“Berkata Rasulullah saw: Terdapat tiga kaum yang doanya tidak akan ditolak: imam yang adil, orang yang puasa sampai dia berbuka, dan orang yang teraniaya.” (Hadis Riwayat Abu Hurairah ra)
Suatu ketika ketika saat berkunjung ke salah satu pasar di Tangerang, seorang pedagang mengeluh bahwa doanya tidak pernah dikabulkan Allah SWT. Keluhan itu berawal ketika dia memenuhi kebutuhan hidup yang dianggap semakin sulit diperoleh.
Mungkin kasus ini tidak hanya terjadi pada diri seorang pedagang tersebut. Banyak kasus serupa yang terjadi di jagat bumi ini. Manusia berkeluh kesah, sangat wajar. Namun ketika dia berkeluh kesah lantaran doanya tidak pernah dikabulkan Allah SWT yang dilanjutkan dengan cacian dan ketidakpercayaan (iman) terhadap keperkasaan Allah SWT. Hal itu di luar kewajaran. Kita bisa bertanya-tanya, mengapa Allah SWT tidak mengabulkan doa?
Jika kita renungkan, sebenarnya apa yang dilakukan itu bukan tidak baik, namun perlu kita cermati bahwa seorang anak manusia sebagai khalifah di muka bumi ini memang berkewajiban untuk berusaha serta berupaya secara lahiriah, namun usaha tadi berhasil atau tidaknya tergantung Allah SWT jua yang maha menentukan. Oleh karenanya memerlukan keseimbangan antara upaya sebagai salah satu ikhtiar dan berdoa.
Kita sering mendengar istilah DUIT (doa, usaha, ikhtiar dan tawakal). Dalam sebuah hadist shahih bahwa Rasulullah saw menuturkan bahwa “Doa orang yang berpuasa tidak akan ditolak”. Betapa strategisnya sebuah doa terlebih pada saat bulan Ramadhan.
Ada empat faedah keutamaan doa diantaranya:
Pertama, doa merupakan bentuk ibadah kepada Allah SWT, sehingga seseorang yang selalu berdoa, ketahuilah, bahwa dia adalah orang yang dekat dengan Allah SWT dan meyakini akan kekuasaan-Nya.
Kedua, dengan berdoa dikabulkannya permintaan, bisa dalam bentuk penganugrahan berupa kebaikan ataupun tolak bala/bahaya dan keburukan.
Ketiga, menabung pahala di sisi Allah SWT apabila permintaan atau permohonannya belum dikabulkan semasa di dunia. Hal ini merupakan tabungan paling berguna serta paling baik.
Keempat, dengan doa berarti memurnikan ketauhidan, dan memutuskan segala bentuk ketergantungan kepada unsur kebendaan yang bersifat duniawi semata.
Untuk itulah bulan suci Ramadhan merupakan momentum bulan untuk kita berdoa serta terkabulnya sebuah doa. Perbanyaklah berdoa dan mintalah dengan kesungguhan hati. Ada banyak waktu mustajabah pada bulan suci Ramadan ini yang dipandang terkabulnya sebuah doa, sebelum adhan Magrib saat waktu yang paling agung dan tepat untuk berdoa, yaitu sebelum berbuka puasa. Demikian juga waktu sahur merupakan saat yang paling baik untuk berdoa.
Apabila kita membaca sejarah para Nabi-nabi, seperti Nabi Zakaria as., yang berkeinginan dikaruniai seorang anak, bertahun-tahun selalu dan selalu berdoa kepada yang maha Khalik yaitu Allah SWT. Sehingga akhirnya nabi Zakaria dikabulkan doanya. Nabi Ayyub as., dirundung penyakit, sehingga tidak melupakan untuk melakukan doa.
Begitu juga Nabi Musa pernah berdoa kepada Allah SWT yang dinyatakan dalam Surat Thaha [20]:25-27 yang artinya “Ya Tuhanku, lapangkanlah untukku dadaku, dan mudahkanlah untukku urusanku, dan lepaskanlah kekakuan dan lidahku.” Dari penggambaran ini hendaknya agar kita memetik I’tibar untuk melakukannya.
Walau strategi jitu sudah dirancang melalui akal pikiran oleh para tim-tim sukses kandidat Gubernur/Wakil dengan harapan ingin memenangkan sebuah persaingan yang fairness, belum cukup. Karena jabatan, kedudukan, umur dan rizki adalah milik Allah SWT. Oleh karena itu memohonlah kepada-Nya. Semoga
Oleh Dr HM Harry M Zein
Tidak ada komentar:
Posting Komentar