah indahnya ibadah yg satu ini, suatu ibadah yg terangkai dari hampir seluruh bentuk Ibadah, Wudhu, Niat Mulia, Doa, Alqur’an, Takbir, Tasbih, Tahmid, Tahlil, Istighfar, Ruku’, Sujud, khusyu, Tuma’ninah….., itulah shalat.., Ibadah yg paling sempurna.

“SUNGGUH ALLAH DAN PARA MALAIKAT MELIMPAHKAN SHALAWAT ATAS NABI SAW. WAHAI ORANG2 YG BERIMAN, BERSHALAWATLAH KALIAN KEPADANYA DAN BERSALAMLAH DGN SEMULIA-MULIA SALAM”   (QS Al Ahzab-56)


7.    Rasulullah SAW adlh figur manusia yg paling mulia dan sempurna. Beliau dicintai oleh semua orang. Kenapa demikian? Karena tingkah laku dan seluruh anggota tubuhnya seolah menebarkan cahaya. Kpd hatinya tdk pernah ada setitik pun noda keburukan. Lisannya pun tdk pernah mengeluarkan kata-kata buruk. Hanya mutiara dan cahaya yg keluar dari lisannya. Pandangannya tdk pernah mengarah pd keburukan, begitu pula pendengarannya. Pendeknya, seluruh anggota tubuhnya memancarkan cahaya. Tdk hanya itu, bahkan kondisi lingkungan sekitarnya pun ikut benderang karena cahaya beliau.

Betapa bahagia hati ini bila kita bisa mendapatkan cahaya spt itu. Kita ingin sekali agar hati ini memancarkan cahaya, lisan memancarkan cahaya, begitu pula dgn pandangan dan pendengaran. Dari arah depan, belakang, atas, bawah, seluruhnya memancarkan cahaya. Utk maksud tersebut, Rasulullah SAW mengajarkan doa di bawah ini kpd kita. Dianjurkan agar doa ini dibaca ketika hendak menuju masjid. Akan tetapi bisa juga dibaca kapan pun saat ada kesempatan.

Bacaan Doa Mohon Cahaya

Allaahummaj’al fii qalbii nuuran, wa fii lisaanii nuuran, waj’al fii sam’ii nuuran, waj’al fii basarii nuuran, waj’al min khalfii nuuran, wa min ammamii nuuran, waj’al min fauqii nuuran, wa min tahtii nuuran, allaahumma aatinii nuuran

Ya Allah, berikanlah cahaya pd hatiku, cahaya pd lisanku, berikanlah cahaya pd pendengaranku, berikanlah cahaya pd penglihatanku, berikanlah cahaya dari arah belakangku, cahaya dari arah depanku, berikanlah cahaya dari atasku, dan cahaya dari bawahku. Ya Allah, berikanlah cahaya padaku. (H.R. Bukhari)”


8.    Utk meraih hidayah Allah, setiap Muslim harus memiliki naluri spiritual, menggunakan akal dan pancaindera, yg sesuai dgn ajaran Islam. Tiga hal tsb akan lebih lengkap jika kita kembali pd Alquran, hadis Nabi SAW, dan memakmurkan masjid.

Salah satu cara meraih hidayah Allah SWT adlh dgn memakmurkan masjid. Bukan sekadar menghadiri shalat, tetapi bagaimana menangkap cahaya hidayah yg terpancar dari masjid.

"Hanya yg memakmurkan masjid2 Allah ialah orang2 yg beriman kpd Allah dan hari kemudian, serta tetap mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan tdk takut (kpd siapa pun) selain kpd Allah, maka merekalah orang2 yg diharapkan termasuk golongan orang2 yg mendapat petunjuk." (QS At-Taubah [9]: 18).
Masjid adlh pancaran Nur Ilahi. Allah adlh sumber dan pemberi cahaya.
Kalau kita ingin pengetahuan, ingin hidayah, maka gunakan naluri kita, gunakan pancaindera dan akal kita. Akal saja tdk cukup, dia memerlukan minyak utk menyalakan api itu. Kalau minyaknya kotor, akan lahir asap yg memburamkan cahaya. Dan minyak yg bersih akan melahirkan cahaya yg bersih pula.

