Selasa, 30 Oktober 2012

Tauhid Penghapus Dosa



Siapakah yang tidak mendambakan dosa-dosanya diampuni? Ternyata, tauhid yang murni adalah sebab utama terampuninya dosa-dosa. Sudahkah kita memilikinya? Bagaimanakah cara mewujudkannya? Oleh sebab itu, simaklah pembahasan menarik berikut ini…
Jangan Nodai Imanmu dengan Kezaliman!

Sesungguhnya salah satu keutamaan tauhid yang sangat agung adalah sebagai penghapus dosa. Penjelasan mengenai keutamaan ini dijelaskan dalam beberapa ayat dan hadits berikut ini.
Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengankezaliman (syirik), mereka itulah yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk.”(QS. Al An‘am : 82)

Ketika ayat ini turun, para Sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, siapakah diantara kami yang tidak pernah berbuat zalim?” Beliau menjawab, “Maksud ayat ini bukanlah seperti yang kalian katakan, akan tetapi yang dimaksud dengan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezaliman, adalah syirik. Tidakkah kalian mendengar perkataan Luqman kepada anaknya, ‘Wahai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya syirik adalah kezaliman yang sangat besar’?” (HR. Bukhari)
Lantas apa makna ‘keamanan’ dalam ayat di atas? Jawabannya tergantung dari jenis kezaliman yang diperbuat oleh manusia. Perbuatan zalim terbagi menjadi tiga jenis:
1.    Kezaliman yang paling besar, yaitu syirik.
2.   Kezaliman manusia pada dirinya sendiri, yaitu dengan tidak memberikan hak bagi tubuhnya. Misalnya berpuasa namun tidak berbuka, atau shalat semalam suntuk tanpa tidur, termasuk juga bermaksiat kepada Allah Ta’ala.
3.   Kezaliman manusia kepada manusia lainnya. Misalnya membunuh, mengambil harta saudaranya tanpa hak, dan sebagainya.

Orang yang terjatuh dalam perbuatan syirik (besar), hilanglah baginya keamanan secara mutlak sehingga dia akan kekal diadzab di neraka. Pelakunya, jika meninggal dan belum bertaubat, akan kekal di neraka dan tidak akan pernah merasakan indahnya surga.
Adapun orang yang terjatuh ke dalam perbuatan zalim kepada diri sendiri atau orang lain, namun selamat dari perbuatan syirik, maka baginya keamanan dalam artian ia tetap diadzab -jika Allah menghendaki hal itu- sesuai kadar kezaliman yang diperbuat, akan tetapi dia akan terbebas dari kekalnya adzab neraka. Bahkan, jika Allah berkehendak, akan diampuni dosa-dosanya. Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa mempersekutukan (sesuatu) dengan Dia, dan Dia mengampuni dosa yang selain syirik bagi siapa yang dikehendaki-Nya.” (QS. An Nisa’ : 116) (lihat penjelasan di atas dalam Al Qaul Al Mufid ‘ala Kitab At Tauhid)


Ucapkan Laa Ilaha Illallah dengan Ikhlas, dan Bagimu Surga!

Dari Sahabat Muadz bin Jabal radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang akhir perkataannya adalah kalimat ‘laa ilaha illallah’, pasti masuk surga” (HR. Abu Dawud, shahih). Dari Ubadah bin Shamitradhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang bersyahadat bahwa tidak ada sesembahan yang berhak diibadahi melainkan Allah, tiada sekutu bagi-Nya, dan Muhammad adalah hamba dan RasulNya, dan bahwa Isa adalah hamba dan RasulNya, dan kalimatNya yang disampaikan kepada Maryam, serta Ruh dari padaNya, dan surga adalah haq, neraka juga haq, maka Allah pasti memasukkannya ke dalam surga, betapapun amal yang telah diperbuatnya (HR. Bukhari dan Muslim)

