Sabtu, 31 Oktober 2015

Surah Al Baqarah (Amana Rasul) Serta Terjemahan (ayat 285 - 286)








Keutamaan Membaca Dua Ayat Terakhir Surat Al Baqarah pada Waktu Malam

Siapa yang membaca dua ayat terakhir dari surat Al-Baqarah pada waktu malam, maka ia akan diberi kecukupan. Sebagian ulama ada yang mengatakan, ia dijauhkan dari gangguan setan.

Ada juga yang mengatakan, ia dijauhkan dari penyakit.

Ada juga ulama yang menyatakan bahwa dua ayat tersebut sudah mencukupi dari shalat malam. Benarkah? 

Dua ayat tersebut,

Allah Ta’ala berfirman,

آَمَنَ الرَّسُولُ بِمَا أُنْزِلَ إِلَيْهِ مِنْ رَبِّهِ
وَالْمُؤْمِنُونَ كُلٌّ آَمَنَ بِاللَّهِ وَمَلَائِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ
لَا نُفَرِّقُ بَيْنَ أَحَدٍ مِنْ رُسُلِهِ وَقَالُوا سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا
غُفْرَانَكَ رَبَّنَا وَإِلَيْكَ الْمَصِيرُ (285) لَا يُكَلِّفُ اللَّهُ نَفْسًا
إِلَّا وُسْعَهَا لَهَا مَا كَسَبَتْ وَعَلَيْهَا مَا اكْتَسَبَتْ رَبَّنَا لَا
تُؤَاخِذْنَا إِنْ نَسِينَا أَوْ أَخْطَأْنَا رَبَّنَا وَلَا تَحْمِلْ عَلَيْنَا
إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِنَا رَبَّنَا وَلَا
تُحَمِّلْنَا مَا لَا طَاقَةَ لَنَا بِهِ وَاعْفُ عَنَّا وَاغْفِرْ لَنَا
وَارْحَمْنَا أَنْتَ مَوْلَانَا فَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ (286)


Amanar-rasulu bima unzila ilayhi min rabbihi wal-muminun
Rasul telah beriman kepada Al-Qur’an yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, demikian juga orang-orang yang beriman.
Kullun amana billahi wa mala ikatihi wa kutubihi wa rusulih
Semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, dan rasul-rasul-Nya.
La nufarriqu bayna ahadin min rusulih
(Mereka mengatakan): Kami tidak membeda-bedakan antara seorangpun (dengan yang lain) dari rasu-rasul-Nya, 
Wa qalu sami’na wa a-ta’na ghufranaka rabbana wa ilaykal masir (285)
dan mereka berkata: Kami dengar dan taat. (Mereka berdoa): Ampunilah kami ya Tuhan kami, dan Engkaulah tempat kembali.

La yukallifullahu nafsan illa wus’aha
Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya.
Laha ma kasabat wa alayha maktasabat
Dia mendapat (pahala) dari (kebajikan) yang dikerjakannya, dan dia mendapat (siksa) dari (kejahatan) yang diperbuatnya.
Rabbana la tu akhidhna in nasina au akhta’na
(Mereka berdo’a),”Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami melakukan kesalahan.
Rabbana wa la tahmil alayna isran kama
Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebani kami dengan beban yang berat 
Hamaltahu alalladhina min qablina
sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami.
Rabbana wa la tuhammilna ma la taqata lanabih
Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tidak sanggup kami memikulnya. 
Wa’fu anna, waghfir lana, warhamna
Maafkanlah kami, ampunilah kami, dan rahmatilah kami,
Anta maulana fansurna alal-qaumil-kafirin  (286)
Engkaulah pelindung kami, maka tolonglah kami menghadapi orang-orang kafir.


Disebutkan dalam hadits dari Abu Mas’ud Al-Badri radhiyallahu ‘anhu bahwasanya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ قَرَأَ بِالآيَتَيْنِ مِنْ آخِرِ سُورَةِ الْبَقَرَةِ فِى
لَيْلَةٍ كَفَتَاهُ

Siapa yang membaca dua ayat terakhir dari surat Al-Baqarah pada malam hari, maka ia akan diberi kecukupan.” (HR. Bukhari no. 5009 dan Muslim no. 808)

Hadits di atas menunjukkan tentang keutamaan dua ayat terakhir surat Al-Baqarah.

Para ulama menyebutkan bahwa siapa yang membaca dua ayat terakhir surat Al-Baqarah, maka Allah akan memberikan kecukupan baginya untuk urusan dunia dan akhiratnya, juga ia akan dijauhkan dari kejelekan.

Ada juga ulama yang mengatakan bahwa dengan membaca ayat tersebut imannya akan diperbaharui karena di dalam ayat tersebut ada sikap pasrah kepada Allah Ta’ala.

Ada juga ulama yang mengatakan bahwa ayat tersebut bisa sebagai pengganti dari berbagai dzikir karena di dalamnya sudah terdapat do’a untuk meminta kebaikan dunia dan akhirat.  Lihat bahasan Prof. Dr. Musthafa Al-Bugha dalam Nuzhah Al-Muttaqin, hal. 400-401.

Al-Qadhi ‘Iyadh menyatakan bahwa makna hadits bisa jadi dengan membaca dua ayat terakhir surat Al-Baqarah akan mencukupkan dari shalat malam.

Atau orang yang membacanya dinilai menggantungkan hatinya pada Al-Qur’an.

Atau bisa pula maknanya terlindungi dari gangguan setan dengan membaca ayat tersebut.

Atau bisa jadi dengan membaca dua ayat tersebut akan mendapatkan pahala yang besar karena di dalamnya ada pelajaran tentang keimanan, kepasrahan diri, penghambaan pada Allah dan berisi pula do’a kebaikan dunia dan akhirat. (Ikmal Al-Mu’allim, 3: 176, dinukil dari Kunuz Riyadhis Sholihin, 13: 83).

Imam Nawawi sendiri menyatakan bahwa maksud dari memberi kecukupan padanya –menurut sebagian ulama- adalah ia sudah dicukupkan dari shalat malam. Maksudnya, itu sudah pengganti shalat malam.

Ada juga ulama yang menyampaikan makna bahwa ia dijauhkan dari gangguan setan atau dijauhkan dari segala macam penyakit. Semua makna tersebut kata Imam Nawawi bisa memaknai maksud hadits. Lihat Syarh Shahih Muslim, 6: 83-84.

Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin menjelaskan tentang keutamaan dua ayat tersebut ketika dibaca di malam hari, “Ketahuilah para ikhwan sekalian, kedua ayat ini jika dibaca di malam hari, maka akan diberi kecukupan.