Peliharalah cahaya itu agar senantiasa bersinar dan menerangi hati kita. Gunakanlah hati, pikiran, dan seluruh pancaindera, agar api dan cahaya itu tdk padam. Dan dari masjid kiranya hal tsb bisa kita dapatkan. Sebab, orang yg memakmurkan masjid, berarti telah memancarkan cahaya Ilahi. Dan siapa yg berada di jalan cahaya Ilahi, niscaya dia akan selalu diterangi. Mudah-mudahan kita selalu mendapatkan limpahan hidayah Allah karena aktivitas kita selalu terpaut ke masjid.

9.    Seorang guru pernah mengajukan pertanyaan ringan kpd murid-muridnya, sang guru bertanya “Apa yg akan kalian lakukan jika seandainya hendak mengunjungi rumah tetangga namun ada Anjing penjaga yg galak dan hobi menggigit ?”.
Banyak jawaban yg muncul dari pertanyaan tersebut. Seseorang bisa saja tetap nekat masuk dgn resiko digigit, ataupun mengurungkan niatnya utk mengunjungi tetangganya itu. Lalu bagaimana dgn jawaban sang guru? Beliau mengatakan bhw cara terbaik adlh dgn meminta bantuan kpd si pemilik anjing tersebut. Seekor anjing penjaga seberapapun galaknya tetap akan menuruti perintah pemiliknya.

Lalu adakah hubungan antara analogi anjing penjaga di atas dgn hati manusia?
Jawabannya tentu saja ada. Pertanyaan yg harus kita renungkan sebelumnya adalah, kpd siapa kita meminta pertolongan ketika hati kita mulai kehilangan cahayanya? Tentu saja kpd Sang Pemilik Hati Manusia yg mampu membolak-balikan hati makhluk ciptaanNya. Allah yg mampu menerangi hati dari kekelamannya, memberikan cahaya utk keluar dari kegelapan hati. Karena itu, jika cahaya hati kpd dirimu terasa mulai padam maka minta lah kpd Sang Pemilik Hati utk menyalakan kembali cahaya hati tersebut.

“Allah (pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi. Permumpamaan cahaya-Nya, spt sebuah lubang yg tdk tembus yg di dalamnya ada pelita besar. Pelita itu di kpd tabung kaca, (dan) tabung kaca itu bagaikan bintang yg berkilauan, yg dinyalakan dgn minyak dari pohon yg diberkahi, (yaitu) pohon zaitun yg tumbuh tdk di timur dan tdk pula di barat, yg minyaknya saja hampir-hampir menerangi, walaupun tdk di sentuh api. Cahaya di atas cahaya, Allah memberi petunjuk kpd cahaya-Nya bagi orang yg dia kehendaki, dan Allah membuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” (QS.An-Nur: 35)


