Rabu, 30 Desember 2009

Hajat Manusia terhadap Keimanan

Al Islam ibarat sebuah bangunan. Struktur bangunan Islam terdiri dari pondasi, penopang atau tiang dan atap. Pondasi Bangunan Islam adalah rukun iman, penopangnya adalah rukun Islam, dan atapnya adalah Ihsan.


Rasulullah saw mengawali dakwahnya adalah dengan membangun pondasi aqidah dan menanamkan keimanan di lubuk para sahabatnya, sebelum akhirnya Rasulullah saw mengajarkan praktek-praktek ibadah fisik. Dan ini sesuai dengan tabiat wahyu, bahwa kelompok Al Qur’an yang turun di Makkah, sebelum Nabi hijrah adalah seputar masalah aqidah dan keimanan.

Pengertian ini juga dijelaskan dalam hadits Jibril, saat berdialog dengan Rasulullah saw tentang iman, islam, ihsan dan tanda-tanda hari kiamat. Diakhir dialog tersebut Rasul menegaskan bahwa yang bertanya adalah Malaikat Jibril datang untuk mengajarkan agama.

بينما نحن جلوس عند رسول الله صلى الله عليه وسلم ذات يوم إذ طلع علينا رجل شديد بياض الثياب شديد سواد الشعر، لا يُرى عليه أثر السفر، ولا يعرفه منا أحد، حتى جلس إلى النبي صلى الله عليه وسلم فأسند ركبتيه إلى ركبتيه، ووضع كفيه على فخذيه وقال: يا محمد، أخبرني عن الإسلام، فقال رسول الله صلى الله عليه وسلم: الإسلام أن تشهد أن لا إله إلا الله وأن محمداً رسول الله، وتقيم الصلاة، وتؤتي الزكاة، وتصوم رمضان، وتحج البيت إن استطعت إليه سبيلاً. قال: صدقت. فعجبنا له أن يسأله ويصدقه قال: فأخبرني عن الإيمان. قال: أن تؤمن بالله وملائكته، وكتبه، ورسله، واليوم الآخر وتؤمن بالقدر خيره وشره. قال: صدقت. قال: فأخبرني عن الساعة.قال: ما المسؤول عنها بأعلم من السائل. قال فأخبرني عن أماراتها. قال: أن تلد الأمة ربتها، وأن ترى الحفاة العراة العالة رعاء الشاء يتطاولون في البنيان ثم انطلق فلبثت ملياً، ثم قال: يا عمر، أتدري من السائل؟ قلت: الله ورسوله أعلم. قال: فإنه جبريل أتاكم يعلمكم دينكم ” رواه مسلم “

Artinya: “Sesungguhnya Jibril pernah datang kepada Nabi dalam bentuk seorang Arab Badui, lalu ia bertanya kepadanya tentang islam, maka Nabi menjawab, “Islam itu, ialah hendaknya engkau bersaksi sesungguhnya tidak ada tuhan selain Allah dan sesungguhnya Muhammad itu utusan Allah, engkau mendirikan shalat, engkau keluarkan zakat, engkau puasa bulan Ramadhan dan engkau pergi haji ke Baitullah jika engkau mampu pergu ke sana. Lalu Jibril bertanya apakah Iman itu? Nabi menjawab, “Yaitu hendaknya engkau beriman kepada Allah, kepada Malaikat-Nya, kepada kitab-kitab-Nya, kepada para Utusan-Nya, bangkit dari kubur sesudah mati, dan hendaknya engkau beriman kepada takdir tentang takdir baik dan buruknya. Jibril bertanya lagi, apakah ihsan itu? Nabi menjawab, yaitu hendaknya engkau menyembah Allah yang seolah-olah engkau melihat Allah, sekalipun engkau tidak bisa melihat-Nya tetapi Ia bisa melihat engkau. Kemudian dalam akhir Hadist itu dikatakan Rasulullah saw bersabda (kepada para sahabatnya): Dia itu Jibril, Ia datang kepadamu untuk mengajarkan tentang agamamu.” HR. Bukhari dan Muslim.

Maka apabila struktur pondasi suatu bangunan itu kokoh, sebesar dan sekuat apapun bangunan diatasnya akan tetap berdiri tegak, sebaliknya jika pondasi kropos maka bangunan itupun akan hancur.

Aqidah atau keimanan jualah yang menyelamatkan manusia dari siksa api neraka dan dimasukkan ke surganya Allah swt. Rasulullah saw bersabda: “Akan dikeluarkan dari api neraka orang yang mengucapkan laa ilaaha illa Allah dan ia memiliki kebaikan walau seberat biji atom.” HR. Bukhari dan mUslim.

DEFINISI AQIDAH

Aqidah berasal dari kata عقد-يعقد-عقيدة

Artinya ikatan. Aqdul bai’ dan aqdun nikah satu akar kata yang artinya ikatan jual beli dan ikatan nikah .

Aqidah bentuk katanya / wazannya adalah fa’iilah bimakna maf’uulah.Artinya sesuatu yang diikat, dikuatkan dan tertancap kuat di hati pelakunya.

Aqidah Secara istilah adalah:

الايمان الصادق الجازم في كل قلب مؤمن

Keimanan yang benar yang terpatri dihati setiap mukmin.

Hajat Manusia terhadap Aqidah


1. Kebutuhan Akal Terhadap Pengetahuan Tentang Fenomena Alam Semesta

Manusia membutuhkan aqidah shahihah / keimanan yang benar justru terdorong dari kebutuhan mereka akan pengetahuan tentang hakekat diri manusia, kebutuhan akan pengetahuan tentang fenomena alam semesta yang besar ini. Atau dengan kata lain pengetahuan tentang jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang menyibukkan para filosof dari kebanyakan manusia, namun mereka tidak mampu menjawab dengan cespleng dan menentramkan hati.

Manusia senantiasa terbayangi pertanyaan-pertanyaan besar yang mendesak membutuhkan jawaban:

Dari mana? Mau kemana? Dan untuk apa?.

a) Dari mana saya datang? Dari mana alam semesta yang besar ini ada? Apakah saya ada dengan sendirinya? Ataukah ada Khaliq / Pencipta yang mengadakan saya? Siapa Dia? Apa hubungan saya dengan-Nya?

b) Kemana terminal akhir dari perjalanan singkat dimuka bumi ini ? Ada apa setetah mati… apakah kehidupan berakhir dengan datangnya kematian? Atau apakah dibalik kematian ada kehidupan dimana kebaikan sekecil apapun akan dibalas dengan kebaikan dan sekecil apapun kejahatan akan dibalas dengan balasan setimpal?

c) Mengapa manusia diciptakan? Mengapa manusia dibekali akal dan kehendak? Mengapa semua apa yang dilangit dan dibumi ditundukkan untuk manusia? Apa tujuan diciptakannya manusia? Bagaimana cara manusia menyingkap rahasianya?

Pertanyaan-pertanyaan itu membutuhkan jawaban. Dan tidak akan menemukan jawaban yang benar dan memuaskan kecuali kembali kepada aqidah shahihah dan keimanan yang benar.

Yaitu aqidah yang mengenalkan manusia bahwa ia adalah makhluk/yang diciptakan oleh Khaliq / Sang Pencipta Yang Maha Agung. Allah swt berfirman:

يَاأَيُّهَا النَّاسُ اعْبُدُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ وَالَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

“Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa,” Qs. Al Baqarah: 21

Keimanan bahwa Allah swt. menciptakan manusia dan menyempurnakannya, QS. Al A’la : 2. Allah swt. meniupkan ruh-Nya kepada manusia. ”Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalamnya roh (ciptaan)-Nya dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati; (tetapi) kamu sedikit sekali bersyukur. “ QS. As Sajdah: 9. Allah swt. menghamparkan nikmat-nikmat-Nya dan kemudahan-kemudahan-Nya bagi manusia QS. Saba’:15.

Aqidah yang mengenalkan manusia akan terminal akhir manusia setelah kehidupan dan kematian.

إِلَيْهِ مَرْجِعُكُمْ جَمِيعًا وَعْدَ اللَّهِ حَقًّا إِنَّهُ يَبْدَأُ الْخَلْقَ ثُمَّ يُعِيدُهُ لِيَجْزِيَ الَّذِينَ ءَامَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ بِالْقِسْطِ وَالَّذِينَ كَفَرُوا لَهُمْ شَرَابٌ مِنْ حَمِيمٍ وَعَذَابٌ أَلِيمٌ بِمَا كَانُوا يَكْفُرُون

”Hanya kepadaNyalah kamu semuanya akan kembali; sebagai janji yang benar daripada Allah, sesungguhnya Allah menciptakan makhluk pada permulaannya kemudian mengulanginya (menghidupkannya) kembali (sesudah berbangkit), agar Dia memberi pembalasan kepada orang-orang yang beriman dan yang mengerjakan amal saleh dengan adil. Dan untuk orang-orang kafir disediakan minuman air yang panas dan azab yang pedih disebabkan kekafiran mereka.” QS. Yunus: 4.

Aqidah yang mengenalkan manusia bahwa kematian bukanlah kehancuran semata, tetapi kematian adalah perpindahan menuju kehidupan lain yaitu kehidupan barzakh. Semua yang bernafas akan meninggal dan akan dibangkitkan kembali.

“Bagaimanakah nanti apabila mereka Kami kumpulkan di hari (kiamat) yang tidak ada keraguan tentang adanya. Dan disempurnakan kepada tiap-tiap diri balasan apa yang diusahakannya sedang mereka tidak dianiaya (dirugikan).” QS. Ali Imran: 25.

Aqidah yang mengenalkan manusia: Mengapa manusia diciptakan? Allah swt. berfirman, ”Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.” QS Ad Dzariat: 56

Aqidah yang menjelaskan mengapa manusia dimulyakan dan dilebihkan atas makhluk lainnya?

وَلَقَدْ كَرَّمْنَا بَنِي ءَادَمَ وَحَمَلْنَاهُمْ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ وَرَزَقْنَاهُمْ مِنَ الطَّيِّبَاتِ وَفَضَّلْنَاهُمْ عَلَى كَثِيرٍ مِمَّنْ خَلَقْنَا تَفْضِيلًا

”Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di lautan Kami beri mereka rezki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan.” QS Al Isra’ : 70

Aqidah yang menjelaskan bahwa di dunia ini semata-mata rumah cobaan, adalah untuk semata-mata beribadah kepada Allah Yang Maha Esa, adalah untuk memakmurkan bumi dan memberdayakannya sesuai dengan yang Allah swt ridhoi.

