Rabu, 31 Maret 2010

Kekuatan Kata-kata





Mark Twain mengungkapkannya dengan sangat indah ketika mengatakan “Udara sangat dingin, sehingga jika termometer ini lebih panjang satu inci saja, kita pasti akan mati membeku”

Kita memang akan mati beku dalam kata2. Yang menjadi persoalan bukanlah suhu dingin yang ada diluar, tetapi termometer. Yang menjadi persoalan bukanlah realitas, tetapi kata-kata yang anda ucapkan pada diri anda mengenai realitas itu.

Saya pernah mendengar cerita yang menarik mengenai seorang petani di Finlandia. Ketika garis batas antara Finlandia dan Rusia sedang ditentukan, petani itu harus memutuskan apakah dia ingin berada di Finlandia atau di Rusia. Setelah memikirkan cukup lama, dia memutuskan untuk berada di Finlandia, tetapi dia tidak ingin melukai perasaan pejabat Rusia. Pejabat Rusia itu datang kepadanya dan bertanya mengapa dia ingin berada di Finlandia.

Petani itu menjawab,”Sudah merupakan kerinduanku sejak dulu untuk tinggal di tanah tumpah darahku Rusia, tetapi pada usiaku yang sudah lanjut seperti ini, aku tidak dapat bertahan menghadapi musim dingin di Rusia.”

Rusia dan Finlandia hanyalah kata-kata, konsep, tetapi tidak demikian halnya bagi manusia, tidak bagi manusia yang gila, yang menganggap kata-kata dan konsep itu sama dengan realitas. Kita hampir tidak pernah melihat realitas.

Suatu saat seorang guru berusaha untuk menjelaskan kepada sekelompok orang bagaimana orang2 bereaksi terhadap kata2, menelan kata2, hidup dalam kata2, ketimbang dalam realitas.

Salah seorang dari kelompok itu berdiri dan mengajukan protes, dia berkata, “Saya tidak setuju dengan pendapat anda bahwa kata2 mempunyai efek yang begitu besar terhadap diri kita.”

Guru itu berkata,” Duduklah, ANAK HARAM.”

Muka orang itu menjadi pucat karena marah dan berkata,” Anda menyebut diri Anda sebagai orang yang sudah mengalami pencerahan, seorang guru, seorang yang bijaksana, tetapi seharusnya Anda malu dengan diri Anda sendiri.”

Kemudian Guru itu berkata, “Maafkan saya, saya terbawa perasaan. Saya benar2 mohon maaf, itu benar2 di luar kesadaran saya, saya mohon maaf.” Orang itu akhirnya menjadi tenang.

Kemudian Guru berkata lagi,”HANYA DIPERLUKAN BEBERAPA KATA UNTUK MEMBANGKITKAN KEMARAHAN DALAM DIRI ANDA; DAN HANYA DIPERLUKAN BEBERAPA KATA UNTUK MENENANGKAN DIRI ANDA, BENAR BUKAN?”

Sumber: Disadur dari dari buku Awareness – Anthony de Mello
Belajar Mencintai Dari Cicak

http://jalanhidup.com/motivasi/kekuatan-kata-kata.html

Jalan Hidup

Apotek

Seorang wanita baru pindah ke sebuah kota kecil. Setelah berada disana beberapa waktu, ia mengeluh kepada tetangganya tentang pelayanan buruk yang dialaminya di apotek setempat. Ia meminta pada tetangganya agar mau menyampaikan kritiknya pada pemilik apotek itu.

Beberapa hari kemudian wanita pendatang tersebut pergi lagi ke apotek itu. Pemilik apotek menyambutnya dengan senyum lebar sambil mengatakan betapa senangnya ia melihat wanita itu berkenan datang kembali ke apoteknya, dan berharap wanita dan suaminya menyukai kota mereka. Bukan hanya itu, pemilik apotek itu bahkan menawarkan diri membantu wanita dan suaminya menguruskan berbagai hal agar mereka bisa menetap di kota itu dengan nyaman. Lalu, ia pun mengirimkan apa yang dipesan wanita itu dengan cepat dan baik.

Wanita itu merasa senang dengan perubahan luar biasa yang ditunjukkan oleh pemilik apotek. Kemudian, ia melaporkan hal itu pada tetangganya. Katanya, “Anda tentu sudah menyampaikan kritik saya mengenai betapa buruk pelayanannya waktu itu.”
“Oh, tidak,” jawab tetangganya. “Sebenarnya saya tidak menyampaikan kritik anda pada mereka. Saya harap anda tidak keberatan. Saya katakan pada pemilik apotek itu betapa anda terkagum-kagum melihat caranya mendirikan apotek di kota kecil ini. Dan, anda merasa apoteknya adalah salah satu apotek dengan pelayanan terbaik yang pernah anda temui.”

*************************

Niat, Tekat, dan Nekat

3 hal tersebut adalah salah satu dari jutaan kunci menuju kesuksesan. Segala sesuatu memang tergantung dari niatnya. Apapun yang kita lakukan, berniatlah untuk berbuat baik,, jangan sekali kali melakukan sesuatu dengan niat yang kurang baik. dengan niat baik,, maka kita akan mencapai tujuan kita dengan cara yang baik,, dengan cara yang sesuai dengan aturan yang ada,, dan tidak merugikan orang lain.

Setelah kita memantapkan niat, tekad akan menjadi jembatan kedua kita untuk meniti sukses. Seberapapun besar niat kita, seberapa kuat niat kita, tapi tekad kita hanya layaknya segelas air di padang pasir yang lenyap begitu saja terserap oleh tanah, maka kesuksesan akan menjauh dari kita. Banyak rintangan yang akan membuat tekad kita lemah dan bahkan hilang sama sekali, hingga akhirnya niatan kita yang begitu baik hanya menjadi sebuah niat, tanpa ada suatu relialisasi. Niat baik saja memang sudah berpahala,, namun hal itu hanya menguntungkan diri kita sendiri. Alangkah bahagianya kita saat niat kita yang baik bisa membuat orang-orang di sekitar kita merasa bahagia juga dan bermanfaat bagi mereka.

Yang terakhir adalah Nekat,, kedengarannya memang cukup anarkis. Nekat bukan berarti kita bertindak tanpa memperhitungkan hal-hal negatif yang mungkin timbul. Ingat pada niat pertama kita. Berbuat baik. Memang tantangan yang hadir sering membuat tekad kita melemah. Segala sesuatu tidak akan pernah berhasil jika tidak dicoba. Apakah mungkin kita bisa tahu kalau kita akan gagal tanpa kita mencobanya dulu?? Tidak.

Banyak ilmuwan-ilmuwan yang dianggap gila karena penemuan-penemuan mereka. Tapi mereka tetap pada prinsip mereka. hadangan dari berbagai pihak harus kita kecilkan dengan kenekatan ini. Jadi, tidak selamanya nekat itu negatif. Nekatlah untuk hal-hal yang kita anggap baik, tidak hanya baik untuk kita sendiri,, tapi juga baik untuk orang lain.

****************************

Mawar untuk Ibu

Seorang pria berhenti di toko bunga untuk memesan seikat karangan bunga yang akan dipaketkan pada sang ibu yang tinggal sejauh 250 km darinya. Begitu keluar dari mobilnya, ia melihat seorang gadis kecil berdiri di trotoar jalan sambil menangis tersedu-sedu. Pria itu menanyainya kenapa dan dijawab oleh gadis kecil, “Saya ingin membeli setangkai bunga mawar merah untuk ibu saya. Tapi saya cuma punya uang lima ratus saja, sedangkan harga mawar itu seribu.”
Pria itu tersenyum dan berkata, “Ayo ikut, aku akan membelikanmu bunga yang kau mau.” Kemudian ia membelikan gadis kecil itu setangkai mawar merah, sekaligus memesankan karangan bunga untuk dikirimkan ke ibunya.

Ketika selesai dan hendak pulang, ia menawarkan diri untuk mengantar gadis kecil itu pulang ke rumah. Gadis kecil itu melonjak gembira, katanya, “ Ya tentu saja.
Maukah anda mengantarkan ke tempat ibu saya? ”

Kemudian mereka berdua menuju ke tempat yang ditunjukkan gadis kecil itu, yaitu pemakaman umum, dimana lalu gadis kecil itu meletakkan bunganya pada sebuah kuburan yang masih basah.

Melihat hal ini, hati pria itu menjadi trenyuh dan teringat sesuatu. Bergegas, ia kembali menuju ke toko bunga tadi dan membatalkan kirimannya. Ia mengambil karangan bunga yang dipesannya dan mengendarai sendiri kendaraannya sejauh 250 km menuju rumah ibunya.

****************************

Jangan Mudah Mengeluh

Anda dan saya sudah tahu bahwa Allah Maha Adil. Apa pun yang diperbuat Allah untuk manusia pasti dilandasi dengan sifat Maha Adil itu. Tetapi yang aneh sebenarnya manusia itu sendiri, ya…kita sendiri ini. Kalau kita memperoleh rejeki banyak, pasti langsung berkata wah…Tuhan memang adil, jika kita mendapat sedikit rejeki, wah… Tuhan kurang adil, dan apalagi jika kita tidak memperoleh rejeki sama sekali, kebanyakan dari kita langsung berteriak… TUHAN TIDAK ADIL…

Itulah sikap kebanyakan orang di muka bumi ini, maunya selalu memperoleh bagian sebanyak mungkin, dan sering tidak mau introspeksi diri, lupa melihat ke dalam dirinya sendiri, dan senangnya hal-hal yang bersifat instant saja. Sebagian besar orang tidak mau bersikap secara “proporsional” atau tepat sasaran. Sikap kita sering lebih dipengaruhi “prinsip masa kini” dan “prinsip material”, sehingga menyebabkan orang mudah sekali mengeluh, dan protes pada keadaan buruk yang menimpanya.

Oleh sebab itu, cobalah renungkan makna suci dari Al-Qur’an, Surat Al-Baqarah, ayat 286 ini: “Allah tidak membebani seseorang, melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya, dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya. (Mereka berdo’a): “Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau bersalah. Ya Tuhan kami janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat, sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami, apa yang tak sanggup kami memikulnya. Maafkanlah kami, ampunilah kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah Penolong kami, maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir”.

Kalau Anda cermati ayat suci di atas, itu sudah menunjukkan betapa adilnya Tuhan kita ini. Sebenarnya manusia itu tidak layak untuk gampang mengeluhkan keadaan buruk yang menimpanya. Allah SWT sudah mengatakan bahwa Dia tidak akan membebani sesuatu hal yang di luar kesanggupan manusia. Jadi, seandainya Anda sedang “dicoba dengan beban” oleh Tuhan, itu pasti karena Tuhan tahu, bahwa Anda pasti sanggup mengatasinya. Oleh karena itu, “mengeluh” bukanlah sikap yang tepat. Tuhan juga mengajari kita, bagaimana cara kita memohon pertolongan- Nya, lewat do’a seperti di dalam ayat suci di atas itu. Ini juga menunjukkan sifat Maha Penyayang dari Tuhan, karena lewat do’a yang diajarkan-Nya itu, maka Dia membuka pintu maaf, ampunan, dan rahmat-Nya seluas-luasnya, bagi kita yang “mau datang” kepada-Nya, dan membutuhkan pertolongan- Nya.

Allah menginginkan kita, agar selalu berusaha sekuat tenaga dan pikiran kita untuk menjalani kehidupan ini dengan baik. Untuk itu Allah juga menegaskan lagi firman-Nya di dalam Al-Qur’an, Surat An-Najm, ayat 39, yang berbunyi: “dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain dari apa yang telah diusahakannya” . Jadi, dengan demikian semakin jelas, bahwa kita ini sesungguhnya tidak pantas untuk mengeluh. Kita punya kewajiban untuk selalu berusaha sekuat tenaga, dan pantang menyerah.

Apa pun yang terjadi, itu sebenarnya merupakan suatu hasil dari usaha kita sendiri. Oleh sebab itu, apa pun yang terjadi, hendaknya selalu disyukuri. Apa pun yang terjadi memang patut disyukuri, karena hal itu pasti semata-mata demi peningkatan kualitas diri kita. Lha wong Allah saja berfirman, bahwa kita sebagai manusia tidak akan memperoleh sesuatu, selain dari usaha yang telah kita lakukan. Firman Allah SWT pasti suci, dan tak terbantahkan.

*****************************

belajar dari kegagalan


Peristiwanya tidaklah penting. Tapi, respon pada peristiwa itu adalah segala-galanya” (I Ching).Kegagalan menjadi teman akrab dalam kehidupan kita. Siapa yang merasa tidak pernah mengalami kegagalan dalam hidup ini satu kali pun? Hampir dipastikan tidak ada seorang pun….Ada beragam sikap menghadapi kegagalan.