1

Rabu, 29 Agustus 2012

Keberuntungan Menurut Al Quran


Ustadz Bobby Herwibowo - Tips dan Untung

Apapun yang terjadi, hidup harus  kita lanjutkan. Karena berhenti berjuang di tengah jalan sama dengan mundur yang artinya kalah sebelum bertarung. Meski masalah menumpuk, cobaan menanti, kita tak boleh menyerah. Kita harus senantiasa menghiasi hari dengan penuh semangat, semangat para mukminin untuk menyambut janji suci dari Sang Maha Suci, Allah Subhanahu wa Ta’alaa. Semangat hidup, harus kita kobarkan, selamanya. Karena hidup, tak mengenal siaran tunda.
Perlahan namun pasti, waktu berlalu dengan setiap kesannya. Ia  berlalu begitu cepat, tanpa terasa. Ia menipu siapa saja yang tak pernah memperhatikannya. Benarlah apa yang difirmankanNya. “ Demi Masa. Sesungguhnya manusia benar-benar berada dalam kerugian.” ( Al Ashr:  1-2 ). Dari ayat ini, kita mengetahui bahwa semua manusia berada dalam kerugian. Rugi dalam berbagai batasnya, rugi dalam berbagai bentuknya.
Ada yang rugi karena bisnisnya bangkrut. Ada yang rugi karena ditinggal pasangan hidupnya. Adapula yang rugi karena kehilangan kesempatan berbuat kebaikan. Ada juga yang merugi lantaran melewatkan kesempatan emas untuk memberikan yang terbaik bagi teman hidupnya. Singkatnya,“Mereka yang hari ini sama dengan hari kemarin,”  sebagaimana sabda Nabi, “Adalah orang yang merugi.” 
Adalah tidak adil jika Allah hanya menciptakan rugi tanpa pasangan. Karena sunnahNya berlaku dalam setiap kondisi. Ada benar, pastinya ada salah. Ada laki-laki, pastinya ada wanita. Begitupun seterusnya. Maka, ada rugi pastinya ada pula untung. Lalu , siapakah yang beruntung?
“Kecuali orang yang beriman, dan beramal shalih, saling nasihat menasihati dalam kebenaran, dan saling nasihat menasihati dalam kesabaran.” (Al Ashr: 3). Ya. Empat hal itulah yang akan membuat kita beruntung. Empat hal inilah yang merupakan konsep keberuntungan dalam Al Qur’an. Ia adalahmanhaj yang sangat jelas. Sebuah panduan yang tidak mungkin keliru. Mereka yang beriman, beramal shalih, saling meningatkan dalam kebenaran dan kesabaran, adalah mereka yang beruntung. Selainnya? “MERUGI!”
Pertama, iman. 
Iman adalah yakin. Yakin yang berlanjut dengan koma, bukan titik. Maka, iman adalah meyakini yang diringi dengan amal. Iman yang tak berujung pada amal, adalah bohong. Ia palsu dan tak bermakna. Masih jelas dalam ingatan kita, betapa berimannya para penentang dakwah Rasulullah. Sebut saja Abu Jahal, Abu Lahab, juga Paman Sang Nabi, Abu Thalib. Mereka beriman akan kebenaran risalah Nabi. Bahkan Abu Jahal dan Abu Lahab, pernah dipergoki mendengarkan bacaan Al Qur’an Rasulullah secara sembunyi-sembunyi. Hati mereka menerima kebenaran asasi itu. Sayangnya, mereka tak beramal. Iman mereka berujung pada titik, padahal seharusnya koma. Kitapun mendapati ending-nya, keduanya termasuk yang diganjar dengan siksa. Mereka gagal mengamalkan apa yang diimaninya. Na’udzubillah.
Lain Abu Lahab dan Abu Jahal, lain pula Abu Thalib. Bapak dari khalifah keempat dalam Islam ini gagal pula mengejawantahkan iman. Ia gengsi dengan para pemuka Quraisy lainnya. Ia memilih untuk menuruti gengsinya daripada menuruti apa kata hatinya. Dengan tidak mengurangi rasa hormat sedikitpun atas jasa beliau dalam membantu dakwah Rasulullah, kita patut bersedih dan menyesal sedalam-dalamnya, karena sampai akhir hayatnya, Abu Thalib keukeuh dalam kekafirannya. Sekali lagi, ia gagal mengamalkan apa yang di-imaninya.
Kedua, amal shalih