Manusia yang tidak hidup dengan aqidah dan keimanan yang benar, pasti celaka dan dimurkai. Ia terkungkung dalam kegelapan syakwa sangka, ketidak pastian dan kebodohan. Allahu A’lam Bishsawab.

*********************

2. Kebutuhan Fitrah Manusia


Pada tulisan pertama kita bahas hajat atau kebutuhan manusia terhadap aqidah Islam, yang berkaitan erat dengan kebutuhan akal manusia. Tulisan kedua ini membahas hajat fitrah insani dan hajat kesehatan mental.

Setiap manusia akan terus didera kegoncangan jiwa, kegersangan ruhani, kehampaan qalbu dan merasa serba kekurangan, sampai manusia itu mendapatkan dan merengkuh keimanan kepada Allah swt. Ketika itu manusia serta-merta mendapatkan kebahagiaan, merasakan ketenangan, seakan-akan ia baru menemukan dirinya sendiri.

Karena itu Al Qur’an menjadikan keimanan dan aqidah sebagai fitrah manusia semenjak ia diciptakan dari awal mula. Allah swt. berfirman:

فَأَقِمْ وَجْهَكَ لِلدِّينِ حَنِيفًا فِطْرَةَ اللَّهِ الَّتِي فَطَرَ النَّاسَ عَلَيْهَا لَا تَبْدِيلَ لِخَلْقِ اللَّهِ ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ

”Maka hadapkanlah wajahmu pada agama yang hanif. Fitrah Allah yang dengan fitrah itu Allah menciptakan manusia. Tidak ada perubahan atas ciptaan Allah. Itulah agama yang lurus.” QS. Ar Rum: 30.

Betapa banyak manusia yang kafir (menutupi fitrahnya) di kemudian hari kembali ke pangkuan Islam karena panggilan nuraninya dan akal sehatnya. Sebut saja seseorang yang bernama Bernard Nababan yang sejak kecil hidup di lingkungan keluarga aktifis kristen dan dikondisikan untuk menjadi misionaris. Namun dalam perjalanannya ia malah menentang kehendak keluarganya dan kembali ke pangkuan Islam karena mengikuti hati nurani dan akal sehatnya. Atau kisah ratusan para muallaf yang kembali ke pangkuan Islam karena mengikuti hati nurani dan akal sehatnya, ini bisa kita baca di www.muallaf.com.

Bagaimana dengan kita yang dari kecil berada dilingkungan keluarga muslim? Jika akal sehat dan fitrah kita senantiasa kita asah dan kita tajamkan dengan ma’rifat dan pengetahuan Islam maka kehidupan kita akan lebih banyak didominasi oleh kebaikan dari pada kesalahan dan penyimpangan.

Allah swt berfirman: ”Tetapi Allah menjadikan kamu cinta kepada keimanan dan menjadikan iman itu indah dalam hatimu serta menjadikan kamu benci kepada kekafiran, kefasikan dan kedurhakaan. Mereka itulah orang-orang yang mengikuti jalan yang lurus. sebagai karunia dan ni`mat dari Allah. Dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.” QS. Al Hujurat 7-8

3. Kebutuhan Manusia Terhadap Kesehatan Mental dan Kekuatan Ruhani

Seseorang yang beriman kepada Allah swt, iman akan keadilan-Nya, iman akan rahmat-Nya, iman akan balasan di negeri kekekalan, maka itu semua akan menghantarkan dirinya pada kesehatan mental, kekuatan ruhani. Demikian juga aqidah itu akan memunculkan cita-cita, optimisme dan kesabaran dalam dirinya.

Allah swt berfirman:

مَا أَصَابَ مِنْ مُصِيبَةٍ إِلَّا بِإِذْنِ اللَّهِ وَمَنْ يُؤْمِنْ بِاللَّهِ يَهْدِ قَلْبَهُ وَاللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيم

Tidak ada sesuatu musibahpun yang menimpa seseorang kecuali dengan izin Allah; Dan barangsiapa yang beriman kepada Allah, niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.QS. At Taghobun: 11.

Dalam kesempatan lain Allah swt berfirman:

Dan mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan (mengerjakan) shalat. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu`. (yaitu) orang-orang yang meyakini, bahwa mereka akan menemui Tuhannya, dan bahwa mereka akan kembali kepada-Nya. QS Al Baqarah: 45-46.

Adapun orang-orang yang hidup di ”dunia mereka” tanpa iman –terlebih ketika mereka ditimpa kesusahan dan musibah- mereka akan goncang jiwanya, menyerah kalah dihadapan pertarungan hidup, putus asa atau sakit jiwa bahkan bunuh diri, wal iyadzubillah.

Keadaan seperti itu di rekam Allah swt dalam firman-Nya:

وَإِذَا أَذَقْنَا النَّاسَ رَحْمَةً فَرِحُوا بِهَا وَإِنْ تُصِبْهُمْ سَيِّئَةٌ بِمَا قَدَّمَتْ أَيْدِيهِمْ إِذَا هُمْ يَقْنَطُونَ

”Danapabila Kami rasakan sesuatu rahmat kepada manusia, niscaya mereka gembira dengan rahmat itu. Dan apabila mereka ditimpa sesuatu musibah (bahaya) disebabkan kesalahan yang telah dikerjakan oleh tangan mereka sendiri, tiba-tiba mereka itu berputus asa.” QS. Ar Ruum: 36

Lebih jauh Allah swt meyibak watak sejati manusia, yaitu watak keluh kesah lagi kikir, dalam firman-Nya:

”Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir, Apabila ia ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah, Apabila ia ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah, dan apabila ia mendapat kebaikan ia amat kikir, kecuali orang-orang yang mengerjakan shalat, yang mereka itu tetap mengerjakan shalatnya, dan orang-orang yang dalam hartanya tersedia bagian tertentu, bagi orang (miskin) yang meminta dan orang yang tidak mempunyai apa-apa (yang tidak mau meminta), dan orang-orang yang mempercayai hari pembalasan, dan orang-orang yang takut terhadap azab Tuhannya. Karena sesungguhnya azab Tuhan mereka tidak dapat orang merasa aman (dari kedatangannya). Dan orang-orang yang memelihara kemaluannya, kecuali terhadap isteri-isteri mereka atau budak-budak yang mereka miliki maka sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada tercela. Barangsiapa mencari yang dibalik itu, maka mereka itulah orang-orang yang melampaui batas. Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya) dan janjinya. Dan orang-orang yang memberikan kesaksiannya. Dan orang-orang yang memelihara shalatnya. Mereka itu (kekal) di surga lagi dimuliakan.” QS. Al Ma’arij: 19-35.

Kita berlindung diri kepada Allah swt dari sikap mengindahkan kata hati nurani dan akal sehat, karena dikalahkan oleh nafsu syahwat. Dan sekaligus kita berdo’a agar kita dikaruniai iman dan aqidah yang kokoh sehingga melahirkan mental yang sehat dan hati yang waras –qalbun salim-. Tentunya dengan usaha keras kita menggapai hidayah-Nya. Allahu A’lam.

Oleh: Ulis Tofa, Lc

http://www.dakwatuna.com/2007/hajat-manusia-terhadap-keimanan-bag-2/

Nabi Adam, Manusia Pertama

Sepertiga dari isi Al-Qur’an berupa kisah atau cerita. Kisah yang sarat makna, menggugah jiwa, menghidupkan rohani, menambah iman, menumbuhkan optimisme, dan mendorong untuk beramal.

Insya Allah kajian ini secara berkesinambungan akan memuat qashashul Qur’an atau kisah-kisah dalam Al-Qur’an, mulai dari kisah Nabi Adam alaihis salam sampai kisah para sahabat yang diabadikan dalam Al-Qur’an. Untuk kesempatan kali pertama ini kami persembahkan kisah Nabiyullah Adam alaihis salam. Selamat menyimak.

Penciptaan Makhluk

Allah swt menciptakan bumi dalam dua hari. Allah swt menjadikan gunung-gunung berdiri kokoh di atasnya sekaligus memberkahinya. Dan dalam hitungan empat hari Allah swt telah menentukan bagian rezki masing-masing. Kemudian Allah swt bersemayam di atas langit yang terdiri dari dukhan atau asap. Kemudian Allah swt berfirman kepada langit dan bumi, “Datanglah kamu keduanya menurut perintah-Ku dengan suka cita atau terpaksa. Keduanya menjawab, “Kami datang dengan suka cita.” Fushshilat: 9-12

Kemudian Allah swt bersemayam di atas ’Arasy. Allah swt menundukkan matahari dan bulan yang masing-masing beredar sesuai porosnya. Ar Ra’d: 2

Kemudian Allah swt menciptakan malaikat-malaikat-Nya yang senantiasa bertasbih mengagungkan Dzat-Nya, mensucikan Nama-Nya, dan mengikhlaskan peribadatan hanya kepada-Nya.

Kemudian kehendak Allah swt terjadi. Hikmah Allah swt berlaku. Yaitu Allah swt berkehendak menciptakan Adam alaihis salam dan keturunannya, agar mereka menempati bumi dan memakmurkannya. Untuk itu Allah swt memberitahu para malaikat, bahwa Allah swt akan menciptakan makhluk lain yang akan hidup di muka bumi, mengembangkan keturunannya, memakan tanaman-tanamannya, mengeksploitasi kandungan perutnya, dan sebagian mereka dijadikan pemimpin bagi sebagian yang lain.

Malaikat adalah makhluk yang diciptakan hanya untuk mengabdi kepada Allah swt. Allah swt telah menyempurnakan nikmat-nikmat-Nya kepada mereka. Allah swt memberi taufik kepada mereka agar senantiasa dalam keridhaan-Nya. Atas dasar itu lah para malaikat khawatir seandainya Allah swt menciptakan makhluk lain. Mereka ragu kalau makhluk itu mengingkari Tuhannya. Atau salah satu di antara mereka menyimpang dari ajaran-Nya. Malaikat berkomentar, “Bagaimana mungkin Engkau menciptakan selain kami? Kami senantiasa bertasbih mengagungkan-Mu, mensucikan nama-Mu. Padahal mereka yang akan Engkau jadikan khalifah di muka bumi, pasti akan berselisih tentang apa yang membawa manfaat bagi mereka, berselisih tentang kebenaran. Oleh karena itu mereka akan membuat kerusakan, saling menumpahkan darah, dan saling membunuh nyawa yang tak berdosa.”

Mereka berkata, “Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?” Al-Baqarah: 30

Mereka berkata demikian hanya untuk menghilangkan keraguan, sekaligus meyakinkan bahwa mereka mengharap kepada Allah swt agar merekalah yang dijadikan pemimpin di muka bumi. Karena mereka terbukti terlebih dulu menjaga nikmat-nikmat-Nya, lebih mengetahui hak-hak-Nya. Pertanyaan mereka itu tidak dalam rangka ingkar terhadap perbuatan Allah swt, bukan karena ragu akan hikmah-Nya, juga bukan karena menyepelekan khalifah-Nya. Karena para malaikat adalah wali-wali Allah yang dekat. Mereka hamba-hamba Allah yang mulia. Mereka tidak pernah membantah sedikit pun dan senantiasa melaksanakan apa yang diperintahkan kepada mereka.

Allah swt menjawab keraguan mereka sekaligus meyakinkan hati mereka.

Tuhan berfirman, “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.” Al-Baqarah: 30

Aku akan jelaskan kepada kalian hikmah ke-khalifahan Adam Alaihis Salam apa yang kalian belum ketahui sebelumnya. Maka Aku akan menciptakan apa yang Aku kehendaki. Aku menjadikan pemimpin siapa yang Aku kehendaki. Dan kalian akan tahu rahasia itu semua.

Dan kami Telah menciptakan jin sebelum (Adam) dari api yang sangat panas.

Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, “Sesungguhnya Aku akan menciptakan seorang manusia dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk. Maka apabila Aku Telah menyempurnakan kejadiannya, dan Telah meniupkan ke dalamnya ruh (ciptaan)-Ku, Maka tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud.” Al-Hijr: 27-28

Malaikat Bersujud Kepada Adam

Kemudian Allah swt memerintahkan malaikat untuk sujud kepada Adam alaihis salam. Serta merta mereka melaksanakan perintah Tuhan mereka dengan penuh ketundukan. Mereka menghadap Adam alaihis salam sambil mengagungkan. Mereka bersujud penuh penghormatan, kecuali Iblis.

Malaikat sebelumnya menyangka bahwa mereka lebih luas ilmunya, lebih paham dan lebih mengetahui segala sesuatu dibandingkan Adam alaihis salam. Oleh sebab itu, Allah swt menganugerahi ilmu-Nya kepada Adam alaihis salam. Mencurahkan nur-Nya kepadanya. Allah swt mengajarkan kepadanya semua nama-nama yang wujud.

Dan dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya. Kemudian mengemukakannya kepada para malaikat lalu berfirman, “Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu memang benar orang-orang yang benar!” Al-Baqarah: 31.

Perintah itu adalah dalam rangka untuk menampakkan kelemahan para malaikat. Untuk membuktikan sedikitnya ilmu mereka. Agar mereka mengakui rahasia Allah swt, yaitu bahwa Adam alaihis salam lebih mulia, dan ke-khalifahannya di muka bumi benar tak terbantahkan.

Para Malaikat mengakui kesalahan dan kekurangannya, ”Mereka menjawab, “Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada Kami; Sesungguhnya Engkaulah yang Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana.” Al-Baqarah: 32

Ketika Adam alaihis salam telah memperoleh pancaran nur Tuhannya. Ketika itu Allah swt memerintahkan kepadanya untuk menjelaskan kepada Malaikat akan kelemahan dan kekurangan mereka dalam hal pengetahuan. Itu menjadi bukti bahwa dirinya lebih baik dan lebih pantas menjadi khalifah di muka bumi dibandingkan mereka. Allah swt berfirman, “Hai Adam, beritahukanlah kepada mereka nama-nama benda ini.” Maka setelah diberitahukannya kepada mereka nama-nama benda itu, Allah berfirman, “Bukankah sudah Ku katakan kepadamu, bahwa Sesungguhnya Aku mengetahui rahasia langit dan bumi dan mengetahui apa yang kamu lahirkan dan apa yang kamu sembunyikan?” Al-Baqarah: 33

Permusuhan Abadi Iblis

Iblis tidak mau bersujud kepada Adam alaihis salam. Iblis telah mengingkari perintah Tuhannya. Menolak lagi sombong. Allah berfirman, “Hai Iblis, apa sebabnya kamu tidak (ikut sujud) bersama-sama mereka yang sujud itu?” Al-Hijr: 31

Iblis menyangka materi penciptaannya lebih baik dari Adam. Ia menyangka tidak ada seorang pun yang menandingi ketinggian kedudukannya. Iblis menjawab, “Aku sekali-kali tidak akan sujud kepada manusia yang Engkau telah menciptakannya dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk.” Al-Hijr: 32

Allah swt pun mengganjar pembangkangan Iblis, “Turunlah kamu dari surga itu; Karena kamu tidak sepatutnya menyombongkan diri di dalamnya, Maka keluarlah, Sesungguhnya kamu termasuk orang-orang yang hina”. Al-A’raf: 13

Iblis meminta kepada Allah swt agar diberi tenggat waktu untuk hidup sampai hari kiamat. “Sesungguhnya kamu termasuk mereka yang diberi tangguh.” Al-A’raf: 15

Namun ketika permintaan Iblis dikabulkan oleh Allah swt. Keinginannya untuk diberi waktu sampai hari qiyamat terpenuhi. Iblis bukannya bersyukur, justru membalas kemurahan Allah swt itu dengan pengingkaran, dan kekafiran. Iblis berkata, “Karena Engkau telah menghukum saya tersesat, saya benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus. Kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur (taat)”. Al-A’raf: 16 – 17

Allah swt telah melaknat Iblis. Di saat yang sama Allah swt memuliakan Adam alaihis salam dan menempatkannya di surga-Nya. Allah swt mewahyukan kepadanya agar senantiasa ingat nikmat-Nya yang sangat melimpah. Yaitu nikmat bahwa Allah swt mencipta Adam dari fitrah-Nya. Allah swt meniupkan ruh-Nya ke dalam jasadnya. Allah swt memerintahkan kepada Malaikat bersujud kepadanya. Allah swt mencurahkan pancaran ilmu-Nya. Maka wahai Adam, inilah rumah abadi, Aku sediakan untukmu sebagai tempat tinggal. Jika kamu mentaati-Ku, maka Aku akan balas dengan kebaikan yang berlipat dan akan Aku kekalkan kamu di surga-Ku. Namun jika kamu mengingkari janji-Ku, akan Aku keluarkan kamu dari rumah-Ku dan akan Aku adzab kamu dengan neraka-Ku. Kemudian wahai Adam, jangan lupa bahwa Iblis itu musuh yang nyata bagimu dan istrimu, maka sekali-kali jangan sampai Iblis memperdaya kamu dan mengeluarkan kamu berdua dari surga-Ku.

Allah swt membolehkan bagi Adam dan istrinya berbagai jenis makanan dan buah-buahan. Dan melarang keduanya untuk mendekati satu pohon saja dibandingkan banyaknya pepohonan lain yang dibolehkan.

Dan kami berfirman, “Hai Adam, diamilah oleh kamu dan istrimu surga ini, dan makanlah makanan-makanannya yang banyak lagi baik dimana saja yang kamu sukai, dan janganlah kamu dekati pohon ini, yang menyebabkan kamu termasuk orang-orang yang zhalim.” Al-Baqarah: 35

Adam alaihis salam berdiam di surga. Segala kenikmatan surgawi telah dirasakannya.

Melihat hal itu, Iblis cemburu. Iblis bertekad untuk mengoyak singgasana kebahagiaan Adam, dan merampas kenikmatannya. Bukankah Adam yang menyebabkan dirinya menjadi hina, jauh dari rahmat Allah swt dan dikeluarkan dari surga?

Iblis membuat strategi untuk balas dendam. Yaitu dengan berpura-pura mengakui keutamaan Adam alaihis salam dibanding dirinya. Iblis mendekati surga dan membisiki Adam dengan sangat halus. Iblis meyakinkan bahwa dirinya adalah teman setia, tulus dalam memberi nasihat. Iblis berupaya mengambil hatinya dengan segala cara. Semua cara ditempuhnya. Iblis memperlihatkan kecintaan kepadanya. Iblis berkata, “Tuhan kamu tidak melarangmu dari mendekati pohon ini, melainkan supaya kamu berdua tidak menjadi malaikat atau tidak menjadi orang-orang yang kekal (dalam surga)”. Al-A’raf: 20

Adam dan istrinya tetap teguh pendirian, dan tidak mau mengikuti rayuannya. Namun Iblis terus merayunya. Iblis pun menggunakan jurus sumpahnya, ”Dan dia (syaitan) bersumpah kepada keduanya. “Sesungguhnya saya adalah termasuk orang yang memberi nasehat kepada kamu berdua.” Al-A’raf: 21

Akhirnya Adam alaihis salam dan istrinya khilaf, jatuh luluh di hadapan rayuan Iblis, tertipu sumpahnya, terpedaya janji manisnya. ”Maka syaitan membujuk keduanya (untuk memakan buah itu) dengan tipu daya. tatkala keduanya Telah merasai buah kayu itu, nampaklah bagi keduanya aurat-auratnya, dan mulailah keduanya menutupinya dengan daun-daun surga. Kemudian Tuhan mereka menyeru mereka, “Bukankah Aku Telah melarang kamu berdua dari pohon kayu itu dan Aku katakan kepadamu, “Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagi kamu berdua?” Al-A’raf: 22

Adam alaihis salam dan istrinya sadar telah melakukan kesalahan besar. Keduanya menyesal, dan langsung bertaubat kepada Allah swt. Keduanya berkata, “Ya Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi.” Al-A’raf: 23

Allah swt menerima taubat keduanya, mengampuni kesalahannya. Allah swt memerintahkan keduanya turun dari surga. Allah swt berpesan, bahwa antara manusia dan Iblis ada permusuhan yang abadi. Agar berhati-hati terhadap tipu dayanya. Dan agar tidak mengikuti bisikannya.