Sebagian kaum muslimin memahami hadits di atas ‘seadanya’, yaitu siapa saja yang hingga akhir hayatnya “berhasil” mengucapkan kalimat tauhid, atau sekedar mengucapkannya sekali seumur hidup saja, akan masuk surga. Tidak peduli seburuk apapun amalan yang telah ia kerjakan, bahkan terjatuh dalam dosa syirik sekalipun.
Padahal, dalam hadits lain yang semakna dengan hadits ini, disebutkan bahwa salah satu syarat yang mengikat janji surga tersebut, adalah keikhlasan. Dari Sahabat ‘Itban bin Malik bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallambersabda, “Sesungguhnya Allah mengharamkan neraka bagi orang-orang yang mengucapkan “laa ilaaha illallaah” dengan ikhlas dan hanya mengharapkan ganjaran berupa (melihat) wajah Allah” (HR. Bukhari dan Muslim)

Pemaknaan hadits-hadits yang mengandung pernyataan muthlaq (tanpa syarat) seperti dalam hadits pertama dan kedua -berdasarkan keseluruhan dalil yang ada- haruslah dibawa kepada makna yang muqayyad (bersyarat), yaitu terikat dengan syarat-syarat yang harus dipenuhi dan penghalang-penghalang yang harus dinafikan. Salah satu syaratnya, berdasarkan hadits ‘Itban, adalah diamalkan dalam bentuk ibadah kepada Allah Ta’ala semata, dan tidak berbuat syirik kepada selain-Nya. (lihat Asy Syarh Al Muyassar dan Hasyiyah Kitab At Tauhid).

Sungguh indah perkataan Wahb bin Munabbih ketika ditanya, “Bukankah laa ilaha illallah adalah kunci surga?”, maka beliau menjawab, “Ya, akan tetapi setiap kunci memiliki gerigi. Barangsiapa yang datang dengan membawa kunci yang bergerigi tersebut, barulah pintu terbuka, namun jika tidak, pintu tersebut tidak akan terbuka.” (Jami’ul ‘Ulum wal Hikam)


Kisah Si Pemilik ‘Kartu’

Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sungguh Allah akan membebaskan seseorang dari umatku di hadapan seluruh manusia pada hari kiamat. Ketika itu dibentangkan 99 gulungan (dosa) miliknya. Setiap gulungan dosa panjangnya sejauh mata memandang. Kemudian Allah berfirman, ‘Apakah ada yang engkau ingkari dari semua catatan ini, apakah (para) malaikat pencatat amal telah menganiayamu?’ Dia menjawab, ‘Tidak, wahai Rabbku’. Allah bertanya, ‘Apakah engkau memiliki udzur (alasan)?’ Dia menjawab, ‘Tidak wahai Rabbku’. Allah berfirman, ‘Bahkan sesungguhnya engkau memiliki satu kebaikan di sisi-Ku dan sungguh pada hari ini engkau tidak akan dianiaya sedikit pun’. Kemudian dikeluarkanlah sebuahbithaqah (kartu) bertuliskan ‘asyhadu an laa ilaha illallah wa asyhadu anna muhammadan ‘abduhu wa rasuluh’. Lalu Allah berfirman, ‘Datangkan timbanganmu’. Dia berkata, ‘Wahai Rabbku, apalah artinya kartu ini dibandingkan seluruh gulungan (dosa) itu?’ Allah berfirman, ‘Sungguh kamu tidak akan dianiaya’. Kemudian diletakkanlah gulungan-gulungan tersebut pada satu daun timbangan dan kartu itu pada daun timbangan yang lain. Maka gulungan-gulungan (dosa) tersebut terangkat dan kartu (laa ilaha illallah) lebih berat. Demikianlah, tidak ada satupun yang lebih berat dari sesuatu yang padanya terdapat nama Allah.” (HR. Tirmidzi, shahih)

Namun, apakah fenomena masuk surga tanpa siksa karena bithaqah (kartu) ini bisa berlaku bagi setiap orang yang mengucapkan laa ilaha illallah?
Pertama, hendaklah diingat bahwa dhahir hadits ini digunakan kata “rojulun”, bentuk tunggal yang menunjukkan makna “seseorang”. Sehingga dapat disimpulkan bahwa hadits ini -bisa jadi- hanya berlaku untuk satu orang saja(faedah dari pelajaran Ust. Abu Isa).
Kedua, sebagaimana dijelaskan oleh Syaikh Shalih bin ‘Abdul ‘Aziz Alu Asy Syaikh, keutamaan ini tidaklah didapat melainkan oleh seseorang yang kadar tauhid dalam hatinya sangat besar, demikian pula dengan rasa cintanya kepada Allah Jalla wa ‘Alla dan RasulNya shallallahu ‘alaihi wa sallam, ikhlas kepada Allah, bertauhid baik dalamrububiyah (ketuhanan), uluhiyah (peribadahan), dan asma’ wa shifat (nama-nama dan sifat-sifatNya) (Fadhlu Tauhid wa takfiruhu li adz dzunub)


Tiga Golongan Manusia

Berdasarkan ayat dan hadits yang telah disebutkan, Syaikh Shalih bin ‘Abdul ‘Aziz Alu Asy Syaikh hafizhahullahu ta’ala –salah seorang ulama sekaligus mentri urusan agama- menyimpulkan bahwa manusia dibagi dalam tiga golongan, yaitu :

Golongan pertama: Orang-orang yang benar-benar mewujudkan tauhid, yaitu bersih dari syirik, baik syirik akbarmaupun ashghar, bersih dari segala bentuk kemaksiatan dan dosa, baik dosa besar maupun kecil (yaitu terhapus dengan taubat nasuha –pen), dan beramal shalih sesuai dengan apa yang diperintahkan Allah Jalla wa ‘Alla. Mereka ini tergolong dalam orang-orang yang masuk surga tanpa hisab dan adzab, dan berjumlah 70.000 dari umat ini (dalil lain menunjukkan bahwa jumlahnya diperbanyak lagi, ed). Inilah medan juang bagi setiap manusia, dan hendaklah masing-masing berupaya meraih keutamaan ini. Semoga Allah Ta’ala memberikan taufik pada kita.

Golongan kedua: Orang-orang yang beramal dengan landasan tauhid, akan tetapi mereka mencampuri amalan shalih dengan amalan buruk. Mereka ini terbagi lagi ke dalam golongan sebagai berikut :
1.    Golongan yang bertaubat kepada Allah, mereka akan menjadi sebagaimana golongan pertama (masuk surga tanpa hisab).
2.   Golongan yang bertemu Allah dengan membawa dosa-dosa besar namun tanpa diiringi taubat, maka Allahsubhanahu wa ta’ala akan mengampuni siapa saja yang Ia kehendaki dan akan mengadzab siapa saja yang Ia kehendaki (lihat QS. An Nisa’ : 116 -pen). Apabila Allah berkehendak mengadzab mereka, yang dimaksud bukanlah adzab neraka secara kekal. Melainkan sesuai dengan kadar dosa yang telah mereka perbuat.
3.   Golongan yang amal buruknya lebih banyak apabila ditimbang, akan tetapi amalan tauhidnya mengalahkan timbangan amal buruk, dan inilah keutamaan dari Allah Jalla wa ‘Alla.

Golongan ketiga: Orang yang datang dengan membawa kadar tauhid yang sangat kuat, namun ia membawa berbagai dosa dan kesalahan. Maka kondisinya adalah seperti yang terdapat dalam hadits bithaqah (Fadhlu Tauhid wa takfiruhu li adz dzunub). Adapun, apabila kadar tauhidnya lemah, maka ia tetap akan dimasukkan ke dalam neraka (lihat Mutiara Faedah Kitab Tauhid). Semoga Allah Ta’ala memberi taufik kepada kita untuk menggapai ampunan dan rahmat dari-Nya. 