Amal shalih adalah buah ranum dari tumbuhan bernama iman. Amal shalih yang tak dilandasi dengan iman adalah palsu. Ia bagai fatamorgana di tengah Sahara. Dikira ada, padahal tiada. Ingat dengan Thomas Alfa Edison? Ia adalah penemu bola lampu pijar. Karena penemuannya itu, dunia berhasil berada dalam terang. Temuannya menyinari segenap penjuru dunia. Karena kegigihannya, Ia berhasil menyalakan lampu dalam percobaannya yang ke-1000. Sebuah karya yang monumental. Layak dicatat sejarah sebagai tinta emas. Lantas, apa mau dikata? Penemunya adalah orang kafir. Ia berhasil membuktikan kebenaran ilmu pengetahuan, namun gagal meyakini suatu hal yang asasi. Ia gagal meyakini adanya penciptanya sendiri. Maka, ia berakhir dalam kekafiran. Dengan tidak mengurangi jasa besarnya, mari mengambil pelajaran, bahwa amal akan sia-sia jika pelakunya tidak beriman akan ke-Esaan Allah. Semoga Allah membungkus kita dengan tauhid yang bersih, sampai ajal menjumpai, “Dan janganlah kamu mati, melainkan dalam keadaan berislam.” Insya Allah. Amin.
Ketigasaling nasihat menasihati dalam kebenaran. 
Ini adalah tangga ketiga. Ia berlaku secara kesinambungan. Ia berdiri atas benarnya iman dan amal shalih. Karena iman dan amal yang benar, pastilah melahirkan sebuah kesadaran: mengajak orang lain untuk menapaki jalan yang sama.
Teringat dalam benak penulis, sebuah perkataan dari sahabat diskusi. Katanya suatu ketika, “ Surga itu luas. Jangan memasukinya sendirian. Ajaklah orang sekitar untuk bersama masuk ke dalamnya.” Sebuah pesan bijak yang maknanya adalah peduli. Kepedulian kita terhadap sekitar. Bahwa shalih bukanlah sendiri. Bahwa baik bukanlah egois. Baik, shalih adalah berjama’ah. Ia harus terus digalakkan hingga kemenangan Islam benar-benar mengejawantah. Hingga kebenaran hakiki benar-benar membumi, termanifestasi dalam kehidupan sehari-hari. Maka, ketika ada yang enjoydengan keshalihan diri sementara tidak pernah peduli dengan sekitar, keshalihannya perlu dipertanyakan. Boleh jadi, setan telah mengiming-iminginya dengan kebahagiaan semu. Kita berlindung kepada Allah dari sikap demikian.
Keempat, saling menasihati dalam kesabaran. 
Sabar maknanya tahan uji, pantang menyerah. Sabar bukan hanya pasif. Ia juga bermakna aktif dan terus bergerak. Ia adalah sebuah sikap yang tidak puas dengan realita. Sabar adalah bertahan untuk terus menjadi baik. Agar ia tidak terjerumus dalam lubang keburukan.
Sabar bukanlah hal yang mudah. Apalagi bersabar untuk tetap beriman, bersabar untuk tetap beramal shalih dan bersabar untuk tetap berdakwah. Ia lebih sulit dari sekedar meraih. Karena setelah berada di puncak, angin akan semakin kencang. Kesadaran yang awalnya penuh pun, bisa berkurang. Karena setan memang tidak pernah diam ketika kita berada dalam kebenaran. Setan akan tetap menggoda hinga kita mengikuti mereka. Ia akan terus mencari cela untuk memasuki diri dan kemudian menjatuhkan kita ke dalam lubang kebinasaan terendah. Oleh karena itu, ketika sudah memasuki tahap ini, kita perlu semakin menghinakan diri kepada Allah. Meminta pertolongan padaNya. Karena bagaimanapun, Dialah yang menguasai segalanya. Harap Kita, semoga Dia menjaga kita dalam keistiqamahan, hingga ajal menjelang. Semoga Allah senantiasa membimbing Kita untuk terus menapaki jalan kebenaran ini. Amin.
Terakhir, kita bersepakat untuk saling berpelukan dalam keimanan. Kita bersepakat untuk saling bergandengan tangan dalam ketaqwaan. Kitapun bersepakat untuk saling menuntun dalam jalan kebenaran.
Kitapun bersepakat untuk berlari bersama, menuju Allah. Siapa saja yang lebih dulu sampai, dialah yang terbaik. Karena jalan ini, tidak mengenal toleransi dalam kebenaran. Kebenaran haruslah diperlombakan. Kebenaran, haruslah didahulukan, meski terhadap saudara sendiri. Dan kita, bersepakat untuk berlomba dalam kebaikan. Berlomba dalam menggapai surga. Yang sampai lebih dulu, tuntun saudaranya untuk menapaki jalan yang sama. Jika di tengah jalan kalian kehilangan satu diantara kami, maka carilah! Karena bisa jadi ada yang salah arah. Lalu, ingatkan dan tuntun Ia untuk kembali ke jalan yang benar, jalannya orang-orang yang beriman, bukan jalannya orang yang dimurkai  (Yahudi) atau jalannya orang  yang sesat (Nasrani) …
Semoga Allah membimbing kita untuk mendapatkan kemenangan yang hakiki …


