Bulan Ramadhan 1434 Hijriyah tinggal menghitung hari. Sudah menjadi hal yang lumrah dan penting bagi umat Islam di seluruh dunia untuk menyambut Ramadhan yang mulia dan sentral ini dengan hati gembira. Laksana seorang yang dicintai, keberadaan dan kehadirannya senantiasa dirindukan. Perpisahannya tidak dibenarkan terjadi walau hanya sedetik. Begitulah bulan Ramadhan.
Kedatangannya dinanti, kepergiannya juga seolah-olah tidak dibenarkan terjadi. Hal ini dilukiskan dalam ucapan Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh Ibnu Khuzaimah. “Seandainya setiap hamba itu mengetahui keutamaan bulan Ramadhan maka niscaya ia berharap satu tahun itu seluruhnya Ramadhan.” (HR Thabrani dan Ibn Khuzaimah).
Ibrah dan spirit hadis di atas menegaskan bahwa bulan Ramadhan mengobral kebaikan dan keutamaan (fadhilat) yang dianugerahkan Allah SWT kepada hamba-Nya yang dikehendaki. Namun, tidak ada yang mengambil keistimewaan Ramadhan yang penting dan sentral ini, kecuali golongan Mukmin yang senantiasa mengharap pahala dan rida Allah.
Penting untuk dicermati kembali, nash Alquran dan Sunah Nabi SAW telah menyebutkan sejumlah keutamaan Ramadhan dan kewajiban ibadah puasanya. Di antaranya, berpuasa pada Ramadhan sebagai sarana untuk mencapai derajat takwa (QS al-Baqarah [2]: 183), pahala amal ibadah yang dikerjakan pada bulan ini dilipatgandakan (HR Bukhari dan Muslim).
Selain itu, pintu surga dibuka dan pintu neraka ditutup (HR Muslim), doa-doa seorang hamba yang beriman dikabulkan atau mustajab (QS al-Baqarah [2]:186). Kemudian, zakat fitrah dan zakat mal yang ditunaikan ketika Ramadhan akan menyucikan diri dan hartanya (QS at-Taubah [9): 103) dan pada bulan ini kitab suci Alquran diturunkan (QS al-Baqarah [2]:185).
Pada sepuluh malam terakhir ada bonus ekstra berupa kemuliaan malam lailatul qadar (QS al-Qadar), ibadah puasa pada Ramadhan juga berpengaruh positif terhadap kesehatan tubuh (kajian ilmiah para saintis kedokteran) dan sejumlah keistimewaan lainnya.
Ibarat laga kompetisi untuk memperoleh piala di sebuah event kejuaraan, Ramadhan adalah ajang bagi umat Islam untuk berlomba-lomba dalam memperoleh kebaikan dan keutamaan. Sekaligus sebagai sarana muhasabah diri (bertobat) atas segala kelalaian, kesalahan, dan kejahilan dalam menjalankan agama di masa-masa yang sudah lampau.
Sehingga, piala Ramadhan dalam bentuk ampunan dari Allah bisa diraih. Modalnya tidak lain adalah iman dan ihtisab (mengharap ganjaran dari Allah SWT). Sebagaimana sabda Nabi SAW, “Barang siapa yang mengerjakan ibadah di bulan Ramadhan karena iman kepada Allah dan mengharap pahala-Nya maka ia akan diberi ampunan atas dosa-dosanya yang telah berlalu.” (HR Bukhari dan Muslim). Fasthabiqul khairat.
OlehImron Baehaqi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar