Gara2
kebas/baal diujung jari kelingking kiri, pada tahun 2010 saya didiagnosa
mengidap Tumor di batang otak dan cuma punya waktu dua bulan kalau tidak
dibedah (dengan resiko lumpuh). Setelah pemeriksaan lanjutan di Jepang,
dianggap tidak segawat itu dan disarankan jangan dibedah. Tapi kemudian gejala
kebas/baal sudah hampir meliputi setengah badan sebelah kiri, hingga akhirnya
sembuh dengan pengobatan nutrisi. Berikut cerita ringkasnya.
Suatu pagi
di bulan Juni 2010, ketika saya mandi dengan shower dan menggaruk kepala untuk
meratakan shampoo, terasa ujung jari kelingking dan jari manis kiri agak kebas,
seperti kesemutan atau kalau kata orang Sunda ba’al. Agak kaget, karena pernah
dengar orang yang terkena serangan jantung atau stroke ada gejala awal serupa.
Kakak saya yang dokter menyarankan supaya diperiksa ke dokter ahli dengan
alasan tersebut.
Setelah
serangkaian pemeriksaan di beberapa dokter, laboratorium, x-ray, MRI dsb,
teamnya Prof. SN (salah satu Team dokter kepresidenan era Soeharto),
menyimpulkan bahwa saya memiliki “Cystic Glioma pada Medula Oblongata”, atau
kira2 adalah tumor otak yang mengandung cairan yang terletak di batang otak.
Diterangkan bahwa tumor ini bisa mengancam jiwa dalam hitungan 2 bulanan kalau
tidak segera dibuang melalui pembedahan, dan pembedahan akan beresiko
kelumpuhan karena batang otak adalah saluran semua syaraf dari otak ke seluruh
tubuh. Salah satu foto MRI terlampir, benda putih ditengah yang bernama Glioma
itu dan ukurannya 32 x 17 x 18 mm. Kira2 sebesar ibu jari pada tempat yang
sangat sempit yaitu batang otak.
Dengan pemikiran mencari tempat bedah terbaik, saya berangkat ke Jepang bulan Juli 2010. Saya masih ingat bagaimana suasana haru ketika akan berangkat dari rumah menuju Cengkareng, kakak2 saya berkumpul dirumah juga kawan2 TI77 memberangkatkan saya diantar istri dan anak sulung. Kawan2 sholat Ashar berjamaah dirumah dan kemudian bersama mendo’akan keselamatan saya.
Sampai di Tokyo, kami langsung ke RS Chiba Tokushukai bertemu dengan Prof. Kitahara dan team-nya. Setelah serangkaian pemeriksaan ulang, Prof Kitahara menyampaikan bahwa perkiraan Prof SN terlalu pesimis karena setelah dilakukan CT Angiography disimpulkan bahwa tumor tersebut tidak memiliki feeding artery sehingga tidak akan membesar dengan cepat seperti diperkirakan. Kesimpulannya, tidak berbahaya dan tidak perlu bedah. Cukup dimonitor saja dan saya dibekali herbal sari jamur untuk dimakan tiap hari selama 2 bulan.
Alhamdulillah, saya pulang ke Indonesia dengan sukacita. Tapi ternyata cerita belum selesai.
Waktu berjalan, herbal dengan disiplin saya makan....tetapi rasa kebas ternyata menjalar. Dari jari kelingking/manis tangan kiri ke jari lain, terus ke pergelangan, ke lengan bawah, lengan atas, bahu, dada. Telapak kaki kiri juga terasa kebas, naik ke betis, paha dan seterusnya hingga pada sekitar bulan Oktober 2010 bagian kiri badan hampir kebas semua, termasuk muka/pipi kiri sering terasa dingin. Karena telapak kaki kiri terasa tebal, berjalan pun mulai terasa agak kesulitan karena kurang seimbang. Buang air besar juga terganggu (rasa mulas hilang sehingga kadang ber-hari2 tidak BAB), termasuk bersinpun tidak bisa. Apakah kesimpulan Jepang yang salah dan memang perkiraan dokter Indonesia lebih berlaku ?.