Selasa, 28 Agustus 2012

Cinta Yang Tulus



Makna ‘Cinta Sejati’ terus dicari dan digali. Manusia dari zaman ke zaman seakan tidak pernah bosan membicarakannya. Sebenarnya? apa itu ‘Cinta Sejati’ dan bagaimana pandangan Islam terhadapnya?
Alhamdulillah, sholawat dan salam semoga terlimpahkan kepada nabi Muhammad, keluarga dan sahabatnya.
Masyarakat di belahan bumi manapun saat ini sedang diusik oleh mitos ‘Cinta Sejati‘, dan dibuai oleh impian ‘Cinta Suci’. Karenanya, rame-rame, mereka mempersiapkan diri untuk merayakan hari cinta “Valentine’s Day”.

Pada kesempatan ini, saya tidak ingin mengajak saudara menelusuri sejarah dan kronologi adanya peringatan ini. Dan tidak juga ingin membicarakan hukum mengikuti perayaan hari ini. Karena saya yakin, anda telah banyak mendengar dan membaca tentang itu semua. Hanya saja, saya ingin mengajak saudara untuk sedikit menyelami: apa itu cinta? Adakah cinta sejati dan cinta suci? Dan cinta model apa yang selama ini menghiasi hati anda?

Seorang peneliti dari Researchers at National Autonomous University of Mexico mengungkapkan hasil risetnya yang begitu mengejutkan. Menurutnya: Sebuah hubungan cinta pasti akan menemui titik jenuh, bukan hanya karena faktor bosan semata, tapi karena kandungan zat kimia di otak yang mengaktifkan rasa cinta itu telah habis. Rasa tergila-gila dan cinta pada seseorang tidak akan bertahan lebih dari 4 tahun. Jika telah berumur 4 tahun, cinta sirna, dan yang tersisa hanya dorongan seks, bukan cinta yang murni lagi.
Menurutnya, rasa tergila-gila muncul pada awal jatuh cinta disebabkan oleh aktivasi dan pengeluaran komponen kimia spesifik di otak, berupa hormon dopamin, endorfin, feromon, oxytocin, neuropinephrine yang membuat seseorang merasa bahagia, berbunga-bunga dan berseri-seri. Akan tetapi seiring berjalannya waktu, dan terpaan badai tanggung jawab dan dinamika kehidupan efek hormon-hormon itu berkurang lalu menghilang. 
(sumber: www.detik.com Rabu, 09/12/2009 17:45 WIB).
Wah, gimana tuh nasib cinta yang selama ini anda dambakan dari pasangan anda? Dan bagaimana nasib cinta anda kepada pasangan anda? Jangan-jangan sudah lenyap dan terkubur jauh-jauh hari.
Anda ingin sengsara karena tidak lagi merasakan indahnya cinta pasangan anda dan tidak lagi menikmati lembutnya buaian cinta kepadanya? Ataukah anda ingin tetap merasakan betapa indahnya cinta pasangan anda dan juga betapa bahagianya mencintai pasangan anda?
Saudaraku, bila anda mencintai pasangan anda karena kecantikan atau ketampanannya, maka saat ini saya yakin anggapan bahwa ia adalah orang tercantik dan tertampan, telah luntur.
Bila dahulu rasa cinta anda kepadanya tumbuh karena ia adalah orang yang kaya, maka saya yakin saat ini, kekayaannya tidak lagi spektakuler di mata anda.
Bila rasa cinta anda bersemi karena ia adalah orang yang berkedudukan tinggi dan terpandang di masyarakat, maka saat ini kedudukan itu tidak lagi berkilau secerah yang dahulu menyilaukan pandangan anda.
Saudaraku! bila anda terlanjur terbelenggu cinta kepada seseorang, padahal ia bukan suami atau istri anda, ada baiknya bila anda menguji kadar cinta anda. Kenalilah sejauh mana kesucian dan ketulusan cinta anda kepadanya. Coba anda duduk sejenak, membayangkan kekasih anda dalam keadaan ompong peyot, pakaiannya compang-camping sedang duduk di rumah gubuk yang reot. Akankah rasa cinta anda masih menggemuruh sedahsyat yang anda rasakan saat ini?
Para ulama’ sejarah mengisahkan, pada suatu hari Abdurrahman bin Abi Bakar radhiallahu ‘anhu bepergian ke Syam untuk berniaga. Di tengah jalan, ia melihat seorang wanita berbadan semampai, cantik nan rupawan bernama Laila bintu Al Judi. Tanpa diduga dan dikira, panah asmara Laila melesat dan menghujam hati Abdurrahman bin Abi Bakarradhiallahu ‘anhu. Maka sejak hari itu, Abdurrahman radhiallahu ‘anhu mabok kepayang karenanya, tak kuasa menahan badai asmara kepada Laila bintu Al Judi. Sehingga Abdurrahman radhiallahu ‘anhu sering kali merangkaikan bair-bait syair, untuk mengungkapkan jeritan hatinya.

