Selasa, 12 Desember 2017

Tanya Jawab Ustadz Abdul Somad Terbaru 2017 Di Auditorium Universitas Ta...

Orang Kafir Mengolok-Olok Al-Qur’an

Kaum Mukmin mesti bersikap tegas kepada siapa saja yang telah dengan jelas melecehkan agama dan umat Islam dengan tidak menggubris serta tidak memaafkan meskipun mereka mengajukan permintaan maaf dan alasan

Tidak usah minta maaf!

Allah Ta’ala dalam ayat di bawah telah melarang untuk meminta maaf bagi individu dari kalangan orang-orang beriman yang menista agama dan umat Islam.

لَا تَعْتَذِرُوا قَدْ كَفَرْتُمْ بَعْدَ إِيمَانِكُمْ إِنْ نَعْفُ عَنْ طَائِفَةٍ مِنْكُمْ نُعَذِّبْطَائِفَةً بِأَنَّهُمْ كَانُوا مُجْرِمِينَ

Tidak usah kamu minta maaf, karena kamu kafir sesudah beriman. Jika Kami memaafkan segolongan kamu, niscaya Kami akan mengazab golongan disebabkan mereka adalah orang-orang yang selalu berbuat dosa. 
(QS. At-Taubah [9]: 66)

Ayat di atas menerangkan bahwa jika ada seorang Mukmin yang telah berbuat nista tersebut tidak perlu meminta maaf kepada siapa pun, meskipun dia mengajukan alasan dan permintaan maaf tetaplah dia telah melakukan dosa besar, serta telah keluar dari agama Islam (murtad), yang berarti telah menjadi orang kafir. Allah Ta’ala akan mengampuninya jika dia bertobat, dan jika Allah Ta’ala berkehendak.

Ketentuan di atas berlaku bagi orang-orang yang beriman. 
Bagi mereka tidakterbuka pintu maaf tapi terbuka pintu taubat. 
Bagi mereka saja tidak perlu meminta maaf kepada siapapun, apakah lagi bagi orang-orang kafir. 
Bagi orang-orang kafir tidak ada pintu maaf dan pintu taubat. 
Kecuali bagi mereka yang masuk Islam dan bertaubat tentu terbuka pintu taubat.

Tinggalkan mereka!

Allah Ta’ala dalam ayat-ayat berikut ini memerintah kaum beriman – dengan cara apapun agar tidak terlibat – untuk tidak duduk bersama dengan (dengan kata lain meninggalkan) mereka yang membicarakan ayat-ayat Allah Ta’aladengan maksud untuk mengolok-olok. Perintah Allah Ta’ala ini mesti ditaati orang-orang beriman agar mereka tidak serupa dengan orang-orang kafir dalam kekafiran dan dengan orang-orang munafik dalam kemunafikan, serta agar orang-orang beriman tidak dikumpulkan bersama orang-orang kafir dan munafik di neraka Jahanam.

وَقَدْ نَزَّلَ عَلَيْكُمْ فِي الْكِتَابِ أَنْ إِذَا سَمِعْتُمْ آَيَاتِ اللَّهِ يُكْفَرُ بِهَا وَيُسْتَهْزَأُ بِهَا فَلَا تَقْعُدُوا مَعَهُمْ حَتَّىيَخُوضُوا فِي حَدِيثٍ غَيْرِهِ إِنَّكُمْ إِذًا مِثْلُهُمْ إِنَّ اللَّهَ جَامِعُ الْمُنَافِقِينَ وَالْكَافِرِينَ فِي جَهَنَّمَ جَمِيعًا

Dan sungguh Allah telah menurunkan kekuatan kepada kamu di dalam Al-Qur’an bahwa apabila kamu mendengar ayat-ayat Allah diingkari dan diperolok-olokkan, maka janganlah kamu duduk beserta mereka, sehingga mereka memasuki pembicaraan yang lain. Karena sesungguhnya, tentulah kamu serupa dengan mereka. Sesungguhnya Allah akan mengumpulkan semua orang-orang munafik dan orang-orang kafir di dalam Jahannam, (QS. An-Nisaa’ [4]: 140)

وَإِذَا رَأَيْتَ الَّذِينَ يَخُوضُونَ فِي آَيَاتِنَا فَأَعْرِضْ عَنْهُمْ حَتَّى يَخُوضُوا فِي حَدِيثٍ غَيْرِهِ وَإِمَّايُنْسِيَنَّكَ الشَّيْطَانُ فَلَا تَقْعُدْ بَعْدَ الذِّكْرَى مَعَ الْقَوْمِ الظَّالِمِينَ

Dan apabila kamu melihat orang-orang memperolok-olokkan ayat-ayat Kami, maka tinggalkanlah mereka sehingga mereka membicarakan pembicaraan yang lain. Dan jika syaitan menjadikan kamu lupa, maka janganlah kamu duduk bersama orang-orang yang zalim itu sesudah teringat. (QS. Al-An’aam [6]: 68)

Akibat yang mereka terima: azab di dunia dan akhirat

Ayat-ayat di bawah ini adalah peringatan bagi siapa saja yang tinggal di mana saja dan kapan saja termasuk kaum Muslim, kafir dan munafiq di zaman modern ini untuk tidak mengingkari dan memperolok-olok ayat-ayat Allah Ta’ala agar tidak mendapatkan azab Allah Ta’ala baik di dunia berupa kebinasaan maupun di akhirat berupa siksaan di neraka, di mana mereka tidak akan dikeluarkan darinya dan sudah tidak ada lagi kesempatan untuk bertaubat.

ثُمَّ كَانَ عَاقِبَةَ الَّذِينَ أَسَاءُوا السُّوأَى أَنْ كَذَّبُوا بِآَيَاتِ اللَّهِ وَكَانُوا بِهَا يَسْتَهْزِئُونَ

Kemudian, akibat orang-orang yang mengerjakan kejahatan adalah yang lebih buruk, karena mereka mengingkari ayat-ayat Allah dan mereka selalu memperolok-oloknya. (QS. Ar-Ruum [30]: 10)

ذَلِكَ جَزَاؤُهُمْ جَهَنَّمُ بِمَا كَفَرُوا وَاتَّخَذُوا آَيَاتِي وَرُسُلِي هُزُوًا

Demikianlah balasan mereka itu neraka Jahannam, disebabkan kekafiran mereka dan disebabkan mereka menjadikan ayat-ayat-Ku dan rasul-rasul-Ku sebagai olok-olok. (QS. Al-Kahfi [18]: 106)

ذَلِكُمْ بِأَنَّكُمُ اتَّخَذْتُمْ آَيَاتِ اللَّهِ هُزُوًا وَغَرَّتْكُمُ الْحَيَاةُ الدُّنْيَا فَالْيَوْمَ لَا يُخْرَجُونَ مِنْهَا وَلَا هُمْيُسْتَعْتَبُونَ

Yang demikian itu, karena sesungguhnya kamu menjadikan ayat-ayat Allah sebagai olok-olokan dan kamu telah ditipu oleh kehidupan dunia, maka pada hari ini mereka tidak dikeluarkan dari neraka dan tidak pula mereka diberi kesempatan untuk bertaubat. (QS. Al-Jaatsiyah [45]: 35)


Jangan kalian jadikan mereka sebagai Waly!

Ayat berikut menjelaskan larangan bagi orang-orang beriman untuk menjadikan orang-orang kafir dari golongan Ahlul Kitab dan selainnya yang mempermainkan dan mengolok-olok agama Islam sebagai waly. Kata walyyang mempunyai bentuk jamak awliya’ tidak sekadar memiliki arti teman akrab, pelindung dan penolong, tapi juga memiliki arti penguasa atau pemimpin.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا مَنْ يَرْتَدَّ مِنْكُمْ عَنْ دِينِهِ فَسَوْفَ يَأْتِي اللَّهُ بِقَوْمٍ يُحِبُّهُمْ وَيُحِبُّونَهُ أَذِلَّةٍ عَلَىالْمُؤْمِنِينَ أَعِزَّةٍ عَلَى الْكَافِرِينَ يُجَاهِدُونَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَلَا يَخَافُونَ لَوْمَةَ لَائِمٍ ذَلِكَ فَضْلُ اللَّهِ يُؤْتِيهِمَنْ يَشَاءُ وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil jadi waly-mu, orang-orang yang membuat agamamu jadi buah ejekan dan permainan, di antara orang-orang yang telah diberi kitab sebelummu, dan orang-orang yang kafir. Dan bertakwalah kepada Allah jika kamu betul-betul orang-orang yang beriman. (QS. Al-Maaidah [5]: 57)


Pelajaran

Terkait kasus-kasus penistaan terhadap agama dan umat Islam (terutama kepada para pewaris Nabi yakni para ulama) di zaman modern ini baik di Tanah Air maupun di dunia internasional yang dilakukan siapapun juga berdasarkan panduan ayat-ayat tersebut di atas maka dapatlah diambil beberapa pelajaran: Pertama, makar yang dilakukan kaum kafir dan munafik terhadap agama dan umat Islam sejatinya adalah makar Allah Ta’ala untuk membongkar kekafiran, kemunafikan, aib serta rencana dan aksi kejahatan mereka untuk diperlihatkan kepada kaum beriman, serta mengakibatkan berlakunya azab bagi mereka di dunia dan akhirat. Kedua, makar yang mereka lakukan memberikan kesempatan bagi orang-orang beriman untuk membuktikan keimanan mereka dengan cara melakukan perlawanan dengan segala bentuknya dengan cara-cara yang bilhikmahKetiga, haram hukumnya bagi kaum Mukmin untuk terlibat dalam makar mereka. Keempat, haram bagi orang-orang beriman untuk menjadikan para pelaku penistaan tersebut sebagai teman akrab, penolong, dan pelindung, apatah lagi sebagai penguasa atau pemimpin bagi mereka. Kelima, tidak perlu melakukan tabayyun dan bersikap tegas kepada mereka sebagaimana diterangkan di bawah ini.

Sikap tegas bagi penista agama dan umat Islam

Kaum Mukmin mesti bersikap tegas kepada siapa saja yang telah dengan jelas melecehkan agama dan umat Islam dengan tidak menggubris serta tidak memaafkan meskipun mereka mengajukan permintaan maaf dan alasan. Kaum Mukmin mesti bersikap tegas kepada mereka karena Allah Ta’ala telah menvonis mereka sebagai pelaku dosa besar dan telah menjadi kafir. Sikap tegas ini telah dicontohkan Rasulullah Saw. yang tidak menggubris dan tidak memaafkan seorang yang telah beriman dan yang telah menista Rasulullah Saw. dan para shohabah Ra. sebagaimana disebutkan dalam hadits berikut ini:
Diriwayatkan dari lbnu Umar, Muhammad bin Ka’ab, Zaid bin Aslam dan Qatadah secara ringkas. Ketika dalam peristiwa perang Tabuk ada orang-orang yang berkata, “Belum pernah kami melihat seperti para ahli baca Al-Qur`an ini, orang yang lebih buncit perutnya, lebih dusta lisannya dan lebih pengecut dalam peperangan”. Maksudnya, menunjuk kepada Rasulullah Saw. Dan para sahabat yang ahli baca Al Qur`an. Maka berkatalah Auf bin Malik kepadanya: “Omong kosong yang kamu katakan. Bahkan kamu adalah munafik. Niscaya akan aku beritahukan kepada Rasulullah Saw. ”. Lalu pergilah Auf kepada Rasulullah Saw. untuk memberitahukan hal tersebut kepada beliau. Tetapi sebelum ia sampai, telah turun wahyu Allah kepada beliau. Ketika orang itu datang kepada Rasulullah Saw., beliau telah beranjak dari tempatnya dan menaiki untanya. Maka berkatalah dia kepada Rasulullah: “Ya Rasulullah! Sebenarnya kami hanya bersenda-garau dan mengobrol sebagaimana obrolan orang-orang yang bepergian jauh untuk pengisi waktu saja dalam perjalanan kami”. Ibnu Umar berkata, ”Sepertinya aku melihat dia berpegangan pada sabuk pelana unta Rasulullah Saw., sedangkan kedua kakinya tersandung-sandung batu sambil berkata: “Sebenarnya kami hanya bersenda-gurau dan bermain-main saja”. Lalu Rasulullah Saw. bersabda kepadanya: “Apakah terhadap Allah, ayat-ayatNya dan Rasul-Nya kamu selalu berolok-olok?” .Wallahu a’alam.



Oleh: Abdullah al-Mustofa
Penulis anggota MIUMI Jawa Timu

Ancaman bagi yang Mengolok-olok Al-Qur’an

Siapa yang mengolok-olok Al-Qur’an ?

Siapa yang mengolok-olok Tuhan semesta alam ?

Siapa yang mengolok-olok Muhammad Rasulullah ?

Bagaimana mereka bisa demikian ? Sombongkah mereka itu ? Sesatkah mereka itu ?Sesungguhnya Tuhan Maha Tahu pada mereka itu, Tuhan Mendengar perkataan mereka itu. Tuhan sangat Faham sangat tahu persis siapa dia, siapa mereka itu.
Tuhan  Tahu, Mendengar atas olok-oloknya, Tuhan faham betul atas kesombongan mereka yang mahluk ciptaan-Nya itu.

“Ach … kalau Tuhan benar ada dan maha tahu, mana azab bentuk kemurkaan Tuhan padaku ?” Dia menentang demikian; 
Ooh sungguh “terlalu” mereka itu.
Jangan dikira Tuhan tidak akan mengazabnya. Jangan dikira dibiarkan dan tidak akan mendapat siksa azab. Bukan Tuhan tidak ada, bukan Tuhan tidak mendengar, bukan Tuhan tidak tahu siapa dia siapa mereka itu.

“Ach… itu omomg kosong, hanya manusia yang bodoh dungu yang percaya pada hal gaib tidak masuk diakal, yang percaya pada Tuhan yang tidak tampak adanya. Hanya orang tolol yang sejak orok sudah dininabobokkan dengan ayunan dan suapan kebodohan.” Sungguh terlalu mereka itu dengan kata-katanya yang demikian; sungguh sudah sangat jauh kesesatannya.

Yah, biarlah mereka berkata, biarlah puas mereka dengan kesombongan dan merasa pintarnya, biarlah semakin jauh kesesatan dan kedurhakaannya.

Namun ketahuilah, berikut ini beberapa penjelasan, beberapa peringatan dan ketentuan ancaman dari Tuhan Yang Maha Kuasa.

1.Dan pada penciptaan dirimu dan pada mahluk bergerak yang bernyawa yang bertebaran (di bumi) terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) untuk kaum yang meyakini.

2.Celakalah bagi setiap orang yang banyak berdusta lagi banyak berdosa, (yaitu) orang yang mendengar ayat-ayat Allah ketika dibacakan kepadanya, namun dia tetap menyombongkan diri seakan-akan dia tidak mendengarnya. Maka peringatkanlah dia dengan azab yang pedih.

Itu tersurat di QS 45 ayat 4, 7dan 8; jelas dari firman itu Tuhan tahu persis akan adanya orang yang sombong mengingkari Tuhan dan ayat-ayat Nya. Dan ditegaskan bahwa bagi mereka akan mendapat azab yang pedih. Dan Tuhan Maha Mengetahui bahwa merekapun mengolok-olok; berikut ini Tuhan mengatakan:

“Dan apabila dia mengetahui sedikit tentang ayat-ayat Kami, maka (ayat-ayat itu) dijadikan olok-olok. Merekalah yang akan menerima azab yang menghinakan.” (QS.45:9)
Ditegaskan bahwa sipengolok-olok akan menerima azab yang menghinakan, neraka jahannam ancamannya. Berikut lanjutannya Tuhan mengatakan :

“Dihadapan mereka neraka jahannam, dan tidak akan berguna bagi mereka sedikitpun apa yang telah mereka kerjakan, dan tidak pula (bermanfaat) apa yang mereka jadikan sebagai pelindung-pelindung (mereka) selain Allah. Dan mereka akan mendapat azab yang besar.”
“Ini (Al-Qur’an) adalah petunjuk. Dan orang-orang yang mengingkari ayat-ayat Tuhannya, mereka akan mendapat azab berupa siksaan yang sangat pedih.”
(Itu Firman-Nya, tertulis di QS 45 ayat 10 dan 11). 

Jadi jelas, pada dia atau pada mereka yang sombong yang mengolok-olok, yang mengingkari adalah bukannya Tuhan tidak tahu.

Dan sedangkan sesungguhnya pada mereka itu sudah terkunci pendengaran dan hatinya, tertutup mata penglihatannya. Sebagaimana berikut ini Tuhan menegaskan:

“Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya dan Allah membiarkannya sesat dengan sepengetahuan-Nya; dan Allah mengunci pendengaran dan hatinya serta meletakkan tutup atas penglihatannya ? Maka siapakah yang mampu memberinya petunjuk setelah Allah(membiarkannya sesat)? Mengapa kamu tidak mengambil pelajaran ? (QS.45:23)

Demikian, semoga kita mengambil pelajaran. Bukankah nyata adanya yaitu pada sebagaian diantara kita jika sudah tersesat sepertinya sulit menerima informasi-informasi, sulit menghargai pendapat-pendapat, sulit menghormati pemikiran-pemikiran yang bermuatan tentang “kebenaran”;  bahkan  justru membodoh-bodohkan si penyampai.
Bagaimana menyikapi orang-orang yang demikian, yang mengolok-olok, yang membodoh-bodohkan pada orang yang beriman ?

Tuhan memberi perintah kepada orang beriman demikian ini :

“Katakanlah (Muhammad) kepada orang-orang yang beriman, hendaklah mereka memaafkan orang-orang yang tidak takut akan hari-hari Allah, karena Dia Allah akan membalas suatu kaum sesuai dengan apa yang telah mereka perbuat. ( QS. 45:14)
Jadi Tuhan pasti memberi pembalasan kepada mereka. Maka dari itu bagi kita yang beriman sungguh sangat penting selalu mensyukuri nikmat iman yang telah Tuhan berikan. Karena betapa celakanya jika hati dikunci pendengaran disumbat  dan pada mata diletakkan tutup atas penglihatan;  sehingga menjadi sesat dan dibiarkan sesat. Dan semakin tersesat jauh….,


Semoga bagi kita saudara sesama  akan senantiasa terbuka hati, tercurah hidayah iman. Tuhan Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Aamiin….


https://www.kompasiana.com/ludfiluk/ancaman-bagi-yang-mengolok-olok-al-qur-an_551ac613a33311e621b659be

Jumat, 01 Desember 2017

Maulid Nabi dan Spirit Reuni 212


Masih teringat dalam benak kita, momentum berkumpulnya 7 juta umat Islam di Jakarta pada 2 Desember tahun lalu. Kerinduan masyarakat terhadap suasana persatuan umat Islam dalam Aksi Damai inilah yang menggerakkan umat untuk kembali berkumpul dalam tajuk reuni 212.

Menariknya, peringatan setahun aksi damai 212 pada Sabtu ini bertepatan dengan peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW pada hari sebelumnya. Dua peristiwa besar khususnya bagi umat Islam Indonesia ini tentunya menjadi spirit yang kuat di dalam keragaman untuk kebersamaan. Semangat mengenang kembali 212 ini pada hakikatnya merupakan perwujudan kecintaan umat Islam kepada Nabi Muhammad SAW sebagai pembawa wahyu Allah (Alquran) dan penerima misi dakwah dalam rangka memperbaiki kondisi masyarakat, khususnya masyarakat Indonesia.
Kelahiran Aksi Damai 212, yang dipelopori oleh para ulama dan tokoh-tokoh Islam serta melibatkan begitu banyaknya umatIslam saat itu, terbingkai dalam satu tujuan, yakni menjaga kemuliaan agamanya. Masih teringat di benak kita kala itu seorang pejabat publik berlaku dan berkata tidak pantas melakukan penistaan terhadap kitab suci umat Islam. Wajar bila kejadian itu membuat umat Islam geram dan akhirnya melakukan protes kepada pihak yang berwenang.

Bukan perkara politik

Sangat tepat rasanya bila ditegaskan bahwa kelahiran aksi 212 ini bukan karena motivasi kepentingan politik. Apa yang dilakukan oleh umat Islam merupakan hal yang wajar sebagai bentuk usaha menjaga kemuliaan wahyu Allah (Alquran) yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW.

Bukti dari hal tersebut ialah bersatunya umat Islam dari berbagai mazhab Ahlussunah waljamaah, ormas, profesi dari berbagai daerah di seluruh wilayah NKRI untuk bersama menjaga kemuliaan yang telah dinodai oleh oknum yang tidak bertanggung jawab.
Dan yang menjadi tuntutan hanya satu, yaitu adanya penegakan hukum yang adil. Hal ini membuktikan bahwa apa yang dilakukan umat Islam merupakan aksi yang murni dijiwai oleh kekuatan spiritual dan semangat menjaga kemuliaan Alquran.

Adapun bila Aksi 212 saat itu berpengaruh pada kepentingan politik, itu merupakan akibat dari masalah penistaan agama itu sendiri. Terlepas dari kepentingan tersebut, kejadian serupa tentang penistaan terhadap agama telah beberapa kali terjadi sebelumnya di negeri ini. Sebut saja kasus penistaan agama yang terjadi pada tabloid Monitor tahun 1990 yang membuat Arswendo Atmowiloto dijatuhi hukuman selama empat tahun enam bulan.
Juga kasus Lia Eden divonis dua tahun enam bulan penjara. Artinya, reaksi umat Islam yang tergambarkan dalam Aksi 212 adalah keinginan umat yang tidak berhubungan dengan politik. Kebetulan saja momentumnya bertepatan dengan Pilkada DKI Jakarta sehingga arus opini mengarah ke sana.

Peristiwa ini sejatinya merupakan pelajaran penting kepada seluruh komponen bangsa, khususnya politisi atau siapa pun untuk berhati-hati dan menjaga toleransi beragama karena masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang seluruhnya tunduk pada nilai agama.

Negeri Indonesia adalah negeri yang berdasarkan Pancasila, dengan sila pertama Ketuhanan Yang Maha Esa, diperkuat dengan Pasal 29 Ayat 2 UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang mencantumkan negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu.
Artinya, bentuk pelecehan dan penistaan dalam bentuk apa pun terhadap agama manapun merupakan tindakan yang melanggar konstitusi dan layak untuk dijatuhi hukuman.
Kontribusi umat Islam

Momentum peringatan 212 yang bertepatan dengan Maulid Nabi Muhammad SAW merupakan keberkahan tersendiri. Spirit umat dalam menyambut seruan reuni 212 ini merupakan bentuk kerinduan dalam kebersamaan dan kekokohan dalam beragama. Bukan hanya sekadar seremonial belaka, melainkan juga pengimplementasian dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Keberadaan umat Islam di negeri ini hakikatnya ialah untuk memperkuat NKRI. 
Hal ini tergambar dalam sejarah pergerakan kemerdekaan kita ketika tokoh Masyumi, Mohammad Natsir, menyampaikan mosi integral Republik Indonesia. Dalam pidatonya pada 1950 itu, Mohammad Natsir menekankan kepada pemerintah yang pada saat itu mengikuti arus tanpa keputusan yang jelas bahwa Indonesia harus disatukan dalam bentuk unitarisme, bukan federalisme.

Politisi Islam pendahulu tersebut menyampaikan bahwa Republik Indonesia Serikat (RIS) akan membuat NKRI ini terpisah-pisah dan akhirnya bercerai-berai. Keinginan rakyat untuk satu tubuh kembali ditanggapi serius oleh Partai Islam Masyumi.
Sementara, pada saat itu partai lain cenderung kepada keputusan untuk tetap pada negara federasi. Oleh karena itu, para politisi Islam tersebut menentang keberlangsungan RIS dengan federasinya dan mempertahankan bentuk negara sebagai Negara Kesatuan Republik Indonesia yang itu merupakan kehendak langsung oleh rakyat Indonesia.
Tanpa campur tangan umat Islam, dalam hal ini Mohammad Natsir sebagai politisi Islam, maka NKRI yang kita rasakan hari ini boleh jadi tidak akan pernah kita nikmati.

Menjaga kebinekaan dan toleransi

Hajat besar reuni 212 hari ini menjadi contoh bentuk penjagaan persatuan dan kesatuan NKRI. Melalui reuni ini, pesan yang disampaikan sangat jelas, yakni menjaga toleransi beragama serta memaknai kebinekaan sebagai karunia dari Tuhan Yang Maha Esa.
Reuni 212 sebagai bentuk semangat keagamaan ini juga harus disikapi secara positif dan bijak oleh pemerintah. Melalui momentum ini, masyarakat menjadi semakin religius yang berimplikasi pada kondusivitas kehidupan berbangsa dan bernegara.

Terbukti bahwa pada era modern ini kita menjumpai perusahaan-perusahaan maupun institusi profesional yang meletakkan kualifikasi attitude yang tinggi sebagai buah dari ketaatan beragama sebagai bagian paling penting dalam seleksi karyawannya.
Mengapa demikian? Hal ini disebabkan kinerja karyawan yang memiliki ketaatan agama baik berbanding lurus dengan produktivitas yang tinggi. Sehingga banyak perusahaan yang memfasilitasi kehidupan beragama karyawannya, apalagi jika konteksnya kita perluas menjadi konteks kenegaraan.
Produktivitas yang tinggi ini merupakan ajaran yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW dan menjadi nilai yang merasuk ke dalam hati setiap pemeluk agama Islam. Karena dakwah Islam yang diembannya merupakan rahmatan lil ‘alamin yang dapat dinikmati oleh seluruh alam dan bersifat universal, bagi apa pun dan siapa pun.
Sebagaimana sejarah yang menggambarkan serta mencontohkan bagaimana Nabi Muhammad dengan sukses memimpin negara Madinah, membuat Piagam Madinah yang isinya merangkul seluruh kalangan baik lintas suku maupun lintas agama.
Madinah dijadikan sebagai negara bersama yang terus dikembangkan dan dipertahankan secara bersama-sama, sebagaimana halnya konsep NKRI yang berdasar Pancasila.

Akhlak yang baik tercermin pula dalam kisah saat beliau dan umat Islam menaklukkan Kota Makkah. Mereka tidak melakukan pembalasan dendam terhadap orang-orang yang mengusirnya dari kampung halaman, melainkan dengan melakukan pembebasan dan membangun negara secara bersama-sama karena Islam mengajarkan bagaimana umat agama lain bisa menikmati indahnya Islam meski berada di luar Islam.
Inilah nilai penting dari semangat Maulid Nabi Muhammad SAW dan reuni aksi 212. 
Wallahu a'lam.


REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Nurhasan Zaidi, Ketua Dewan Pertimbangan Pusat PUI, anggota DPD RI



Detik2 Mualaf Masuk Islam Lalu Terjadilah Kejadian Menakjubkan ᴴᴰ

Setelah Ditangkap, Ini yang Dilakukan Arab Saudi pada 11 Pangeran dan 14...

Ke94duhAN di Kerajaan Arab Saudi menjelang Imam Mahdi keluar - Ust. Zulk...

Seminar AKHIR ZAMAN - Ust. Zulkifli Muhammad Ali, Lc : Masjid Az-zikra

Tonton Ini Saat Anda Sedang Sendiri Renungkan Hayati..