“Ada anak bertanya pada bapaknya;
Buat apa berlapar-lapar puasa?
Ada anak bertanya pada bapaknya??
Tadarus tarawih apalah gunanya?
Lapar mengajarmu rendah hati selalu,
Tadarus artinya memahami kitab suci,
Tarawih mendekatkan diri pada Ilahi”.
Ada anak bertanya pada bapaknya??
Tadarus tarawih apalah gunanya?
Lapar mengajarmu rendah hati selalu,
Tadarus artinya memahami kitab suci,
Tarawih mendekatkan diri pada Ilahi”.
Itulah penggalan lirik lagu Islami tentang
Ramadhan yang dikarang dan dinyanyikan oleh group Bimbo beberapa tahun silam,
yang mana dari isi lirik tersebut mengajak umat Islam memahami makna dan esensi
dari ibadah puasa; bahwa puasa mengajarkan seseorang untuk rendah hati selalu.
Bahwa puasa merupakan kebutuhan bukan sekedar kewajiban dan taklif ilahi
belaka, puasa merupakan pendidikan bukan beban belaka, puasa merupakan tuntunan
menuju perbaikan diri bukan sekedar tuntutan samawi belaka.
Allah SWT berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan
atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar
kamu bertaqwa” (Al-Baqarah:183)
وَأَنْ تَصُومُوا خَيْرٌ لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ
“Dan berpuasa lebih baik bagimu jika kamu
mengetahui” (Al-Baqarah : 184).
إِنَّ الْمُسْلِمِينَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْقَانِتِينَ وَالْقَانِتَاتِ وَالصَّادِقِينَ وَالصَّادِقَاتِ وَالصَّابِرِينَ وَالصَّابِرَاتِ وَالْخَاشِعِينَ وَالْخَاشِعَاتِ وَالْمُتَصَدِّقِينَ وَالْمُتَصَدِّقَاتِ وَالصَّائِمِينَ وَالصَّائِمَاتِ وَالْحَافِظِينَ فُرُوجَهُمْ وَالْحَافِظَاتِ وَالذَّاكِرِينَ اللَّهَ كَثِيرًا وَالذَّاكِرَاتِ أَعَدَّ اللَّهُ لَهُمْ مَغْفِرَةً وَأَجْرًا عَظِيمًا
“Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang
muslim, laki-laki dan perempuan yang mukmin, laki-laki dan perempuan yang tetap
dalam ketaatannya, laki-laki dan perempuan yang benar, laki-laki dan perempuan
yang sabar, laki-laki dan perempuan yang khusyu’, laki-laki dan perempuan yang
bersedekah, laki-laki dan perempuan yang berpuasa, laki-laki dan perempuan yang
menjaga kehormatannya, laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama)
Allah, Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar”
(Al-Ahzab : 35).
Puasa pada hakikatnya adalah momentum untuk
menjadikan diri sebagai pribadi baru yang lebih sukses dan bahagia. Melalui
puasa hubungan jiwa manusia begitu kuat dengan Allah, karena dengan puasa
berarti mampu melakukan pengendalian diri; terhindar dari berbagai perbuatan
maksiat; terhindar berbuat salah dan keliru karena pikiran lebih jernih dan tak
terkontaminasi oleh apa pun; sekaligus banyak menuai kebaikan karena benih
kebaikan yang ditebarkan pada sesama. Dan kadang pula hampir selalu bisa meraih
cita-cita dan keinginan baik karena pribadi yang lebih sabar (lebih hati-hati
dan tak kenal lelah) untuk berusaha meraih cita-cita dan keinginan baik itu.
Puasa juga merupakan sarana untuk mendidik
manusia -terutama umat Islam- agar sukses dan bahagia dalam menjalani hidup;
yaitu dengan selalu teratur dalam menata waktu secara baik; Kapan waktu makan,
kapan waktu bekerja, kapan waktu istirahat dan kapan waktu ibadah. Sebagaimana
dengan puasa juga mendidik manusia untuk hidup yang lebih baik dan mencapai
derajat yang terbaik; baik melalui jalinan hubungan yang baik secara horizontal
(hubungan yang erat dengan Allah) dan vertikal (hubungan baik kepada seluruh
makhluk, terutama sesama muslim dengan saling memberi, saling peduli dan
meningkatkan solidaritas yang tinggi).
Dengan ibadah puasa pula, Allah SWT ingin
memberikan tarbiyah (pembinaan) kepada umat; agar tercetak sosok yang shalih;
meningkat keimanannya; bertambah mulia akhlaqnya; dan luas pengetahuannya serta
tinggi komitmennya terhadap jalan dakwahnya dalam rangka menggapai ridha Allah
SWT, lalu setelah itu akan lahir kepribadian islami yang utuh dan seimbang,
yang siap menjawab tantangan zaman dengan segala problematika, ujian dan cobaan
hidup di dunia menuju kebahagiaan hidup yang kekal di alam akhirat kelak.
Aisyah ra pernah berkata:
إِذَا سَلِمَ رَمَضَانَ سَلِمَتِ السَّنَةُ ، وَإِذَا سَلِمَتِ الْجُمُعَةُ سَلِمَتِ الأَيَّامُ
“Jika seseorang selamat –secara baik- dalam
ibadah Ramadhan maka akan selamatlah satu tahun penuh setelahnya, dan jika
selamat pada hari jumat nya maka akan selamat pula hari-hari setelahnya”.