Yang dimaksud diberi kecukupan di sini adalah dijaga dan diperintahkan oleh Allah, juga diperhatikan dalam do’a karena dalam ayat tersebut terdapat doa untuk maslahat dunia dan akhirat.” (Ahkam Al-Qur’an Al-Karim, 2: 540-541).

Semoga bisa mengamalkan untuk membaca dua ayat terakhir Al-Baqarah ini mulai dari malam ini. 

Semoga kita meraih kebaikan dan keberkahan. 

Semoga Allah memberi taufik.


Referensi:

Ahkam Al-Qur’an Al Karim. Cetakan pertama tahun 1428 H. Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin. Penerbit Madarul Wathan.
Al-Minhaj Syarh Shahih Muslim. Cetakan pertama tahun 1433 H. Yahya bin Syarf An-Nawawi. Penerbit Dar Ibnu Hazm.
Bahjah An-Nazhirin Syarh Riyadhis Shalihin. Cetakan pertama tahun 1430 H. Syaikh Abu Usamah Salim bin ‘Ied Al-Hilali. Penerbit Dar Ibnul Jauzi.
Kunuz Riyadhis Sholihin. Cetakan pertama tahun 1430 H. Prof. Dr. Hamad bin Nashir bin ‘Abdurrahman
Al-‘Ammar. Penerbit Dar Kunuz Isybiliyya. Nuzhah Al-Muttaqin.
Cetakan pertama tahun 1432 H. Prof. Dr. Musthafa Al-Bugha dkk.  Penerbit Muassasah Ar-Risalah.


Surah Al Baqarah (285-286) Mahir Al-Mu'ayqali





Keutamaan Membaca Dua Ayat Terakhir Surat Al Baqarah pada Waktu Malam

Siapa yang membaca dua ayat terakhir dari surat Al-Baqarah pada waktu malam, maka ia akan diberi kecukupan. Sebagian ulama ada yang mengatakan, ia dijauhkan dari gangguan setan.

Ada juga yang mengatakan, ia dijauhkan dari penyakit.

Ada juga ulama yang menyatakan bahwa dua ayat tersebut sudah mencukupi dari shalat malam. Benarkah? 

Dua ayat tersebut,

Allah Ta’ala berfirman,

آَمَنَ الرَّسُولُ بِمَا أُنْزِلَ إِلَيْهِ مِنْ رَبِّهِ
وَالْمُؤْمِنُونَ كُلٌّ آَمَنَ بِاللَّهِ وَمَلَائِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ
لَا نُفَرِّقُ بَيْنَ أَحَدٍ مِنْ رُسُلِهِ وَقَالُوا سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا
غُفْرَانَكَ رَبَّنَا وَإِلَيْكَ الْمَصِيرُ (285) لَا يُكَلِّفُ اللَّهُ نَفْسًا
إِلَّا وُسْعَهَا لَهَا مَا كَسَبَتْ وَعَلَيْهَا مَا اكْتَسَبَتْ رَبَّنَا لَا
تُؤَاخِذْنَا إِنْ نَسِينَا أَوْ أَخْطَأْنَا رَبَّنَا وَلَا تَحْمِلْ عَلَيْنَا
إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِنَا رَبَّنَا وَلَا
تُحَمِّلْنَا مَا لَا طَاقَةَ لَنَا بِهِ وَاعْفُ عَنَّا وَاغْفِرْ لَنَا
وَارْحَمْنَا أَنْتَ مَوْلَانَا فَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ (286)


Amanar-rasulu bima unzila ilayhi min rabbihi wal-muminun

Rasul telah beriman kepada Al-Qur’an yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, demikian juga orang-orang yang beriman.

Kullun amana billahi wa mala ikatihi wa kutubihi wa rusulih

Semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, dan rasul-rasul-Nya.

La nufarriqu bayna ahadin min rusulih

(Mereka mengatakan): Kami tidak membeda-bedakan antara seorangpun (dengan yang lain) dari rasu-rasul-Nya, 

Wa qalu sami’na wa a-ta’na ghufranaka rabbana wa ilaykal masir (285)

dan mereka berkata: Kami dengar dan taat. (Mereka berdoa): Ampunilah kami ya Tuhan kami, dan Engkaulah tempat kembali.

La yukallifullahu nafsan illa wus’aha

Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya.

Laha ma kasabat wa alayha maktasabat

Dia mendapat (pahala) dari (kebajikan) yang dikerjakannya, dan dia mendapat (siksa) dari (kejahatan) yang diperbuatnya.

Rabbana la tu akhidhna in nasina au akhta’na

(Mereka berdo’a),”Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami melakukan kesalahan.

Rabbana wa la tahmil alayna isran kama

Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebani kami dengan beban yang berat 

Hamaltahu alalladhina min qablina

sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami.

Rabbana wa la tuhammilna ma la taqata lanabih

Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tidak sanggup kami memikulnya. 

Wa’fu anna, waghfir lana, warhamna

Maafkanlah kami, ampunilah kami, dan rahmatilah kami,

Anta maulana fansurna alal-qaumil-kafirin  (286)

Engkaulah pelindung kami, maka tolonglah kami menghadapi orang-orang kafir.


Disebutkan dalam hadits dari Abu Mas’ud Al-Badri radhiyallahu ‘anhu bahwasanya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ قَرَأَ بِالآيَتَيْنِ مِنْ آخِرِ سُورَةِ الْبَقَرَةِ فِى
لَيْلَةٍ كَفَتَاهُ

Siapa yang membaca dua ayat terakhir dari surat Al-Baqarah pada malam hari, maka ia akan diberi kecukupan.” (HR. Bukhari no. 5009 dan Muslim no. 808)

Hadits di atas menunjukkan tentang keutamaan dua ayat terakhir surat Al-Baqarah.

Para ulama menyebutkan bahwa siapa yang membaca dua ayat terakhir surat Al-Baqarah, maka Allah akan memberikan kecukupan baginya untuk urusan dunia dan akhiratnya, juga ia akan dijauhkan dari kejelekan.

Ada juga ulama yang mengatakan bahwa dengan membaca ayat tersebut imannya akan diperbaharui karena di dalam ayat tersebut ada sikap pasrah kepada Allah Ta’ala.

Ada juga ulama yang mengatakan bahwa ayat tersebut bisa sebagai pengganti dari berbagai dzikir karena di dalamnya sudah terdapat do’a untuk meminta kebaikan dunia dan akhirat.  Lihat bahasan Prof. Dr. Musthafa Al-Bugha dalam Nuzhah Al-Muttaqin, hal. 400-401.

Al-Qadhi ‘Iyadh menyatakan bahwa makna hadits bisa jadi dengan membaca dua ayat terakhir surat Al-Baqarah akan mencukupkan dari shalat malam.

Atau orang yang membacanya dinilai menggantungkan hatinya pada Al-Qur’an.