Mulailah saya mencari lagi berbagai pengobatan. Dokter ahli syaraf, ahli bedah syaraf, ahli radio therapy, sampai ke alternatif dengan tenaga dalam, pijat, akupunktur, jamu, bahkan ada memakai listrik dan ada juga dipukuli badan dengan jari2 tangan. Semua tanpa hasil, sampai ada seorang ahli bedah kanker di Jakarta yang menyarankan untuk mencoba berobat nutrisi di Kuala Lumpur.
Desember 2010, saya diantar istri, dan 3 orang kakak yang semua ikut merasa kuatir dengan kondisi saya, berangkat ke Kuala Lumpur. Di Klinik yang disarankan tersebut saya diambil darah dalam keadaan puasa dan juga dilakukan NLS Scanning, semacam scanning yang hanya menggunakan sejenis Headphone yang disambung ke PC dimana hasilnya menunjukkan organ dan sistem tubuh mana saja yang mengalami gangguan.
Dua hari kemudian, setelah hasil test darah selesai saya kembali ke klinik dan diberi resep berbagai nutrisi dengan aturan pakainya. Nutrisi yang dibeli di klinik yang sama semua sudah dalam bentuk ekstrak yang dimasukkan dalam kapsul. Ada 12 macam yang harus saya minum teratur tiap hari, diantaranya EPA/DHA, Allicin (zat aktif bawang putih), Magnesium, Selenium, Gingerol (zat aktif Jahe) dan sebagainya disesuaikan dengan kebutuhan badan saya sebagaimana terlihat dari hasil test darah dan scanning. Ternyata prinsip pengobatannya kurang lebih adalah mengoptimalkan kerja semua organ dan sistem badan, dan apabila semua berfungsi baik maka gangguan2 termasuk tumbuhan yang tidak semestinya (yaitu tumor saya) akan disembuhkan. Bahkan untuk pengobatan kanker pun prinsipnya serupa.
Saya diberi nutrisi untuk konsumsi 2 bulan dan walaupun dengan rasa skeptis saya makan dengan teratur. Juga saya melaksanakan anjuran untuk membatasi konsumsi karbohidrat (gula, beras, kentang, roti dan produk terigu lainnya, buah2 manis dsb) karena dianggap sebagai makanan tumor, plus menghindari konsumsi makanan yang tidak sehat (khususnya yang dianggap mengandung radikal bebas) seperti yang digoreng dengan minyak yang dipakai berulang kali, makanan berpengawet, MSG dan sebagainya yang biasa kita ketahui.
Ajaibnya, setelah sekitar 2 minggu, saya meraba dada dan mulai terasa. Tapi belum berani bilang ke siapa2 karena kuatir hanya sementara. Yang paling saya ingat, sekitar tanggal 2 Januari 2011 tiba2 saya bisa bersin....istri denger, baru saya berani cerita bahwa alhamdulillah mulai ada perbaikan.
Setelah nutrisi 2 bulan habis, sudah terasa jauh membaik. Kebas tinggal di jari tangan dan jari kaki. Sebelum ke KL lagi saya sempatkan MRI ulang, ternyata ukuran tumor sudah mengecil menjadi 28 x 15 x 17. Sampai sekarang saya masih mengkonsumsi nutrisi dengan jenis dan jumlah berbeda sesuai pemeriksaan terakhir. MRI terbaru saya lakukan Februari 2013, ukuran tumor menyusut lagi menjadi 23 x 12 x 13 mm.
Pengalaman diatas sungguh banyak hikmahnya untuk saya dan istri. Disamping kedekatan kepada Sang Pencipta atas karunia hidup yang masih diberikan, juga jiwa kami terasa makin bersatu setelah melalui situasi yang sangat mencekam dengan pemikiran ajal yang sudah begitu dekat. Diluar itu, banyak juga kakak, saudara, kawan yang kemudian berobat ke tempat yang sama dan hampir semua merasakan manfaatnya. Ada yang penyumbatan pembuluh darah jantung, tumor otak, penggumpalan darah, sirosis, pembengkakan prostat, bebagai kanker sampai yang hanya sekedar ingin lebih sehat. Kalau ada rekan2 yang berminat juga saya siap berdiskusi dan membantu, se-mata2 sebagai salah satu ungkapan rasa syukur atas kesembuhan saya.
Effek samping dari pengobatan juga positif, dengan membatasi karbohidrat ternyata berat badan bisa turun dari 81 kg menjadi sekitar 74 kg dan stabil. Badan juga terasa lebih fit, saat ini saya terbiasa berolahraga tenis, golf dan berenang (1500 m) masing2 seminggu sekali plus juga berlatih di driving range golf seminggu sekali. Ini jauh lebih baik dan teratur dibanding sebelumnya. Daya tahan tubuh juga membaik, boleh dibilang selama 2 tahun terakhir ini alhamdulillah baru sekali kena flu/batuk, itupun ringan saja.
Terus terang sebelumnya saya agak ragu menulis pengalaman ini dan hanya berceritera secara langsung saja kepada kawan2 dekat karena kuatir tiba2 terjadi bahwa diagnosa pertama yang lebih berlaku dan juga kuatir seperti iklan Klinik Tongfang di TV. Tapi setelah berfikir bahwa mungkin ada manfaatnya serta dorongan dari beberapa teman, saya memberanikan diri menuliskan terbatas di lingkungan ITB77 dengan harapan bisa membantu kalau ada kawan2 atau keluarganya yang mempunyai persoalan serupa, khususnya penyakit yang pengobatannya beresiko sangat tinggi seperti yang saya alami.
Dato' Steve Yap.
DSY Welness & Longevity Center.
B.07/4;5th floor;Block B,
Garden City Business Center.
Jalan Dagang Besar
Taman Dagang,
68000 Ampang,
Selangor.
Tlp. 03-42701831
Email: dsy@dsywellness.com
Website: www.dsywellness.com
Letaknya di pinggiran KL, dari
airport naik taksi sekitar 1 jam dan kalau dari pusat kota (area Bukit Bintang)
sekitar 30 menit. Patokan buat taksi "seberang Ibu Pejabat Polis daerah
Ampang". Ibu Pejabat artinya Markas Besar.
by Eddy Entum
TI 77 - ITB
itb77-bounces@bhaktiganesha.or.id;
on behalf of; Eddy Entum [eddyentum@avindo-internusa.com]
****************************************
Catatan :
Bagi rekan2 yang ingin tahu lebih dalam tentang tumor > kanker dan sejarah mulai dikenalnya, penyebabnya, kronologis usaha perlawanan terhadapnya - dari sumber yang bukan 'katanya.....', tapi ditulis secara personal - non textbook, sila baca buku ini:
The Emperor of All Maladies (Kaisar Segala Penyakit atau Yang Mbahurekso Dari Segala Macam Lara) - A Biography of Cancer.
Buku ini dirilis tahun 2010, dan memenangkan hadiah Pulitzer dalam kategori General Non Fiction.
Info lanjutan:
"The Emperor of All Maladies: A Biography of Cancer" is a book written by Siddhartha Mukherjee, an Indian-born American physician and oncologist. Published on November 16, 2010 by Scribner, it won the 2011 Pulitzer Prize for General Nonfiction: the jury called it "an elegant inquiry, at once clinical and personal".
The book weaves together Mukherjee's experiences as a hematology/oncology fellow at Massachusetts General Hospital as well as the history of cancer treatment and research. Mukherjee gives the history of cancer from its first identification 4,600 years ago by the Egyptian physician Imhotep. The Greeks had no understanding of cells, but they were familiar with hydraulics, so they used hydraulic metaphors, of humors, which were fluids whose proper balance, they believed, produced health and sickness.
Banyak kita menduga bahwa cancer adalah efek samping kehidupan modern: stress, polusi, makanan kaleng. Tapi ternyata telah terdeteksi kehadirannya sejak 4600 tahun lalu.
So, barangkali buku ini dapat menambah wawasan tentang penyakit paling ditakuti ini - bukan hanya karena sifatnya yang 'mematikan' tapi juga karena ke-misteriusan'-nya.
Salam,
Amrie Noor
itb77-bounces@bhaktiganesha.or.id; on behalf of; Amrie Noor [amrie.mad@gmail.com]
Catatan :
Bagi rekan2 yang ingin tahu lebih dalam tentang tumor > kanker dan sejarah mulai dikenalnya, penyebabnya, kronologis usaha perlawanan terhadapnya - dari sumber yang bukan 'katanya.....', tapi ditulis secara personal - non textbook, sila baca buku ini:
The Emperor of All Maladies (Kaisar Segala Penyakit atau Yang Mbahurekso Dari Segala Macam Lara) - A Biography of Cancer.
Buku ini dirilis tahun 2010, dan memenangkan hadiah Pulitzer dalam kategori General Non Fiction.
Info lanjutan:
"The Emperor of All Maladies: A Biography of Cancer" is a book written by Siddhartha Mukherjee, an Indian-born American physician and oncologist. Published on November 16, 2010 by Scribner, it won the 2011 Pulitzer Prize for General Nonfiction: the jury called it "an elegant inquiry, at once clinical and personal".
The book weaves together Mukherjee's experiences as a hematology/oncology fellow at Massachusetts General Hospital as well as the history of cancer treatment and research. Mukherjee gives the history of cancer from its first identification 4,600 years ago by the Egyptian physician Imhotep. The Greeks had no understanding of cells, but they were familiar with hydraulics, so they used hydraulic metaphors, of humors, which were fluids whose proper balance, they believed, produced health and sickness.
Banyak kita menduga bahwa cancer adalah efek samping kehidupan modern: stress, polusi, makanan kaleng. Tapi ternyata telah terdeteksi kehadirannya sejak 4600 tahun lalu.
So, barangkali buku ini dapat menambah wawasan tentang penyakit paling ditakuti ini - bukan hanya karena sifatnya yang 'mematikan' tapi juga karena ke-misteriusan'-nya.
Salam,
Amrie Noor
itb77-bounces@bhaktiganesha.or.id; on behalf of; Amrie Noor [amrie.mad@gmail.com]
Semoga blog ini dapat menolong lebih banyak orang
BalasHapusbagaimna keadaanya sekarang?? saya terkena tumor batang otak juga
BalasHapusanak saya sejak berobat di dsy wellnes keluhannya berkurang
HapusDimana itu mbak?
HapusAnak saya juga diagnosa kanker di batang otak
Dimana itu mbak?
HapusAnak saya juga diagnosa kanker di batang otak
mhon bantuannya untuk sharing.. terimakasih banyak
BalasHapusMdh2an semua di berikan kesehatan..aamiin
BalasHapusSaya tumor otak meningioma mohon info tempatnya perbaikan nutrisi di KL tepatnya di mana ya ?
BalasHapusMksh telah bebagi cerita sangat bermafaat
BalasHapusWA saya 0813 8099 1575
Ayah saya terkena tumor persis spt anda di batang otak.. apakah penanganan nya spt anda Ke KL itu? Itu klinik atau hospital?
BalasHapusapakah saya boleh minta no telpon bapak,untuk konsultasi? paman saya di diagnosa ada tumor di batang otak.Mohon bantuanya saya sangat membutuhkanya.Terimakasih
BalasHapusIstri saya jg terkena tumor batang otak, mohon penjelasannya pak buat kesembuhannya, dimana obat trsbt dapat saya dapatkan dan berapa harganya
BalasHapusIstri anda sekarang sudah sembuh?atau mkin sudah op,ibu sya jg trkena tumor btang otak sebesar 4cm,ingin oprasi tpi dokter tidak berani.ibu sya sekarang lumpuh
Hapus