(Baihaqi)
Adapun secara garis besarnya, ibadah puasa
merupakan sarana tarbiyah yang meliputi beberapa hal berikut:
1. Puasa; sarana tarbiyah Ruhiyah (pembinaan
spiritual menuju kesucian jiwa)
Pada dasarnya setiap ibadah yang Allah SWT
perintahkan kepada hamba-hamba-Nya, selain merupakan kewajiban dan alasan
penciptaan manusia dan makhluk lainnya; juga merupakan sarana untuk
membersihkan diri dari berbagai kotoran dan dosa yang melumuri jiwanya,
sehingga tidak ada satu ibadah pun yang lepas dari tujuan tersebut; shalat
misalnya merupakan sarana untuk mencegah diri dari perbuatan keji dan mungkar.
Zakat yang dikeluarkan oleh orang kaya merupakan sarana untuk membersihkan diri
dan hartanya dari kotoran yang terdapat dalam jiwa dan hartanya, seperti yang tersirat
dalam surat At-Taubah ayat 103 Allah berfirman:
خُذْ مِنْ أَمْوَالِهِمْ صَدَقَةً تُطَهِّرُهُمْ وَتُزَكِّيهِمْ بِهَا
“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka,
dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan (jiwa dan harta) mereka”.
Dan dalam surat Al-Lail ayat 18.
الَّذِي يُؤْتِي مَالَهُ يَتَزَكَّى
“Yang menafkahkan hartanya (di jalan Allah)
untuk membersihkannya (jiwa dan hartanya)
Begitu pula dengan ibadah puasa; berfungsi
sebagai sarana tazkiyatunnafs (pembersih jiwa); karena orang yang berpuasa
selain dapat menjaga diri untuk tidak makan dan minum, juga dituntut untuk
mematuhi perintah Allah SWT dan menjauhi larangan-Nya, melatih diri untuk
menyempurnakan ibadah kepada Allah SWT walau dalam keadaan lapar, bersikap
jujur, menjaga diri dari ucapan kotor dan keji, sifat dengki dan hasad. Dan
dalam ibadah puasa juga ada hikmah yang tinggi; memenangkan ruh ilahi atas
materi dan akal atas nafsu angkara murka.
Allah SWT berfirman:
إِنَّ الْحَسَنَاتِ يُذْهِبْنَ السَّيِّئَاتِ
“Sesungguhnya kebaikan-kebaikan itu, dapat
menghapus segala kesalahan-kesalahan (dosa-dosa)”. (Huud:114)
Dan nabi saw bersabda:
مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
“Barangsiapa yang berpuasa karena iman dan
mengharap pahala dari Allah, maka akan dihapus segala dosa-dosanya yang telah
lalu”. (Bukhari)
2. Puasa; sarana tarbiyah jasadiyah
(pembinaan jasmani untuk lebih kuat)
Ibadah puasa juga merupakan ibadah yang tidak
hanya membutuhkan pengendalian diri dari hawa nafsu namun juga membutuhkan
kekuatan fisik, karenanya puasa tidak wajib pada mereka yang kesehatannya tidak
prima dan tidak memiliki kemampuan untuk berpuasa, seperti orang tua yang telah
renta, orang sakit, wanita yang sedang hamil tua atau menyusui dan khawatir
terhadap kesehatan janin atau bayinya, serta orang yang sedang musafir (dalam
perjalanan); yang mana semua itu diberikan rukhsah (keringanan) untuk tidak
berpuasa, sebagaimana yang difirmankan Allah SWT:
فَمَنْ كَانَ مِنْكُمْ مَرِيضًا أَوْ عَلَى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِنْ أَيَّامٍ أُخَرَ وَعَلَى الَّذِينَ يُطِيقُونَهُ فِدْيَةٌ طَعَامُ مِسْكِينٍ فَمَنْ تَطَوَّعَ خَيْرًا فَهُوَ خَيْرٌ لَهُ وَأَنْ تَصُومُوا خَيْرٌ لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ
“Maka Barangsiapa di antara kamu ada yang
sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), Maka (wajiblah baginya berpuasa)
sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada hari-hari yang lain. dan wajib bagi
orang-orang yang berat menjalankannya (jika mereka tidak berpuasa) membayar
fidyah, (yaitu): memberi Makan seorang miskin. Barangsiapa yang dengan kerelaan
hati mengerjakan kebajikan, Maka Itulah yang lebih baik baginya. dan berpuasa
lebih baik bagimu jika kamu mengetahui”. (Al-Baqarah:184).
3. Puasa; sarana tarbiyah ijtima’iyah
(pembinaan sosial)
Selain melatih diri, puasa juga memiliki sisi
pendidikan sosial, apalagi dalam kewajiban puasa Ramadhan, kian terasa sisi
tarbiyah sosialnya; karena umat Islam di seluruh dunia diwajibkan menunaikan
ibadah puasa, tanpa terkecuali; baik yang kaya maupun yang miskin, pria maupun
wanita, para pejabat maupun rakyat jelata, dan lain-lainnya, kecuali bagi
mereka yang memiliki udzur syar’i (alasan sesuai syariah), dan disinilah letak
pendidikan sosialnya; mereka berada pada derajat yang sama di hadapan perintah
Allah SWT; sama dalam merasakan lapar dan dahaga serta dalam menahan hawa nafsu
lainnya, begitupun sama dalam ketundukan terhadap perintah Allah SWT.
Sebagaimana puasa juga dapat membiasakan umat
untuk hidup dalam kebersamaan, bersatu, saling mencintai dan berkasih sayang
kepada sesama terutama terhadap fakir dan miskin, sehingga orang-orang yang
mampu dapat merasakan apa yang diderita oleh orang-orang fakir dan miskin, lalu
tergugah hatinya untuk mau memberi dari sebagian rezki yang Allah SWT
anugerahkan kepadanya. Dan dari sini pula di harapkan timbul rasa persaudaraan
dan solidaritas serta peduli melalui ibadah puasa.
Sebagaimana dalam ibadah puasa bulan
disunnahkan untuk memperbanyak sedekah, karena sedekah yang paling utama adalah
yang dilakukan pada bulan Ramadhan; baik dengan sedekah yang wajib; seperti
berzakat mal, zakat fitrah, zakat niaga, zakat profesi, maupun sedekah yang
sunnah; seperti berinfak, memberi makan (iftar) kepada orang yang berpuasa, dan
lain sebagainya.
Dan dalam puasa juga ditanamkan sifat
tenggang rasa dan saling menghormati dalam kehidupan yang memiliki keragaman
etnis, warna kulit dan ras, apalagi sesama muslim yang memiliki keragaman
mazhab, kelompok dan golongan yang berasal dari keragaman pemahaman dalam
mengambil intisari dari ajaran Islam.
Bahwa perbedaan kelompok, mazhab dan golongan
adalah merupakan hal yang lumrah, namun yang patut kita sadari adalah bahwa
dengan adanya perbedaan tersebut umat Islam tidak boleh terpecah belah dan
tidak bersatu, namun hendaknya bisa dijadikan sarana untuk memupuk
persaudaraan, menambah wawasan dan memperkokoh bangunan Islam, sehingga
dengannya tidak akan terjadi saling gontok-gontokkan, saling mencela, saling
menuding dan saling menghina apalagi saling berkelahi dan saling membunuh, oleh
karena permasalahan sepele dan furu’ saja.
4. Puasa; sarana tarbiyah khuluqiyah
(pembinaan akhlaq menuju pribadi mulia)
Puasa juga mendidik manusia untuk memiliki
akhlaq yang mulia dan terpuji, memiliki kesabaran dan kejujuran serta ketegaran
dalam menghadapi berbagai ujian dan cobaan, hal ini terlihat dari arahan
Rasulullah Saw. dalam meriwayatkan hadits Qudsi bahwa orang yang berpuasa wajib
meninggalkan akhlaq yang buruk. Wajib menjaga diri, jangan sampai melakukan
ghibah (menceritakan aib orang lain), atau melakukan hal-hal yang tiada
berguna, sehingga Allah SWT berkenan menerima puasanya.
Rasulullah SAW bersabda dalam hadits qudsi
yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah r.a.:
قَالَ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ: كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ لَهُ، إِلاَّ الصِّيَامُ، فَإِنَّهُ لِي وَأَنَا أَجْزِي بِهِ، وَالصِّيَامُ جُنّةٌ، فَإِذَا كَانَ يَوْمُ صَوْمِ أَحَدِكُمْ فَلاَ يَرْفُثُ يَوْمَئِذٍ وَلاَ يَسْخَبُ، فَإِنْ سَابّهُ أَحَدٌ أَوْ قَاتَلَهُ فَلْيَقُلْ: إِنِّي امْرُؤٌ صَائِمٌ
“Allah SWT berfirman, “Semua amal anak Adam
adalah baginya kecuali puasa, karena sesungguhnya puasa itu bagi-Ku dan Aku
sendiri yang akan membalasnya. Puasa adalah perisai, apabila kamu sedang puasa
janganlah berkata keji(memaki), janganlah berteriak-teriak dan janganlah berbuat
perkara yang bodoh. Apabila ada seseorang yang mencacinya atau memeranginya
maka katakanlah ‘Sesungguhnya aku sedang puasa… .” (Bukhari dan Muslim)
5. Puasa; sarana tarbiyah jihadiyah
Puasa juga merupakan sarana menumbuhkan
semangat jihad dalam diri umat Islam, terutama jihad dalam memerangi musuh yang
ada dalam setiap jiwa; dengan mengikis hawa nafsu, dan berusaha menghilangkan
dominasi jiwa yang selalu membawanya kepada perbuatan yang menyimpang.
Sebagaimana puasa juga menumbuhkan semangat jihad nyata dalam rangka
mempertahankan diri dari serangan musuh-musuh Islam yang setiap saat merongrong
eksistensi umat Islam. Oleh karenanya banyak kisah yang terjadi pada masa
Rasulullah saw bahwa peperangan yang terjadi dan dialami oleh Rasulullah dan
para sahabatnya adalah pada bulan puasa, dan justru dengan berpuasa mereka
dapat lebih semangat dalam berjihad, hati dan jiwa merasa terasa lebih dekat
kepada Allah SWT dibanding pada hari dan bulan lainnya.
Dan puncak tarbiyah yang dapat diraih oleh seorang muslim dalam ibadah adalah mencapai derajat taqwa, sebagaimana yang telah difirmankan Allah SWT pada penutup perintah-Nya untuk berpuasa, “agar kamu bertaqwa”, karena dengan puasa kesehatan hati dan jasmani terjaga.
6. Puasa; Sarana Tarbiyah Shihiyyah
Rasulullah saw bersabda :
وَصُومُوا تَصِحُّوا
“Berpuasalah kalian, niscaya akan sehat”
(Thabrani).
Puasa selain merupakan ibadah amaliyah yang
diwajibkan dengan cara menahan diri dari makan, minum dan hawa nafsu, juga
merupakan sarana yang dapat memberikan kesehatan bagi tubuh. Karena dalam
kondisi normal, tubuh mendapatkan energi dan nutrisi yang berasal dari luar
tubuh, melalui makanan, minuman dan radiasi Autolisis atau self digest yang
merupakan salah satu program untuk mendapatkan energi dan nutrisi yang berasal
dari dalam tubuh, melalui pembakaran sel-sel tubuh yang dikenali sebagai sumber
makanan. Saat berpuasa maka program Autolisis ini aktif dan memberi manfaat
yang dibutuhkan makhluk.
Ketika berpuasa sistem pencernaan manusia
beristirahat. Sel-sel liar dan lemak yang telah dihancurkan akan dibawa ke
hati. Saat puasa, hati tidak disibukkan oleh makanan hasil serapan dari usus.
Oleh karena itu, hati akan bekerja penuh menyaring racun-racun hasil autolisis.
Dan selanjutnya racun akan dibuang keluar tubuh. Lalu darah akan dipenuhi
energi dan nutrisi yang sehat dan berkualitas tinggi. Menjamin penggantian sel
mati, perbaikan sel rusak, dan pembentukan sel baru, terjadi dengan kualitas
prima. Tubuh manusia akan segera memiliki sel-sel baru dengan kualitas fitrah,
sehat dan berfungsi baik ketika puasa. Sementara itu, energi yang di hemat dari
sistem pencernaan, akan digunakan untuk aktivitas sistem kekebalan tubuh dan
proses berpikir oleh otak.
Jadi manfaat puasa dari sisi kesehatan bagi
manusia sangatlah banyak, seperti :
1. Efektifitas pengelolaan energi
2. Menghancurkan sel-sel yang tidak
dibutuhkan
3. Membuang endapan racun dalam tubuh
4. Menyembuhkan penyakit
5. Meningkatkan kemampuan belajar
6. Kembali Fitrah (awet muda dan cerdas)
Bedanya orang puasa dan orang yang telat
makan adalah pada niatnya. Saat lapar, otak memerintahkan organ-organ
pencernaan bersiap-siap ‘makan’. Liur, lambung, hati, usus, beramai-ramai
mengeluarkan enzim dan beraktivitas. Bila tidak ada makanan yang masuk, maka
lambung dan usus akan sakit. Kita akan terkena sakit maag atau radang usus,
karena lapar namun berbeda dengan puasa yang sejak awal sudah diniatkan,
sehingga sel-sel tubuh tidak aktif mencari solusi mendapatkan makanan, dan
sangat jarang orang karena puasa terkena penyakit maag dan kembung.
Allah SWT mewajibkan umat manusia (umat
Islam) berpuasa pada siang hari bukan pada malam hari; karena pada siang hari
manusia beraktivitas bukan tidur, dan dengan aktivitas tersebut akan membakar
energi hingga habis.
Bahwa kebutuhan energi diperoleh dari glukosa
hasil makan (sahur). Setelah habis energi diperoleh dari glikogen dalam darah.
Bila kandungan glikogen berkurang baru otak menyatakan lapar dan menyuruh
makan. Bila kita sedang puasa, otak akan menghidupkan program Autolisis. Namun
pada malam hari, tanpa aktivitas fisik, energi yang dibutuhkan tubuh sedikit,
sehingga glikogen darah tidak pernah terpakai dan autolisis tidak pernah
diperintahkan untuk aktif. Jadi ketika berpuasa sebaiknya manusia beraktifitas
normal, agar dapat memperolah manfaatnya bukan tidur sepanjang siang.
Dan puasa hanya dibatasi pada siang hari
saja, yang dimulai sejak waktu subuh tiba hingga beduk Maghrib; karena jika
puasa melebihi waktu dari 16 jam akan membahayakan tubuh. Produksi enzim oksidasi
asam lemak dalam tubuh terbatas dan akan habis bila manusia berpuasa selama 16
jam lebih. Dan bila seseorang memaksakan diri untuk terus berpuasa, maka kadar
asam lemak bebas (free fatty acids) dalam darah akan tinggi sehingga dapat
menyebabkan otak menjadi pusing, kemudian membengkak dan lama-lama menjadi
koma. Oleh karena itu, makan sahur mendekati imsak, dan bersegera berbuka waktu
masuk magrib sangat ditekankan, dan menjadi bagian dari fitrah yang telah
digariskan oleh Allah SWT dan Rasulullah saw.
Dan puasa hanya diwajibkan selama satu bulan
penuh dalam setahun, oleh karena lebih dari 90% sel dalam tubuh manusia
mengalami peremajaan dalam periode 28 hari. Terutama pada beberapa hal berikut:
1. Sel kulit dan kulit kepala, sel-sel hati,
dan sel-sel yang membentuk kalsium pada tulang mati dan diganti setiap hari.
2. Sel reseptor informasi dari saraf,
pembentukan sel melanin di kulit, dan sel-sel yang terkait dengan haid wanita.
mempunyai siklus pergantian setiap satu bulan (sekitar 28 hari).
3. Sel darah merah diganti setiap 4 bulan
(120 hari)
4. Sel otak mempunyai siklus pergantian
bertahun-tahun
Dan ibadah puasa hanya diwajibkan pada bulan
Ramadhan bukan pada bulan-bulan lainnya; oleh karena ada siklus badai radiasi
matahari yang memberi kemampuan belajar yang tinggi; dan tubuh yang fitrah
dapat terkontaminasi kembali atau aus, baik oleh perubahan iklim/musim, maupun
oleh pola hidup manusia. Seiring perubahan musim, adaptasi sel-sel tubuh akan
berulang setiap tahun. Sebelum memulai siklus adaptasi berikutnya, maka sel-sel
harus disiapkan dalam kondisi fitrah. Sehingga puasa satu bulan harus diulangi
setiap tahun. Karena puasa menyediakan energi extra untuk belajar atau
berpikir, dan sebaiknya puasa yang dilakukan pada saat kondisi alam yang baik, akan
mendukung kondisi kecerdasan (daya tangkap) otak. Aktivitas otak terlihat dari
getaran membran sel otak, dan tingkat getaran otak dipengaruhi oleh radiasi
elektromagnetik. Tingkat kesadaran otak berbeda antara malam, pagi, siang dan
sore hari. Badai matahari juga berpengaruh terhadap tingkat kesadaran otak.
Berdasarkan skala NOAA (National Oceanic and
Atmospheric Administration), Badai Radiasi Matahari dikelompokkan dalam lima
skala (S1-S5). Badai matahari yang mempunyai siklus tahunan terletak antara skala
S2 (Moderate) dan S3 (Strong), yang masih aman bagi manusia.
Pada setiap bulan Ramadhan diperkirakan
terjadi badai radiasi dengan tingkat flux 700-800 MeV particle s-1 ster-1 cm-2.
Radiasi ini sekitar seribu kali radiasi bulan purnama dengan tingkat flux
0.7-0.8 MeV particle s-1 ster-1 cm-2. Ini adalah hipotesa malam lailatul qadar
yang bernilai seribu bulan (wAllah SWTu’lam) Tingkat kesadaran otak yang tinggi
di bulan Ramadhan merupakan alasan mengapa banyak Nabi merenung di bulan ini,
dan mengapa Al Quran turun pada bulan ini.
Pada saat berpuasa dilarang melakukan
hubungan seksual; oleh karena hubungan suami istri pada saat puasa selain
merupakan pelanggaran syariat, juga menguras energi; yang mana semua orang
memahami betul bahwa;
1. Sex adalah aktivitas fisik seperti
olahraga yang membutuhkan energi tinggi
2. Karena dengan bersentuhan akan terjadi
saling pindah energi (hukum termodinamika) secara tak beraturan
3. Karena sex merupakan tingkat emosi
tertinggi yang ada pada diri manusia sehingga dapat menguras energi yang sangat
besar
4. Adanya ejakulasi pada saat hubungan intim
dapat membuang banyak energy dan kebutuhan pemulihan energi yang banyak setelah
sex, akan mempercepat habisnya enzim oksidasi. Bila dipaksakan terus berpuasa,
maka dikhawatirkan sebelum waktu berbuka tiba, akan terjadi penumpukan asam
lemak bebas yang bikin otak pusing, sementara tujuan fitrah jadi tidak
tercapai.
Karena itu, ketika berpuasa hendaknya
menjauhi hal-hal yang mengarah pada pikiran-pikiran porno. Tahan sebentar.
Nanti ketika malam dan sudah tidak puasa, diperbolehkan berhubungan badan
dengan suami/istri yang sah
Sebagaimana orang puasa diperintahkan untuk
menahan gairah sex-nya maka secara umum diperintahkan untuk menahan emosi,
karena yang berlebihan juga akan menguras energi. Otak akan menyerap energi
cukup besar.
Otak juga akan memerintahkan jantung untuk
berdetak lebih cepat sehingga semakin banyak energi terkuras oleh adanya emosi
negatif dan akan membawa manusia pada kondisi stress, suatu kondisi otak yang
kacau karena keinginan tidak sama dengan kenyataan, dan jalan keluarnya belum
ditemukan. Stress menyebabkan otak mengkonsumsi energi dalam jumlah banyak.
Oleh karena itu, sebaiknya saat berpuasa
manusia tidak mengumbar emosi negatif seperti marah, takut, benci, iri, dengki,
sombong, dusta, dan lain-lain. Hadapi hal-hal yang kurang menyenangkan dengan
sabar.