Dunia Tempat Ujian

Allah swt memberitahu kepada Adam alaihis salam dan keturunannya, bahwa telah selesai masa kenikmatan abadi, telah berlalu masa bersenang-senang. Di dunia adalah saatnya berusaha, bekerja, beramal dan menentukan pilihan hidup. Antara memilih meraih hidayah atau kesesatan, antara iman atau kekafiran, antara bahagia atau celaka… dan manusia diberi kekuasaan untuk memilih.

”Maka jika datang kepadamu petunjuk daripada-Ku, lalu barangsiapa yang mengikut petunjuk-Ku, ia tidak akan sesat dan tidak akan celaka”. QS.. Thaahaa: 123

Manusia yang bersih aqidahnya, benar ibadahnya, ikhlas amalnya, sekali-kali setan tidak akan kuasa menggodanya. Adapun manusia yang berpaling dari dzikrullah, melampui batas syariat-Nya, maka baginya kehidupan yang sempit, dan tersesat jalan, meskipun mereka merasa perbuatannya baik.

Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, Maka Sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta.” Thaahaa: 124

Semoga kita termasuk orang-orang yang diberi hidayah Allah swt untuk senantiasa dalam kebaikan dan keridhaan-Nya. Allahu A’lam.

http://www.dakwatuna.com/2007/nabi-adam-manusia-pertama/

Senin, 28 Desember 2009

Malaikat Singgah di Kamarku


Ketika shalat Ashar, aku repot menimbang buku tuntunan shalat di satu tangan, sementara tangan yang lain memperbaiki letak kerudungku yang melorot, sambil mulutku terus komat-kamit mencoba menyuarakan doa-doa dalam bahasa Arab, tiba-tiba saja kamarku yang temaram berubah menjadi terang benderang. Aku terkesima dan takjub. Segera aku telepon sahabat Muslimahku dari Irlandia, dan dengan spontan aku berteriak, “Baru saja ada malaikat-malaikat masuk ke kamarku.” Saat itulah aku mantap menjadi muslim.

Subhanallah, Allah menunjukkan betapa manisnya cahaya yang didapatnya setelah melalui usaha yang cukup keras. Tidak mudah, tapi akhirnya Allah menunjukkan rasa kasih sayangnya terhadap seorang hamba. Allah menghendaki sinar terang hatinya setelah sekian lama dinantikan. Betapa ini adalah anugerah kebahagiaan yang tak terlupakan. Cahaya hangat itu akhirnya merasuk hingga terasa dalam aliran darah.

Old Vic Theatre School di Bristol, Inggris, merupakan sebuah tempat yang sangat penting bagi hidup Rafiqa Basel. Pertama, tempat itu mempertemukan dirinya dengan keramahan kaum muslimin padahal bertahun-tahun pencitraan buruk tentang mereka mengendap di kepalanya. Kedua, di tempat itu pulalah dia melakukan sebuah keputusan besar, menjadi muslimah.

Ayahnya meninggalkan tanah kelahirannya di Jerman saat masih kecil, sementara ibunya meninggalkan Inggris di usia 20-an. Mereka bertemu dan menikah di Afrika Selatan, tempat Rafiqa Basel lahir dan tumbuh.

Pada tahun 1987, Rafiqa Basel datang ke Old Vic Theatre School di Bristol. Sebuah kota dan kabupaten (county) di Inggris serta salah satu dari dua pusat administratif Inggris Barat Daya. Bristol adalah kota terpadat ke-8 di Inggris dan ke-11 di Britania Raya. Dulunya merupakan kota terbesar Inggris ke-2 setelah London, sampai pertumbuhan pesat Liverpool, Manchester dan Birmingham, pada 1780-an.

Rafiqa Basel mempelajari desain, sebelum kemudian bekerja di Mercury Theatre di Colchester. “Kehidupan berteater memang menggairahkan, tapi tanpa aturan-aturan moral sama sekali. Aku seakan hanyut tenggelam dan diombang-ambing kesana kemari. Aku sadari bahwa teater bukanlah lingkungan yang membuatku merasa nyaman. Kegelisahan itu kini kusadari merupakan tanda pencarianku akan sebuah sistem nilai alternatif, yang lebih terkait dengan spiritualitasku.” Tulis Rafiqa dalam surat kepada temannya Aisya.

Pada 1996 dia memutuskan untuk mengambil basic course bidang kesusastraan di London. Saat itulah dirinya mulai banyak bergaul akrab dengan sejumlah Muslim dari Aljazair dan Moroko, dan menyadari bahwa ada sesuatu dalam diri mereka yang tak dimilikinya. Rafiqa betah sekali menghabiskan waktu bersama mereka, menyiapkan makanan lalu mengobrol panjang lebar.

“Pada saat ini pulalah aku merasakan ketertarikan yang sangat kuat akan Islam. Kuputuskan untuk mulai belajar dan membaca sebanyak mungkin. Aku terlalu takut untuk mencoba masuk ke dalam masjid atau mengenakan kerudung, karena itu kucari buku-buku tentang Islam. Aku juga beruntung dapat berkenalan dengan seorang Muslimah dari Irlandia yang sudah 15 tahun lamanya memeluk Islam.”

Inilah pertama kalinya aku bertemu dengan seorang Muslim. Setelah bertemu dengan beberapa orang Muslim lain, lambat laun aku menyadari betapa aku tidak mengenal Islam dan umatnya. Banyak hal yang kuketahui tentang Islam saat aku remaja ternyata keliru, tetapi aku memang tak tahu-menahu soal Islam. Aku menjadi ingin mengenal agama tersebut karena sikap baik kaum Muslim yang menarik hatiku; demikian pula ketulusan dan shalat kaum Muslim. Gagasan tentang sebuah agama yang membimbing kita dalam setiap aspek kehidupan memang merupakan sesuatu yang tengah kucari.

Tak akan pernah kulupakan pembicaraan dengannya lewat telepon pada suatu hari di tahun 1998. Kami tengah membuat janji untuk bertemu. “Jangan terkejut kalau nanti kita ketemu ya, karena saya pakai jilbaab, baju panjang,” ujarnya. Aku takut sekali sebenarnya, tapi kupaksakan diriku untuk terus datang. Nyatanya, dengan ramahnya ia mengajakku masuk ke rumahnya, yang kuingat terasa penuh ketenteraman dan kedamaian. Aku ingat ketika itu pikiran yang terlintas di benakku adalah. “Ya, inilah sesuatu yang ingin kukenal lebih banyak.”

Pada Ramadhan di bulan Desember 1998 itu, aku merasa bahwa aku semakin dekat dengan suatu keputusan terpenting dalam hidupku. Tetapi aku juga sadar bahwa memeluk Islam ibaratnya one-way ticket. Aku tidak bisa main-main. Karena itulah kuputuskan untuk berpuasa sebulan penuh lamanya dan membeli sebuah buku kecil, tuntunan shalat. Beberapa kenalanku bersikap skeptis, dan memberitahuku bahwa karena aku bukan Muslim maka semua puasa dan shalatku tidak akan diterima.

Aku terus membaca, sampai dua bulan kemudian sahabatku mengajak pergi ke masjid. Sungguh saat yang sangat mendebarkan hati, namun juga ditandai keyakinan yang berbisik dalam hatiku. “Ya, aku akan baik-baik saja.” Berdesak-desak kami masuk ke ruang kerja Imam di Masjid Regent’s Park, London, untuk mendengarkan penjelasannya. Di hadapan sejumlah sisters, aku menangis. Pada hari itu, di bulan Mei 1999, aku mengucapkan syahadat. Aku kini seorang Muslimah.

Keyakinanku sudah begitu kuat hingga aku terus dengan niatku dan berpuasa sebulan penuh. Di pertengahan Ramadhan itu aku juga mencoba shalat lima waktu sehari. Kugelar sajadah dan kuteteskan air mata bahagia serta syukurku. Nafas yang begitu berat terasa ringan dengan iringan dzikir dan tasbih yang keluar dari mulutku. Aku telah menemukan hidupku yang sesungguhnya.

Namun itu pulalah yang menandai dimulainya sebuah perjalanan yang sungguh tidak mudah. Ini juga yang, belakangan kuketahui, dialami banyak sekali mualaf. Segala sesuatu terasa luar biasa saat kita berjalan menuju Islam, namun begitu kita bersyahadat, mulailah ujian-ujian berat menghadang. Keajaiban yang indah yang kutemukan sebelumnya kini terasa jauh dan tak teraba, dan aku tak tahu bagaimana harus mempertahankannya, padahal aku juga tahu bahwa keragu-raguan yang kini timbul di benakku dapat berarti dosa.

Pada saat itu aku belum mengenakan kerudung, dan meskipun aku sadar bahwa itu suatu hal yang harus kulakukan, aku mesti berhadapan dengan tekanan begitu besar agar segera mulai memakainya. Maka aku mulai berkerudung saat belajar mengaji. Nyatanya, perlahan-lahan aku mulai terbiasa. Meski pekerjaan memaksaku bertemu dengan banyak klien, atau tetap dapat berhijab karena itu adalah hakku sebagai Muslim di Inggris.

Aku pun tak menghadapi masalah dalam menyelesaikan banyak pekerjaan akibat pilihanku untuk mengenakan jilbab. Secara umum, aku tidak didiskriminasikan di kampus, meski harus menatap muka dan bersikap formal terhadap rekan sekerja. Menurutku, kebanyakan orang menghargai apa yang aku yakini. Hanya keluargaku saja yang menghadapi persoalan berat, sebab aku adalah anak mereka. Dan pria tak habis pikir mengapa aku menolak untuk menjabat tangan mereka.

Islam benar-benar telah mengubahku. Kini, aku tak ragu lagi terhadap tujuan hidup di dunia ini dan bahwa aku tengah menempuh jalan yang lurus. Sebelumnya aku sungguh-sungguh tak pernah tahu, dan kini aku merasa tenteram bersama Islam. Kehendak Tuhan sangatlah berarti bagiku dan aku memiliki keyakinan tentang dari mana asalku.