Oleh: Yhouga AM
At Tauhid edisi VII/04

http://buletin.muslim.or.id/aqidah/tauhid-penghapus-dosa


***************************


Catatan :



Sabda Rasulullah S.A.W.:

” Barang siapa hafal tujuh kalimat, ia terpandang mulia di sisi Allah dan Malaikat serta diampuni dosa-dosanya walau sebanyak buih laut ”

1. Mengucap “Bismillah” pada tiap-tiap hendak melakukan sesuatu.
2. Mengucap “Alhamdulillah” pada tiap-tiap selesai melakukan sesuatu.
3. Mengucap “Astaghfirullah” jika lidah terselip perkataan yang tidak patut.
4. Mengucap “Insya-Allah” jika merencanakan berbuat sesuatu dihari esok
5. Mengucap “La haula wala kuwwata illa billah” jika menghadapi sesuatu tak disukai dan tak diinginkan.
6. Mengucap “Inna lillahi wa inna ilaihi rojiun” jika menghadapi dan menerima musibah
7. Mengucap “Laa ilaa ha illa Allah Muhammadur Rasulullah”  sepanjang siang dan malam, sehingga tak terpisah dari lidahnya

Senin, 29 Oktober 2012

BACAAN SHOLAT BESERTA ARTINYA




Di Bawah ini adalah bacaan-bacaan sholat beserta artinya. Mudah-mudahan dengan tahu artinya bisa menambah kekhusyukan dalam sholat….

DOA IFTITAH

ALLAAHU AKBAR KABIIROO WAL HAMDU LILLAAHI KATSIIROO WASUBHAANALLAAHI BUKRATAW WAASHIILAA.
Allah Maha Besar, Maha Sempurna Kebesaran-Nya. Segala Puji Bagi Allah, Pujian Yang Sebanyak- Banyaknya. Dan Maha Suci Allah Sepanjang Pagi Dan Petang.
INNII WAJJAHTU WAJHIYA LILLADZII FATHOROS SAMAAWAATI WAL ARDHO HANIIFAM MUSLIMAW WAMAA ANA MINAL MUSYRIKIIN.
Kuhadapkan Wajahku Kepada Zat Yang Telah Menciptakan Langit Dan Bumi Dengan Penuh Ketulusan Dan Kepasrahan Dan Aku Bukanlah Termasuk Orang- Orang Yang Musyrik.
INNA SHOLAATII WANUSUKII WAMAHYAAYA WAMAMAATII LILLAAHIRABBIL ‘AALAMIIN.
Sesungguhnya Sahalatku, Ibadahku, Hidupku Dan Matiku Semuanya Untuk Allah, Penguasa Alam Semesta.
LAA SYARIIKA LAHUU WA BIDZAALIKA UMIRTU WA ANA MINAL MUSLIMIIN.
Tidak Ada Sekutu Bagi-Nya Dan Dengan Demikianlah Aku Diperintahkan Dan Aku Termasuk Orang-Orang Islam.

AL-FATIHAH

BISMILLAAHIR RAHMAANIR ROHIIM.
Dengan Nama Allah Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang.
AL HAMDU LILLAAHI ROBBIL ‘AALAMIIN.
Segala Puji Bagi Allah, Tuhan Semesta Alam.
ARRAHMAANIR ROHIIM.
Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang.
MAALIKIYAUMIDDIIN.
Penguasa Hari Pembalasan.
IYYAAKA NA’BUDU WAIYYAAKA NASTA’IINU.
Hanya Kepada-Mu lah Aku Menyembah Dan Hanya Kepada-Mu lah Aku Memohon Pertolongan.
IHDINASH SHIROOTHOL MUSTAQIIM.
Tunjukilah Kami Jalan Yang Lurus.
SHIROOTHOL LADZIINA AN’AMTA ‘ALAIHIM GHAIRIL MAGHDHUUBI ‘ALAIHIM WALADHDHOOLLIIN. AAMIIN.
Yaitu Jalannya Orang-Orang Yang Telah Kau Berikan Nikmat, Bukan Jalannya Orang-Orang Yang Kau Murkai Dan Bukan Pula Jalannya Orang-Orang Yang Sesat.

R U K U’

SUBHAANA ROBBIYAL ‘ADZIIMI WA BIHAMDIH. - 3 x
Maha Suci Tuhanku Yang Maha Agung Dan Dengan Memuji-Nya.