Sering dalam menghibur kawan yang gagal, kita melontarkan ucapan umum, seperti “kegagalan adalah sukses yang tertunda” atau “kegagalan adalah awal kesuksesan” dan sebagainya. Tentu saja, mantra positif itu diucapkan dengan tulus dan menambah semangat. Namun, kalimat itu sering kita pakai lantaran kita tidak tahu apa yang harus kita katakan. Jadi, sekadar menghibur.Sebenarny a, memiliki perbendaharaan dan frame positif tentang kegagalan merupakan salah satu benteng kokoh menghadapi serangan ‘virus kegagalan’ dalam hidup kita.Sejarah mempunyai 1001 bukti. Banyak tokoh dunia sukses bukan karena mereka tidak pernah gagal.

Tetapi, bagaimana mereka merespons, berpikir, bertindak, dan menyikapi kegagalan itulah yang justrumengantarkan mereka pada puncak kesuksesan. Jatuh bangun adalah proses biasa dalam meraih kesuksesan. Seperti puncak gunung tak akan dicapai tanpa melalui jalan naik-turun nan terjal. Bahkan, belukar dan kebuntuan jalan.Setiap dari kita, termasuk Anda, perlu memiliki sebuah perbendaharaan atau pun referensi yang bisa kita jadikan pegangan saat mengalami kegagalan. Winston Churchill, misalnya, ia mengaku doyan membaca biografi tokoh terkenal saat semangatnya sedang turun. Buku itu membuat semangatnya bangkit.

Ia merasa diteguhkan saat dirinya lemah dan tak berdaya.Tak heran, salah satu nukilan pidatonya yang populer Never give up bisa jadi berasal dari penggalian inspirasi buku-buku itu. Memang, semangat itu menular seperti layaknya kemalasan juga sering menular.Janganlah jemu menimba energi-energi positif dari banyak hal, termasuk dari bacaan. Kali ini, ada referensi menarik dari Joey Green dalam tulisannya berjudul The road to success is paved with failure. Tulisan Joey Green ini menjadi inspirasi penting untuk menghadapi kegagalan. Green berhasil menuliskan berbagai kisah maupun daftar orang yang sukses secara luar biasa setelah mengalami berbagai kekalahan pahit.

Di bidang bisnis, Joey Green memberi contoh kisah Walt Disney yang sempat saya singgung pekan lalu. Perusahaan animasi pertama Disney pernah pailit. Tapi, Disney mampu bangkit dan betapa besar bisnis hiburan yang ditawarkan dunia Disney sekarang ini. Ada juga Tom Monaghan. Dalam 20 tahun usahanya, ia bangkrut dua kali. Ia kehilangan hak kendali atas bisnisnya. Ia juga dituntut atas pelanggaran hak cipta.

Namun, belakangan bisnisnya malahmeroket dengan Domino’s Pizza-nya. Ada lagi Fred Smith, orang yang hanya mendapat C dalam salah satu proyeknya di Yale saat menuliskan idenya tentang jasa pengiriman semalam. Tapi, nilai itu tidak sebanding dengan Federal Express,industri raksasa pengiriman barang yang mendunia. Padahal ide itu pernah diacuhkan oleh gurunya. Demikian juga perusahaan minuman Coca-Cola. Pada tahun pertama, Coca-Cola hanya mampu menjual 400 botol.

Tapi, sekarang Coca-Cola ada di mana-mana. Bahkan, tidak ada satu daerah pun yang tidak pernah kemasukan penetrasi Coca-Cola. Bahkan, gelombang Coca-Cola menjadi simbol nyata globalisasi yang sedang berlangsung. Alami penolakan Sementara itu, Chester Carlson mencoba temuannya ke sekitar 20 perusahaan pada tahun 1940-an. Setelah bertahun-tahun mengalami penolakan, ia berhasil meyakinkan Haloid, perusahaan kecil diRochester. Haloid kemudian menjadi salah satu perusahaan raksasa untuk mesin fotokopi elektrostatik bernama XEROX Corporation.

Ada lagi Henry Ford. Dalam tiga tahun pertama membangun bisnisnya di bidangotomotif, Ford bangkrut dua kali. Namun, kegigihannya membuatnya dikenal dengan simbol mobil-mobil mewah bergengsi. Selain di bidang bisnis, Joey Green memberi contoh di bidang kesusastraan, perfilman, olah raga, dan nyanyian. Sebut saja Elvis Presley.

Gurunya pernah memberinya nilai C dengan nada menghina saatia duduk di L.C. Humes High School di Memphis. Guru itu mencap dirinya sama sekali tidak bisa bernyanyi. Tapi, kini Elvis Presley menjadi penyanyi legendaris. Ada Michael Jordan yang pernah ditolak saat mau bergabung dengan klub basket sekolahnya.Tapi, Jordan pun jadi ikon bola basket legendaris. Beatles juga pernah ditolak pada 1962 oleh dapur rekaman Decca, Pey, Philips, Columbia, dan HMV Labels. Juga Sigmun Freud yang buku karyanya hanya laku 600 buah dengan hanya mengantongi royalty US$250.

Tapi, Freud dikenang sebagai Bapak Psikologi ternama. Aktor Sylvester Stallone semasa kecil pernah dikeluarkan dari 13 sekolah dalam rentang 11 tahun. Profesornya di Universitas Miami mengolok-olok dirinya tidak berbakat akting. Ia juga manjadi bahan tertawaan saat memainkan peran di film Dog Day Afternoon, Serpico, dan The GodFather.

Naskah filmnya Rocky ditolak oleh nyaris semua perusahaan. Tapi, sebuah perusahaan menerimanya dengan syarat Stallone tidak boleh main di dalamnya. Ada lagi Rudyard Kipling. Ia pernah menulis cerita dan mengirimkannya ke sebuah surat kabar di California pada 1888. Tapi, sang editor menolak. “Maaf Mr. Kipling. Anda tampaknya tidak tahubagaimana menggunakan bahasa Inggris dengan baik,” kata editor itu. Belakangan, ia merupakan salah satu peraih nobel di bidang sastra pada 1907.Nah, masih banyak contoh lainnya.

Anda pun bisa melihat sendiri orang-orang serupa di sekitar Anda. Ada satu benang merah yang menarik. Saat Anda mengalami kegagalan, jangan kalang kabut. Janganbiarkan energi Anda habis terkuras hanya karena terbekap kegagalan. Sungguh sangat arogan jika kita selalu berharap semua berjalan mulus tanpa kendala. Ambillah medali kemenangan dari setiap kegagalan yang kita alami. Kita tidak mungkin sukses tanpa memiliki keberanianuntuk gagal.Lihatlah mereka yang sukses itu. Mereka melewati berbagai tantangan dan kesulitan dengan jiwa besar. Kegagalan paling buruk adalah mereka yang mencoba, lalu kalah dan menyerah.

Dag Hammarskjoldpernah bilang, jangan pernah mengukur tinggi sebuah gunung sebelum Anda mencapai puncaknya. Karena, Anda kemudian akan melihat betapa rendahnya gunung itu. Tak ada kata menyerah! Sumber: Belajar dari kegagalan oleh Anthony Dio Martin

***************************

Menikmati Kesulitan dan Tantangan

Kekuatan tidak didapat dari leha-leha dan pekerjaan gampangan.
Anda bisa menanyakannya kepada para olahragawan, atlet binaraga misalnya.
Segalanya datang dari kesulitan dan tantangan.
Para atlet binaraga tahu bahwa mereka harus menempa semua otot mereka agar bertumbuh. Dan sama dengan hal itu, karakter anda akan ditempa dengan kesulitan yang anda temui.

Tanpa kesulitan, kita tidak akan mengenal kenikmatan, apalagi menikmatinya.
Kesulitan dalam hidup, hanyalah demi anda lebih mengenali kenikmatan hidup.
Setiap rintangan yang berhasil diatasi, akan membuat anda menjadi lebih kuat. Setiap tantangan yang anda lewati, menghasilkan kegembiraan yang lebih sempurna.

Tantangan memberi kita tugas untuk dikerjakan.
Bayangkan betapa keringnya hidup bila segala sesuatu muncul begitu saja saat anda inginkan. Hargailah masa susah, karena masa itu berlimpah kesempatan.
Bangkitlah menghadapi tantangan pahit, dan hidup anda akan terasa manis.

*********************

Anjing Kecil

Seekor anak anjing yang kecil mungil sedang berjalan-jalan di ladang pemiliknya.
Ketika dia mendekati kandang kuda, dia mendengar binatang besar itu memanggilnya.
Kata kuda itu : “Kamu pasti masih baru di sini, cepat atau lambat kamu akan
mengetahui kalau pemilik ladang ini mencintai saya lebih dari binatang lainnya, sebab saya bisa mengangkut banyak barang untuknya, saya kira binatang sekecil kamu tidak akan bernilai sama sekali baginya”, ujarnya dengan sinis.

Anjing kecil itu menundukkan kepalanya dan pergi, lalu dia mendengar seekor sapi di kandang sebelah berkata : “Saya adalah binatang yang paling terhormat di sini sebab nyonya di sini membuat keju dan mentega dari susu saya. Kamu tentu tidak berguna bagi keluarga di sini”, dengan nada mencemooh.

Teriak seekor domba : “Hai sapi, kedudukanmu tidak lebih tinggi dari saya, saya memberi mantel bulu kepada pemilik ladang ini. Saya memberi kehangatan kepada seluruh keluarga. Tapi omonganmu soal anjing kecil itu, kayanya kamu memang benar. Dia sama sekali tidak ada manfaatnya di sini.”

Satu demi satu binatang di situ ikut serta dalam percakapan itu, sambil menceritakan betapa tingginya kedudukan mereka di ladang itu. Ayam pun berkata bagaimana dia telah memberikan telur, kucing bangga bagaimana dia telah mengenyahkan tikus-tikus pengerat dari ladang itu. Semua binatang sepakat kalau si anjing kecil itu adalah mahluk tak berguna dan tidak sanggup memberikan kontribusi apapun kepada keluarga itu.

Terpukul oleh kecaman binatang-binatang lain, anjing kecil itu pergi ke tempat sepi dan mulai menangis menyesali nasibnya, sedih rasanya sudah yatim piatu, dianggap tak berguna, disingkirkan dari pergaulan lagi…..

Ada seekor anjing tua di situ mendengar tangisan tersebut, lalu menyimak keluh kesah si anjing kecil itu. “Saya tidak dapat memberikan pelayanan kepada keluarga disini, sayalah hewan yang paling tidak berguna disini.”

Kata anjing tua itu : “Memang benar bahwa kamu terlalu kecil untuk menarik pedati, kamu tidak bisa memberikan telur, susu ataupun bulu, tetapi bodoh sekali jika kamu menangisi sesuatu yang tidak bisa kamu lakukan. Kamu harus menggunakan kemampuan yang diberikan oleh Sang Pencipta untuk membawa kegembiraan.”

Malam itu ketika pemilik ladang baru pulang dan tampak amat lelah karena perjalanan jauh di panas terik matahari, anjing kecil itu lari menghampirinya, menjilat kakinya dan melompat ke pelukannya. Sambil menjatuhkan diri ke tanah, pemilik ladang dan anjing kecil itu berguling-guling di rumput disertai tawa ria. Akhirnya pemilik ladang itu memeluk dia erat-erat dan mengelus-elus kepalanya, serta berkata : “Meskipun saya pulang dalam keadaan letih, tapi rasanya semua jadi sirna, bila kau
menyambutku semesra ini, kamu sungguh yang paling berharga di antara semua binatang di ladang ini, kecil kecil kamu telah mengerti artinya kasih………”

Jangan sedih karena kamu tidak dapat melakukan sesuatu seperti orang lain karena memang tidak memiliki kemampuan untuk itu, tetapi apa yang kamu dapat lakukan, lakukanlah itu dengan sebaik-baiknya….. Dan jangan sombong jika kamu merasa banyak melakukan beberapa hal pada orang lain, karena orang yang tinggi hati akan direndahkan dan orang yang rendah hati akan ditinggikan.

http://jalanhidup.com/

Memang Tak Mudah Menjadi Pemimpin

Amati sekeliling anda. Mungkin akan anda jumpai seseorang atau beberapa orang yang menyandang beban di pundak mereka. Bukan hanya beban mereka sendiri, melainkan juga beban orang lain. Bahkan beban anda juga.