Atau bisa pula maknanya terlindungi dari gangguan setan dengan membaca ayat tersebut.

Atau bisa jadi dengan membaca dua ayat tersebut akan mendapatkan pahala yang besar karena di dalamnya ada pelajaran tentang keimanan, kepasrahan diri, penghambaan pada Allah dan berisi pula do’a kebaikan dunia dan akhirat. (Ikmal Al-Mu’allim, 3: 176, dinukil dari Kunuz Riyadhis Sholihin, 13: 83).

Imam Nawawi sendiri menyatakan bahwa maksud dari memberi kecukupan padanya –menurut sebagian ulama- adalah ia sudah dicukupkan dari shalat malam. Maksudnya, itu sudah pengganti shalat malam.

Ada juga ulama yang menyampaikan makna bahwa ia dijauhkan dari gangguan setan atau dijauhkan dari segala macam penyakit. Semua makna tersebut kata Imam Nawawi bisa memaknai maksud hadits. Lihat Syarh Shahih Muslim, 6: 83-84.

Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin menjelaskan tentang keutamaan dua ayat tersebut ketika dibaca di malam hari, “Ketahuilah para ikhwan sekalian, kedua ayat ini jika dibaca di malam hari, maka akan diberi kecukupan.

Yang dimaksud diberi kecukupan di sini adalah dijaga dan diperintahkan oleh Allah, juga diperhatikan dalam do’a karena dalam ayat tersebut terdapat doa untuk maslahat dunia dan akhirat.” (Ahkam Al-Qur’an Al-Karim, 2: 540-541).

Semoga bisa mengamalkan untuk membaca dua ayat terakhir Al-Baqarah ini mulai dari malam ini. 

Semoga kita meraih kebaikan dan keberkahan. 

Semoga Allah memberi taufik.


Referensi:

Ahkam Al-Qur’an Al Karim. Cetakan pertama tahun 1428 H. Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin. Penerbit Madarul Wathan.
Al-Minhaj Syarh Shahih Muslim. Cetakan pertama tahun 1433 H. Yahya bin Syarf An-Nawawi. Penerbit Dar Ibnu Hazm.
Bahjah An-Nazhirin Syarh Riyadhis Shalihin. Cetakan pertama tahun 1430 H. Syaikh Abu Usamah Salim bin ‘Ied Al-Hilali. Penerbit Dar Ibnul Jauzi.
Kunuz Riyadhis Sholihin. Cetakan pertama tahun 1430 H. Prof. Dr. Hamad bin Nashir bin ‘Abdurrahman
Al-‘Ammar. Penerbit Dar Kunuz Isybiliyya. Nuzhah Al-Muttaqin.
Cetakan pertama tahun 1432 H. Prof. Dr. Musthafa Al-Bugha dkk.  Penerbit Muassasah Ar-Risalah.




Selasa, 27 Oktober 2015

Text pidato di Gedung Putih

REMARKS BY PRESIDENT OBAMA
AND PRESIDENT WIDODO OF THE REPUBLIC OF INDONESIA AFTER BILATERAL MEETING

     PRESIDENT OBAMA:  Good afternoon, everybody.  Selamat siang. It is a great pleasure to welcome President Widodo to the Oval Office, along with his delegation.  And it is a useful occasion for us to emphasize the strength of the bilateral relationship between two of the world’s largest democracies.

     Obviously I have a very personal interest in Indonesia given the fact that I spent time there as a child and have relatives who are Indonesian.  But what is also true is that our partnership is very much in the interests of the United States, given Indonesia’s large population, its leadership in the region, its democratic traditions, the fact that it is a large Muslim country with a tradition of tolerance and moderation, and its role in trade and commerce and economic development.  The United States has a great interest in being a partner with Indonesia, and I think our meeting today helped to emphasize the nature of what we believe is a key strategic partnership.

     During the course of this meeting I complimented the President on a number of the reforms that he’s initiated, and we discussed how we could continue to strengthen the trade, investment, and commercial relationships between our two countries, including the President’s interest in expanding the digital economy in Indonesia in a way that would alleviate poverty and empower millions of people in that country.

     We had an opportunity to discuss our security cooperation, including in the maritime area, helping Indonesia modernize its naval capabilities.  And we discussed the importance of working through channels like ASEAN and the East Asia Forum to encourage a continuing strengthening of rules and a international order governing the behavior of nations in the maritime area.

     We talked about our cooperation in the counterterrorism area.  Indonesia has been a very important partner.  And we are continuing to work together not just on the security elements of counterterrorism, but also countering the message that comes from organizations like ISIL.  And Indonesia I think is uniquely position to be able to help spread a message of peace and cooperation and modernity within the Muslim world.

     And we discussed a range of global issues, because Indonesia, as a member of the G20, is not only a regional leader but also a global leader.  So we discussed the joint work we're doing on issues like global health security and making sure that we have public health systems in place to prevent future pandemic.

Indonesia has been a leader on the Open Government Forum and transparency and rooting out corruption.  And one of the main topics we discussed was the issue of climate change and why it’s so important that large countries like ours work together to arrive at the strongest possible set of targets and international agreements when we arrive in Paris just a little over a month from now.

     So whether it’s helping Indonesia deal with the current difficulties surrounding peat fires, or it is encouraging ongoing student exchanges between our two countries, this meeting I think signifies our taking this partnership to the next level.

I think that, Mr. President, you are moving Indonesia in the right direction.  We want to be a partner with you.  And please know that the friendship that the United States feels towards Indonesia is not just an issue of strategic interest but also represents the strong people-to-people ties between Americans and Indonesians.  And we want to welcome you and wish you well, and look forward to our continued partnership.


     PRESIDENT WIDODO:  (As interpreted.)  First of all, I wish to thank President Obama for his warm welcome and the hospitality extended to myself and my delegation.  I wish to also welcome the strategic partnership as a symbol of the enhancement of the bilateral cooperation between Indonesia and the United States.

     Indonesia is the biggest Muslim country in the world.  Indonesia is also the third-largest democracy in the world.

     Islam in Indonesia is moderate, modern, and tolerant.  We believe that Islam in Indonesia plays a significant role in maintaining democracy and pluralism, as well as fighting radicalism and terrorism.

     Indonesia is an open economy, and with the 250 million population we are the largest economy in Southeast Asia.  And Indonesia intends to join the TPP.

     Indonesia is also a country with enormous digital economy potential in the world.  I have set a target to make digital economy as one of the top priorities in the future economic development of Indonesia.  And in our discussion just now, I’ve also invited the United States to work together in this field.

     We’ve had a thorough discussion with President Obama on the issue of climate change.  We also agreed to work together in addressing this issue for the sake of our future generations.  Especially in Indonesia, we have a big challenge right now.  We have peat fires, and the efforts to extinguish it is quite challenging.
   