Islam juga memperbaiki hidupku sebagai seorang perempuan. Sebab, akhirnya aku tahu bahwa kaum pria Muslim yang shalih jauh lebih menghargai kaum perempuan dibandingkan dengan kebiasaan yang ada di kalangan masyarakat Barat, tempat aku dibesarkan. Aku merasa istimewa menjadi seorang perempuan. Sebelumnya aku merasa kurang bersyukur menjadi seorang perempuan karena menurutku hidupku akan lebih mudah seandainya aku menjadi seorang lelaki. Sebab, sebagai seorang perempuan aku dulu benar-benar dihadapkan pada tanggung jawab besar untuk bekerja sepenuh waktu; merawat rumah tangga, memasak, mencuci, dan merasa tak pernah cocok dengan semua peran itu. Sebagai Muslimah, aku merasa lebih bebas untuk memperhatikan diri, memilih jalan yang benar-benar selaras dengan sifatku, membuat orang lain menerima hal itu, dan merasa tak ada masalah menjadi seorang perempuan – seperti pulang ke rumah. Memeluk agama Islam serasa pulang ke rumah.

Di tempatku kuliah saat ini, di Central Saint Martins, London. Selama empat tahun ini hanya ada satu Muslimah lain yang berhijab. Tetapi orang-orang di sini memperlakukanku dengan hormat dan menghargai prinsip-prinsip yang mempengaruhi hasil karya seniku. Dalam Islam, bekerja adalah ibadah, dan seni hanya diciptakan untuk menyembah Allah.

Sampai kini keluargaku masih tinggal di Afrika Selatan, namun kami secara teratur bersilaturahim. Aku juga baru mengetahui bahwa karena proses keislamanku demikian perlahan dan bertahap, keluargaku sudah lama menyadari perubahan ini. Malahan, ayah ibuku mengunjungi seorang pendeta dan menanyakan tentang “agama Islam yang terus menerus dibicarakan anak kami.” Si pendeta menjawab, “Tidak usah cemas. Itu bukan semacam agama aneh… anakmu tidak akan terkena bahaya (karena memeluk Islam).” Sekarang ini aku dapat dengan bebas mendiskusikan Islam dengan anggota-anggota keluargaku.

Aku menemukan Islam karena melihat pancaran kasih sayang pada diri sejumlah muslim yang kutemui, maka inilah pula jalan dakwah yang kupilih—mengajak orang kepada Islam dengan kasih sayang. Insya Allah. Keluarga dan teman-temanku sudah melihat sendiri bahwa aku telah menemukan kedamaian, dan kalau aku bisa menunjukkan hal ini kepada mereka, maka aku yakin mereka pun akan mencari pengetahuan dan jalan mereka menuju Islam.

Aidil Heryana, S.Sosi


http://www.dakwatuna.com/2007/malaikat-singgah-di-kamarku/

Hidup Bahagia dengan Mengelola Kegagalan dan Keberhasilan



Penulis terkenal Doug Hooper pernah mengatakan “You are what you think” dalam bukunya dengan judul yang sama dengan kesimpulan bahwa pendapat kita tentang ihwal diri kita termasuk menyangkut masalah keberhasilan dan kegagalan dari berbagai pencapaian hidup yang secara konsisten ada dalam benak kita itulah yang menjadi kenyataan untuk diri kita. Hal senada diungkapkan pula oleh Stephen R. Covey dalam bukunya The 7 Habits of Highly Effective People (1993) bahwa kita melihat dunia, bukan sebagaimana dunia apa adanya, melainkan sebagaimana kita adanya atau sebagaimana kita dikondisikan untuk melihatnya.

Seseorang dapat merasa selamanya hidup gagal dan mencap dirinya sendiri seakan terlahir dan sepantasnya untuk menjadi manusia sial, pecundang dan gagal. Demikian pula penilaian dan cara pandangnya terhadap segala hasil usaha dan pencapaian orang lain akan selalu gagal, negatif dan pokoknya mengecewakan. Hal itu lahir dari sikap diri negatif yang mendorongnya untuk melihat diri dan dunia luar dengan kacamata kuda yang gelap dan picik dari satu arah, sehingga hampir tak terlihat sisi pandang lain secara jernih sekalipun sebenarnya yang ia pandang adalah positif ataupun terdapat sisi dan unsur positif.

Dalam konteks ini, patut kita hayati hadits qudsi yang meriwayatkan titah Allah bahwa keputusan takdir-Nya terhadap garis hidup manusia tergantung bagaimana ia berfikir dan berprasangka tentang-Nya. John Maxwell dalam The Winning Attitude: Your Key to Personal Success (1993) dalam salah satu dari 6 teori dan aksioma tentang sikap menyimpulkan bahwa sikap sangat menentukan keberhasilan dan kegagalan mengacu para prinsip “slight-edge” Menurutnya, sikap kita apakah tetap sabar untuk mencapai tujuan atau cepat menyerah akan menentukan kita untuk sukses atau gagal (berhenti usaha).

Paul J Meyer pernah mengatakan bahwa 90 % orang-orang yang gagal sebetulnya belum tentu gagal, hanya saja mereka cepat menyerah. Sebagai ilustrasi rahasia sunnatullah sukses dan gagal ini dapat kita lihat pada fenomena air yang dimasak sampai mendidih. Air tidak akan mendidih meskipun telah mencapai 99,9 derajat celsius sebab air hanya akan mendidih pada 100 derajat celsius dan bukan pada 99,9 derajat meskipun hanya kurang 0,01 derajat celsius saja.

Dalam manajemen keberhasilan dan kegagalan, diperlukan seni menetapkan pola keberhasilan melalui proses yang terdiri dari lima langkah sebagaimana tips sukses yang ditawarkan Art Mortell dalam The Courage to Fail (1993) yaitu;

1. Tentukan atau kenali rasa takut yang melemahkan diri kita;

2. beritahu orang lain tentang sebab-sebab kebingungan Anda, yang dapat membantu membebaskan diri Anda dari rasa takut;

3. putuskan bagaimana kita bisa berhenti bila upaya kita menimbulkan kekecewaan yang sangat sampai kita yakin bahwa kita dapat mengendalikan situasi;

4. mulailah dengan perlahan-lahan sampai kita bisa menghadapi tantangan dengan baik dan mengurangi bahaya timbulnya kepanikan;

5. bayangkan diri kita sedang berada di tempat yang menyenangkan, sehingga rasa takut digantikan oleh emosi yang positif dan mampu menggunakannya untuk mendorong kreativitas.

Kalau kita memandang kegagalan diri dan orang lain di dunia ini sebagai sesuatu yang ‘gatot’ (gagal total), kiamat dan tamat riwayat, maka kita akan berhenti pada kegagalan dan tidak akan pernah melihat keberhasilan. Dalam hidup, yang dikenang orang bahkan yang kita ingat sebenarnya keberhasilan kita, dan bukannya pengalaman kegagalan kita. Mereka yang berhasil adalah yang mampu membuat sebuah pondasi yang kokoh dari batu-bata yang dilemparkan orang lain padanya. Jarang orang yang menyadari bahwa Isaac Newton pernah lemah prestasi belajarnya ketika di sekolah dasar, Henri Ford pernah gagal dalam bisnis dan bangkrut sebanyak 5 kali, Dale Carnegie pernah depresi dahsyat dan sempat terlintas untuk bunuh diri, Winston Churchill pernah tidak naik kelas enam, Abraham Lincoln pernah diturunkan pangkatnya menjadi prajurit biasa sebagaimana Khalid bin Walid pernah dilengserkan Umar bin Khathab dari posisi komandan menjadi prajurit biasa, Nabi Yusuf sempat menjadi budak yang diperjualbelikan, dan Nabi Muhammad saw. pernah tidak berjaya pada perang Uhud, pernah terusir, dihina, terlukai dan tidak dihiraukan.

Keberhasilan merupakan bola salju yang bermula dari ukuran kecil yang terus bergulir untuk terus membesar. Cara kita menyikapi setiap pencapaian, hasil dan anugerah (nikmat) hidup adalah pola kita memperlakukan bola salju. Bila kita remehkan dan tidak kita hargai sehingga cenderung mengabaikannya, maka tidak akan tumbuh besar, bahkan justru akan mencairkan dan melenyapkannya. Itulah ekspresi jiwa dalam mensyukuri dan menghargai hasil betapapun adanya. Bukankah Nabi saw bersabda bahwa orang yang tidak pandai menghargai dan berterima kasih orang lain maka ia tidak akan dapat bersyukur kepada Allah. Beliau juga berpesan agar kita tidak meremehkan suatu kebaikan pun. (QS.An-Naml:19, 40, Ibrahim:7)

Hargailah proses dan usaha betapapun hasilnya untuk dapat meraih keberhasilan yang hakiki. Orang yang pandai bersyukur adalah orang yang pandai berterimakasih, dan orang yang pandai berterima kasih adalah orang yang pandai menghargai dan orang tidak akan dapat menghargai apapun bila tidak memahami, menyadari dan menghargai proses serta usaha. Karakter utama orang shalih adalah menggunakan akal pikiran untuk memahami proses (Ulul Albab) termasuk segala ciptaan Allah di semesta alam, sehingga segala ucapan, sikap dan komentarnya selalu positif, menyejukkan, memotivasi, membersitkan inspirasi, dan penuh kearifan. Refleksi spontan imani Ulul Albab berupa komentar “Rabana ma khalaqta hadza bathilan” (Ya Tuhan Kami, tidaklah apapun yang Engkau ciptakan ini sia-sia, Maha suci Engkau… QS. Ali Imran:191) sebagai bentuk apresiasi dan penghargaan terhadap proses dan sumber kebaikan, apapun hasil takdir-Nya.

Tipe wanita yang pandai menghargai pencapaian suami bagaimanapun kondisinya sebagai bagian dari manajemen keberhasilan adalah Ummul Mukminin Khadijah. Di saat-saat Rasulullah merasa sangat cemas, kesepian, ketakutan, dan merasa ditinggalkan, maka Khadijah justru mengungkit sisi-sisi kebaikan sosial dan pencapaian moral Nabi saw yang begitu tinggi sehingga mampu membangkitkan kembali motivasi Nabi saw. Demikian pula tipe suami yang pandai menghargai istri adalah Rasulullah saw dimana beliau tidak pernah mencela makanan maupun masakan sebagai penghargaan terhadap proses usaha dan sumbernya yang Maha Pemberi. Beliau juga tidak mencela kondisi fisik istrinya Aisyah yang tidak langsing lagi sebagai penghargaan beliau terhadap usaha dan pengorbanan Aisyah untuk tetap setia menghibur dan mendampingi Nabi saw, sehingga beliau cukup menyiratkan pentingnya pemeliharaan tubuh melalui olahraga lari.

Di saat sahabat merasa gagal mempertahankan kualitas iman dan spiritualitas, Nabi saw memberikan penghargaan terhadap adanya kesadaran untuk merawat spiritualitas dan beliau memberikan motivasi bahwa kondisi keimanan seseorang memang fluktuatif sehingga dapat naik dan turun, naiknya dengan ketaatan dan turunnya dengan ketidakpatuhan. Namun sebaliknya di saat para sahabat merasa terlalu yakin dengan pencapaian dan prestasi amalnya, beliau mengingatkan bahwa surga tidak ditentukan oleh amal, melainkan murni karena rahmat Allah semata termasuk nasib beliau. Hal itu agar para sahabat tidak berhenti beramal sehingga Allah meridhai dan merahmati mereka.

Kata-kata bijak dan prinsip-prinsip kearifan yang menumbuhkan motivasi dan memacu inspirasi sangat diperlukan dalam seni manajemen keberhasilan dan kegagalan bagi diri dan orang lain. Kung-fu-tze pernah ditanya tentang apa yang akan dilakukan jika ia menjadi kaisar Cina. Tanpa ragu-ragu ia menjawab, “Aku akan mendidik rakyatku dengan kata-kata yang penuh inspirasi, semoga dengan menggunakan kata-kata itu mereka akan menjadi generasi bangsa yang gagah perkasa.”

Keberhasilan perlu disongsong, dibangun dan dijaga sebagaimana kegagalan perlu diantisipasi, dihindari dan dilawan. Don Gabor dalam Big Things Happen (1997) memberikan 7 daftar pemeriksaan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam membangun sukses yaitu;

1. tetap berusaha dan bekerja untuk membuat kemampuan ada lebih menonjol dari sebelumnya;

2. gunakan bakat Anda dalam banyak cara sedapat mungkin;

3. beri diri Anda kesan dan citra positif untuk mencapai tujuan;

4. cari manfaat dan hikmah dari keberhasilan Anda;

5. periksalah arsip tentang rencana dan program yang belum diselesaikan atau impian yang belum kesampaian;

6. masukkan sebanyak mungkin pengetahuan dari keberhasilan dan kegagalan Anda sebisa Anda;

7. dapatkan orang-orang yang bisa Anda ajak berbagi pengalaman dan pengetahuan Anda.

Orang tidak akan dapat menghargai setiap pencapaian, prestasi dan hasil diri sendiri maupun orang lain kalau tidak menyadari dan menghargai proses dan usaha serta mengingat Allah sebagai sumber segala karunia. Wallahu A’lam Wa Billahit Taufiq Wal Hidayah. []

Dr. Setiawan Budi Utomo
22/12/2009 | 05 Muharram 1431 H | Hits: 765


http://www.dakwatuna.com/2009/hidup-bahagia-dengan-mengelola-kegagalan-dan-keberhasilan/

Sang Ibu


Malam itu, malam tahun baru 1431 hijriah. Aku diundang untuk mengisi muhasabah di masjid Al-Ittihad Tebet Jakarta Selatan bersama seorang penyair terkemuka Bapak Taufik Ismail. Ini untuk yang kedua kalinya aku bersama Pak Taufik setelah sebelumnya aku bersama beliau diundang untuk acara muhasabah 60 tahun Bakrie di Rasuna Said. Seperti biasanya Pak Taufik membacakan puisinya. Di antara puisi yang beliau bacakan ada satu puisi tentang ibu.

Aku tidak ingat secara harfiah isi puisi tersebut, tetapi aku terkesan dengan kedalaman isinya dalam menggambarkan betapa tak terhingga kasih sayang seorang ibu terhadap anaknya. Karenanya banyak para penyair menulis puisi tentang ibu. Di antara juga yang pernah saya baca D. Zawawi Imran. Aku masih ingat sebagian ungkapan yang ditulis Pak Zawawi. Di antaranya: ”Seandainya aku ikut ujian, dan aku ditanya tentang pahlawan, akan ku jawab ibuku.”

Benar, ibu adalah pahlawan. Tidak ada seorang pun yang paling berjasa kepada kemanusiaan melebihi jasa seorang ibu. Karenanya dalam Al-Qur’an Allah swt. tidak segan menceritakan perih dan lelah seorang ibu saat hamil dan menyusui. Dalam surah Luqman:14, Allah berfirman: ”Dan Kami perintahkan kepada manusia supaya (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.”

Perhatikan ayat ini, dibuka dengan perintah agar berbuat baik kepada ibu bapaknya, setelah itu Allah menceritakan secara khusus tentang capeknya seorang ibu ketika mengandung anaknya. Sementara capeknya ayah tidak diceritakan. Silahkan cari dalam Al-Qur’an maupun hadits kalau pernah disebut mengenai capeknya seorang ayah. Sungguh hanya sang ibu yang banyak disebut. Bahkan dalam sebuah hadits yang sangat terkenal, Rasulullah saw. ketika ditanya: ”Kepada siapa aku harus berbuat baik? Beliau tidak segan menjawab tiga kali berturut-turut agar itu dilakukan kepada ibu, lalu kepada bapak.”

Namun sayang, banyak anak begitu mudah melupakan jasa besar sang ibu. Kalau pun berbuat baik cenderung perbuatan itu semata basa-basi, datang setahun sekali menemuinya di hari raya. Basa-basi mencium tangannya dan lain sebagainya, sementara pesan-pesannya yang baik tidak dipatuhi. Banyak para ibu yang merindukan anaknya agar mentaati Allah swt. Namun banyak anak yang justeru membalas kebaikan ibunya dengan berbuat maksiat kepada-Nya. Sungguh ini suatu kedurhakaan.

Tidak ada artinya kebaikan seorang anak kepada ibunya secara material, sementara ia selalu berbuat maksiat kepada Allah. Karenanya banyak para ulama mengatakan: ”Pengabdian seorang anak yang paling baik bagi orang tuanya adalah menjadikan dirinya sebagai anak yang saleh.” Inilah rahasia hadits Rasulullah saw. yang berbunyi: ”Waladun shaalihun yad’u lahuu (anak yang shaleh yang selalu mendoakan untuk orang taunya).” Perhatiakan kata shalih dalam teks hadits tersebut. Ini untuk menegaskan bahwa hanya anak yang shalih yang benar-benar akan memberikan kebahagiaan bagi orang tuanya: bahagia secara material maupun secara spiritual. Sementara anak durhaka tidak akan pernah memberikan kebahagiaan hakiki bagi orang tuanya.

Tidak sedikit cerita masa lalu mengenai kebaikan seorang anak kepada ibunya. Di antaranya; disebutkan bahwa salah seorang anak yang shaleh pernah menggendong ibunya dari negeri kelahirannya –kalau tidak salah Yaman- ke kota Mekah untuk melaksanakan ibadah haji. Bayangkan betapa jauh perjalanan menuju kota Mekah. Dan betapa besar tenaga yang harus dikeluarkan untuk kebahagiaan sang ibu. Di manakah kini kita bisa menemukan pribadi seorang anak seperti ini?

Dalam kisah yang lain lagi disebutkan seorang anak yang shalih sedang menemani ibunya makan. Namun anak ini belum mau mengambil makanan sampai ibunya selesai. Ketika ditanya mengapa berbuat demikian? Ia menjawab: aku takut mengambil makanan yang ternyata itu disukai ibuku. Subhanallah sebuah contoh kejujuran cinta kepada sang ibu sangat nampak dalam kisah tersebut.

Di akhir tulisan ini izinkan aku menulis puisi untuk ibuku:

Ibu, bila semua orang berkata langit itu sangat tinggi

Sungguh masih lebih tinggi cintamu kepadaku

Bila semua orang berkata lautan itu sangat dalam

Sungguh masih lebih dalam kasihmu kepadaku

Bila semua orang berkata bukit itu sangat kokoh

Sungguh masih lebih kokoh perhatianmu kepadaku

Tak sanggup kata melukiskan kebaikanmu

Tak sampai nyawa membalas budi baikmu

Kecuali keshalihanku

Agar sungai keringat jerih payahmu menjadi amal jariah.

Allahu a’lam bish shawab

DR. Amir Faishol Fath
22/12/2009 | 05 Muharram 1431 H | Hits: 1.538


http://www.dakwatuna.com/2009/sang-ibu/

Dialog Allah SWT dan Malaikat tentang Orang-Orang yang Berdzikir dan Berdoa



Suatu hari, Rasulullah menyampaikan berita kepada sahabat tentang adanya malaikat yang selalu berkeliling di jalan-jalan, berkeliling di muka bumi, untuk mencari orang yang selalu berdzikir, mencari majelis-majelis yang berdzikir. Jika malaikat itu menemukan apa yang dicari, maka dia akan berseru kepada malaikat lainnya, “Kemarilah, inilah hajat kalian!”

Lalu para malaikat itu mengelilingi kaum yang sedang berdzikir tersebut, ikut duduk bersama mereka, dengan membentangkan sayap-sayap mereka sampai ke atas langit dunia. Jika orang-orang yang berdzikir tadi selesai melakukan dzikirnya, para malaikat naik ke langit. Pada saat itu Rabb bertanya kepada malaikat – dan Dia Lebih Mengetahui – :

“Apa yang dikatakan hamba-hamba-Ku?”

“Mereka bertasbih kepada-Mu, bertakbir, bertahmid, dan mengagungkan-Mu” jawab para malaikat.

“Apakah mereka melihat-Ku?” Allah SWT bertanya lagi.

Malaikat: “Tidak, demi Allah, mereka tidak melihat-Mu!”

Allah SWT: “Apa yang mereka minta?”

Malaikat: “Mereka meminta Surga kepada-Mu.”

Allah SWT: “Apakah mereka pernah melihatnya?”

Malaikat: “Tidak wahai Rabb, mereka belum pernah melihatnya!”

Allah SWT: “Lantas bagaimana jika mereka melihatnya?”

Malaikat: “Andaikan mereka melihatnya, niscaya mereka akan lebih sangat mendambakannya, lebih sangat menginginkannya, dan lebih senang kepadanya!”

Allah SWT: “Lalu dari apa mereka meminta perlindungan?”

Malaikat: “Mereka meminta perlindungan dari Neraka.”

Allah SWT: “Apakah mereka pernah melihatnya?”

Malaikat: “Tidak, demi Allah, mereka belum pernah melihatnya.”

Allah SWT: “Bagaimana seandainya mereka melihatnya?”

Malaikat: “Seandainya mereka pernah melihatnya, tentu mereka lebih menjauh daripadanya dan lebih takut daripadanya.”

Lalu Allah SWT berfirman, “Saksikanlah oleh kalian bahwa Aku telah mengampuni untuk mereka.”

Salah satu dari malaikat pun berkata, “Wahai Rabb, di tengah-tengah mereka ada seseorang yang bukan dari golongan mereka. Orang itu datang untuk suatu kepentingan (bukan untuk berdzikir)!”

Allah SWT menanggapinya, “Mereka itu adalah kelompok orang yang tidak akan celaka, siapa pun yang ikut duduk dengan mereka!” 

___
Maraji’: Hadits Riwayat Bukhari – Muslim. Diriwayatkan juga dari Abu Hurairah.

(hudzaifah/hdn)

http://www.dakwatuna.com/2009/dialog-allah-swt-dan-malaikat-tentang-orang-orang-yang-berdzikir-dan-berdoa/

Kamis, 24 Desember 2009

Tragedi malam pertama








Seorang pria kasep calon pengantin (Paijo namanya), yang akan menikah esok hari nya. Punya hobby main tennis, ketika dia sedang bermain tennis.Bola smash dari kawannya tepat mengenai alat vitalnya.

Saking kerasnya smash tersebut, dia pingsan dan dibawa ke RS terdekat. Setelah diberi obat penghilang rasa sakit, serta di bungkus perban. Si calon pengantin laki yang mau menikah besoknya, di persilahkan pulang ke rumah oleh dokter.

Esoknya setelah prosesi pernikahan selesai, tinggallah kedua pengantin baru di dalam kamarnya.Si pengantin wanita sudah menanggalkan semua pakaiannya,si pria masih memakai sarung.

Si wanita lalu berkata sama suami nya sebagai berikut:

Istri: " Suamiku,tubuh semua ini masih fresh. Belum pernah ada seorang pun menyentuhnya.Bagaimana dengan dirimu sayang...? "

Paijo: "Apalagi aku, punyaku ini juga masih di bungkus."(sambil mencopot sarungnya).

Isteri : ??????
Kemudian di malam pertama nya, istrinya Paijo segera membuka bungkusnya Paijo itu dan pada tengah malam pertama itu, tiba-tiba malah isterinya mengerang, “Aduh.... Sakit Masss… ! Bagaimana malam pertama jadi kayak gini ??? ”

Paijo lantas menenangkan isterinya, “Jangan menangis Sayang.. Nanti bapak ama ibu dengar.. Mereka mungkin belum tidur...”

Kebetulan kamar sang mertua hanya di sebelah kamar pengantin. Sang istri makin mengerang. "Sakit Mas.. sakiiiit...."

Tapi karena tidak dapat menahan sakit, isterinya tambah kuat mengerang. Mau tidak mau, Paijopun berkata, kali ini kuat sedikit suaranya: “ Sabar Sayang! Tahan saja.. Besok baru dicabut.”

Ternyata ayah mertua Paijo masih belum tidur. Dia mendengar anak perempuannya mengerang, tadinya dia tidak peduli, biasalah malam pengantin, pikirnya. Tapi kali ini dia kehilangan kesabaran. Dia bangun, pergi ke kamar pengantin dan menendang pintu kamar pengantin sampai jebol.

Dengan geram mertua Paijo berteriak:
"Apa-apan ini, kalau kamu cabut besok pagi, bisa mati anakku! CABUT SEKARANG JUGA!

Paijo dan istrinya sangat kaget! Sambil tersipu-sipu istri Paijopun berkata kepada ayahnya: "Pak, aku ini sakit gigi.. jam segini mana ada dokter gigi yang buka ? "

Mana Yang Lebih Berbahaya: 'Efek Gas Rumah Kaca' atau 'Efek Gas Geli'?!


Mana Yang Lebih Berbahaya: 'Efek Gas Rumah Kaca' atau 'Efek Gas Geli'?!

Mat Pelor : Cuaca zekarang aneh yach...?! Sudah bulan Maret koq mazih muzim huzan. Banyak nyang kebanziran, tapi ada zuga yang kekeringan.

Abu Nanas : Ntu, disebabkan oleh pemanasan global. Istilah kerennya 'Global Warming'. Jadi kita udah gak bisa nentuin musim apa sekarang, karena sudah mulai berubah.

Mat Pelor : Wah.... Bahaya donk. Pak en Bu Tani sudah gak biza nanem sezara teratur lagi.

Abu Nanas : Ya, katanye seh seperti itu.

Mat Pelor : Memang apa nyang bikin 'GOMBAL TARING' ntu, Nas?

Abu Nanas : Ha... ha... ha... Apa elo bilang, 'Gombal Taring'. Nyang bener 'GLOBAL WARMING', Mat..!!!

Mat Pelor : Ya... ntu lah...

Abu Nanas : Salah satu penyebanye neh, efek gas rumah kaca.

Mat Pelor : Ooo... Jadi zekarang rumah dilarang pake kaca yach...?

Abu Nanas : Ye... ntu istilah aja. Maksudnya, gas hasil polusi yang ada di udara. Misalnye neh, dari asep knalpot, industri nyang di buang sembarangan. Juga penyejuk ranagan ato AC yang menghasilkan gas CFC. Nah, gas-gas ntu menyebabkan sinar matahari yang masuk ke bumi gak bisa di pantulkan ke luar, jadi bumi makin panas.
Mat Pelor : Begitu yach... berbahaya juga donk gaz rumak kaca, ntu?

Abu Nanas : Sangat berbahaya..! Karena kalo gak segera dibenahin, bumi bisa tambah kaco.

Mat Pelor : Tapi ada gas nyang lebih berbahaya, Naz. Namanye 'Efek Gaz Geli'. Ntu lebih bahaya, lho...

Abu Nanas : 'Gas Geli'...? Wah baru denger neh. Apaan tuh..?!

Mat Pelor : (He... he... he...) Maza, gak tau. Gaz Geli ntu ya Gaz KENTUT. (hi... hi... hi...)

Abu Nanas : Ye...! Ngaco deh...!!!

Mat Pelor : Lho... kalo ada nyang kentut, kan pada ketawa. Artiya kan geli.

Abu Nanas : Bukan geli. Tapi jorok namanya!!! Trus lebih bahayanya dari Gas Rumah Kaca dimananye?!

Mat Pelor : Bakal lebih bahaya, donk. Coba kalo zemua orang teruz-teruzan kentut. Pade banyak nyang pingzan deh, akibat bau yang ditimbulkan. Truz banyak nyang mazuk Rumah Zakit akibat ketawa teruz-teruzan karena kegelian. Zemua orang di dunia, kan bakal lebih kacau balau lagi, Naz. (Hi... Hi... Hi...)

Abu Nanas : Gak Lucu, Mat..!!! Masa bisa ampe segitunya. Ya gak Mungkin deh...

(DUUUUD... Bret.. Pret... Preeeet....)

Mat Pelor :
Zuara apaan ntuh...?!

Abu Nanas : Ntu suara Gas Geli, Lho..! (Ha... ha... ha...)

Mat Pelor : Zialan, elo Naz! Buzet bau banget...!!!


http://bumgembul.blogspot.com/2008/03/mana-yang-lebih-berbahaya-efek-gas.html

Melihat Kepribadian Manusia dari Status Facebook








1. Manusia Super Update

Kapanpun dan di manapun selalu update status. Statusnya tidak terlalu panjang tapi terlihat bikin risih, karena hal-hal yang tidak terlalu penting juga dipublikasikan.
Contoh : "Lagi makan di restoran A..", "Dalam perjalanan menuju neraka..", "Saatnya baca koran..", dan sebagainya.

2. Manusia Melankolis

Biasanya selalu curhat di status. Entah karena ingin banyak diberi komentar dari teman-temannya atau hanya sekedar menuangkan unek-uneknya ke facebook. Biasanya orang tipe ini menceritakan kisahnya dan terkadang menanyakan solusi yang terbaik kepada yang lain.
Contoh : "Kamu sakitin aku..lebih baik aku cari yang lain..", "Cuma kamu yang terbaik buat aku..terima kasih kamu sudah sayang ama aku selama ini..".

3. Manusia Tukang Ngeluh

Pagi, siang, malem, semuanya selalu ada aja yang dikeluhkan.
Contoh : " Jakarta maceeet..!! Panas pula..", "Aaaargh ujan, padahal baru nyuci mobil..sialan. .!!", "Males ngapa2in.. cape hati gara2 si do' i..", dsb.

4. Manusia Sombong

Mungkin beberapa dari mereka ga berniat menyombongkan diri, tapi terkadang orang yang melihatnya, yang notabene tidak bisa seberuntung dia, merasa kalo statusnya itu kelewat sombong, dan malah bikin sebel.
Contoh : "Otw ke Paris ..!!", "BMW ku sayang, saatnya kamu mandi..aku mandiin ya sayang..", "Duh, murah-murah banget belanja di Singapur, bow,"

5. Manusia Puitis

Dari judulnya udah jelas. Status nya selalu diisi dengan kata-kata mutiara, tapi ga jelas apa maksudnya. Bikin kita terharu? Bikin kita sadar atas pesan tersembunyinya? atau cuma sekedar memancing komentar? Sampai saat ini, tipe orang seperti ini masih dipertanyakan.
Contoh : "Kita masing-masing adalah malaikat bersayap satu. Dan hanya bisa terbang bila saling berpelukan", "Mencintai dan dicintai adalah seperti merasakan sinar matahari dari kedua sisi", "Jika kau hidup sampai seratus tahun, aku ingin hidup seratus tahun kurang sehari, agar aku tidak pernah hidup tanpamu".

6. Manusia in English

Tipe manusianya bisa seperti apa saja, apakah melankolis, puitis, sombong dan sebagainya. Tapi dia berusaha lebih keren dengan mengatakannya dalam bahasa Inggwis gicyu Low..
Contoh : "Tie and Chair..", "I can tooth (kentut), you Pink sun.." dsb..

7. Manusia Lebay

Updatenya selalu bertema 'gaul' dengan menggunakan bahasa dewa.. ejaan yang dilebaykan..
Contoh.." met moulnin all.. pagiiieh yg cewrah... xixiixi" << lol~

8. Manusia Terobsesi Mengharap tapi ga kesampaian.. pengen jd artis ga dapat-dapat. Contoh : "duwh... sesi pemotretan lagi! cape..."

9. Manusia Sok Tau Sotoy tenarnya. Padahal dia sendiri tidak tahu apa yang ditulisnya. Contoh : "Pemerintah selalu memanjakan rakyatnya.. bla..bla...bla,"

10. Bioskop Mania Update film yang abis ditonton dan kasih comment.. Contoh : "ICE AGE 3..Recomended! !", "Transformers 2 mantab euy.."

11. Manusia pedagang Contoh: "jual sepatu bla bla bla"

12. Manusia penyuluh masyarakat Contoh: "jangan lupa dateng ke TPS, 5 menit utk 5 tahun bla..bla"

13. Manusia Alay Ada berbagai macam versi, dari tulisannya yang aneh, atau tulisannya biasa aja, hanya saja kosakata nya ga lazim seperti bahasa alien. Contoh:
Alay 1 : "DucH Gw4 5aYan9 b6t s4ma Lo..7aNgaN tin69aL!n akYu ya B3!bh..!!"
Alay 2 : "km mugh kog gag pernach ngabwarin aq lagee seech? kmuw maseeh saiangs sama aq gag seech sebenernywa? "
Alay 3 : "Ouh mY 9oD..!! kYknY4w c gW k3ReNz 48ee5h d3ch..!!"(Khusus buat tipe ini, ga usah di baca juga gpp..saya pribadi juga mikir dulu buat nulis ini, walaupun jadinya kurang mirip sama yg aslinya..)

14. Tipe Hidden Message Tipe ini biasanya tidak to the point, tapi tentunya punya niat biar orang yg dituju membaca nya. (bagus kalo baca..kalo ngga? kelamaan nunggu) padahal kan bisa langsung aja sms ya.. Contoh : "For you my M***, I can' t live without you..you are my bla bla bla..","Heh, cewe bajingan..ngapain lo deket2in co gw?! kyk ga laku aja lo.." (padahal ce tersebut tidak ada dalam jaringannya. . mana bisa baca...)

15. Tipe Misterius Tipe yang biasanya bikin banyak orang bertanya tanya atas apa maksud dari status orang tersebut..Biasanya dalam suatu kalimat membutuhkan Subjek + Predikat + Objek + Keterangan. Tapi orang tipe ini mungkin hanya mengambil beberapa atau malah hanya 1 saja..Dan pastinya mengundang kontroversi. Contoh : "Sudahlah.." , "Telah berakhir.." (apanya??),"Termenung.. ." (so what gitu, loh)

16. Tipe Gaptek (perlu beli buku panduan fb) Tipe ini biasanya paling bikin orang risih. Mungkin maksudnya nulis wall buat temen tp ini malah ditulis di kolom status Contoh : hai apa kabar?, kamu lagi sama siapa?, aku kuliah jurusan akuntansi, kamu kuliah dmn? (ini nyata lho. gw bener2 punya temen kyk gini. Ditulisnya huruf naik turun pula)

17. Tipe motivator Tipe seperti ini biasanya statusnya bisa menjadi pemotivasi user fb yg lain Contoh: Hnya 0rg mLas sJa yg slLu mNgaLami k'gagLan dlm hdupx.krna bgi org yg g!at,sUatu k'gagLan adLah sbuah kberhasLan yg trtUnda. (ini gw copas dari status friends gw. cantik padahal. tapi nulisnya begini jadi gmn gitu )

18. Tipe music holic Orang seperti ini biasanya adalah orang yang menuangkan perasaannya ke dalam musik Contoh: Syukuri apa yang ada, hidup adalah anugerah. Tetap jalani hidup ini, melakukan yg terbaik----D'massiv: jgn menyerah (lagu yg 1 ini sempet booming bgt d'friends gw)

19. Tipe jorok Hmm ...orang kayak gini gw paling gak suka. Jadi bikin bener2 ilfeel Contoh: abis berak... (bayangin gan. abis berak aja langsung di publikasiin. penting bgt gak sih?)

20. Tipe religius Nah tipe kayak gini nih paling jarang (menurut pengamatan gw). Kecuali kalo lg ada momen2 seperti ujian akhir, ujian masuk PTN, atau sebelum pengumuman kelulusan Contoh: Ya Allah tolong mudahkan hamba & teman2 hamba mengerjakan soal2 ujian yg akan kami hadapi besok (pas ada ujian). Ya Allah luluskan kami 1 angkatan siswa siswa SMAN ** (sebelum pengumuman kelulusan)

21. Tipe pasrah Orang tipe seperti ini biasanya kalo lagi kena musibah. Contoh: aduh ketauan nyontek. Udah ah liat nanti aja

22. Tipe gila bola Tipe yang 1 ini biasanya selalu memposting status sesuai berita bola yang lg hangat / sekedar memberi dukungan kpd tim kesayangannya. Status seperti ini biasanya sering mendapat like (gw menyebutnya ijo2 ala fb) dari user lain yg juga penggila bola. Contoh: Xabi Alonso telah resmi dijual ke real madrid (berita). Hala Madrid (kasih dukungan)

23. Tipe Gak Jelas selalu nulis status yang gak jelas Contoh: Eng..ing..eng..., Treng.. teng..teng..teng..., Bla..Bla..Bla DLL

24. Tipe meratapi nasib kalo tipe ini bawaannya sedih mulu Contoh: katanya sayang? kok malah gini? heeem

25. Tipe penyakitan nah tipe yg ini bisa dibilang tipe musiman. Apa lagi kalo musim sakit. Wah pasti langsung banyak yg update status ttg penyakitnya. Contoh: Aduh pilek nih, ingus meler terus lg. Aduh migran gw kambuh. Yaaa gara2 demam berdarah gw harus di opname deh

26. Tipe kedaerahan Orang-orang tipe ini biasanya orang yg masih berpegang teguh pada bahasa daerahnya Orang seperti ini biasanya memposting status dengan bahasa daerahnya yg orang lain blm tentu tau. Contoh: Tmend esdhe.ko brubbah kbeh . . .tmbh aneh . . . .gosibp ezd lauazt sek usum ae ! ! Hehehehe (orang jawa)

Anda termasuk tipe yang mana???

http://humorterbaik.blogspot.com/2009/08/melihat-kepribadian-manusia-dari-status.html

Nilai Kehidupan


Alkisah, ada seorang pemuda yang hidup sebatang kara. Pendidikan rendah, hidup dari bekerja sebagai buruh tani milik tuan tanah yang kaya raya. Walapun hidupnya sederhana tetapi sesungguhnya dia bisa melewati kesehariannya dengan baik.

Pada suatu ketika, si pemuda merasa jenuh dengan kehidupannya. Dia tidak mengerti, untuk apa sebenarnya hidup di dunia ini. Setiap hari bekerja di ladang orang demi sesuap nasi. Hanya sekadar melewati hari untuk menunggu kapan akan mati. Pemuda itu merasa hampa, putus asa, dan tidak memiliki arti.

"Daripada tidak tahu hidup untuk apa dan hanya menunggu mati, lebih baik aku mengakhiri saja kehidupan ini," katanya dalam hati. Disiapkannya seutas tali dan dia berniat menggantung diri di sebatang pohon.

Pohon yang dituju, saat melihat gelagat seperti itu, tiba-tiba menyela lembut. "Anak muda yang tampan dan baik hati, tolong jangan menggantung diri di dahanku yang telah berumur ini. Sayang, bila dia patah. Padahal setiap pagi ada banyak burung yang hinggap di situ, bernyanyi riang untuk menghibur siapapun yang berada di sekitar sini."

Dengan bersungut-sungut, si pemuda pergi melanjutkan memilih pohon yang lain, tidak jauh dari situ. Saat bersiap-siap, kembali terdengar suara lirih si pohon, "Hai anak muda. Kamu lihat di atas sini, ada sarang tawon yang sedang dikerjakan oleh begitu banyak lebah dengan tekun dan rajin. Jika kamu mau bunuh diri, silakan pindah ke tempat lain. Kasihanilah lebah dan manusia yang telah bekerja keras tetapi tidak dapat menikmati hasilnya."

Sekali lagi, tanpa menjawab sepatah kata pun, si pemuda berjalan mencari pohon yang lain. Kata yang didengarpun tidak jauh berbeda, "Anak muda, karena rindangnya daunku, banyak dimanfaatkan oleh manusia dan hewan untuk sekadar beristirahat atau berteduh di bawah dedaunanku. Tolong jangan mati di sini."

Setelah pohon yang ketiga kalinya, si pemuda termenung dan berpikir, "Bahkan sebatang pohonpun begitu menghargai kehidupan ini. Mereka menyayangi dirinya sendiri agar tidak patah, tidak terusik, dan tetap rindang untuk bisa melindungi alam dan bermanfaat bagi makhluk lain".

Segera timbul kesadaran baru. "Aku manusia; masih muda, kuat, dan sehat. Tidak pantas aku melenyapkan kehidupanku sendiri. Mulai sekarang, aku harus punya cita-cita dan akan bekerja dengan baik untuk bisa pula bermanfaat bagi makhluk lain".

Si pemuda pun pulang ke rumahnya dengan penuh semangat dan perasaan lega.


http://www.andriewongso.com/awartikel-2910-Artikel_Tetap-Nilai_Kehidupan

*****************
Apakah kehidupan atau waktu yg kita lalui ini sudah kita pergunakan sebaik mungkin atau tdk.? Alangkah ruginya kita di saat menjalani sesuatu yg berharga kemudian di sia2-kan. Orang yg merugi jika diberikan modal tetapi modalnya tdk dipergunakan pd tempatnya atau dihamburkan begitu saja dgn sia2. Begitu jg kalau kita diberi modal waktu, kemudian ... See Morewaktu itu di sia2-kan maka kita juga termasuk orang yg merugi. Karena pentingnya waktu itu maka Allah SWT sampai berfirman dgn “ bersumpah demi waktu ”

" Demi masa Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan menjalankan amal saleh dan saling menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran"
(QS. Al-Ashr 1-3)