Beban itu teramat berat. Namun seringkali mereka seolah berdiri tanpa teman dan menanggung tanggung jawab itu sendiri. Beban itu semakin berat karena banyak orang menganggap bahwa mereka sepantasnya melakukan itu sendiri.

Tahukah anda siapakah mereka?


Mereka adalah pemimpin-pemimpin yang anda angkat. Anda meletakkan harapan pada mereka. Anda meminta mereka bekerja dan menunjukkan jalan. Sementara anda mengekor di belakang. Semestinya anda turut mengangkat cangkul, menggemburkan bumi dan menebar benih kemakmuran.

Orang-orang yang tak tahu diri hanya bisa berteriak bahwa jalan itu salah, tanpa mau menyingsingkan lengan baju membantu membersihkan semak belukar. Memang tak mudah menjadi pemimpin, apalagi seorang yang sejati. Karena itu hanya segelintir saja yang bersedia berdiri di depan. Sedangkan para pecundang bersembunyi di barisan terbelakang. Namun berlari paling kencang ketika masa panen tiba. Dimana pun para pecundang tak memiliki setetespun rasa malu.

**

Kita seharusnya diajar untuk tidak menunggu inspirasi untuk memulai sesuatu.Tindakan selalu melahirkan inspirasi.
Sedangkan inspirasi jarang diikuti dengan tindakan. (Frank Tibolt)

Selasa, 30 Maret 2010

Empat Kejahatan Orang Tua Terhadap Anak

Rasulullah saw. sangat penyayang terhadap anak-anak, baik terhadap keturunan beliau sendiri ataupun anak orang lain. Abu Hurairah r.a. meriwayatkan bahwa suatu ketika Rasulullah saw. mencium Hasan bin Ali dan didekatnya ada Al-Aqra’ bin Hayis At-Tamimi sedang duduk. Ia kemudian berkata, “Aku memiliki sepuluh orang anak dan tidak pernah aku mencium seorang pun dari mereka.” Rasulullah saw. segera memandang kepadanya dan berkata, “Man laa yarham laa yurham, barangsiapa yang tidak mengasihi, maka ia tidak akan dikasihi.” (HR. Bukhari di Kitab Adab, hadits nomor 5538).

Bahkan dalam shalat pun Rasulullah saw. tidak melarang anak-anak dekat dengan beliau. Hal ini kita dapat dari cerita Abi Qatadah, “Suatu ketika Rasulullah saw. mendatangi kami bersama Umamah binti Abil Ash –anak Zainab, putri Rasulullah saw.—Beliau meletakkannya di atas bahunya. Beliau kemudian shalat dan ketika rukuk, Beliau meletakkannya dan saat bangkit dari sujud, Beliau mengangkat kembali.” (HR. Muslim dalam Kitab Masajid wa Mawadhi’ush Shalah, hadits nomor 840).

Peristiwa itu bukan kejadian satu-satunya yang terekam dalam sejarah. Abdullah bin Syaddad juga meriwayatkan dari ayahnya bahwa, “Ketika waktu datang shalat Isya, Rasulullah saw. datang sambil membawa Hasan dan Husain. Beliau kemudian maju (sebagai imam) dan meletakkan cucunya. Beliau kemudian takbir untuk shalat. Ketika sujud, Beliau pun memanjangkan sujudnya. Ayahku berkata, ‘Saya kemudian mengangkat kepalaku dan melihat anak kecil itu berada di atas punggung Rasulullah saw. yang sedang bersujud. Saya kemudian sujud kembali.’ Setelah selesai shalat, orang-orang pun berkata, ‘Wahai Rasulullah, saat sedang sujud di antara dua sujudmu tadi, engkau melakukannya sangat lama, sehingga kami mengira telah terjadi sebuha peristiwa besar, atau telah turun wahyu kepadamu.’ Beliau kemudian berkata, ‘Semua yang engkau katakan itu tidak terjadi, tapi cucuku sedang bersenang-senang denganku, dan aku tidak suka menghentikannya sampai dia menyelesaikan keinginannya.” (HR. An-Nasai dalam Kitab At-Thathbiq, hadits nomor 1129).

Usamah bin Zaid ketika masih kecil punya kenangan manis dalam pangkuan Rasulullah saw. “Rasulullah saw. pernah mengambil dan mendudukkanku di atas pahanya, dan meletakkan Hasan di atas pahanya yang lain, kemudian memeluk kami berdua, dan berkata, ‘Ya Allah, kasihanilah keduanya, karena sesungguhnya aku mengasihi keduanya.’” (HR. Bukhari dalam Kitab Adab, hadits nomor 5544).

Begitulah Rasulullah saw. bersikap kepada anak-anak. Secara halus Beliau mengajarkan kepada kita untuk memperhatikan anak-anaknya. Beliau juga mencontohkan dalam praktik bagaimana bersikap kepada anak dengan penuh cinta, kasih, dan kelemahlembutan.

Karena itu, setiap sikap yang bertolak belakang dengan apa-apa yang dicontohkan oleh Rasulullah saw., adalah bentuk kejahatan kepada anak-anak. Setidak ada ada empat jenis kejahatan yang kerap dilakukan orang tua terhadap anaknya.

Kejahatan pertama: memaki dan menghina anak


Bagaimana orang tua dikatakan menghina anak-anaknya? Yaitu ketika seorang ayah menilai kekurangan anaknya dan memaparkan setiap kebodohannya. Lebih jahat lagi jika itu dilakukan di hadapan teman-teman si anak. Termasuk dalam kategori ini adalah memberi nama kepada si anak dengan nama yang buruk.

Seorang lelaki penah mendatangi Umar bin Khattab seraya mengadukan kedurhakaan anaknya. Umar kemudian memanggil putra orang tua itu dan menghardiknya atas kedurhakaannya. Tidak lama kemudan anak itu berkata, “Wahai Amirul Mukminin, bukankah sang anak memiliki hak atas orang tuanya?”
“Betul,” jawab Umar.
“Apakah hak sang anak?”
“Memilih calon ibu yang baik untuknya, memberinya nama yang baik, dan mengajarkannya Al-Qur’an,” jawab Umar.
“Wahai Amirul Mukminin, sesungguhnya ayahku tidak melakukan satu pun dari apa yang engkau sebutkan. Adapun ibuku, ia adalah wanita berkulit hitam bekas hamba sahaya orang majusi; ia menamakanku Ju’lan (kumbang), dan tidak mengajariku satu huruf pun dari Al-Qur’an,” kata anak itu.
Umar segera memandang orang tua itu dan berkata kepadanya, “Engkau datang untuk mengadukan kedurhakaan anakmu, padahal engkau telah durhaka kepadanya sebelum ia mendurhakaimu. Engkau telah berbuat buruk kepadanya sebelum ia berbuat buruk kepadamu.”

Rasulullah saw. sangat menekankan agar kita memberi nama yang baik kepada anak-anak kita. Abu Darda’ meriwayatkan bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Sesungguhnya kalian akan dipanggil pada hari kiamat dengan nama-nama kalian dan nama ayah kalian, maka perbaikilah nama kalian.” (HR. Abu Dawud dalam Kitab Adab, hadits nomor 4297).

Karena itu Rasulullah saw. kerap mengganti nama seseorang yang bermakna jelek dengan nama baru yang baik. Atau, mengganti julukan-julukan yang buruk kepada seseorang dengan julukan yang baik dan bermakna positif. Misalnya, Harb (perang) menjadi Husain, Huznan (yang sedih) menjadi Sahlun (mudah), Bani Maghwiyah (yang tergelincir) menjadi Bani Rusyd (yang diberi petunjuk). Rasulullah saw. memanggil Aisyah dengan nama kecil Aisy untuk memberi kesan lembut dan sayang.

Jadi, adalah sebuah bentuk kejahatan bila kita memberi dan memanggil anak kita dengan sebutan yang buruk lagi dan bermakna menghinakan dirinya.

Kejahatan kedua: melebihkan seorang anak dari yang lain

Memberi lebih kepada anak kesayangan dan mengabaikan anak yang lain adalah bentuk kejahatan orang tua kepada anaknya. Sikap ini adalah salah satu faktor pemicu putusnya hubungan silaturrahmi anak kepada orang tuanya dan pangkal dari permusuhan antar saudara.

Nu’man bin Basyir bercerita, “Ayahku menginfakkan sebagian hartanya untukku. Ibuku –’Amrah binti Rawahah—kemudian berkata, ‘Saya tidak suka engkau melakukan hal itu sehinggi menemui Rasulullah.’ Ayahku kemudian berangkat menemui Rasulullah saw. sebagai saksi atas sedekah yang diberikan kepadaku. Rasulullah saw. berkata kepadanya, ‘Apakah engkau melakukan hal ini kepada seluruh anak-anakmu?’ Ia berkata, ‘Tidak.’ Rasulullah saw. berkata, ‘Bertakwalah kepada Allah dan berlaku adillah kepada anak-anakmu.’ Ayahku kemudian kembali dan menarik lagi sedekah itu.” (HR. Muslim dalam Kitab Al-Hibaat, hadits nomor 3055).

Dan puncak kezaliman kepada anak adalah ketika orang tua tidak bisa memunculkan rasa cinta dan sayangnya kepada anak perempuan yang kurang cantik, kurang pandai, atau cacat salah satu anggota tubuhnya. Padahal, tidak cantik dan cacat bukanlah kemauan si anak. Apalagi tidak pintar pun itu bukanlah dosa dan kejahatan. Justru setiap keterbatasan anak adalah pemacu bagi orang tua untuk lebih mencintainya dan membantunya. Rasulullah saw. bersabda, “Rahimallahu waalidan a’aana waladahu ‘ala birrihi, semoga Allah mengasihi orang tua yang membantu anaknya di atas kebaikan.” (HR. Ibnu Hibban)

Kejahatan ketiga: mendoakan keburukan bagi si anak

Abu Hurairah r.a. berkata bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Tsalatsatu da’awaatin mustajaabaatun: da’watu al-muzhluumi, da’watu al-musaafiri, da’watu waalidin ‘ala walidihi; Ada tiga doa yang dikabulkan: doa orang yang teraniaya, doa musafir, dan doa (keburukan) orang tua atas anaknya.” (HR. Tirmidzi dalam Kitab Birr wash Shilah, hadits nomor 1828)

Entah apa alasan yang membuat seseorang begitu membenci anaknya. Saking bencinya, seorang ibu bisa sepanjang hari lidahnya tidak kering mendoakan agar anaknya celaka, melaknat dan memaki anaknya. Sungguh, ibu itu adalah wanita yang paling bodoh. Setiap doanya yang buruk, setiap ucapan laknat yang meluncur dari lidahnya, dan setiap makian yang diucapkannya bisa terkabul lalu menjadi bentuk hukuman bagi dirinya atas semua amal lisannya yang tak terkendali.

Coba simak kisah ini. Seseorang pernah mengadukan putranya kepada Abdullah bin Mubarak. Abdullah bertanya kepada orang itu, “Apakah engkau pernah berdoa (yang buruk) atasnya.” Orang itu menjawab, “Ya.” Abdullah bin Mubarak berkata, “Engkau telah merusaknya.”

Na’udzubillah! Semoga kita tidak melakukan kesalahan seperti yang dilakukan orang itu. Bayangkan, doa buruk bagi anak adalah bentuk kejahatan yang akan menambah rusak si anak yang sebelumnya sudah durhaka kepada orang tuanya.

Kejahatan keempat: tidak memberi pendidikan kepada anak

Ada syair Arab yang berbunyi, “Anak yatim itu bukanlah anak yang telah ditinggal orang tuanya dan meninggalkan anak-anaknya dalam keadaan hina. Sesungguhnya anak yatim itu adalah yang tidak dapat dekat dengan ibunya yang selalu menghindar darinya, atau ayah yang selalu sibuk dan tidak ada waktu bagi anaknya.”

Perhatian. Itulah kata kuncinya. Dan bentuk perhatian yang tertinggi orang tua kepada anaknya adalah memberikan pendidikan yang baik. Tidak memberikan pendidikan yang baik dan maksimal adalah bentuk kejahatan orang tua terhadap anak. Dan segala kejahatan pasti berbuah ancaman yang buruk bagi pelakunya.

Perintah untuk mendidik anak adalah bentuk realisasi iman. Perintah ini diberikan secara umum kepada kepala rumah tangga tanpa memperhatikan latar belakang pendidikan dan kelas sosial. Setiap ayah wajib memberikan pendidikan kepada anaknya tentang agamanya dan memberi keterampilan untuk bisa mandiri dalam menjalani hidupnya kelak. Jadi, berilah pendidikan yang bisa mengantarkan si anak hidup bahagia di dunia dan bahagia di akhirat.

Perintah ini diberikan Allah swt. dalam bentuk umum. “Hai orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya dari manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkanNya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (QS. At-Tahrim: 6)

Adalah sebuah bentuk kejahatan terhadap anak jika ayah-ibu tenggelam dalam kesibukan, sehingga lupa mengajarkan anaknya cara shalat. Meskipun kesibukan itu adalah mencari rezeki yang digunakan untuk menafkahi anak-anaknya. Jika ayah-ibu berlaku seperti ini, keduanya telah melanggar perintah Allah di surat Thaha ayat 132. “Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rezeki kepadamu, Kamilah yang memberi rezeki kepadamu. Dan akibat (yang baik) itu adalah bagi orang yang bertakwa.”

Rasulullah saw. bersabda, “Ajarilah anak-anakmu shalat saat mereka berusia tujuh tahun, dan pukullah mereka (bila tidak melaksanakan shalat) pada usaia sepuluh tahun.” (HR. Tirmidzi dalam Kitab Shalah, hadits nomor 372).

Ketahuilah, tidak ada pemberian yang baik dari orang tua kepada anaknya, selain memberi pendidikan yang baik. Begitu hadits dari Ayyub bin Musa yang berasal dari ayahnya dan ayahnya mendapat dari kakeknya bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Maa nahala waalidun waladan min nahlin afdhala min adabin hasanin, tak ada yang lebih utama yang diberikan orang tua kepada anaknya melebihi adab yang baik.” (HR. Tirmidzi dalam Kitab Birr wash Shilah, hadits nomor 1875. Tirmidzi berkata, “Ini hadits mursal.”)

Semoga kita tidak termasuk orang tua yang melakukan empat kejahatan itu kepada anak-anak kita. Amin.

http://www.dakwatuna.com/2008/empat-kejahatan-orang-tua-terhadap-anak/

Pondasi Itu Bernama Keluarga


“Dan Ketahuilah, bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai cobaan dan Sesungguhnya di sisi Allah-lah pahala yang besar” (Al-Anfal: 28)

Kehidupan keluarga disamping menjadi salah satu dari sekian banyak tanda-tanda kebesaran Allah, juga merupakan nikmat yang patut disyukuri dan dijadikan sarana meraih kebaikan dan pahala yang besar di sisi Allah. Allah swt berfirman:

“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir”. (Ar-Rum: 21). 

Dalam ayat yang lain Allah berfirman:

“Allah menjadikan bagi kamu isteri-isteri dari jenis kamu sendiri dan menjadikan bagimu dari isteri-isteri kamu itu, anak-anak dan cucu-cucu, dan memberimu rezki dari yang baik-baik. Maka mengapakah mereka beriman kepada yang bathil dan mengingkari nikmat Allah ?”. (Al-Isra’: 72).

Untuk itu, harga mahal keberlangsungan sebuah rumah tangga mutlak dipertaruhkan karena memang dari sebuah institusi yang baik akan lahir alumni generasi yang baik pula. Allah berpesan untuk terlebih dahulu mempertahankan institusi ini:

“Dan bergaullah dengan mereka(istri-istri) secara patut. Kemudian bila kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak“. (An-Nisa’: 19)

Menurut Sayyid Quthb ayat ini merupakan sentuhan jiwa yang menenangkan hati dari gejolak amarah dan akan mampu memadamkan api kebencian sehingga mengembalikan kehidupan rumah tangga kepada ketenangan dan kedamaiannya semula seperti yang dicita-citakan oleh Islam. Ayat ini juga secara implisit mengisyaratkan bahwa merupakan hal yang lumrah terjadi suatu saat secara emosional perasaan benci dan sebagainya yang terkadang turut memperkeruh suasana rumah tangga, namun keutuhan sebuah rumah tangga merupakan kata kunci yang tidak bisa ditolerir untuk membangun kehidupan keluarga yang baik.

Mustahil akan lahir anggota keluarga yang baik dari institusi rumah tangga yang rusak dan tidak mampu mempertahankannya.

Dalam bahasa Ibnu Asyur, Keluarga selain bisa menjadi Asbabul Ujur (peluang dan sarana mendapatkan pahala), ia juga bisa menjadi Asbabul A’tsam (peluang dan sarana menerima dosa) jika terjadi pengabaian akan tugas dan tanggung jawab masing-masing dalam kehidupan keluarga. Untuk itu, institusi ini termasuk yang mendapat perhatian besar Al-Qur’an.

Tercatat wanti-wanti Al-Qur’an tentang keberadaan keluarga, yaitu tentang anak dan istri yang bisa menjadi fitnah dalam arti ujian dan cobaan. Allah swt berfirman tentang kenyataan ini yang diawali oleh ayat di atas yang redaksinya mirip dengan surah At-Taghabun: 15 dan surah Al-Munafiqun: 9. Bahkan keberadaan mereka dalam keluarga bisa menjadi musuh yang menghalangi seseorang dari mentaati perintah Allah swt:

“Hai orang-orang yang beriman, Sesungguhnya di antara Isteri-isterimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu. Maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka dan jika kamu memaafkan dan tidak memarahi serta mengampuni (mereka) Maka Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. (At-Taghabun: 14)

Tentu agar keberadaan keluarga tersebut menjadi pundi kebaikan dan pahala dari Allah, maka ‘tarbiyah’ dalam arti yang luas merupakan pondasi dasar yang harus senantiasa ditingkatkan dan dipertahankan dalam keadaan bagaimanapun. Begitulah urgensi pesan Ya’qub terhadap keadaan keberagamaan keluarganya pasca ketiadaannya nanti:

“Adakah kamu hadir ketika Ya’qub kedatangan (tanda-tanda) maut, ketika ia Berkata kepada anak-anaknya: “Apa yang kamu sembah sepeninggalku?” mereka menjawab: “Kami akan menyembah Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu, Ibrahim, Ismail dan Ishaq, (yaitu) Tuhan yang Maha Esa dan kami Hanya tunduk patuh kepada-Nya“. (Al-Baqarah: 133).

Justru kegundahan dan perhatian Ya’qub terhadap anak keturunannya adalah bagaimana sikap keberagamaan mereka pasca kewafatannya kelak. Kekhawatiran beliau tidak tentang kehidupan ekonomi mereka dan lain sebagainya -meskipun ini juga merupakan bagian dari isyarat pesan Allah dalam firman-Nya:

“Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak keturunan yang lemah, yang mereka khawatir terhadap mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar“. (An-Nisa’: 9) 


Namun tentang suatu yang sangat vital dalam kehidupan manusia, yaitu tentang sikap dan pengamalan mereka akan ‘Ubudiyah’ kepada Allah dalam dimensinya yang luas yang tercermin dalam perjalanan tarbiyah atau pendidikan dalam kehidupan keluarga.

Dalam konteks ini, keluarga ‘tarbiyah’ harus punya perhatian yang serius tentang program penjagaan dan perawatan diri dan seluruh anggota keluarga dari jilatan api neraka.

Inilah program inti dan unggulan dari sebuah rumah tangga yang dibangun di atas dasar iman. Karena hanya keluarga yang beriman yang memiliki kepedulian tentang aspek ini seperti yang difahami dari mafhum khitab ayat:

“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan“. (At-Tahrim: 6).

Ibnu Mas’ud ra memahami ayat yang diawali dengan khitab khusus untuk orang yang beriman sebagai sebuah ujian akan komitmennya dengan segenap perintah dan larangan Allah swt. Beliau merumuskan satu kaidah yang bijak tentang ayat yang diawali dengan seruan ‘Hai orang-orang yang beriman’:

“Jika kalian membaca atau mendengar ayat Al-Qur’an yang diawali dengan ungkapan ‘Hai orang-orang yang beriman’ maka perhatikanlah betul-betul pesan Allah setelahnya. Karena tidak ada kalimat setelahnya melainkan sebuah kebaikan yang diperintahkan untuk kita melakukannya maupun sebuah keburukan yang Allah cegah kita darinya”.

Ayat ini jelas memerintahkan agar objek kepedulian itu diarahkan secara prioritas tentang keberagamaan dan tarbiyah dalam keluarga, tentang program yang mendekatkan mereka ke dalam syurga dan menjauhkannya dari neraka. Inilah keluarga ideal dan sukses pada kacamata surah At-Tahrim yang menurut Sayyid Quthb sarat dengan penjelasan tentang keadaan keluarga Rasulullah saw. sebagai teladan keluarga sepanjang zaman.

Demikianlah program unggulan keluarga Ya’qub as. seperti yang difahami dari pesan beliau kepada seluruh anak-anaknya: “Adakah kamu hadir ketika Ya’qub kedatangan (tanda-tanda) maut, ketika ia berkata kepada anak-anaknya: “Apa yang kamu sembah sepeninggalku?” Mereka menjawab: “Kami akan menyembah Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu, Ibrahim, Ismail dan Ishaq, (yaitu) Tuhan Yang Maha Esa dan kami hanya tunduk patuh kepada-Nya“. (Al-Baqarah: 133).

Juga perhatian Ibrahim terhadap keluarganya seperti yang tersebut dalam salah satu doanya yang diabadikan oleh Allah dalam firmanNya: “Ya Tuhanku, jadikanlah aku dan anak cucuku orang-orang yang tetap mendirikan shalat, ya Tuhan kami, perkenankanlah doaku“. (Ibrahim: 40).

Jelas nabi Ibrahim dan nabi Ya’qub sangat faham bahwa kebaikan individu dalam keluarga sangat ditentukan oleh peran seluruh anggotanya. Demikian juga anggota keluarga turut memberi pengaruh pada keburukan dan kesalahan yang dilakukan oleh salah seorang individu dari mereka.

Keteladanan Muhammad dalam hal ini jelas turut disuport dan didukung oleh keteladanan seluruh anggota keluarganya; dari istri-istrinya, mertua dan menantunya serta anak dan cucunya, bahkan sahabat yang menyertai kehidupan beliau, sehingga beliau layak tampil sebagai uswah hasanah (teladan yang paripurna) yang diabadikan oleh Al-Qur’an dalam seluruh dimensi kehidupan tanpa cacat dan cela sedikitpun, “Sungguh telah ada pada diri Rasulullah teladan yang paripurna bagi kamu sekalian“. (Al-Ahzab: 21)

Secara redaksional, ungkapan ‘peliharalah dirimu dan keluargamu’ mengindikasikan satu bentuk pencegahan sebelum terjadinya sesuatu yang tidak diinginkan, seperti terumus dalam pepatah ‘Al-Wiqayatu Khairun Minal ‘Ilaj’ : ‘Mencegah itu jelas jauh lebih baik daripada mengobati’. Tarbiyah itulah bentuk ‘wiqayah’ yang paling efektif untuk mencegah terjadinya penyimpangan dan penyelewengan perilaku anggota keluarga. Pencegahan juga harus diawali dari orang tua yang menjadi cermin keluarga ‘peliharalah dirimu’, yang kemudian akan berlanjut pada pembinaan anggota keluarga yang menjadi tanggung jawab mereka.

Sungguh kita masih punya banyak waktu dan kesempatan di dalam rumah tangga kita untuk melakukan perbaikan dan peningkatan kualitas pembinaan. Hanya dengan prinsip-prinsip tarbiyah Islamiyah itulah kita mampu membangun sebuah peradaban luhur dalam sebuah bangunan rumah tangga yang diidam-idamkan sebagai institusi terkecil yang akan turut mewarnai dan memberi pengaruh pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara dalam skala yang lebih besar.

Mudah-mudahan setiap kita akan lebih menfokuskan diri pada pembinaan anggota keluarga secara lebih prioritas yang akan berdampak pada pembinaan masyarat dan umat nantinya. Amin. Allahu a’lam

http://www.dakwatuna.com/2008/pondasi-itu-bernama-keluarga/


Ayah ! Shalat Subuh



Suatu hari seorang anak sedang belajar di sekolahnya, dia baru kelas 3 SD.


Di salah satu pelajaran, seorang guru menjelaskan tentang shalat subuh dan dia menyimaknya dengan seksama. Mulailah gurunya berbicara tentang keutamaan dan pentingnya shalat subuh dengan cara yang menggugah, tersentuhlah anak didiknya yang masih kecil itu. Terpengaruhlah seorang anak kecil tadi oleh perkataan gurunya sementara ini dia belum pernah shalat subuh sebelumnya dan juga keluarganya.

Ketika dia pulang ke rumah, berfikirlah dia bagaimana caranya supaya bisa bangun untuk shalat subuh besoknya. Dia tidak mendapatkan caranya selain tidak tidur semalaman sampai bisa melaksanakan shalat subuh. Dia melakukan caranya itu.

Dan ketika mendengar azan, bergegaslah dia untuk menjalankan shalat subuh. Tetapi ada masalah bagi anak kecil ini untuk sampai ke masjid karena letaknya jauh dari rumahnya. Dia tidak bisa berangkat sendirian, maka menangislah dia dan duduk di depan pintu. Tetapi tiba-tiba dia mendengar suara sepatu seseorang dari arah jalan, dibukalah pintu dan keluarlah segera dari rumahnya. Nampaknya kakek ini menuju masjid. Anak kecil ini melihat sang kakek dan dia kenal. Kakek ini adalah kakek temannya, Ahmad.

Anak kecil ini mengikuti Kakek Ahmad di belakangnya dengan rasa khawatir dan perlahan-lahan dalam berjalan, jangan sampai Si kakek merasa diikuti dan melaporkan dia ke keluarganya dan yang kemungkinan akan menghukumnya. Berjalanlah peristiwa ini seterusnya sampai pada suatu ketika Si kakek dipanggil oleh Allah Pemilik jiwa dan raganya. Si kakek wafat.

Anak kecil mendengar kabar ini, tertegunlah dia dan menangis sejadi-jadinya. Ayahnya sangat heran melihat kondisi seperti ini, kemudian bertanyalah kepada anaknya,
“wahai anakku kenapa kamu menangis sampai seperti ini, dia itu bukan teman bermainmu dan bukan pula saudaramu yang hilang?”

Anak kecil itu melihat kearah ayahnya dengan berlinang air mata penuh kesedihan, dan berkata kepada ayahnya, “seandainya yang meninggal itu ayah, bukan dia.”

Bagai disambar petir dan tercenganglah seorang ayah kenapa anaknya yang berkata dengan ungkapan seperti itu, dan kenapa begitu cintanya anaknya kepada si kakek ?

Anak kecil menjawab dengan suara parau, “Aku tidak kehilangan dia karena hal-hal yang ayah sebutkan.”
Bertambah heran ayahnya itu dan bertanya, “lalu karena apa?”

Anak itu menjawab, “karena shalat ayah….karena shalat!”
Kemudian anak itu menambahkan pembicaraannya, “Ayah, kenapa ayah tidak shalat subuh? Kenapa ayah tidak seperti si kakek dan seperti orang lain yang aku lihat?”

Berkata ayahnya, “dimana kamu melihatnya?”

Anak kecil itu menjawab, “di masjid.”

Berkata lagi ayahnya, “bagaimana kisahnya?”

Maka berceritalah anak kecil itu kepada ayahnya tentang apa yang dilakukan selama ini. Tersentuhlah seorang ayah oleh anaknya, lembutlah hati dan tubuhnya, jatuhlah air matanya, dipeluklah anaknya, dan semenjak peristiwa itu, ayah anak itu tidak pernah meninggalkan shalat satu waktupun dan semuanya dilakukan di masjid. (athfal lakin du’ah)

http://www.dakwatuna.com/2010/ayah-shalat-subuh/

Jangan Hinakan Nikmat Allah



Hidup kadang tak ubahnya seperti untaian benang panjang yang punya dua warna. Silih berganti warna itu menghias untaian benang. Ada warna suka, ada duka. Benang akan tampak menarik ketika terhias suka. Dan, akan dibenci ketika warna duka terlalui.

Namun demikian, sebagian orang kadang lupa bahwa seperti itulah warna kehidupan. Mungkin, keterbatasan rasa manusia yang bahagia ketika suka. Dan sedih ketika duka. Tak jarang, keterbatasan itu pun menggiring pandangannya kepada Pembuat Hidup. Bahwa, suka adalah kemuliaanNya. Dan, duka adalah penghinaanNya.

Dalam surah Al-Fajr ayat 15 dan 16, Allah swt berfirman, “Ada pun manusia apabila Tuhannya mengujinya lalu dimuliakanNya dan diberiNya kesenangan, maka dia berkata, ‘Tuhanku telah memuliakanKu. Ada pun bila Tuhannya mengujinya lalu membatasi rezekinya maka dia berkata, ‘Tuhanku menghinakanku.”

Fakta takaran kemuliaan dan kehinaan dalam pandangan sebagian manusia berkait dengan seberapa besar anugerah Allah berupa kenikmatan. Semakin kaya seseorang, semakin besar kemuliaan yang ia terima. Dan semakin miskin seseorang, seperti itulah kehinaan yang Allah berikan.

Sebagian manusia mungkin merasa sulit untuk menterjemahkan bahwa hidup bukan dua takaran tadi. Teramat sulit buat mereka untuk menggunakan kacamata iman bahwa hidup adalah ujian. Dan ujian tidak melulu melekat pada satu warna. Dalam duka memang ada ujian. Pun, dalam suka ada ujian.

Penjelasannya begitu gamblang ketika Allah swt berfirman dalam surah Al-Anbiyaa ayat 35. “Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan.”

Seperti itulah Thalut ketika sang komandan ini ingin mendapatkan bukti kualitas pasukannya. Ia tidak ingin para pejuangnya berorientasi hanya pada kesenangan hidup. Dan tidak lagi punya semangat ketika hidup tak lagi mampu memberikan kesenangan. Karena itu, mereka harus diuji.

Ujian pun dimulai. Orang yang berkualitas biasanya akan menangkap sebuah isyarat tes. Terlebih ketika kisi-kisi tes itu sudah digambarkan begitu jelas: ketika kita melalui sungai, dilarang meminum airnya kecuali dengan cidukan tangan. Penjelasan yang begitu jelas. Tapi, begitulah orang yang tak berkualitas. Penjelasan tinggallah penjelasan. Kelakuan tak juga berubah. Kenyataannya, sedikit sekali dari pasukan itu yang menikmati air sungai dengan cidukan tangan. Selebihnya, larut dalam kenikmatan. (Al-Baqarah: 249)

Jadi, ketika nikmat Allah diterjemahkan hanya dari satu sisi yaitu kesenangan, di situlah orang terjebak dalam kedangkalan nalarnya sendiri. Mereka akan bersyukur dan berterima kasih kepada Allah, kepada Yang Maha Pencipta, atas segala nikmatNya. Namun, ketika anugerah menempati sisi lain yang tak sesuai harapan, syukur dan terima kasihnya lenyap. Syukurnya menguap bersama kecewanya: Allah menghinakan saya.

Padahal, cocok atau tidaknya sebuah harapan dengan kenyataan yang Allah berikan, kalkulasinya begitu luas. Mungkin, kita pernah kecewa ketika kereta yang kita kejar-kejar sehingga harus ditebus dengan lewatnya sarapan pagi, ternyata harus berlalu mendahului kita. Kita kecewa. Padahal, itulah nikmat Allah. Karena, kereta itu ternyata mengalami kecelakaan. Allah menyelamatkan kita dengan sesuatu yang sebelumnya kita anggap mengecewakan.

Kita mungkin pernah kecewa ketika calon suami atau isteri yang selangkah lagi akan syah menjadi pendamping, menyatakan pembatalan sepihak. Kita kecewa. Padahal, di saat itulah Allah sedang memberikan kebaikan. Karena ternyata, beberapa bulan kemudian sang calon meninggal dunia karena penyakit dalam yang kronis.

Kekecewaan-kekecewaan itu mungkin bisa dianggap wajar. Karena ada sesuatu yang belum kita peroleh. Dan sesuatu itu memang mahal. Bahkan, seorang Nabi Musa a.s. pun harus bersusah payah mendapatkan sesuatu itu. Dan sayangnya, ia sempat gagal di tengah jalan.

Pelajaran itu bisa kita lihat ketika Allah swt mengisahkan dua hambaNya yang mulia: Musa a.s. dan Khidr a.s. Dalam surah Al-Kahfi ayat 65 hingga 82, Allah swt. menggambarkan bagaimana Musa a.s. gagal menangkap maksud tiga tindakan yang tidak menyenangkan Khidr a.s. Yaitu, melubangi perahu-perahu nelayan, membunuh anak kecil, dan menegakkan dinding yang hampir roboh. Padahal, ketiga tindakan Khidr a.s. itu punya maksud yang amat baik. Di situlah Musa a.s. belajar tentang anugerah kebaikan dan keburukan.

Jadi, ridha atas segala sesuatu yang Allah berikan adalah pijakan awal dari lahirnya rasa syukur seorang hamba. Terhadap anugerah apa pun: besar atau kecil. Ridha dengan anugerah yang besar adalah kesiapan diri agar senantiasa menjaga amanah, agar nikmat tidak terselewengkan dalam maksiat. Dan ridha dengan yang kecil adalah kebersihan hati dari buruk sangka atas pemberian Allah.

Seorang sahabat Rasul pernah terperanjat ketika malam pertamanya tiba. Ia seperti hampir tak menerima kenyataan wajah isterinya. Ada keraguan terselip di situ. Bahkan, ketidaksukaan pun nyaris mendominasi hatinya. Seolah, hatinya bicara, “Ah, seperti inikah nikmat yang Allah berikan kepada saya?”

Namun, semua itu sirna seketika saat sang isteri mampu menangkap gelisah itu. Ia langsung membacakan sebuah ayat di surah An-Nisa. “Dan bergaullah dengan mereka (isteri-isteri) secara patut. Kemudian bila kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak.” (An-Nisa: 19)

Ketika ridha menutup segala prasangka, syukur terungkap dengan seketika. Ia muncul dari hati yang dalam. Bersih tanpa pamrih. Lahir dari kesadaran bahwa tak seorang pun yang pernah dan akan memiliki sesuatu. Tak semua kesenangan melahirkan bahagia. Dan tak semua kesusahan membawa celaka. Semuanya pinjaman dari Allah. Dan akan kembali kepada-Nya pula.

Jangan hinakan nikmat Allah. Syukurilah anugerah Allah apa adanya. Justru, dalam keridhaan dan syukur itulah kenikmatan terasa ganda. Kita tidak sedang menikmati anugerah fisik saja. Melainkan, belaian kasih sayang Allah yang tak hingga. Nikmatilah warna-warni hidup. Karena hidup memang penuh warna.

http://www.dakwatuna.com/2008/jangan-hinakan-nikmat-allah/

Senin, 29 Maret 2010

Guru Yang Terbaik


Apakah kita ingat akan guru terbaik kita pada masa sekolah, guru yang memberi inspirasi bagi kita untuk belajar dan mengerjakan yang terbaik ? Guru tersebut memberi tantangan bagi kita untuk maju, lebih dari guru-guru lain. Awalnya, mungkin tantangan ekstra itu terasa tidak adil, atau malah kejam. Tetapi sekarang kita seakan memkitang berbeda. Kita memkitangnya dengan rasa hormat dan percaya, bahwa karena tantangan itulah kita bisa maju.

Saat ini ada guru hebat yang masih mengajar kita. Ia adalah “kehidupan”.
Kehidupan adalah guru yang terbaik. Tapi pelajarannya sering terasa keras, tajam, dan kadang kejam. Di sana ada kekecewaan, kesedihan, kebingungan, kesendirian, dan frustasi dalam setiap pengajarannya.

Pelajaran dari kehidupan adalah keras, tetapi karenanya kita memperoleh pelajaran dan pertumbuhan terbesar. Kehidupan menantang kita dan mendorong kita lebih tinggi. Ia membantu menyingkapkan karakter sejati kita, dan dengan cara itu mendorong kita membangun karakter yang lebih kuat.

Di luar segala pelajaran itu, renungkanlah. Guru yang paling mencintai dan memelihara kita itu telah membangun yang terbaik dari diri kita. Mungkin kita sekarang tidak menghargainya, tetapi akan tiba harinya kita akan bersyukur. Sama seperti kita bersyukur atas guru sekolah kita terdahulu.

http://inspirasi2.wordpress.com/2009/03/21/guru-yang-terbaik/

Melukis Keindahan Hidup


Menapaki jalan hidup kadang seperti menggoreskan koas pada sebuah bahan lukisan. Mulus tidaknya goresan sangat bergantung pada jiwa sang pelukis. Jangan biarkan jiwa kering dan gersang. Karena lukisan hanya akan berbentuk benang kusut.

Bayangkan saat diri tertimpa musibah. Ada reaksi yang bergulir dalam tubuh. Tiba-tiba, batin diselimuti khawatir akibat rasa takut, tidak aman, cemas dan ledakan perasaan yang berlebihan. Tubuh menjadi tidak seimbang. Muncullah berbagai reaksi biokimia tubuh: kadar adrenalin dalam darah meningkat, penggunaan energi tubuh mencapai titik tertinggi; gula, kolesterol, dan asam-asam lemak ikut tersalur dalam aliran darah. Tekanan darah pun meningkat. Denyutnya mengalami percepatan. Saat glukosa tersalurkan ke otak, kadar kolesterol naik. Setelah itu, otak pun meningkatkan produksi hormon kortisol dalam tubuh. Dan, kekebalan tubuh pun melemah.

Peningkatan kadar kortisol dalam rentang waktu lama memunculkan gangguan-gangguan tubuh. Ada diabetes, penyakit jantung, tekanan darah tinggi, kanker, luka pada dinding saluran pencernaan, gangguan pernafasan, dan terbunuhnya sel-sel otak.

Nalar pun menjadi tidak sehat. Tidak heran jika orang bisa melakukan sesuatu yang tidak wajar. Di antaranya, bunuh diri, marah yang tak terkendali, tertawa dan menangis yang berlebihan, serta berbagai pelarian lain: penggunaan narkoba dan frustasi yang berlarut-larut.

Kenapa hal tak enak itu bisa mulus bergulir pada diri manusia. Mungkin itu bisa dibilang normal, sebagai respon spontan dari kecenderungan kuat ingin merasakan hidup tanpa gangguan. Tanpa halangan. Tak boleh ada angin yang bertiup kencang. Tak boleh ada duri yang menusuk tubuh. Bahkan kalau bisa, tak boleh ada sakit dan kematian buat selamanya.

Ada beberapa hal kenapa kecenderungan itu mengungkung manusia. Pertama, salah paham soal makna hidup. Kalau hati tak lagi mampu melihat secara jernih arti hidup, orang akan punya penafsiran sendiri. Misalnya, hidup adalah upaya mencapai kepuasan. Lahir dan batin. Padahal kepuasan tidak akan cocok dengan ketidaknyamanan, gangguan, dan kesulitan.

Hal itulah yang bisa menghalangi seorang mukmin untuk berjihad. Allah swt. berfirman, “Hai orang-orang beriman, apakah sebabnya apabila dikatakan kepada kamu: ‘Berangkatlah (untuk berperang) pada jalan Allah,’ kamu merasa berat dan ingin tinggal di tempatmu? Apakah kamu puas dengan kehidupan di dunia sebagai ganti akhirat? Padahal kenikmatan hidup di dunia ini (dibandingkan dengan kehidupan) di akhirat hanyalah sedikit.” (At-Taubah: 38)

Kedua, kurang paham kalau keimanan selalu disegarkan dengan cobaan. Inilah yang sulit terpahami. Secara teori mungkin orang akan tahu dan mungkin hafal. Tapi ketika cobaan sebagai sebuah kenyataan, reaksi akan lain. Iman menjadi cuma sekadar tempelan.

Firman Allah swt., “Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan, ‘Kami telah beriman’, sedang mereka tidak diuji lagi? Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang sebelum mereka, maka Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta.” (Al-Ankabut: 2-3)

Saad bin Abi Waqqash pernah bertanya pada Rasulullah saw. “Ya Rasulullah, siapa yang paling berat ujian dan cobaannya?” Beliau saw. menjawab, “Para nabi kemudian yang menyerupai mereka dan yang menyerupai mereka. Seseorang diuji menurut kadar agamanya. Kalau agamanya lemah dia diuji sesuai dengan itu (ringan) dan bila imannya kokoh dia diuji sesuai itu (keras). Seorang diuji terus-menerus sehingga dia berjalan di muka bumi bersih dari dosa-dosa.” (Al-Bukhari)

Kalau ada anggapan, dengan keimanan hidup bisa mulus tanpa mengalami kesusahan dan bencana. Itu salah besar. Justru, semakin tinggi nilai keimanan seseorang, akan semakin berat cobaan yang Allah berikan. Persis seperti emas yang diolah pengrajin hiasan. Kian tinggi nilai hiasan, kian keras emas dibakar, ditempa, dan dibentuk.

Memang, hakikat hidup jauh dari yang diinginkan umumnya manusia. Hidup adalah sisi lain dari sebuah pendakian gunung yang tinggi, terjal, dan dikelilingi jurang. Selalu saja, hidup akan menawarkan pilihan-pilihan sulit. Di depan mata ada hujan dan badai, sementara di belakang terhampar jurang yang dalam.

Maha Benar Allah dalam firman-Nya. “Dan Kami telah menunjukkan kepadanya dua jalan. Maka tidakkah sebaiknya ia menempuh jalan yang mendaki lagi sukar?” (Al-Balad: 10-11)

Kesiapan diri tentang jalan hidup yang tak mulus itu mesti ada. Harus terus segar dalam jiwa seorang hamba Allah. Perhatikanlah senyum-senyum para generasi terbaik yang pernah dilukis umat ini. Di antara mereka ada Bilal bin Rabah. Ada Amar bin Yasir.

Masih banyak mereka yang terus tersenyum dalam menapaki pilihan hidup yang teramat sulit. Tanpa sedikit pun ada cemas, gelisah, dan penyesalan. Mereka telah melukis hiasan termahal dalam hidup dengan tinta darah dan air mata.

http://www.dakwatuna.com/2008/melukis-keindahan-hidup/

Bagaimana menjadi yang seperti yang kita inginkan


Dalam hidup ini, tidak ada apapun alasan yang dapat membuat kita sedih, berputus asa bila kita menyadari bahwa hidup ini patut selalu kita syukuri. bila kita yakin bahwa Allah selalu bersama kita dan memberikan kita yang terbaik.


Pernahkan kita berpikir bahwa keputus-asaan adalah alat penghancur manusia yang paling mudah, jadi jangan pernah berfikir untuk putus asa.

Pernahkan kita melihat kesekeliling kita, ketika sedang merasa hidup ini tidak yang seperti kita harapkan.kadang kita tidak menyadari apa yang kita inginkan adalah yang telah kita dapatkan sekarang. kalau kita mengukur kebahagiaan dengan ukuran orang lain maka kita tak akan pernah mengetahui apa yang kita inginkan agar kita bisa sama bahagian dengan mereka.

Hidup ini sudah bertakar dan harus terperoses, tidak ada sesuatu keburukan yang terjadi karena suatu kegagalan. karena hidup kita adalah proses menjadi lebih baik. kadang kita tidak menyadari bahwa ketika kita berusaha dan beriktiar kita sedang menjalankan kehidupan ini sebaik-baiknya, bila semua dijalankan dengan iklas maka apapun pekerjaan kita, adalah sama dimata Allah.

Dimata Allah perkerjaan seorang pembantu rumah tangga adalah sama pentingnya dengan presiden america bila keduanya dijalankan dengan amanah dan iklash. seorang wanita karir dan direktur sebuah perusahaan juga sama pentingnya dengan ibu rumah tangga yang bekerja dirumah 24 jam, tampa berhenti. semuanya sama, tapi kadang kita melihat kesuksesan seorang dengan hasil materi yang didapatnya. Pernahkan kita berfikir bahwa seorang presiden terlahir dari wanita sederhana yang tidak punya pekerjaan diluar rumah tapi dia bekerja sebagai ibu rumah tangga, yang tiap hari bekerja melayani anak dan suami , menjaga agar mereka tersenyum sampai kerumah dan merasakan nikmatnya dan rasa aman ketika ibu mereka dirumah selalu membuat mereka tenang, bahagia dan aman.

Jadi.. adalah sebuah keindahan hidup bila kita selalu menghargai amanah sebagai apapun kita. jadilah ibu yang baik bila kita diberi ALLAH amanah sebagai ibu, jadilah tukang sapu yang baik , pembantu yang baik, presiden yang baik, menteri yang baik dan menjaga amanah yang diberikan kepada kita.

Nikmat nya sholat shubuh



Nikmat nya sholat shubuh dgn berdo'a penuh khidmat menghadirkan hati.

Salah satu kunci do'a adlh merasakan kehadiran Allah. Kita sadar Allah mengawasi kita. Allah Maha mengetahui bisikan hati hamba-Nya. Allah dekat dgn kita, lebih dekat dr urat nadi kita.
Krn nya hati adlh pusat kesadaran yg merasakan bhw "aku sedang ber-muwajjahah dgn Sang ilahi.
Maka adab awal adlh mempersiapkan niat yg sgt sungguh. Tundukan kepala, sbg lambang kerendahan hati, fokuskan jiwaraga hanya kpd Dia. Rasakan dgn nuranimu yg paling dalam, sebentar lg kita akan menghadap Yang Maha Segala.

“Ya Allah! Sesungguhnya aku adalah hambaMu, anak hambaMu (Adam) dan anak hamba perempuanMu (Hawa). Ubun-ubunku di tanganMu, keputusan-Mu berlaku padaku, qadhaMu kepadaku adalah adil. Aku mohon kepadaMu dengan setiap nama (baik) yang telah Engkau gunakan untuk diriMu, yang Engkau turunkan dalam kitabMu, Engkau ajarkan kepada seseorang dari makhlukMu atau yang Engkau khususkan untuk diriMu dalam ilmu ghaib di sisiMu, hendaknya Engkau jadikan Al-Qur’an sebagai penenteram hatiku, cahaya di dadaku, pelenyap duka dan kesedihanku.”

“Ya Allah! Sesungguhnya aku berlindung kepadaMu dari (hal yang) menyedihkan dan menyusahkan, lemah dan malas, bakhil dan penakut, lilitan hutang dan penindasan orang.”

“Tiada Tuhan yang berhak disembah selain Allah Yang Maha Agung dan Maha Pengampun. Tiada Tuhan yang berhak disembah selain Allah, Tuhan yang menguasai arasy, yang Maha Agung. Tiada Tuhan yang berhak disembah selain Allah, Tuhan yang menguasai langit dan bumi. Tuhan Yang menguasai arasy, lagi Maha Mulia.”

“Ya Allah! Aku mengharapkan (mendapat) rahmatMu, oleh karena itu, jangan Engkau biarkan diriku sekejap mata (tanpa pertolongan atau rahmat dariMu). Perbaikilah seluruh urusanku, tiada Tuhan yang berhak disembah selai. Engkau.”

“Tiada Tuhan yang berhak disembah selain Engkau. Maha Suci Engkau. Sesungguhnya aku tergolong orang-orang yang zhalim.
“Allah-Allah adalah Tuhanku. Aku tidak menyekutukanNya dengan sesuatu.”

GiVe only the BeSt !!!‎​



​Suatu malam ada pria tua & istrinya memasuki sebuah lobby hotel kecil di Philadelpia. Semua hotel besar dikota ini telah terisi, bisakah kau beri kami satu kamar saja? Kata pria tua itu...

Pegawai hotel menjawab Semua kamar telah penuh krn ada 3 event besar yg bersamaan diadakan dikota itu, tapi saya tdk bisa menyuruh pasangan yang baik spt Anda utk berhujan2 diluar sana pada pukul satu dini hari spt ini, Bersediakah anda berdua tidur dikamar saya?.

Keesokan harinya pd saat bayar tagihan, pria tua itu berkata pd si pegawai hotel " kamulah manajer yg shrsnya jadi boss hotel terbaik di USA, krn kamu lakukan pekerjaanmu dgn HATI. Suatu hari nanti akan saya bangun satu hotel utkmu". Pegawai hotel itu hanya ‎​ tersenyum lebar & melupakan kata2 pria tua itu, krn dia pikir dirinya hny seorg pegawai biasa saja.

Kira kira 2 tahun kemudian, ia menerima surat yg berisi tiket ke New York & permintaan agar ia jadi tamu pasangan tua tsb. Setelah berada di New York, pria tua mengajak si pegawai hotel itu kesudut jln antara Fifth Avenue & Thirty-Fourth Street, dimana ia menunjuk sbh bangunan baru yg luar biasa megah dan mengatakan "Itulah hotel yg saya bangun utk kau kelola". Pegawai hotel itu adlh George. C. Boldt . ,menerima tawaran William Waldorf Astor si pria tua, utk jadi GM dr hotel Waldorf-Astoria,yg menjadi hotel terbaik didunia pada jamannya.....

SIKAP kita dlm bekerja sgt menentukan keberhasilan kita, bila kita bekerja hny utk mencari uang semata, maka hasil yg kita peroleh biasa2 saja..namun jika kita bekerja dengan HATI .... jgn kaget jika Tuhan akan mengangkat harkat kita lbh tinggi dan REZEKI yg melimpah .... Amin....!

Meraih Surga Ibu

Syahdan, seorang laki-laki suatu ketika bertanya kepada Ibn Abbas RA, ''Saya meminang seorang wanita, tetapi dia menolak pinangan saya. Setelah itu, datang orang lain meminangnya, lalu dia menerimanya. Saya menjadi cemburu dan membunuhnya. Apakah tobat saya diterima?''


Ibn Abbas bertanya, ''Apakah ibumu masih hidup?''
Dia menjawab, ''Tidak.''
Ibn Abbas berkata, "Bertobatlah kepada Allah dan mendekatlah kepada-Nya semampumu."
Atha' bin Yasar yang hadir ketika itu bertanya kepada Ibn Abbas, "Mengapa engkau bertanya kepada lelaki itu, apakah ibunya masih hidup?".
Ibn Abbas menjawab, "Saya tidak tahu perbuatan yang paling mendekatkan (seseorang) kepada Allah SWT, melainkan berbakti kepada ibu." (HR Bukhari).

Demikian mulia kedudukan seorang ibu. Di antara bapak dan ibu, ibu-lah yang lebih berhak untuk menerima perhatian dari seorang anak. Tidak hanya itu, dalam sebuah sabda Nabi Muhammad SAW yang masyhur, ibu memiliki hak tiga kali lipat lebih besar daripada seorang bapak.

Ada beberapa alasan mengapa seorang ibu memiliki hak tiga kali lipat lebih besar daripada seorang bapak.
Pertama, seorang ibu menanggung berbagai kesusahan, baik ketika mengandung maupun melahirkan. Bahkan, ketika anaknya sudah berumur empat puluh tahun pun, perhatian seorang ibu tidak pernah berhenti, ia terus mendoakan anaknya (QS Al-Ahqaf [46]: 15).

Kedua, kesusahan ketika mengandung itu bertambah dan semakin bertambah (QS Luqman [31]: 14).

Ketiga, kesusahan seorang ibu mencapai puncaknya ketika hendak melahirkan. Alquran memberi gambaran betapa sakit waktu melahirkan dengan ungkapan bahwa Maryam binti Imran menginginkan kematian atau menjadi barang yang tidak berarti (QS Maryam [19]: 23).

Keempat, setelah melahirkan, kewajiban ibu belum selesai. Ia harus menyusui dan merawat anaknya. Ia tidak akan pernah merasa tenang jika keselamatan dan kenyamanan sang anak terancam. Hal ini seperti ibu dari Nabi Musa AS ketika ia diperintahkan Allah untuk menghanyutkan anaknya di sungai (QS Alqashash [28]: 7-13).

Empat perkara ini cukup menjelaskan mengapa Allah dan Rasul-Nya menempatkan derajat ibu lebih tinggi daripada bapak. Bahkan, surga--sebagai sebaik-baik tempat kembali bagi manusia sesudah mati--diasosiasikan berada di bawah telapak kaki seorang ibu.

http://www.republika.co.id/berita/ensiklopedia-islam/hikmah/10/03/22/107613-meraih-surga-ibu

Ikhlas dan Sedekah

Seseorang yang memiliki hati ikhlas, tidak rakus dengan dunia lebih memiliki kepekaan dalam menyerap pelajaraan ilmu batin. Secara logika, orang yang berhati ikhlas lebih mudah memusatkan konsentrasinya pada satu titik tujuan, yaitu persoalan yang dihadapinya.



Disebutkan bahwa orang yang berhati ikhlas diperkenankan Allah SWT untuk : Berbicara, Melihat, Berpikir dan Mendengar bersama dengan Lidah, Mata, Hati dan Telinga Allah ( baca hadist Thabrani ).

Hati yang ikhlas identik dengan ketiadaan rasa tamak. Orang yang memiliki sifat ikhlas dan tidak tamak amat disukai manusia. Rasullullah SAW pernah didatangi seorang sahabat yang ingin meminta resep agar disukai Allah SWT dan disukai sesama manusia. Rasullullah bersabda : " Jangan rakus dengan Harta Dunia, tentu Allah akan menyenangimu, dan jangan tamak dengan hak orang lain, tentu banyak orang yang menyenangimu ".

Hadist ini jika dikaitkan dengan kehidupan para spiritualis mereka memiliki power pertama kali disebabkan karena kharismanya, jika seseorang itu banyak disukai sesamanya maka apa yang diucapkan pun akan dipercaya. Sebaliknya walau orang itu berilmu tinggi tetapi kalau tidak disukai sesamanya maka apa yang diucapkannya pun tidak akan ada yang menggubris.

*******
Bersedekah selain untuk tujuan ibadah sosial juga memiliki pengaruh terhadap menyingkirnya bahaya. Banyak hadist membahas masalah sedekah berkaitan dengan tolak-balak. Dengan banyak bersedekah, seseorang akan memperoleh limpahan rezeki dan kemenangan.

Rasullullah SAW bersabda : "Wahai Manusia !! Bertobatlah Kamu kepada Allah sebelum mati, segeralah Kamu beramal saleh sebelum Kamu sibuk, sambunglah hubungan dengan Tuhanmu dengan memperbanyak zikir dan memperbanyak amal sedekah dengan rahasia maupun terang-terangan. Tuhan akan memberi Kamu rezeki, pertolongan dan kemenangan"
(HR Jabir RA).

Dalam kehidupan bermasyarakat kita bisa melilhat hikmah dari sedekah ini. Seseorang yang memiliki jiwa dermawan amat disukai sesamanya. Logikannya jika orang itu disukai banyak orang maka ia jauh dari bahaya.

Kisah nyata terjadi pada suatu daerah. Dua orang yang sama-sama memiliki ilmu batin memiliki kebun mangga. Ketika hampir musim panen, mangga dari seorang dermawan itu tidak ada yang mencurinya, sebaliknya kebun mangga yang milik orang bakhil itu banyak dicuri anak-anak muda.

Disnyalir, pencurian itu terjadi karena unsur " Tidak Suka " dengan pemilik kebun. Sedangkan anak-anak muda itu mengapa tidak mau mencuri kebun milik sang dermawan, rata-rata mereka mengutarakan keengganannya " Ah dia orang baik kok kita kerjain " katanya, nah anda ingin menang dan sakti dunia akhirat ?? perbanyaklah sedekah.

Hanya Titipan.......





​Renungan Indah - W.S. Rendra


Seringkali aku berkata,
Ketika semua orang memuji miliku

Bahwa sesungguhnya ini hanyalah titipan
Bahwa mobilku hanyalah titipan-Nya
Bahwa rumahku hanyalah titipan-Nya
Bahwa hartaku hanyalah titipan-Nya
Bahwa putraku hanyalah titipan-Nya


Tetapi, mengapa aku tak pernah bertanya:
Mengapa Dia menitipkan padaku ???
Untuk apa Dia menitipkan ini padaku ???
Dan kalau bukan milikku, apa yang harus kulakukan untuk milik-Nya itu ???
Adakah aku memiliki hak atas sesuatu yang bukan milikku ?

Mengapa hatiku justru terasa berat, ketika titipan itu diminta kembali oleh-Nya ?
Ketika diminta kembali, kusebut itu sebagai musibah
Kusebut itu sebagai ujian, kusebut itu sebagai petaka
Kusebut itu sebagai panggilan apa saja untuk melukiskan kalau itu adalah derita
Ketika aku berdoa, kuminta titipan yang cocok dengan hawa nafsuku

Aku ingin lebih banyak harta,
ingin lebih banyak mobil,
lebih banyak popularitas, dan
kutolak sakit,
kutolak kemiskinan,
seolah semua "derita" adalah hukum bagiku

Seolah keadilan dan kasih-Nya harus berjalan seperti matematika:
Aku rajin beribadah, maka selayaknyalah derita menjauh dariku, dan nikmat dunia kerap menghampiriku.

Kuperlakukan Dia seolah mitra dagang, dan bukan kekasih
Kuminta Dia membalas "perlakuan baikku",
Dan menolak keputusan-Nya yang tak sesuai keinginanku


Gusti,
Padahal tiap hari kuucapkan, hidup dan matiku hanya untuk beribadah.
"Ketika langit dan bumi bersatu, bencana dan keberuntungan sama saja"....

(Puisi terakhir Rendra yang dituliskannya diatas ranjang Rumah Sakit)



Zikir Kalimah Toyyibah


Zikir memiliki pengaruh yang kuat terhadap kecemerlangan cahaya batin. Hati yang selalu terisi dengan Cahaya Zikir akan memancar kan Nur Allah dan keberadaannya akan mempengaruhi perilaku yang serba positif.



Kebiasaan melakukan zikir dengan baik dan benar akan menimbulkan ketentraman hati dan menumbuhkan sifat ikhlas. Hikmah zikir amatlah besar bagi orang yang ingin membangkitkan kekuatan indera keenamnya ( batin ). Ditinjau dari sisi ibadah, zikir merupakan latihan menuju Ikhlasnya hati dan Istiqomah dalam berkomunikasi dengan Al Khaliq(Sang Pencipta).

Ditinjau dari sisi kekuatan batin, zikir merupakan metode membentuk dan memperkuat Niat Hati, sehingga dengan izin Allah SWT, apa yang terdapat dalam hati, itu pula yang akan dikabulkan oleh Allah SWT. Dengan kata lain, zikir memiliki beberapa manfaat, diantaranya : Membentuk, Memperkuat Kehendak, Mempertajam Batin, sekaligus bernilai Ibadah.

Dengan zikir berarti membersihkan dinding kaca batin, ibarat sebuah bohlam lampu yang tertutup kaca yang kotor, meyebabkan cahaya-sinarnya tidak muncul keluar secara maksimal. Melalui zikir, berarti membersihkan kotoran yang melekat sehingga kaca menjadi bersih dan cahaya-sinarnya bisa memancar keluar.

Sampai disini mungkin timbul suatu pertanyaan. Apakah zikir memiliki pengaruh terhadap kekuatan batin ? untuk menjawab pertanyaan ini, kiranya perlu diketahui bahwa hal tersebut merupakan bagian dari karunia Allah SWT.
Dalam sebuah Hadist. Bahwa dengan selalu mengingat Allah menyebabkan Allah membalas ingat kepada seorang hamba-Nya " Aku selalu menyertai dan membantunya, selama ia mengingat Aku " karena itu, agar Allah senantiasa mengingat Anda, perbanyaklah mengingat-Nya dengan selalu berzikir

Ada hal-hal yang tersembunyi dibalik zikir kalimah Toyyibah " La ilaha illallah " pertama, zikir ini disebut sebagai sebaik-baiknya zikir, berdasarkan hadist riwayat Nasa'i, Ibnu Majjah, Ibnu Hibban, dan Hakim " Afdhaluzd dzikri La ilaha Illallaahu " yang artinya : sebaik-baik zikir adalah La ilaha illallah.
Kemudian pada hadist yang lain disebutkan bahwa dengan zikir kalimah Toyyibah ini menyebabkan pintu langit terbuka, selagi yang membaca kalimah itu orang yang menjauhi dosa-dosa besar. Sedangkan dengan mengamalkan zikir kalimah ini, sepanjang zikir ini diamalkan secara tulus ikhlas mengharap ridho Allah SWT, justru Allah yang akan mengatur potensi manusia. Dalam hadist Qudsy tersurat : " Barang siapa disibukkan zikir kepada-Ku sehingga tidak sempat memohon dari-Ku maka Aku akan memberikan yang terbaik dari apa saja yang Ku berikan "

Artinya : hikmah dari zikir kalimah Toyyibah itu, seseorang akan diberi karunia oleh Allah SWT walau jenis karunia itu tidak dimintanya. Ini Yang disebut dengan rezeki yang tak terduga-duga.

Hikmah lain, dari membiasakan diri berzikir kalimah " La ilaha illallah ", secara tidak langsung berarti merekam kalimat itu pada alam bawah sadar manusia. Seseorang dalam kondisi kritis, kalimat yang reflek muncul dari alam bawah sadarnya adalah kalimat yang paling akrab dengan lidah dan hatinya.
Maka, seseorang yang istiqomah dalam zikir kalimah " La ilaha illallah ", bila saat sakaratul maut hendak menjemput, Insya Allah kalimat itu yang akan muncul dari mulutnya. Dengan demikian berlakulah janji Allah SWT bahwa seseorang yang diakhir hayatnya mengucapkan kalimat " La ilaha illallah ", maka sorgalah balasannya.

Menyimak hal-hal dibalik kalimah Toyyibah ini, ada dua keuntungan yang bisa kita raih. Pertama keuntungan dunia berupa ketenangan hati akibat bias dari aktivitas zikir, juga keuntungan dunia berupa datangnya karunia yang dilimpahkan yang lebih baik dibanding hamba lain yang meminta.
Sedangkan pahala akhiratnya adalah menemui kematian dengan Khusnul Khotimah. Semoga kita termasuk hamba-hamba Allah yang memperoleh keuntungan dunia akhirat. Amin.

Batalnya Kunjungan Barack Obama

Barack Obama diperingatkan utk tdk berkunjung ke Indonesia. Ini berkaitan dgn keamanan Presiden yg sdh mulai mendptkan ancaman pembunuhan.

Anjuran ini diberikan oleh penasehat keamanan dan pihak FBI. Menurut hasil penyelidikan pihak keamanan kepresiden, di Indonesia msh banyak berkeliaran scr bebas para penembak tersembunyi yg dikhawatirkan mengancam keselamatan Obama.

Pemerintah Indonesia merasa heran akan adanya warning thd Obama ini. Melalui BIN pemerintah Indonesia kpd pihak FBI, bagaimana FBI bisa menyimpulkan bhw di Indonesia msh banyak berkeliaran scr bebas para penembak tersembunyi ?

Atas pertanyaan ini pihak FBI lalu mengirimkan daftar ribuan nama org yg dicurigai sbg penembak tersembunyi di Indonesia. Kebanyakan pemilik nama2 tsb bermukim di Jakarta dan Sumatera utara.

Setelah diteliti oleh pihak BIN, ternyata nama yg disodorkan oleh FBI itu, semuanya nama2 dr suku Batak. Lho...kok bisa? Semua yg dicurigai sbg penembak tersembunyi itu tak lain adlh nama2 dgn nama belakang marga: SIANIPAR. FBI membaca nama mereka sbg SNIPER

Masalah dan Tukang Cukur


Yang ringan2...........


1. Masalah


Suami: ”Kenapa sih kamu musti bawa-bawa foto aku dalam tasmu ke kantor?”

Istri: ”Kalau ada masalah, tidak perduli betapa susahnya, aku lihat fotomu, dan masalah itu hilang semua.”

Suami: ”Tuh kan, aku memang ajaib dan luar biasa!”

Istri: ”Ya…memang, setiap aku lihat foto kamu, aku berpikir memang ada masalah yang lebih besar dari yang satu ini”


2. Tukang Cukur


SEORANG tukang cukur kelihatan sibuk melayani pelanggannya, ketika itu seorang laki-laki masuk dan bertanya.

”Pak, berapa banyak lagi yang bapak cukur?”

”Empat,” jawab tukang cukur.

”Terimakasih.” kata laki-laki tsb sambil pergi.

Dua puluh menit kemudian datang lagi dan menanyakan seperti tadi. Dijawab sama tukang cukur, ”Tiga”. Seperti biasa ia pergi meninggalkan barber shop.

Saat kembali yang ketiga kalinya, tukang cukur mulai curiga maka ia menyuruh anak buahnya untuk mengikuti orang tesebut. Setelah kembali anak buahnya ditanya. ”Kemana dia perginya?”

Anak buahnya dengan enteng menjawab. ”Di rumah bapak kan kosong jadi dia bebas mengambil apa saja.”

Seperti Bayi



Dua orang kakek2 yang sudah pensiun, sedang duduk2 di bawah pohon sambil ngobrol.



Salah seorang kakek berkata kepda kakek satunya, "Bejo, skrng aku berusia 73 thn dan skrng aku sering sakit2 an. Umurmu juga sama dgn ku, apakah kamu mengalami spt yg aku rasakan? "

"Wahhhh... Kalau aku malah merasa spt bayi yg baru lahir," jawab kakek bejo.

"Benarkah ? Spt bayi yg baru lahir," tanya kakek satunya tdk percaya.

"Iya..... Botak, ompong..., bahkan saat ini aku sedang ngompol ! ".

********

Bayi itu jujur, polos, dan apa adanya.

Tidak ada sikap yang pura-pura, tidak ada keinginan untuk meminta perhatian orang lain dan satu hal yang terpenting, semua bayi itu suci. Ya, suci. Suci dari dosa perbuatan, suci dari dosa perkataan.

Alangkah bahagianya bila kita seperti bayi yang selalu membuat orang lain tersenyum tanpa kita minta, yang selalu membahagiakan orang lain tanpa kita skenario, yang selalu menarik perhatian orang lain tanpa kita paksa.

Bukankah hakikat kita sebagai manusia diciptakan ke dunia ini hanyalah tuk beribadah? Kita juga terlahir dengan kesucian. Kemudian terkotori oleh perbuatan dosa kita hingga dewasa ini. Sehingga lupa dengan hakikat diri. Lupa dengan sekitar yang harus kita kasihi. Lupa dengan keadaan yang harus kita perbaiki. Lupa dengan kewajiban yang telah melekat dari masa perjanjian dalam rahim hingga akhir nanti.

Jika waktu masih panjang, jangan biarkan ia kosong dengan hampa.

Jika jenak tinggal beberapa saat, jangan biarkan ia tak terguna.

Jika nafas masih terhembus, jangan biarkan ia terhela tanpa catatan

Jika tubuh masih tegak, jangan sampai ia tak bernilai

Jika jantung masih berdetak, jangan tunggu ia berhenti lalu sesal di akhir kali...

SEMOGA KITA TERMASUK HAMBA-NYA YANG SELALU BERSYUKUR DAN INGAT DIRI...

Jumat, 26 Maret 2010

Amanah


Allah menyebutkan bahwa di antara ciri ahli surga adalah menjaga amanah.
(surah Al-Mu’minun: 8)


Menurut Ustadz Sayid Quthub dalam tafsirnya, maksud amanah dalam ayat tersebut adalah amanah iman.

Dari sini kita mendapatkan beberapa pelajaran:

Pertama, bahwa menjaga amanah adalah bagian dari iman.

Rasulullah SAW, menjelaskan bahwa di antara ciri manusia munafiq adalah:

“Bila berbicara berdusta, bila berjanji melanggar dan bila dipercaya mengkhianati.”

Dari sini nampak bahwa masalah amanah “apapun namanya “ seperti: jabatan, harta, anak dan lain sebagainya, suatu saat nanti pasti akan dipertanggungjawabkan di sisi Allah swt.

Kedua, bahwa untuk menjalankan amanah secara jujur dibutuhkan iman yang kokoh.

Sungguh telah terbukti dalam sejarah, bahwa hancurnya sebuah negeri dan terlantarnya kemanusiaan adalah karena kebusukan akhlak pemimpinnya dalam menjaga amanah.

Ingat bahwa segala fasilitas untuk memenuhi kebutuhan manusia sudah Allah sediakan secara seimbang. Tidak mungkin Allah mendzalimi makhluk-Nya. Maka jika ternyata ditemukan ketimpangan di sana-sini itu pasti terjadi karena adanya kedzaliman yang diperbuat oleh manusia sendiri.

Ketiga, kata amanah identik dengan kata aman. Ini menunjukkan bahwa menjaga amanah dan menjalankannya dengan baik itu identik dengan memberikan rasa aman kepada kemanusiaan. Sebaliknya mengkhianati amanah adalah identik dengan menyebarkan kegelisahan bagi kemanusiaan.

Bila seorang kepala rumah tangga tidak amanah pasti penghuni rumah tangga tersebut tidak akan mendapatkan rasa aman.
Istri dan anak pasti akan tercekan kegelisahan sepanjang masa. Lebih luas lagi, bila seorang pemimpin desa tidak amanah, pasti seluruh penduduk desa tersebut akan merasa menderita. Lebih besar lagi, bila seorang pemimpin kabupaten atau propinsi tidak amanah, sungguh bisa dipastikan bahwa seluruh rakyat di kabupaten atau di propinsi tersebut akan terseok-seok, jatuh dalam jurang penderitaan tak terhingga. Lalu bayangkan apa yang akan menimpa sebuah negeri bila sang pemimpin negeri dan seluruh jajaran kebinetnya tidak amanah ?
sumber : http://www.dakwatuna.com/2009/rahasia-amanah/


Pertanyaannya : Apakah dengan mengemban amanah yang lebih banyak, berarti menjadi lebih baik daripada mengemban amanah yang sedikit ?

Jawabannya : Tidak,

Orang yang memiliki amanah yang lebih besar dan lebih banyak, memiliki Tugas dan tanggung jawab yang lebih luas. Dan yang paling utama harus dimiliki yaitu niat dan kesungguhan serta totalitas tanggung jawabnya terhadap amanah itu.

Bukankah justru lebih baik orang yang hanya punya satu amanah dan dia total dalam menunaikan amanahnya itu daripada orang yang memiliki sekian banyak amanah namun amanah-amanah itu terbengkalai, karena dirinya yang tidak bisa mengelola waktu dengan baik atau karena hati dan pundaknya dirasa tidak cukup kuat memikulnya?

( Ini bukan suatu pembenaran bahwa amanah yang dimiliki harus satu saja, lho….. )

Dari Anas bin Malik ra berkata :

Rasulullah saw ditanya : “ Siapakah orang mukmin yang paling sempurna imannya ? ”

Beliau bersabda : “ Mereka yang paling baik akhlaknya kepada keluarganya.”
Dari Umar ra dari Nabi saw bahwasanya beliau bersabda

Masing-masing dari kamu semua adalah pemimpin, dan masing-masing dari kamu semua akan ditanya tentang kepemimpinannya.

Seorang imam (penguasa) yang diikuti oleh orang banyak adalah pemimpin dan akan ditanya tentang kepemimpinannya.

Seorang laki-laki (suami) adalah pemimpin atas penghuni rumahnya dan ia akan ditanya tentang kepemimpinannya terhadap mereka.

Seorang hamba adalah pemimpin dalam harta tuannya dan ia akan ditanya tentang kepemimpinannya.

Seorang istri adalah pemimpin dalam rumah suaminya dan ia akan ditanya tentang kepemimpinannya. Ingatlah, masing-masing dari kamu adalah pemimpin dan masing-masing dari kamu akan ditanya tentang kepemimpinannya.

Diceritakan bahwa ada seseorang datang kepada Umar bin Al Khaththab ra untuk mengadukan keadaan istrinya. Ketika ia sampai di pintu rumah Umar, ia mendengar Ummu Kaltsum istri Umar sedang ribut dengan Umar.

Orang itu lalu berkata : Saya ingin mengadukan tentang kelancangan istriku terhadap aku, akan tetapi aku melihat Umar juga mengalami hal yang sama. Kemudian ia kembali, akan tetapi Umar ra memanggilnya dan menanyakan apa maksud kedatangannya.

Orang itu berkata : “Sebenarnya saya ingin mengadukan kepadamu tentang keadaan istriku, akan tetapi karena saya mendengar hal serupa dalam rumah tanggamu, maka saya kembali.

Umar ra berkata : Kita harus memaafkannya karena ia mempunyai beberapa hak yang harus kita laksanakan terhadapnya.

Pertama, ia merupakan penghalang bagiku dari api neraka, di mana hatiku merasa tenteram dan jauh dari hal yang haram.

Kedua, ia menjadi penjaga rumah ketika aku pergi dan ia pula yang menjaga hartaku.

Ketiga, ia menjadi tukang cuci pakaianku.

Keempat, ia menjadi ibu bagi anak-anakku.

Kelima, ia menjadi tukang masak makananku.


Orang itu lalu berkata :

“Istriku juga begitu, maka apa yang engkau ma'afkan atasnya, saya juga memaafkannya.”

Anas bin Malik ra meriwayatkan dari Nabi saw, bahwasanya beliau bersabda :

Ada empat jenis nafkah (belanja) yang nanti pada hari kiamat seseorang tidak akan dihisab dengannya, yaitu :

1. nafkah untuk kedua orang tuanya,

2. nafkah untuk buka puasanya,

3. nafkah untuk makan sahurnya

4. dan nafkah untuk keluarganya.


“ Dinar itu ada empat macam, yaitu : dinar yang kamu nafkahkan pada jalan Allah Swt, dinar yang kamu berikan kepada orang-orang miskin, dinar yang kamu belanjakan untuk memerdekakan budak, dan dinar yang dinafkahkan untuk keluargamu. Yang paling banyak pahalanya adalah dinar yang kamu belanjakan untuk keluargamu. ”

Semoga dari penjelasan diatas, kita dapat ber-muhasabah. Berusaha menjadi seorang muslim Indonesia yang baik, yang bisa dipercaya, yang tidak mengecewakan orang-orang yang telah memberikan amanah. Sehingga suatu saat, orang-orang di sekitar kita, orang-orang Non-Muslim akan berkata, " Saya suka Indonesia, saya suka Islam. Muslim Indonesia dapat dipercaya “. Amin

Salam,
Hilman Muchsin