Sebaliknya manusia juga harus memperbanyak
kondisi yang membangun emosi positif, seperti tersenyum, optimis, membantu
orang lain, melakukan tindakan-tindakan yang bernilai baik (amal saleh),
bersedekah, dan lain-lain.
Euphoria adalah kegembiraan yang diungkapkan
secara berlebihan, juga akan menyedot energi. Sebaiknya hadapi semua hal yang
menyenangkan dengan bersyukur.
Selain berpuasa di siang hari, umat Islam juga
diperintahkan untuk melaksanakan shalat tarawih berjamaah. Oleh karena shalat
tarawih bersifat sunnah, artinya aktivitas tambahan yang memberi manfaat.
Menjelang tidur, otak berada pada gelombang Teta (3-7 hz), suatu kondisi yang
memungkinkan terjadinya penyamaan persepsi dan pembentukan paradigma bagi di
seluruh bagian otak.
Persepsi dan paradigma sangat membantu
manusia bersikap dan bertindak dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga persepsi
dan paradigma yang harus dibangun tentu yang bernilai tinggi. Sesuai dengan
tatanan jaringan neurotransmitter otak, maka paradigma bernilai tinggi adalah
Ke-Esaan Allah SWT, kehidupan setelah mati, aktivitas kehidupan dunia yang
bermanfaat (taqwa) dan senantiasa bersyukur.
Memperbanyak shalat dan dzikir, secara
spiritual juga dapat mendekatkan dan mengakrabkan diri kepada sang pencipta;
Allah SWT. Melepaskan seluruh beban dan mengharap pertolongan-Nya pada setiap
langkah kehidupan. Selalu mengawali kehidupan dengan gembira dan tanpa rasa
takut.
Adanya rukhsah (keringanan) bagi orang yang sedang sakit untuk tidak berpuasa, dikarenakan puasa dapat menguras energi dan tidak diperbolehkan bagi yang kurang energi;
1. Orang yang sakit keras, apalagi harus
diinfus dan transfusi darah, maka boleh baginya tidak berpuasa. Namun, jika
hanya sekadar flu ringan sebaiknya puasa
2. orang yang dalam perjalanan yang
menghabiskan energi. Dan jikalau naik pesawat dua jam lebih baik puasa
3. Wanita haidh
4. Orangtua dan anak-anak yang lemah fisik
Untuk menjaga kestabilan tubuh pada saat
puasa dan pada waktu berbuka, maka harus diperhatikan pola makan yang sehat di
saat puasa;
1. Jangan makan yang mengandung virus dan
bakteri penyakit, seperti kondisi daging bangkai yang sedang terjangkit
influenza.
2. Jangan makan yang mengandung unsur-unsur
beracun, seperti yang terkandung dalam darah
3. Jangan makan jenis lemak yang sulit
dicerna perut, sulit disaring hati, dan sulit diangkut oleh darah, seperti yang
ada pada daging babi
4. Jangan minum minuman yang segera merusak
sel-sel otak, seperti alkohol dan jenis khamar lain
5. Jangan menghisap asap yang merusak
paru-paru, mengotori darah dan mengurangi suplai energi ke otak, seperti rokok
6. Seimbang kan porsi karbohidrat, lemak dan
protein, atau ikuti saran 4 sehat 5 sempurna
7. Jangan makan melebihi kapasitas lambung
yang hanya 1-1.5 liter
8. Di saat buka dianjurkan minum air putih
dan jus buah/kurma lalu shalat Maghrib, untuk membersihkan endapan racun pada
dinding-dinding usus. Makan malam secukupnya setelah shalat Maghrib
9. Makan yang sehat adalah dengan posisi
duduk disertai rasa bersyukur. Berdoalah sebelum dan setelah makan.
(Dikutip dan diringkas dari Quranic Quotient
Centre yang disusun oleh Rajendra Kartawiria).
Adapun di antara keistimewaan ibadah puasa
yang akan membuahkan kebahagiaan adalah sebagai berikut:
1. Puasa Sebagai Perisai.
Rasulullah saw bersabda:
الصِّيَامُ جُنَّةٌ يَسْتَجِيرُ بِهَا الْعَبْدُ مِنْ النَّارِ
“Puasa itu adalah perisai yang dapat
melindungi diri seorang hamba dari api neraka.” (Ahmad)
Puasa merupakan perisai karena memelihara
setiap hamba yang berpuasa dari melakukan tindakan yang melanggar aturan Allah
dan Rasul-Nya. Memelihara diri agar tidak terjerumus pada perbuatan maksiat,
perkataan kotor, dan hati yang pendengki.
2. Puasa Memasukkan Seseorang ke Dalam Surga
Sebagaimana telah disebutkan sebelum-nya
bahwa puasa itu dapat menjauhkan diri dari api neraka, yang otomatis
mendekatkan pelakunya kepada surga. Diriwayatkan dari Abu Umamah ra, ia berkata
: Aku pernah bertanya kepada Rasulullah saw.:
قَالَ أَبُو أُمَامَةَ الْبَاهِلِيُّ قَالَ قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ مُرْنِي بِأَمْرٍ يَنْفَعُنِي اللَّهُ بِهِ قَالَ عَلَيْكَ بِالصِّيَامِ فَإِنَّهُ لَا مِثْلَ لَهُ
“Abu Umamah Al-Bahili penah berkata: saya
berkata: Wahai Rasulullah, tunjukkan kepadaku suatu amalan yang Allah dapat
memberikan manfaat kepadaku dengannya”. Maka Rasulullah saw. pun menjawab :
“Hendaknya kamu berpuasa, karena puasa itu tidak ada tandingan (pahala)-nya.”