Berikut di antara bait-bait syair yang pernah ia rangkai:

Aku senantiasa teringat Laila yang berada di seberang negeri Samawah
Duhai, apa urusan Laila bintu Al Judi dengan diriku?
Hatiku senantiasa diselimuti oleh bayang-bayang sang wanita 
Paras wajahnya slalu membayangi mataku dan menghuni batinku.
Duhai, kapankah aku dapat berjumpa dengannya,
Semoga bersama kafilah haji, ia datang dan akupun bertemu.

Karena begitu sering ia menyebut nama Laila, sampai-sampai Khalifah Umar bin Al Khattabradhiallahu ‘anhu merasa iba kepadanya. Sehingga tatkala beliau mengutus pasukan perang untuk menundukkan negeri Syam, ia berpesan kepada panglima perangnya: bila Laila bintu Al Judi termasuk salah satu tawanan perangmu (sehingga menjadi budak), maka berikanlah kepada Abdurrahman radhiallahu ‘anhu.

Dan subhanallah, taqdir Allah setelah kaum muslimin berhasil menguasai negeri Syam, didapatkan Laila termasuk salah satu tawanan perang. Maka impian Abdurrahmanpun segera terwujud. Mematuhi pesan Khalifah Umar radhiallahu ‘anhu, maka Laila yang telah menjadi tawanan perangpun segera diberikan kepada Abdurrahman radhiallahu ‘anhu.

Anda bisa bayangkan, betapa girangnya Abdurrahman, pucuk cinta ulam tiba, impiannya benar-benar kesampaian. Begitu cintanya Abdurrahman radhiallahu ‘anhu kepada Laila, sampai-sampai ia melupakan istri-istrinya yang lain. Merasa tidak mendapatkan perlakuan yang sewajarnya, maka istri-istrinya yang lainpun mengadukan perilaku Abdurrahman kepada ‘Aisyah istri Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang merupakan saudari kandungnya.

Menyikapi teguran saudarinya, Abdurrahman berkata: “Tidakkah engkau saksikan betapa indah giginya, yang bagaikan biji delima?”

Akan tetapi tidak begitu lama Laila mengobati asmara Abdurrahman, ia ditimpa penyakit yang menyebabkan bibirnya “memble” (jatuh, sehingga giginya selalu nampak). Sejak itulah, cinta Abdurrahman luntur dan bahkan sirna. Bila dahulu ia sampai melupakan istri-istrinya yang lain, maka sekarang iapun bersikap ekstrim. Abdurrahman tidak lagi sudi memandang Laila dan selalu bersikap kasar kepadanya.

Tak kuasa menerima perlakuan ini, Lailapun mengadukan sikap suaminya ini kepada ‘Aisyah radhiallahu ‘anha. Mendapat pengaduan Laila ini, maka ‘Aisyahpun segera menegur saudaranya dengan berkata:
 “Wahai Abdurrahman, dahulu engkau mencintai Laila dan berlebihan dalam mencintainya. Sekarang engkau membencinya dan berlebihan dalam membencinya. Sekarang, hendaknya engkau pilih: Engkau berlaku adil kepadanya atau engkau mengembalikannya kepada keluarganya. Karena didesak oleh saudarinya demikian, maka akhirnya Abdurrahmanpun memulangkan Laila kepada keluarganya. (Tarikh Damaskus oleh Ibnu ‘Asakir 35/34 & Tahzibul Kamal oleh Al Mizzi 16/559)

Bagaimana saudaraku! Anda ingin merasakan betapa pahitnya nasib yang dialami oleh Laila bintu Al Judi? Ataukah anda mengimpikan nasib serupa dengan yang dialami oleh Abdurrahman bin Abi Bakar radhiallahu ‘anhu?(1)

Tidak heran bila nenek moyang anda telah mewanti-wanti anda agar senantiasa waspada dari kenyataan ini. Mereka mengungkapkan fakta ini dalam ungkapan yang cukup unik:Rumput tetangga terlihat lebih hijau dibanding rumput sendiri.
Anda penasaran ingin tahu, mengapa kenyataan ini bisa terjadi?
Temukan rahasianya pada sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berikut ini:

 “Wanita itu adalah aurat (harus ditutupi), bila ia ia keluar dari rumahnya, maka setan akan mengesankannya begitu cantik (di mata lelaki yang bukan mahramnya).” (Riwayat At Tirmizy dan lainnya)
Orang-orang Arab mengungkapkan fenomena ini dengan berkata:
Setiap yang terlarang itu menarik (memikat).

Dahulu, tatkala hubungan antara anda dengannya terlarang dalam agama, maka setan berusaha sekuat tenaga untuk mengaburkan pandangan dan akal sehat anda, sehingga anda hanyut oleh badai asmara. Karena anda hanyut dalam badai asmara haram, maka mata anda menjadi buta dan telinga anda menjadi tuli, sehingga andapun bersemboyan:Cinta itu buta. Dalam pepatah arab dinyatakan:

Cintamu kepada sesuatu, menjadikanmu buta dan tuli.

Akan tetapi setelah hubungan antara anda berdua telah halal, maka spontan setan menyibak tabirnya, dan berbalik arah. Setan tidak lagi membentangkan tabir di mata anda, setan malah berusaha membendung badai asmara yang telah menggelora dalam jiwa anda. Saat itulah, anda mulai menemukan jati diri pasangan anda seperti apa adanya. Saat itu anda mulai menyadari bahwa hubungan dengan pasangan anda tidak hanya sebatas urusan paras wajah, kedudukan sosial, harta benda. Anda mulai menyadari bahwa hubungan suami-istri ternyata lebih luas dari sekedar paras wajah atau kedudukan dan harta kekayaan. Terlebih lagi, setan telah berbalik arah, dan berusaha sekuat tenaga untuk memisahkan antara anda berdua dengan perceraian:
 “Maka mereka mempelajari dari Harut dan Marut (nama dua setan) itu apa yang dengannya mereka dapat menceraikan (memisahkan) antara seorang (suami) dari istrinya.” (Qs. Al Baqarah: 102)

Mungkin anda bertanya, lalu bagaimana saya harus bersikap?
Bersikaplah sewajarnya dan senantiasa gunakan nalar sehat dan hati nurani anda. Dengan demikian, tabir asmara tidak menjadikan pandangan anda kabur dan anda tidak mudah hanyut oleh bualan dusta dan janji-janji palsu.
Mungkin anda kembali bertanya: Bila demikian adanya, siapakah yang sebenarnya layak untuk mendapatkan cinta suci saya? Kepada siapakah saya harus menambatkan tali cinta saya?
Simaklah jawabannya dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:

“Biasanya, seorang wanita itu dinikahi karena empat alasan: karena harta kekayaannya, kedudukannya, kecantikannya dan karena agamanya. Hendaknya engkau menikahi wanita yang taat beragama, niscaya engkau akan bahagia dan beruntung.” (Muttafaqun ‘alaih)

Dan pada hadits lain beliau bersabda:
“Bila ada seorang yang agama dan akhlaqnya telah engkau sukai, datang kepadamu melamar, maka terimalah lamarannya. Bila tidak, niscaya akan terjadi kekacauan dan kerusakan besar di muka bumi.” (Riwayat At Tirmizy dan lainnya)
Cinta yang tumbuh karena iman, amal sholeh, dan akhlaq yang mulia, akan senantiasa bersemi. Tidak akan lekang karena sinar matahari, dan tidak pula luntur karena hujan, dan tidak akan putus walaupun ajal telah menjemput.
 “Orang-orang yang (semasa di dunia) saling mencintai pada hari itu sebagiannya menjadi musuh bagi sebagian yang lain kecuali orang-orang yang bertaqwa.” (Qs. Az Zukhruf: 67)

Saudaraku! Cintailah kekasihmu karena iman, amal sholeh serta akhlaqnya, agar cintamu abadi. Tidakkah anda mendambakan cinta yang senantiasa menghiasi dirimu walaupun anda telah masuk ke dalam alam kubur dan kelak dibangkitkan di hari kiamat? Tidakkah anda mengharapkan agar kekasihmu senantiasa setia dan mencintaimu walaupun engkau telah tua renta dan bahkan telah menghuni liang lahat?

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

 “Tiga hal, bila ketiganya ada pada diri seseorang, niscaya ia merasakan betapa manisnya iman: Bila Allah dan Rasul-Nya lebih ia cintai dibanding selain dari keduanya, ia mencintai seseorang, tidaklah ia mencintainya kecuali karena Allah, dan ia benci untuk kembali kepada kekufuran setelah Allah menyelamatkan dirinya, bagaikan kebenciannya bila hendak diceburkan ke dalam kobaran api.” (Muttafaqun ‘alaih)

Saudaraku! hanya cinta yang bersemi karena iman dan akhlaq yang mulialah yang suci dan sejati. Cinta ini akan abadi, tak lekang diterpa angin atau sinar matahari, dan tidak pula luntur karena guyuran air hujan.
Yahya bin Mu’az berkata: “Cinta karena Allah tidak akan bertambah hanya karena orang yang engkau cintai berbuat baik kepadamu, dan tidak akan berkurang karena ia berlaku kasar kepadamu.” Yang demikian itu karena cinta anda tumbuh bersemi karena adanya iman, amal sholeh dan akhlaq mulia, sehingga bila iman orang yang anda cintai tidak bertambah, maka cinta andapun tidak akan bertambah. Dan sebaliknya, bila iman orang yang anda cintai berkurang, maka cinta andapun turut berkurang. Anda cinta kepadanya bukan karena materi, pangkat kedudukan atau wajah yang rupawan, akan tetapi karena ia beriman dan berakhlaq mulia. Inilah cinta suci yang abadi saudaraku.

Saudaraku! setelah anda membaca tulisan sederhana ini, perkenankan saya bertanya: Benarkah cinta anda suci? Benarkah cinta anda adalah cinta sejati? Buktikan saudaraku…

Wallahu a’alam bisshowab, mohon maaf bila ada kata-kata yang kurang berkenan atau menyinggung perasaan.

***
Ustadz Muhammad Arifin Badri, M.A.