     President Obama and I committed to strengthening and expanding the relationship between Indonesia and the United States.

     Thank you.

     PRESIDENT OBAMA:  Terima kasih
_______________________________________________

Disampaikan oleh Triharyo Soesilo

Itb77 mailing list

Minggu, 25 Oktober 2015

Yusuf Islam (aka Cat Stevens) - The Long and Winding Road




The long and winding road
That leads to your door
Will never disappear
I've seen that road before
It always leads me here
Lead me to you door

The wild and windy night
That the rain washed away
Has left a pool of tears
Crying for the day
Why leave me standing here
Let me know the way

Many times I've been alone
And many times I've cried
Any way you'll never know
The many ways I've tried

But still they lead me back
To the long winding road
You left me waiting here
A long long time ago
Don't leave me standing here
Lead me to your door

But still they lead me back
To the long winding road
You left me waiting here
A long long time ago
Don't leave me standing here
Lead me to your door


Songwriters
LENNON, JOHN WINSTON / MCCARTNEY, PAUL JAMES






Selasa, 20 Oktober 2015

10 Ayat Pertama Surah Al Kahfi - Pelindung Dari Fitnah Dajjal (Bacaan ol...

Surah Al-Kahfi Ayat 1 - 10


*

Dari Abu Darda r.a., Nabi Muhammad Sallallahu Alaihi Wasallam bersabda: "Jika sesiapa belajar dengan 'mata hati' dalam 10 ayat pertama Surah Al-Kahfi, dia akan terlindung dari fitnah Dajjal" (Hadis Riwayat Muslim)



Surah al-Khafi  ayat 1-10.


Audzubillahi minasyaitan nirrajim. Bismillahirrahmanirrahiim

1. Al ham du lil laa hil lazii an zala 'alaa 'ab di hil ki taa ba wa lam yaj' al la hu ie waja

2. Qay yi man li yun zi ra ba' sans sha dee dam mil la dun hu wa yu bash shi ral mu' mi nii nal lazi na yak la muu nas soo li haa ti an na la hum aj ran kha sana

3. Maa ki sii na fii hi aa ba daa

4. Wa yun zi ral la dzii na qaa lut ta kha dzal loh hu wa la daa

5. Maa la hum bihi min 'il miu wa laa li aa baa ie him ka bu rat kali ma tat takh ru ju min af waa hi him iie ya quu luu na il laa ka dzi baa

6. Fa la 'al la ka baa khi 'un naf sa ka 'a laa aa saa ri him il lam yu' mi nuu bi haa dzal hadiis si aa sa faa

7. In naa ja 'al aa maa 'a lal ard di zii na tal la haa li nab lu wa hum iy yu hum ah sa nu 'a ma laa

8. Wa inn naa la jaa 'i luu na maa 'a lai haa so iee dan ju ru zaa

9. Am ha sib ta an na as khaa bal kah fi war ra qii mi kaa nuu min aa yaa ti naa 'a ja baa

10. Iz awal fit ya tu ie lal kah fi fa qo luu rob ba naa aa ti naa minl la dunk ka rah ma taw wa hay yi' la naa min am ri naa ra sya daa




Terjemahan :


Dengan nama Allah, Yang Maha Pemurah, lagi Maha Mengasihani.

Segala puji tertentu bagi Allah yang telah menurunkan kepada hambaNya (Muhammad), Kitab suci Al-Quran, dan tidak menjadikan padanya sesuatu yang bengkok (terpesong): (Al-Kahfi: 1)

(Bahkan keadaannya) tetap benar lagi menjadi pengawas turunnya Al-Quran untuk memberi amaran (kepada orang-orang yang ingkar) dengan azab yang seberat-beratnya dari sisi Allah, dan memberi berita gembira kepada orang-orang yang beriman yang mengerjakan amal-amal soleh, bahawa mereka akanberoleh balasan yang baik. (Al-Kahfi: 2)

Mereka tinggal tetap dalam (balasan yang baik) itu selama-lamanya.(Al-Kahfi: 3)

Dan juga Al-Quran itu memberi amaran kepada orang-orang yang berkata:" Allah mempunyai anak". (Al-Kahfi: 4)

(Sebenarnya) mereka tiada mempunyai sebarang pengetahuan mengenainya, dan tiada juga bagi datuk nenek mereka; besar sungguh perkataan syirik yang keluar dari mulut mereka; mereka hanya mengatakan perkara yang dusta. (Al-Kahfi: 5)

Maka jangan-jangan pula engkau (wahai Muhammad), membinasakan dirimu disebabkan menanggung dukacita terhadap kesan-kesan perbuatan buruk mereka, jika mereka enggan beriman kepada keterangan Al-Quran ini. (Al-Kahfi: 6)

Sesungguhnya Kami telah jadikan apa yang ada di muka bumi sebagai perhiasan baginya, kerana kami hendak menguji mereka, siapakah di antaranya yang lebih baik amalnya. (Al-Kahfi: 7)

Dan sesungguhnya Kami akan jadikan apa yang ada di bumi itu (punah-ranah) sebagai tanah yang tandus. (Al-Kahfi: 8)

Adakah engkau menyangka (wahai Muhammad), bahawa kisah "Ashaabul Kahfi" dan "Ar-Raqiim" itu sahaja yang menakjubkan di antara tanda-tanda yang membuktikan kekuasaan Kami? (Al-Kahfi: 9)

(Ingatkanlah peristiwa) ketika serombongan orang-orang muda pergi ke gua, lalu mereka berdoa: "Wahai Tuhan kami! Kurniakanlah kami rahmat dari sisiMu, dan berilah kemudahan-kemudahan serta pimpinan kepada kami untuk keselamatan agama kami". (Al-Kahfi:10)







Wallahu 'alam.   

Inilah Makanan Orang Mukmin Saat Dajjal Keluar ~ Berita Islami Masa Kini...

Berita Islami Masakini : Rahasia Kecerdasan Anak Yahudi

Asal Muasal DAJJAL dan Misteri Kelahiran DAJJAL

Pulau Tempat Dajjal Dirantai Yang Muslim Harus Lihat!

Petaka Akhir Zaman (Terbaru). Oleh Ust Zulkifli Muhammad Ali Lc

Subhanallah Ternyata Imam Mahdi Sudah Lahir di Palestina Inilah Buktinya

Senin, 19 Oktober 2015

KELEBIHAN MENGAMALKAN AYAT 285-286 SURAH AL BAQARA

Daripada Ibni Mas’ud, berkata Ia : 
Bersabda Junjungan Nabi s.a.w.:
“Barangsiapa yang membaca dua ayat daripada akhir surah Al-Baqarah pada malam hari nescaya mencukupi keduanya akan dia.”
Adapun dua ayat tersebut ialah : 

1. Firman Allah Ta’ala : ( Aamanar rasuulu bimaa unzila llaihi mir rabbihi wal muminuun. Kullun aamana billaahi wamalaaikatihi wakutubihii warusulihii laa nufarriqu baina ahadim mir rusulihii waqaaluu sami’naa wa atha’naa ghufraanaka rabbanaa wailaikal mashiir).

285. Rasulullah telah beriman kepada apa yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, dan juga orang-orang yang beriman; semuanya beriman kepada Allah, dan Malaikat-malaikatNya, dan Kitab-kitabNya, dan Rasul-rasulNya”. Mereka berkata lagi: “Kami dengar dan kami ta’at. (Kami pohonkan) keampunanMu wahai Tuhan kami, dan kepadaMu jualah tempat kembali”. 

2. ( Laa yukallifullaahu nafsan illaa wus’ahaa lahaa maa kasabat wa’alaihaa maktasabat. Rabbanaa laa tu aakhiznaa in nasiinaa au akhtha-naa, rabbanaa walaa tahmil ‘alainaa ishran kamaa hamal tahuu ‘alal ladziina min qablinaa. Rabbanaa walaa tuhammilnaa maa laa thaaqata lanaa bih. Wa’fu ‘annaa waghfir lanaa warhamnaa, anta maulanaa fanshurnaa alal qaumil kaafiriin.)

286. Allah tidak memberati seseorang melainkan apa yang terdaya olehnya. Ia mendapat pahala kebaikan yang di usahakannya, dan ia juga menanggung dosa kejahatan yang diusahakannya. (Mereka berdo’a dengan berkata): “Wahai Tuhan kami! Janganlah Engkau mengirakan kami salah jika kami terlupa atau kami tersalah. Wahai Tuhan kami! Janganlah Engkau bebankan kepada kami bebanan yang berat sebagaimana yang telah Engkau bebankan kepada orang-orang yang terdahulu daripada kami. Wahai Tuhan kami! Janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang kami tidak terdaya memikulnya. Dan ma’afkanlah kesalahan kami, serta ampunkanlah dosa kami, dan berilah rahmat kepada kami. Engkaulah Penolong kami; oleh itu, tolonglah kami untuk mencapai kemenangan terhadap kaum-kaum yang kafir”.


Surah Al-Baqarah (Ayat 285-286)

Makna mencukupi keduanya bagi sesiapa yang membacanya ialah mencukupi kepadanya daripada melakukan ibadah pada malam hari, atau daripada melakukan bacaan Al-Qur’an, ataupun dapat menolak keduanya kejahatan dan bencana syaitan atau manusia dan jin, atau mencukupi untuk menambah kekuatan iqtikadnya, kerana dua ayat itu ada mengandungi makna iman dan amal secara ringkas.

Sabda Rasulullah s.a.w:
“Barangsiapa membaca dua ayat di akhir surah Al-Baqarah pada malam hari nescaya Allah taala akan menjaganya dari segala gangguan musuh dan syaitan.”
Sabda Rasulullah s.a.w:
“Sesungguhnya Allah taala telah mengakhiri surah Al-Baqarah dengan dua ayat yang mana ianya adalah perbendaharaan Allah di bawah ‘Arasy, maka belajarlah kamu akan ayat itu dan ajarkanlah ia kepada isteri-isteri kamu dan anak-anak kamu. Maka sesungguhnya ia adalah solat, doa dan Quran.”


Keterangan

Surah Al Baqarah.

Dari Abi Hurairah ra. bahwa Rasulullah saw. bersabda, "Janganlah kau jadikan rumah-rumahmu seperti kuburan, sesungguhnya setan akan lari dari rumah yang di dalamnya dibaca surat Al Baqarah." (Diriwayatkan oleh Muslim)
Ayat Kursi.

Dari Ubai bin Ka'ab ra. berkata: Rasulullah saw. bersabda, "Wahai Abu Munzir, tahukah engkau ayat manakah dalam Al Qur'an yang paling agung menurutmu?" Aku menjawab, "Allahu laailaaha illa huwalhayyul qoyyuum (ayat kursi)",
Lalu beliau menepuk dadaku dan bersabda, "Semoga Allah memudahkan ilmu bagimu wahai Abu Munzir." (Diriwayatkan oleh Muslim)

ASBABUN NUZUL :

1.     Diriwayatkan oleh Ahmad, Muslim dan lain-lainnya dari Abu Hurairah, katanya, "Tatkala turun ayat, 'Dan jika kamu melahirkan apa yang terdapat dalam dadamu atau menyembunyikannya, pastilah akan dihisab oleh Allah.' (Q.S. Al-Baqarah 284) sungguh terasa berat oleh para sahabat. Mereka datang kepada Rasulullah saw. lalu bersimpuh di atas kedua lutut mereka, kata mereka, 'Ayat ini telah diturunkan kepada baginda, tetapi kami tidak sanggup memikulnya', maka Rasulullah saw. bertanya, 'Apakah kalian hendak mengatakan seperti apa yang diucapkan oleh Ahli Kitab yang sebelum kalian, 'Kami dengar dan kami langgar?' hendaklah kalian ucapkan, 'Kami dengar dan kami patuhi. Ampunilah kami wahai Tuhan kami dan kepada-Mu kami akan kembali.' Setelah orang-orang itu berusaha membacanya hingga lidah-lidah mereka pun menjadi lunak karenanya, maka Allah pun menurunkan di belakangnya, 'Rasul telah beriman...' (Q.S. Al-Baqarah 285) Sesudah itu ayat tadi dinasakhkan oleh Allah dengan menurunkan, 'Allah tidak membebani seseorang kecuali menurut kemampuannya...'" (Q.S. Al-Baqarah 286) Muslim dan lain-lain meriwayatkan pula seperti di atas dari Ibnu Abbas.

2.    Diriwayatkan oleh Ahmad, Muslim dan lain-lainnya dari Abu Hurairah, katanya, "Tatkala turun ayat, 'Dan jika kamu melahirkan apa yang terdapat dalam dadamu atau menyembunyikannya, pastilah akan dihisab oleh Allah.' (Q.S. Al-Baqarah 284) sungguh terasa berat oleh para sahabat. Mereka datang kepada Rasulullah saw. lalu bersimpuh di atas kedua lutut mereka, kata mereka, 'Ayat ini telah diturunkan kepada baginda, tetapi kami tidak sanggup memikulnya', maka Rasulullah saw. bertanya, 'Apakah kalian hendak mengatakan seperti apa yang diucapkan oleh Ahli Kitab yang sebelum kalian, 'Kami dengar dan kami langgar?' hendaklah kalian ucapkan, 'Kami dengar dan kami patuhi. Ampunilah kami wahai Tuhan kami dan kepada-Mu kami akan kembali.' Setelah orang-orang itu berusaha membacanya hingga lidah-lidah mereka pun menjadi lunak karenanya, maka Allah pun menurunkan di belakangnya, 'Rasul telah beriman...' (Q.S. Al-Baqarah 285) Sesudah itu ayat tadi dinasakhkan oleh Allah dengan menurunkan, 'Allah tidak membebani seseorang kecuali menurut kemampuannya...'" (Q.S. Al-Baqarah 286) Muslim dan lain-lain meriwayatkan pula seperti di atas dari Ibnu Abbas.


TAFSIR :

1.     Surah Al-Baqarah dimulai dengan menerangkan bahwa Alquran tidak ada keraguan padanya dan juga menerangkan sikap manusia terhadapnya, yaitu ada yang beriman, ada yang kafir dan ada yang munafik. Selanjutnya disebutkan hukum-hukum salat, zakat, puasa, haji, pernikahan, jihad, riba, hukum perjanjian dan sebagainya. Ayat ini adalah sebagai ayat penutup surah Al-Baqarah yang menegaskan sifat Nabi Muhammad saw. dan para pengikutnya terhadap Alquran itu. Mereka mempercayainya, menjadikannya sebagai pegangan hidup untuk mencapai kebahagiaan di dunia dan akhirat. Dan ayat ini juga menegaskan akan kebesaran dan kebenaran Nabi Muhammad saw. dan orang-orang yang beriman, dan menegaskan bahwa hukum-hukum yang tersebut itu adalah hukum-hukum yang benar. 

Dengan ayat ini Allah swt. menyatakan dan menetapkan bahwa Rasulullah saw. dan orang-orang yang beriman, benar-benar telah mempercayai Alquran, mereka tidak ragu sedikit pun dan mereka meyakini benar Alquran itu. 

Pernyataan Allah swt. ini terlihat pada diri Rasulullah saw. dan pribadi-pribadi orang mukmin, terlihat pada kesucian dan kebersihan hati mereka, ketinggian cita-cita mereka, ketahanan dan ketabahan hati mereka menerima cobaan-cobaan dalam menyampaikan agama Allah, sikap mereka di waktu mencapai kemenangan dan menghadapi kekalahan, sikap mereka terhadap musuh-musuh yang telah dikuasai, sikap mereka di waktu ditawan dan sikap mereka di waktu memasuki daerah-daerah luar Jazirah Arab. 

Sikap dan watak yang demikian adalah sikap dan watak yang ditimbulkan oleh ajaran-ajaran Alquran dan ketaatan melaksanakan hukum Allah swt. Inilah yang dimaksud dengan jawaban Aisyah r.a. ketika ditanya tentang akhlak Nabi Muhammad saw. beliau menjawab: 

ألست تقرأ القرآن؟ قلت بلي قالت : فإن خلق نبي الله كان القرآن 

Artinya: 
Bukankah engkau selalu membaca Alquran?" Jawabnya: "Ya." Aisyah berkata: "Maka sesungguhnya akhlak Nabi itu sesuai dengan Alquran." (HR Muslim) 

Seandainya Nabi Muhammad saw. tidak meyakini benar ajaran-ajaran yang dibawanya dan tidak berpegang kepada kebenaran dalam melaksanakan tugas-tugasnya, tentulah ia dan pengikutnya tidak akan berwatak demikian. Ia akan ragu-ragu dalam melaksanakan cita-citanya, ragu-ragu menceritakan kejadian-kejadian umat yang dahulu yang tersebut di dalam Alquran, terutama dalam menghadapi reaksi orang-orang Yahudi dan Nasrani. Apalagi mengingat bahwa orang-orang Yahudi dan Nasrani adalah orang yang banyak pengetahuan mereka tentang sejarah purbakala di masa itu, karena itu Nabi Muhammad selalu memikirkan dan tetap meyakini kebenaran setiap yang akan beliau kemukakan kepada mereka. 
Dalam pada itu orang-orang yang hidup di zaman Nabi, baik pengikut beliau maupun orang-orang yang mengingkari, semuanya mengatakan bahwa Muhammad adalah seorang kepercayaan, bukan seorang pendusta. 

Tiap-tiap orang yang beriman itu yakin akan adanya Allah Yang Maha Esa, hanya Dia sendirilah yang menciptakan makhluk, tidak berserikat dengan sesuatu pun. Mereka percaya kepada kitab-kitab Allah yang telah diturunkan-Nya kepada para Nabi-Nya, percaya kepada malaikat-malaikat Allah, dan malaikat yang menjadi penghubung antara Allah swt. dengan rasul-rasul-Nya, pembawa wahyu Allah. Mengenai keadaan zat, sifat-sifat dan pekerjaan-pekerjaan malaikat itu termasuk ilmu Allah, hanya Allah swt. yang Maha Tahu. Percaya kepada malaikat merupakan pernyataan percaya kepada Allah swt. 

Dinyatakan pula pendirian kaum muslimin terhadap para rasul, yaitu mereka tidak membeda-bedakan antara rasul-rasul Allah; mereka berkeyakinan bahwa semua rasul itu sama, baik pengikutnya sedikit maupun banyak, baik hukum-hukum yang dibawanya ringan atau berat, banyak atau sedikit, semuanya adalah sama, perbedaan itu disesuaikan dengan keadaan, kesanggupan dan kemaslahatan umat-umat mereka. 

Firman Allah swt.: 

قُولُوا آمَنَّا بِاللَّهِ وَمَا أُنْزِلَ إِلَيْنَا وَمَا أُنْزِلَ إِلَى إِبْرَاهِيمَ وَإِسْمَاعِيلَ وَإِسْحَاقَ وَيَعْقُوبَ وَالْأَسْبَاطِ وَمَا أُوتِيَ مُوسَى وَعِيسَى وَمَا أُوتِيَ النَّبِيُّونَ مِنْ رَبِّهِمْ لَا نُفَرِّقُ بَيْنَ أَحَدٍ مِنْهُمْ وَنَحْنُ لَهُ مُسْلِمُونَ (136)

Artinya: 
Katakanlah (hai orang-orang mukmin), "Kami beriman kepada Allah dan apa yang diturunkan kepada kamu dan apa yang diturunkan kepada Ibrahim, Ismail, Ishak, Yakub dan anak cucunya dan apa yang diberikan kepada Musa dan Isa serta apa yang diberikan kepada nabi-nabi dari Tuhannya. Kami tidak membeda-bedakan seorang pun di antara mereka dan Kami hanya tunduk patuh kepada-Nya. (Q.S Al Baqarah: 136) 

Dalam pada itu Allah swt. menerangkan bahwa masing-masing rasul itu mempunyai keutamaan dibandingkan dengan rasul-rasul yang lain. Suatu keutamaan yang dipunyai seorang rasul mungkin tidak dipunyai oleh rasul yang lain, dan rasul yang lain itu mempunyai keutamaan pula. 