(Nasa’i)
3. Puasa Mendapat Pahala Tak Terhitung
Allah SWT berfirman:
إِنَّ الْمُسْلِمِينَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْقَانِتِينَ وَالْقَانِتَاتِ وَالصَّادِقِينَ وَالصَّادِقَاتِ وَالصَّابِرِينَ وَالصَّابِرَاتِ وَالْخَاشِعِينَ وَالْخَاشِعَاتِ وَالْمُتَصَدِّقِينَ وَالْمُتَصَدِّقَاتِ وَالصَّائِمِينَ وَالصَّائِمَاتِ وَالْحَافِظِينَ فُرُوجَهُمْ وَالْحَافِظَاتِ وَالذَّاكِرِينَ اللَّهَ كَثِيرًا وَالذَّاكِرَاتِ أَعَدَّ اللَّهُ لَهُمْ مَغْفِرَةً وَأَجْرًا عَظِيمًا
“Sesungguhnya laki-laki dan perem¬puan yang
muslim, laki-laki dan perempuan yang mukmin, laki-laki dan perempuan yang tetap
dalam ketaatannya, laki-laki dan perempuan yang benar, laki-laki dan perempuan
yang sabar, laki-laki dan perempuan yang khusyu’, laki-laki dan perem¬puan yang
bersedekah, laki-laki dan perempuan yang berpuasa, laki-laki dan perempuan yang
menjaga kehormatannya, laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama)
Allah, Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar.”
(Al-Ahzab : 35)
4. Orang yang Berpuasa Mendapatkan Dua
Kebahagiaan
Nabi saw bersabda:
لِلصَّائِمِ فَرْحَتَانِ يَفْرَحُهُمَا إِذَا أَفْطَرَ فَرِحَ وَإِذَا لَقِيَ رَبَّهُ فَرِحَ بِصَوْمِهِ
“Ada dua kebahagiaan yang diperuntukkan bagi
orang yang berpua¬sa; kebahagiaan ketika berbuka puasa dan kebahagiaan ketika
berjumpa dengan Tuhannya.” (Bukhari dan Muslim)
5. Bau Mulut Orang yang Berpuasa Harum di
Hadapan Allah
Dari Abu Hurairah ra, ia berkata : Telah
bersabda Rasulullah saw.: Allah swt. berfirman:
قَالَ اللَّهُ كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ لَهُ إِلَّا الصِّيَامَ فَإِنَّهُ لِي وَأَنَا أَجْزِي بِهِ وَالصِّيَامُ جُنَّةٌ وَإِذَا كَانَ يَوْمُ صَوْمِ أَحَدِكُمْ فَلَا يَرْفُثْ وَلَا يَصْخَبْ فَإِنْ سَابَّهُ أَحَدٌ أَوْ قَاتَلَهُ فَلْيَقُلْ إِنِّي امْرُؤٌ صَائِمٌ وَالَّذِي نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ لَخُلُوفُ فَمِ الصَّائِمِ أَطْيَبُ عِنْدَ اللَّهِ مِنْ رِيحِ الْمِسْكِ لِلصَّائِمِ فَرْحَتَانِ يَفْرَحُهُمَا إِذَا أَفْطَرَ فَرِحَ وَإِذَا لَقِيَ رَبَّهُ فَرِحَ بِصَوْمِهِ
“Setiap amalan anak Adam adalah untuk dirinya
sendiri kecuali pua¬sa, sesungguhnya puasa itu untuk-Ku dan Aku akan memberi
paha¬la atasnya. Puasa itu adalah peri¬sai, maka pada saat berpuasa hen¬daknya
seseorang di antara ka-mu tidak melakukan rafats (berji¬ma’ dan berbicara keji)
dan tidak juga membuat kegaduhan. Jika ada orang yang mencacinya atau
meny¬erangnya, maka hendaklah ia men¬gatakan, ”Sesungguhnya aku ber¬puasa”.