I’TIDAL

SAMI’ALLAAHU LIMAN HAMIDAH.
Semoga Allah Mendengar ( Menerima ) Pujian Orang Yang Memuji-Nya ( Dan Membalasnya ).
ROBBANAA LAKAL HAMDU MIL’US SAMAAWATI WA MIL ‘ULARDHI WA MIL ‘UMAASYI’TA MIN SYAI’IN BA’DU.
Wahai Tuhan Kami ! Hanya Untuk-Mu lah Segala Puji, Sepenuh Langit Dan Bumi Dan Sepenuh Barang Yang Kau Kehendaki Sesudahnya.

SUJUD

SUBHAANA ROBBIYAL A’LAA WA BIHAMDIH. - 3 x
Maha Suci Tuhanku Yang Maha Tinggi Dan Dengan Memuji-Nya.

DUDUK DIANTARA DUA SUJUD

ROBBIGHFIRLII WARHAMNII WAJBURNII WARFA’NII WARZUQNII WAHDINII WA’AAFINII WA’FU ‘ANNII.
Ya Tuhanku ! Ampunilah Aku, Kasihanilah Aku, Cukupkanlah ( Kekurangan )-Ku, Angkatlah ( Derajat )- Ku, Berilah Aku Rezki, Berilah Aku Petunjuk, Berilah Aku Kesehatan Dan Maafkanlah ( Kesalahan )-Ku.

TASYAHUD AWAL

ATTAHIYYAATUL MUBAAROKAATUSH SHOLAWATUTH THOYYIBAATU LILLAAH.
Segala Kehormatan, Keberkahan, Rahmat Dan Kebaikan Adalah Milik Allah.
ASSALAAMU ‘ALAIKA AYYUHAN NABIYYU WAROHMATULLAAHI WABAROKAATUH.
Semoga Keselamatan, Rahmat Allah Dan Berkah-Nya ( Tetap Tercurahkan ) Atas Mu, Wahai Nabi.
ASSALAAMU ‘ALAINAA WA ‘ALAA ‘IBADADILLAAHISH SHOOLIHIIN.
Semoga Keselamatan ( Tetap Terlimpahkan ) Atas Kami Dan Atas Hamba-Hamba Allah Yang Saleh.
ASYHADU ALLAA ILAAHA ILLALLAAH. WA ASYHADU ANNA MUHAMMADAR ROSUULULLAAH.
Aku Bersaksi Bahwa Tidak Ada Tuhan Selain Allah. Dan Aku Bersaksi Bahwa Muhammad Adalah Utusan Allah.
ALLAAHUMMA SHOLLI ‘ALAA SAYYIDINAA MUHAMMAD.
Wahai Allah ! Limpahkanlah Rahmat Kepada Penghulu Kami, Nabi Muhammad !.


TASYAHUD AKHIR

ATTAHIYYAATUL MUBAAROKAATUSH SHOLAWATUTH THOYYIBAATU LILLAAH.
Segala Kehormatan, Keberkahan, Rahmat Dan Kebaikan Adalah Milik Allah.
ASSALAAMU ‘ALAIKA AYYUHAN NABIYYU WAROHMATULLAAHI WABAROKAATUH.
Semoga Keselamatan, Rahmat Allah Dan Berkah-Nya ( Tetap Tercurahkan ) Atas Mu, Wahai Nabi.
ASSALAAMU ‘ALAINAA WA ‘ALAA ‘IBADADILLAAHISH SHOOLIHIIN.
Semoga Keselamatan ( Tetap Terlimpahkan ) Atas Kami Dan Atas Hamba-Hamba Allah Yang Saleh.
ASYHADU ALLAA ILAAHA ILLALLAAH. WA ASYHADU ANNA MUHAMMADAR ROSUULULLAAH.
Aku Bersaksi Bahwa Tidak Ada Tuhan Selain Allah. Dan Aku Bersaksi Bahwa Muhammad Adalah Utusan Allah.
ALLAAHUMMA SHOLLI ‘ALAA SAYYIDINAA MUHAMMAD ( tasyahud awal ) WA ‘ALAA AALI SAYYIDINAA MUHAMMAD.
Wahai Allah ! Limpahkanlah Rahmat Kepada Penghulu Kami, Nabi Muhammad Dan Kepada Keluarga Penghulu Kami Nabi Muhammad.
KAMAA SHOLLAITAA ‘ALAA SAYYIDINAA IBROOHIIM WA ‘ALAA AALI SAYYIDINAA IBROOHIIM.
Sebagaimana Telah Engkau Limpahkan Rahmat Kepada Penghulu Kami, Nabi Ibrahim Dan Kepada Keluarganya.
WA BAARIK ‘ALAA SAYYIDINAA MUHAMMAD WA ‘ALAA AALI SAYYIDINAA MUHAMMAD.
Dan Limpahkanlah Berkah Kepada Penghulu Kami, Nabi Muhammad Dan Kepada Keluarganya.
KAMAA BAAROKTA ‘ALAA SAYYIDINAA IBROOHIIM WA ‘ALAA AALI SAYYIDINAA IBROOHIIM.
Sebagaimana Telah Engkau Limpahkan Berkah Kepada Penghulu Kami, Nabi Ibrahim Dan Kepada Keluarganya.
FIL ‘AALAMIINA INNAKA HAMIIDUMMAJIID. YAA MUQALLIBAL QULUUB. TSABBIT QALBII ‘ALAA DIINIK.
Sungguh Di Alam Semesta Ini, Engkau Maha Terpuji Lagi Maha Mulia. Wahai Zat Yang Menggerakkan Hati. Tetapkanlah Hatiku Pada Agama-Mu.

SEMOGA BERMANFA'AT


(sumber: http://syawhy.wordpress.com/religious- stuff/bacaan-sholat-fardhu )


********************

Catatan :

Surah AL FATIHAH mempunyai beberapa nama saperti yang disebut oleh Imam Fakhruddin ar- Razi.Di antaranya ialah:
  1. FATIHATUL KITAB (PEMBUKA KITAB)
  2. AL-HAMD (SEGALA PUJIAN)
  3. UMMUL QURAN (INDUK AL QURAN)
  4. UMMUL KITAB (INDUK KITAB)
  5. AS-SAB’UL MATSANI (TUJUH YANG DI ULANG ULANG)
  6. AL-WAFIYA (YANG MENCAKUPI ISI AL QURAN)
  7. AL-KAFIYA (MEMADAI)
  8. AL-ASAS ( DASAR)
  9. AS-SHIFA (YANG MENYEMBUHKAN)
  10. AS-SUAL (PERMINTAAN)
  11. AD-DU’A (DOA)
Sangat besar fadhilat dan ganjaran membaca surah Al Fatihah.Di antara ganjaran saperti yang di sebut Imam al Qurtubi di dalam kitab tafsirnya, bagi mereka yang membaca al Fatihah sekali, ganjarannya saperti membaca Taurat, Zabur dan Injil saperti yang di riwayatkan oleh Sayidina Alin bin Abi Talib bahawa Rasulullah SAW bersabda: “Barang siapa membaca al Fatihah maka sesungguhnya saperti dia membaca Taurat, Injil, Zabur dan al Quran.”
Kitab kitab ini sudah tidak ada lagi sekarang tetapi pahala membacanya tetap mengalir bagi mereka yang membaca surah al Fatihah.
Begitulah sebahagian daripada keistimewaan dan kelebihan yang Allah letakkan dalam surah al Fatihah.Ia merupakan surah terindah yang di ‘tugaskan’ untuk memancarkan cahaya kedalam jiwa manusia.
Beruntunglah bagi sesiapa yang setiap kali apabila membaca surah al Fatihah, dia turut merenung dan memikirkan maksud setiap ayat yang di lafazkannya itu.
  

SAKIT DALAM PANDANGAN ISLAM


  
Tidak ada orang yang ingin ditimpa penyakit. Meskipun demikian ternyata ada maksud tertentu dari Allah atas penyakit yang diderita hamba-Nya. Dalam buku Panduan Menghadapi Sakit dan Kematian karya Ahmad Yani, disebutkan terdapat lima keutamaan sakit menurut Islam: 

1. Menghapus Dosa,

Ini merupakan keutamaan yang besar dari Allah Swt karena dengan sakit yang diderita oleh seorang muslim, dosa yang pernah dilakukannya bisa terhapus karena penderitaannya dalam menghadapi penyakit menjadi kafarat (penebus) dosanya,

Rasulullah Saw bersabda:
“Tiada seorang mu’min yang rasa sakit, kelelahan (kepayahan), diserang penyaki tatau kesedihan (kesusahan) sampai duri yang menusuk (tubuhnya) kecuali dengan itu Allah menghapus dosa-dosanya” (HR. Bukhari). 


2. Tetap Mendapatkan Pahala Dari Amal Kebaikan Yang Biasa Dilakukannya Diwaktu Sehat

Hal ini karena ia tidak bisa menjalankan amal kebaikan itu bukan karena ia tidak mau, tetapi karena ia dalam keadaan sakit. misalnya kalau kita biasa ke masjid untuk shalat berjamaah, tentu kita mendapatkan pahala yang besar, setiap langkahnya diangkat baginya satu derajat dan dihapuskan satu kesalahannya kemudian malaikat akan terus mengucapkan shalawat (memintakan ampunan) kepadanya, selama dia masih berada di ruangan shalat tersebut , namun pada saat kita sakit tentu tidak bisa ke masjid tapi kita tetap mendapat pahalanya.

Rasulullah Saw bersabda:
“Apabila salah seorang hamba sakit atau bepergian (safar), maka Allah mancatat pahalanya seperti pahala amal yang dikerjakannya sewaktu ia tidak bepergian atau sehat.” (HR. Bukhari).

Di dalam hadist lain, Rasulullah Saw bersabda yang menguatkan hadits di atas:
“Apabila seorang hamba sakit sedang dia biasa melakukan suatu kebaikan, maka Allah berfirman kepada malaikat: “Catatlah bagi hamba-Ku pahala seperti yang biasa ialakukan ketika sehat.” (HR. Abu Hanifah). 


3. Memperoleh Pahala Kebaikan

Segala sesuatu yang terjadi pada manusia pasti ada hikmahnya. Seorang muslim yang sabar dalam menghadapi penyakit maka baginya pahala kebaikan.

Rasulullah Saw bersabda:
“Tiada seorang muslim tertusuk duri atau yang lebih dari itu, kecuali Allah mencatat baginya kebaikan dan menghapus darinya dosa.” (HR. Bukhari).

Di dalam hadits lain yang senada tentang ini, Rasulullah Saw bersabda:
Barangsisapa dikehendaki oleh Allah kebaikan baginya, maka dia (diuji) dengan suatu musibah. (HR. Bukhari). 


4. Memperoleh Derajat Yang Tinggi di Sisi Allah SWT

Hal ini karena di dalam surga ada derajat tertentu yang harus dicapai, bila seorang muslim tidak mampu mencapainya dengan suatu amal, maka ia bisa memperoleh derajat yang tinggi itu dengan musibah atau penyakit yang dideritanya, misalnya mati syahid merupakan kematian yang sangat mulia, dia bisa dicapai dengan cara berperang di jalan Allah dan mati pada saat peperangan itu, namun bila seseorang ingin memperoleh kematian yang mulia itu, tapi perang di jalan Allah secara fisik tidak terjadi, maka ia tetap bisa mendapatkan derajat mati syahid dengan penyakit yang menimpa sehingga menyebabkan kematiannya,

Rasulullah saw bersabda: 

“Wabah adalah syahadah (mati syahid) bagi setiap muslim.”(HR. Bukhari)

Di dalam hadits lain, Rasulullah saw bersabda:
“Seorang hamba memiliki suatu derajat di surga. Ketika dia tidak dapat mencapainya dengan amal-amal kebaikannya, maka Allah menguji dan mencobanya agar dia dapat mencapai derajat itu.” (HR. Thabrani) 


5. Memperoleh Ganjaran Berupa Surga

Manakala seorang muslim menghadapi penyakit dengan penuh kesabaran, misalnya penyakit yang sangat menyulitkan penderitanya dalam kehidupan ini seperti buta matanya,

Rasulullah saw bersabda:
“Apabila Aku menguji hamba-Ku dengan membutakan kedua matanya dan dia bersabar, maka Aku ganti kedua matanya itu dengan surga.” (HR. Ahmad).

Dengan demikian, meskipun tidak menyenangkan, sakit merupakan ujian yang dapat memberikan keutamaan dan manfaat yang besar, baik bagi si penderita maupun keluarganya. Oleh karena itu, penyakit harus dihadapi dengan sikap, pemikiran dan prilaku yang positif. Ingat hukum Law of Attraction, kalau kita selalu berlaku positif, maka yang hal positif tersebut InsyaAllah akan datang ke kita. Misalnya ketika sakit kita berpikiran dan memasukkan ke alam bawah sadar “sehat, kuat, sabar!!”. Maka hal tersebut dapat mempercepat kesembuhan kita.


Hikmah Sakit

Sakit adalah kondisi yang tidak diinginkan oleh semua orang. Setiap orang ingin selalu sehat dan berupaya menjaga kesehatan. Namun, sakit kadang mesti diterima sebagai takdir dan cobaan. Setiap Muslim wajib percaya Allah SWT yang menurunkan penyakit, dan hanya Dia yang MahaKuasa menyembuhkan.

Rasulullah SAW bersabda,
”Berobatlah, Allah tidak mengadakan penyakit melainkan Ia mengadakan pula obatnya, kecuali satu penyakit. Sahabat bertanya, ‘Penyakit apakah?’ Dijawab, ‘penyakit karena tua’.” (HR Ahmad).

Sakit yang menimpa manusia mengandung hikmah di sisi Allah SWT. 

”Setiap cobaan apa saja yang menimpa seorang Muslim, sampai sebuah tusukan duri, adalah karena salah satu dari dua sebab, yakni karena Allah hendak mengampuni kesalahannya yang tidak dapat diampuni melainkan dengan cobaan itu, atau Allah hendak memberi suatu kemuliaan yang tidak dapat dicapainya kecuali melalui cobaan itu.” (HR Ibnu Abi Dunya).

Dalam buku Etika Kedokteran dalam Islam karya Dr H Ali Akbar, diuraikan kewajiban orang sakit, yaitu berobat, mematuhi nasihat dan petunjuk dokter, sabar dan jangan gelisah, ingat kepada Allah SWT, menyadari hikmah sakit, bertobat, tetap berpengharapan sembuh, berwasiat (jika sakit keras), dan berbaik sangka kepada Allah SWT.

Islam juga mewajibkan berobat bila sakit. Sementara sang dokter diwajibkan mengobati pasien. Segala penyakit yang diderita seseorang tetap ada harapan untuk sembuh dengan izin Allah SWT tentunya, kecuali penyakit karena gejala umur yang disebut syaikhukhah dan sakit menjelang ajal.

Seorang ahli patologi terkemuka Inggris, Christine Galpin, mengatakan, ”Ilmu pengetahuan sangat sedikit mengetahui tentang ketuaan dan kematian.” Demikian pula dengan Imam Al-Qurthubi dalam kitabnya Tadzkirah Rahasia Kematian mengatakan, kematian adalah kafarat bagi seorang Muslim.

Dalam pengertian tersebut, sakit yang diderita seorang Mukmin menjelang akhir hayatnya dapat dipandang sebagai tanda Mahakasih Allah SWT. 

Diriwayatkan dari Abu Nu’aim bahwa Rasulullah SAW bersabda, 

”Sesungguhnya seorang Mukmin yang melakukan kesalahan lalu diperberat (sakitnya) pada saat kematian, niscaya kesalahannya itu dihapuskan. Seorang kafir yang melakukan kebajikan, dipermudah kematiannya sebagai balasan kebajikan yang telah dilakukannya.”

Mengunjungi dan mendoakan orang sakit sangat dianjurkan dalam Islam. 

”Bila kalian berada dekat orang sakit atau baru meninggal dunia, ucapkanlah yang baik-baik, karena sesungguhnya malaikat akan mengaminkan apa-apa yang kalian ucapkan ketika itu.” (HR Muslim).
Selanjutnya patut diperhatikan makna hadis berikut, ”Janganlah salah seorang kalian meninggal dunia kecuali dalam keadaan sedang berbaik sangka kepada Allah.” (HR Bukhari dan Muslim).