Berfirman Allah swt.: 

تِلْكَ الرُّسُلُ فَضَّلْنَا بَعْضَهُمْ عَلَى

Artinya: 

Rasul-rasul itu kami lebihkan sebahagian (dari) mereka atas sebahagian yang lain. (Q.S Al Baqarah: 253) 

Ayat ini mengisyaratkan keutamaan umat Islam atas umat-umat lainnya yang membedakan rasul-rasul Allah. Ada yang mereka percayai dan ada yang tidak mereka percayai. Bahkan sebahagian dari para rasul itu semasa hidupnya mereka perolok-olokkan. 

Allah swt. menerangkan lagi sifat-sifat lain yang dimiliki orang Islam. Yaitu apabila mereka mendengar sesuatu perintah atau larangan Allah, mereka mendengar dengan penuh perhatian, melaksanakan perintah-perintah itu, dan menghentikan larangan-larangan-Nya, karena mereka merasakan kebesaran kekuasaan Allah dan yakin bahwa hanya Allah sajalah yang wajib disembah dan ditaati. 

Oleh karena orang-orang mukmin mempunyai sifat-sifat yang demikian, maka mereka selalu memanjatkan doa kepada Allah, yaitu: "Ampunilah kami ya Tuhan kami dan kepada Engkaulah kami kembali." 

Sesungguhnya doa-doa orang-orang yang beriman bukanlah sekedar untuk meminta ampun kepada Allah swt. atas kesalahan-kesalahan yang mereka perbuat, bahkan juga memohon ke hadirat Allah agar selalu diberi-Nya taufik dan hidayat, agar dapat melaksanakan segala perintah-Nya dan menghentikan segala larangan-Nya. 

Dari doa ini dapat dipahami juga bahwa orang-orang yang beriman selalu berusaha melaksanakan perintah-perintah Allah dan menghentikan larangan-larangan-Nya setelah mereka mendengar, memahami perintah dan larangan itu. Dalam pada itu mereka sadar bahwa mereka seorang manusia yang tidak sempurna, tidak luput dari kekurangan-kekurangan. Sekalipun hati dan jiwa mereka telah berjanji akan melaksanakan perintah dan larangan Allah setelah mendengar dan mmahaminya tetapi tanpa mereka sadari, mereka sering tersalah, lupa dan lalai, sehingga mereka mengabaikan perintah dan larangan itu. Sekalipun mereka telah mengetahui bahwa Allah swt. tidak akan menghukum manusia karena tersalah, lupa dan lalai, tetapi orang-orang yang beriman merasa dirinya wajib memohon ampun dan bertobat kepada Allah, agar Allah swt. tidak menghukumnya karena perbuatan yang demikian itu. 

Pengaruh iman yang demikian tampak pada tingkah laku sifat-sifat, tindakan dan perbuatan mereka. Semuanya itu dijuruskan dan diarahkan ke jalan yang diridai Allah. Hal ini dipahami dari pernyataan mereka: "Hanya kepada Engkaulah kami kembali." 

Pernyataan ini mengungkapkan hakekat hidup manusia yang sebenarnya, menggariskan pedoman hidup dan tujuan akhir yang harus dicapai oleh manusia.

2.            Ayat ini menerangkan bahwa dalam mencapai tujuan hidup itu manusia diberi beban oleh Allah swt. sesuai kesanggupannya, mereka diberi pahala lebih dari yang telah diusahakannya dan mendapat siksa seimbang dengan kejahatan yang telah dilakukannya. 

Dengan ayat ini Allah swt. mengatakan bahwa seseorang dbebani hanyalah sesuai dengan kesanggupannya. Agama Islam adalah agama yang tidak memberati manusia dengan beban yang berat dan sukar. Mudah, ringan dan tidak sempit adalah asas pokok dari agama Islam. 

Allah berfirman: 

وَمَا جَعَلَ عَلَيْكُمْ فِي الدِّينِ مِنْ حَرَجٍ

Artinya: 

....dan Dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu dalam agama suatu kesempitan.... (Q.S Al Hajj: 78) 

Dan firman Allah swt.: 

يُرِيدُ اللَّهُ أَنْ يُخَفِّفَ عَنْكُمْ وَخُلِقَ الْإِنْسَانُ ضَعِيفًا (28)

Artinya: 
Allah hendak memberikan keringanan kepadamu dan manusia dijadikan bersifat lemah. (Q.S An Nisa': 28) 

Dan firman-Nya pula: 

يُرِيدُ اللَّهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلَا يُرِيدُ بِكُمُ الْعُسْرَ

Artinya: 
Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu.... (Q.S Al Baqarah: 185) 

Kemudian Allah swt. menerangkan hasil beban yang telah dibebankan dan dilaksanakan oleh manusia, yaitu amal saleh yang dikerjakan mereka, maka balasannya akan diterima dan dirasakan oleh mereka berupa pahala dan surga. Sebaliknya perbuatan dosa yang dikerjakan oleh manusia, maka hukuman karena mengerjakan perbuatan itu akan dirasakan dan ditanggung pula oleh mereka, yaitu siksa dan azab di neraka. 

Ayat ini mendorong manusia agar mengerjakan perbuatan yang baik serta menunaikan kewajiban-kewajiban yang telah ditetapkan oleh agama. 
Ayat ini memberi pengertian bahwa perbuatan baik itu adalah perbuatan yang mudah dikerjakan manusia karena sesuai dengan watak dan tabiatnya, sedang perbuatan yang jahat adalah perbuatan yang sukar dikerjakan manusia karena tidak sesuai dengan watak dan tabiatnya. 

Manusia dilahirkan dalam keadaan fitrah yang suci dan telah tertanam dalam hatinya jiwa ketauhidan. Sekalipun manusia oleh Allah swt. diberi persediaan untuk menjadi baik dan persediaan menjadi buruk, tetapi dengan adanya jiwa tauhid yang telah tertanam dalam hatinya sejak ia masih dalam rahim ibunya, maka tabiat ingin mengerjakan kebajikan itu lebih nyata dalam hati manusia dibanding dengan tabiat ingin mengerjakan kejahatan. 

Adanya keinginan yang tertanam pada diri seseorang untuk mengerjakan suatu pekerjaan yang baik akan memberikan kemungkinan baginya untuk mendapat jalan yang mudah dalam mengerjakan pekerjaan itu apalagi bila ia berhasil dan dapat menikmati usahanya itu, maka dorongan dan semangat untuk mengerjakan pekerjaan baik yang lain semakin bertambah pada dirinya. 

Segala macam pekerjaan jahat adalah pekerjaan yang bertentang dan tidak sesuai dengan tabiat manusia. Mereka melakukan perbuatan jahat pada mulanya adalah karena terpaksa. Bila ia mengerjakan perbuatan jahat, maka timbullah pada dirinya semacam rasa takut, selalu khawatir akan diketahui oleh orang lain. Perasaan ini akan bertambah setiap melakukan kejahatan. Akhirnya timbullah rasa malas, rasa berdosa pada dirinya dan merasa dirinya dibenci oleh orang lain. 

Rasulullah saw. : 

البر حسن الخلق والإثم ما حاك في صدرك وكرهت أن يطلع عليه الناس 

Artinya: 
Kebaikan itu adalah budi pekerti yang baik, dan dosa itu adalah apa-apa yang tergores di dalam hatimu sedang engkau tidak suka orang lain mengetahuinya. 
(HR Muslim) 

Kesukaran yang timbul akibat perbuatan jahat ini akan bertambah terasa oleh manusia bila ia telah mulai menerima hukuman langsung atau tidak langsung dari perbuatannya itu. 

Dari ayat ini juga dipahami pula bahwa seseorang tidak akan menerima keuntungan atau kerugian disebabkan perbuatan orang lain; mereka tidak akan diazab karena dosa orang lain. Mereka diazab hanyalah karena kejahatan yang mereka lakukan sendiri. 

Allah swt. berfirman: 

أَلَّا تَزِرُ وَازِرَةٌ وِزْرَ أُخْرَى (38) وَأَنْ لَيْسَ لِلْإِنْسَانِ إِلَّا مَا سَعَى (39)

Artinya: 
(Yaitu) bahwasanya seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain. Dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya. (Q.S An Najm: 38-39) 

Termasuk usaha manusia ialah anaknya yang saleh yang mendoakannya, sedekah jariyah yang dikeluarkannya dan ilmu pengetahuan yang bermanfaat yang diajarkannya. 

Rasulullah saw.: 

إذا مات الإنسان انقطع عمله إلا من ثلاث : ولد صالح يدعو له أو صدقة جارية أوعلم ينتفع به 

Artinya: 
Apabila seseorang telah meninggal dunia, putuslah (pahala) amalnya kecuali tiga hal, yaitu anak yang saleh yang mendoakannya, sedekah jariah, dan ilmu yang bermanfaat.  (HR Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah) 

Setelah Allah swt. menerangkan sifat orang-orang yang beriman dan menyebutkan karunia yang telah dilimpahkan-Nya kepada hamba-hamba-Nya, yaitu tidak membebani hamba dengan yang tidak sanggup mereka kerjakan, maka Allah swt. mengajarkan doa untuk selalu dimohonkan kepada-Nya agar diampuni dari segala dosa karena mengerjakan perbuatan terlarang disebabkan lupa atau tersalah. 
Allah swt. mengajarkan doa kepada hamba-hamba-Nya bukanlah sekedar untuk dibaca dan diulang-ulang lafaznya saja, melainkan maksudnya ialah agar berdoa itu dibaca dengan tulus ikhlas dengan sepenuh hati dan jiwa, di samping melakukan segala perintah-Nya dan menghentikan larangan-Nya, sesuai dengan kesanggupan hamba itu sendiri. 

Doa erat hubungannya dengan tindakan dan perbuatan. Tindakan dan perbuatan erat pula hubungannya dengan ilmu pengetahuan. Sebab itu orang yang berdoa belumlah dapat dikatakan berdoa, bila ia tidak mengerjakan perbuatan-perbuatan yang harus dikerjakan serta menjauhi larangan yang harus dihentikannya. Ia bertindak, berbuat dan beramal haruslah berdasarkan ilmu pengetahuan itu. Ada amal yang sanggup dikerjakannya dan ada amal yang tidak sanggup dikerjakannya, ada amal yang dikerjakan dengan sempurna dan ada pula amal yang tidak dapat dikerjakan dengan sempurna. Untuk menyempurnakan kekurangan ini, maka Allah swt. mengajarkan doa kepada hamba-Nya. Dengan perkataan lain doa itu menyempurnakan amal yang tidak sanggup dikerjakan dengan sempurna. 
Dari doa yang diajarkan Allah swt. itu dipahami bahwa pada hakekatnya perbuatan terlarang yang dikerjakan karena lupa atau tersalah ada juga hukumannya dan hukuman itu ditimpakan kepada pelakunya. Karena itu Allah swt. mengajarkan doa tersebut kepada hamba-Nya agar dia terhindar dari hukuman itu. 

Setelah Allah swt. mengajarkan doa kepada hamba-Nya supaya ia mohonkan ampunan kepada Allah dari segala perbuatan yang dilakukannya karena lupa dan tersalah, maka Allah swt. mengajarkan doa yang lain untuk memohon agar ia tidak diberati beban yang berat sebagaimana yang telah dibebankan Allah swt. kepada orang-orang dahulu. Misalnya kepada Bani Israil pernah dibebankan kewajiban untuk memotong bahagian pakaian yang kena najis, dan membayar zakat seperempat dari jumlah harta, dan sebagainya. Kemudian Allah juga mengajarkan doa untuk memohon kepada-Nya agar ia tidak diberati beban yang tidak sanggup dilaksanakannya. 

Doa ini merupakan kabar gembira dari Allah swt. kepada Nabi saw. dan orang yang mengikutinya, bahwa agama yang dibawa Nabi saw. adalah agama yang mudah, tidak sempit, tidak sulit, bahkan memudahkan bagi manusia untuk mencapai tujuan hidupnya, yaitu kebahagiaan di dunia dan di akhirat. 

Di antara doa orang-orang yang beriman ini ialah yang berbunyi sebagai berikut: "Ya Allah, hapuskanlah bekas-bekas kesalahan kami, baik yang telah diampuni maupun yang belum dan janganlah kami diazab karena dosa perbuatan yang telah kami kerjakan, janganlah kami disiksa karenanya, berilah kami taufik dan hidayah dalam segala perbuatan kami, sehingga kami dapat melaksanakan perintah-perintah Engkau dengan mudah." 

Pada akhir ayat ini Allah mengajarkan agar memanjatkan doa kepada-Nya, memohon pertolongan-Nya dalam menghadapi orang-orang kafir. Pertolongan yang dimohonkan di sini ialah pertolongan agar mencapai kemenangan. Yang dimaksud kemenangan ialah kemenangan dunia dan akhirat, bukan semata-mata kemenangan dalam peperangan.

al-baqarah
al-baqarah ayat 285-286