Demi Allah yang jiwa Mu¬hammad berada di tangan-Nya, se¬sungguhnya bau mulut
orang yang berpuasa itu lebih harum di sisi Al¬lah daripada bau minyak kesturi
di hari kiamat. Dan bagi orang yang berpuasa itu mempunyai dua keg-embiraan,
yaitu ketika berbuka dan ketika berjumpa dengan Rabbnya, ia gembira dengan
puasanya.” (Bukhari dan Muslim)
6. Puasa dan Al-Qur’an Memberi Syafaat Bagi
Pelakunya
Rasulullah saw. bersabda:
الصِّيَامُ وَالْقُرْآنُ يَشْفَعَانِ لِلْعَبْدِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ يَقُولُ الصِّيَامُ أَيْ رَبِّ مَنَعْتُهُ الطَّعَامَ وَالشَّهَوَاتِ بِالنَّهَارِ فَشَفِّعْنِي فِيهِ وَيَقُولُ الْقُرْآنُ مَنَعْتُهُ النَّوْمَ بِاللَّيْلِ فَشَفِّعْنِي فِيهِ قَالَ فَيُشَفَّعَانِ
“Puasa dan Al-Qur’an itu akan memberikan
syafaat kepada seorang hamba pada hari kiamat nanti. Puasa akan berkata: “Wahai
Tuhanku, saya telah menahannya dari makan dan nafsu syahwat di waktu siang,
karenanya perkenankanlah aku untuk memberikan syafaat ke-padanya”. Dan
Al-Qur’an berkata: “Saya telah melarangnya dari tidur di malam hari, karenanya
perkenankan aku untuk memberi syafaat kepadanya. Beliau bersabda, ”Maka syafaat
keduanya diperkenankan.” (Ahmad)
7. Puasa Sebagai Kafarat atau Penebus Dosa
Di antara keutamaan yang hanya dimiliki oleh
ibadah shaum adalah bahwa Allah swt. telah menjadikan puasa sebagai penebus
dosa bagi orang yang mencukur kepala dalam ihram karena ada halangan baginya,
baik karena sakit atau karena gangguan yang terdapat pada kepala.”
Al-Baqarah:196
Puasa juga dapat menjadi kafarat karena tidak
mampu memotong hewan kurban, (Al-Baqarah:196).
Kafarat bagi yang membunuh seseorang yang
berada dalam perjanjian karena kesalahan atau tidak sengaja, (An-Nisaa’:92).
Kafarat bagi yang melanggar sumpah, (Al-Maaidah:89). Kafarat bagi yang membunuh
binatang buruan pada saat ihram, (Al-Maaidah:95). Dan kafarat zhihar,
(Al-Mujaadilah:3-4)
Nabi saw. bersabda:
الصَّلَوَاتِ الْخَمْسُ وَالْجُمْعَةُ إِلَى الْجُمْعَةِ وَرَمَضَانُ إِلَى رَمَضَانَ مُكَفِّرَاتٌ لِمَا بَيْنَهُنَّ مَا اجْتُنِبَتْ الْكَبَائِرُ
“Shalat lima waktu, hari jumat dengan jumat
yang lainnya dan antara Ramadhan dengan Ramadhan lainnya, adalah sebagai
penebus dosa selama tidak berbuat dosa besar.” (Muslim)
Dalam hadits lain juga disebutkan, nabi saw.
bersabda:
مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
“Barangsiapa berpuasa pada bulan Ramadhan
dengan iman dan ihtisab (berharap ridha Allah) maka dosa-dosa yang lalu akan
diampuni.”
Demikian halnya shaum dan sedekah, keduanya
berperan serta dalam penebus pelanggaran dosa seseorang, baik di dalam
keluarga, harta, atau tetangga. Dari Hudzaifah bin Yaman ra. ia berkata: Telah
bersabda Rasulullah saw.:
فِتْنَةُ الرَّجُلِ فِي أَهْلِهِ وَمَالِهِ وَوَلَدِهِ وَجَارِهِ تُكَفِّرُهَا الصَّلَاةُ وَالصَّوْمُ وَالصَّدَقَةُ
“Fitnah (ujian) seseorang dalam keluarga
(istri), harta, anak, dan tetangganya dapat ditutupi dengan shalat, puasa, dan
sedekah.” (Bukhari dan Muslim)
8. Ar-Rayyan Disediakan Bagi Orang yang Puasa
Nabi saw. bersabda:
إِنَّ فِي الْجَنَّةِ بَابًا يُقَالُ لَهُ الرَّيَّانُ يَدْخُلُ مِنْهُ الصَّائِمُونَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ لَا يَدْخُلُ مِنْهُ أَحَدٌ غَيْرُهُمْ يُقَالُ أَيْنَ الصَّائِمُونَ فَيَقُومُونَ لَا يَدْخُلُ مِنْهُ أَحَدٌ غَيْرُهُمْ فَإِذَا دَخَلُوا أُغْلِقَ فَلَمْ يَدْخُلْ مِنْهُ أَحَدٌ
“Sesungguhnya di dalam surga itu terdapat
satu pintu yang diberi nama Ar-Rayyan. Dari pintu ter-sebut orang-orang yang
berpuasa akan masuk di hari kiamat nanti dan tidak seorang pun yang masuk ke
pintu tersebut kecuali orang-orang yang berpuasa. Dikatakan kepa¬da mereka: “Di
mana orang-orang yang berpuasa?”. Maka mereka pun masuk melaluinya. Dan apabila
orang terakhir dari mereka telah masuk, maka pintu tersebut ditut¬up sehingga
tidak ada seorang pun yang masuk melalui pintu tersebut. Barangsiapa yang
masuk, maka ia akan minum minuman surga. Dan barangsiapa yang minum minuman
surga, maka ia tidak akan haus selamanya.” (Bukhari dan Muslim)
Demikianlah hakikat ibadah puasa Ramadhan
yang selayaknya dapat mem¬berikan kebahagiaan bagi pelakunya; baik kebahagiaan
batin, kebahagiaan fisik dan kebahagiaan pikiran. Karena secara garis besar
tujuan dari ibadah shaum adalah membersihkan jiwa dari kekerdilan diri, menahan
nafsu hewani, dan menjaga kesehatan jasmani. Allahu a’lam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar