Selasa, 20 September 2011
Louis Armstrong and the All Stars 1955 All Of Me (Live)
LOUIS is just so UNIQUE with his sound. His technique has soul built into it, many have tried to match it but no one really ever could. I love His sound
Kamis, 15 September 2011
Bahaya Merokok pada Pagi Hari
Merokok pada pagi hari, apalagi ditemani secangkir kopi, sudah menjadi ritual yang sulit ditinggalkan. Namun, kebiasaan tersebut tampaknya perlu dihentikan karena merokok pada awal hari lebih berbahaya daripada merokok pada siang atau malam hari.
Penelitian menunjukkan, merokok setelah bangun tidur akan meningkatkan risiko terjadinya kanker paru, leher, dan kepala.
"Perokok pagi hari memiliki tingkat nikotin yang tinggi dan racun lain dari tembakau di tubuhnya. Mereka juga lebih kecanduan daripada perokok yang menahan diri untuk tidak merokok setengah jam atau lebih setelah bangun tidur," kata peneliti Joshua Muscat dari Penn State College of Medicine.
Untuk mengetahui mengapa ada perokok yang terkena kanker dan tidak, Muscat dan timnya meneliti adakah kaitan antara risiko kanker dengan kebiasaan mengisap rokok pertama pada pagi hari.
Penelitian pertama melibatkan 4.775 pasien kanker paru dan 2.835 perokok lain yang tidak memiliki kanker paru-paru. Mereka yang merokok 30 menit setelah bangun tidur berisiko 1,79 kali lebih tinggi menderita kanker paru-paru dibandingkan dengan mereka yang menunggu lebih dari 60 menit.
Sementara itu, orang-orang yang merokok 31-60 menit setelah bangun memiliki risiko 1,31 kali dibandingkan dengan mereka yang menunggu setidaknya satu jam.
Penelitian kedua melibatkan 1.055 orang dengan kanker otak dan leher serta 795 orang yang merokok tetapi tidak menderita kanker otak dan leher. Mereka yang merokok dalam waktu 30 menit saat bangun berisiko 1,59 kali menderita kanker otak dan leher dibandingkan dengan mereka yang menunggu satu jam.
Adapun risiko perokok yang merokok 31-60 menit setelah bangun 1,42 kali daripada mereka yang menunggu setidaknya satu jam.
Para peneliti mengatakan, temuan ini dapat membantu mengidentifikasi perokok yang berisiko sangat tinggi terhadap kanker paru-paru, otak, dan leher serta mendapat manfaat dari program penghentian merokok yang ditargetkan.
Kendati demikian, risiko menderita kanker tetap tinggi pada mereka yang masih meneruskan kebiasaan merokoknya tanpa melihat waktu
http://health.kompas.com/read/2011/08/09/11045517/Bahaya.Merokok.pada.Pagi.Hari.
Menjadi Pria Multiorgasme
Seperti halnya wanita, pria sebenarnya juga dapat merasakan orgasme berulang kali atau diistilahkan multiple orgasm. Mencapai orgasme berulang pada pria sebenarnya bukan hal mustahil, asalkan mengetahui pemahaman dasar tentang seksualitas pria, teknik-teknik tertentu, dan pelatihan secara rutin.
Banyak pria beranggapan multiple orgasm adalah kemampuan mencapai ereksi sesegera mungkin setelah mengalami ejakulasi, untuk kemudian ereksi lagi dan mencapai klimaks.
Sebagian besar fokus seksualitas pria biasanya tertuju pada ejakulasi semata, ketimbang proses aktual bercinta. Padahal ketika seorang pria dapat melakukan orgasme berulang, dia tak hanya akan memuaskan dirinya, tetapi juga secara efektif dapat memuaskan pasangannya.
Secara teknis, multiple orgasm terjadi dalam sebuah rangkaian tanpa adanya rangsangan yang terputus antara kedua pasangan. Wanita telah diberkahi kemampuan untuk melakukan multiple orgasm. Namun, tak banyak yang tahu bahwa pria juga sebenarnya bisa melakukan hal yang sama asalkan melatihnya secara benar.
Dalam kasus wanita, multiple orgasm berarti dapat meneruskan lagi rangsangan seksual secepatnya setelah mengalami masa klimaks. Biasanya waktu yang dibutuhkan hanya beberapa saat sehingga klimaks kedua pun bisa dicapai. Intinya, jika seorang wanita benar-benar mengalami beberapa kali klimaks saat berhubungan, maka ia dapat dikatakan mengalami multiple orgasm.
Sementara itu, kebanyakan pria berangapan, multiple orgasm adalah kemampuan mencapai ereksi sesegera mungkin setelah mengalami ejakulasi, untuk kemudian ereksi lagi dan mencapai klimaks.
Ini jelas sebuah anggapan yang salah karena multiple orgasm sebenarnya terjadi tanpa harus kehilangan ereksi di antara proses orgasme. Jadi, multiple orgasme pada pria hanya melibatkan orgasme semata, dan tidak ejakulasi. Satu-satunya pengecualian di sini adalah ejakulasi tersebut mengikuti orgasme terakhir pada kejadian multi-orgasme.
Latih otot PC Anda
Jika pria ingin mengalami "getaran hebat" berulang-ulang, maka kuncinya adalah ereksi yang sempurna dan kemampuan menahan ejakulasi. Untuk mencapai kemampuan ini, ada beberapa teknik yang dianjurkan, misalnya dengan melatih otot dasar panggul atau pubococcygeus (PC) yang dikenal sebagai otot seksual utama pendukung fungsi seksual wanita maupun pria. Faktor stamina juga memegang peran penting supaya tak mudah mengalami kelelahan.
Seorang terapis seks bernama Barbara Kesling, PhD, dalam buku The Complete Book of Mens Health mengemukakan, untuk mencapai multiple orgasm, seorang pria dapat melakoni program yang terdiri dari dua bagian, yakni fisik dan mental.
Untuk program fisik, pria harus rajin melatih otot PC (yang biasa digunakan saat Anda ingin menghentikan aliran kencing) dengan cara mengontraksikan dan mengendurkannya selama beberapa kali dalam sehari.
Latihan otot PC ini juga sering dikenal dengan nama senam kegel. Senam ini sangat sederhana, sama seperti halnya saat menahan kencing. Anda.bisa melakukannya di kantor, antre di bank, menonton TV, atau saat menelepon. Bahkan, Anda pun bisa memulainya sekarang.
Awalilah latihan dengan mencoba melakukan beberapa kali kontraksi singkat (flick). Setelah itu, kontraksikan dan kendurkan otot PC Anda sebanyak 10 kali secara berturut-turut dalam waktu singkat. Kemudian, cobalah mengontraksikan otot PC dan menahannya selama 15 detik.
Lakukanlah secara teratur dan tingkatkan secara bertahap latihan hingga Anda bisa melakukan 10 kali flick dan 10 kali latihan menahan otot PC setiap hari. Hasilnya akan tampak pada 3-4 minggu kemudian. Dengan catatan, senam ini dijalani teratur dan tak dilakukan berlebihan karena area genital Anda akan mengalami cedera.
Latih mental
Untuk latihan mental, program dipusatkan pada pikiran dan otak. Di sini Anda harus belajar fokus dan mengidentifikasi setiap tahapan rangsangan selama berhubungan. Dengan begitu, Anda akan tahu kapan kemampuan mengatur otot PC dapat digunakan guna mencegah ejakulasi.
Memahami tahapan rangsangan yang Anda lalui menjelang orgasme dapat dilakukan ketika Anda berhubungan ataupun masturbasi. Seorang dokter, dr Kesling, membuat tahapan ini dalam level 1 hingga 10, yakni level 1 untuk tahapan tanpa rangsangan hingga 10 untuk tahap orgasme.
Ketika Anda sudah terlatih mengatur otot PC dan memahami dengan baik tahapan rangsangan seksual, tahap berikutnya adalah melatih diri untuk menghentikan sejenak (pause) di setiap level rangsangan berbeda. Penting artinya di sini untuk memiliki partner yang kooperatif dan sensitif.
Ketika berhubungan, awali proses penetrasi dengan perlahan hingga Anda mencapai level 4. Kemudian tahan dan ambilah napas dalam-dalam sambil mengontraksikan otot PC Anda. Dengan begitu, level rangsangan Anda akan menurun setidaknya hingga satu atau dua level. Setelah itu, cobalah untuk kembali beraksi dan berupaya meningkatkan level rangsangan Anda, lalu tahan lagi dan lakukan secara berulang menggunakan otot PC.
Pada saat rangsangan mendekati level tertinggi (level 10), kerahkan segala kemampuan untuk menahan keluarnya sperma (ejakulasi) dengan mengontraksikan otot PC. Pada proses ini, jangan pernah tutup mata Anda dan tariklah napas dalam-dalam. Di sini Anda akan merasakan kenikmatan sebuah orgasme tanpa harus ejakulasi.
Setelah itu, rilekslah untuk beberapa menit sehingga Anda mendapat waktu beristirahat. Tanpa disadari, Anda sudah melakukan orgasme pertama, dan siap melakukan orgasme berikutnya!
Sumber : The Complete Book of Mens Health
Banyak pria beranggapan multiple orgasm adalah kemampuan mencapai ereksi sesegera mungkin setelah mengalami ejakulasi, untuk kemudian ereksi lagi dan mencapai klimaks.
Sebagian besar fokus seksualitas pria biasanya tertuju pada ejakulasi semata, ketimbang proses aktual bercinta. Padahal ketika seorang pria dapat melakukan orgasme berulang, dia tak hanya akan memuaskan dirinya, tetapi juga secara efektif dapat memuaskan pasangannya.
Secara teknis, multiple orgasm terjadi dalam sebuah rangkaian tanpa adanya rangsangan yang terputus antara kedua pasangan. Wanita telah diberkahi kemampuan untuk melakukan multiple orgasm. Namun, tak banyak yang tahu bahwa pria juga sebenarnya bisa melakukan hal yang sama asalkan melatihnya secara benar.
Dalam kasus wanita, multiple orgasm berarti dapat meneruskan lagi rangsangan seksual secepatnya setelah mengalami masa klimaks. Biasanya waktu yang dibutuhkan hanya beberapa saat sehingga klimaks kedua pun bisa dicapai. Intinya, jika seorang wanita benar-benar mengalami beberapa kali klimaks saat berhubungan, maka ia dapat dikatakan mengalami multiple orgasm.
Sementara itu, kebanyakan pria berangapan, multiple orgasm adalah kemampuan mencapai ereksi sesegera mungkin setelah mengalami ejakulasi, untuk kemudian ereksi lagi dan mencapai klimaks.
Ini jelas sebuah anggapan yang salah karena multiple orgasm sebenarnya terjadi tanpa harus kehilangan ereksi di antara proses orgasme. Jadi, multiple orgasme pada pria hanya melibatkan orgasme semata, dan tidak ejakulasi. Satu-satunya pengecualian di sini adalah ejakulasi tersebut mengikuti orgasme terakhir pada kejadian multi-orgasme.
Latih otot PC Anda
Jika pria ingin mengalami "getaran hebat" berulang-ulang, maka kuncinya adalah ereksi yang sempurna dan kemampuan menahan ejakulasi. Untuk mencapai kemampuan ini, ada beberapa teknik yang dianjurkan, misalnya dengan melatih otot dasar panggul atau pubococcygeus (PC) yang dikenal sebagai otot seksual utama pendukung fungsi seksual wanita maupun pria. Faktor stamina juga memegang peran penting supaya tak mudah mengalami kelelahan.
Seorang terapis seks bernama Barbara Kesling, PhD, dalam buku The Complete Book of Mens Health mengemukakan, untuk mencapai multiple orgasm, seorang pria dapat melakoni program yang terdiri dari dua bagian, yakni fisik dan mental.
Untuk program fisik, pria harus rajin melatih otot PC (yang biasa digunakan saat Anda ingin menghentikan aliran kencing) dengan cara mengontraksikan dan mengendurkannya selama beberapa kali dalam sehari.
Latihan otot PC ini juga sering dikenal dengan nama senam kegel. Senam ini sangat sederhana, sama seperti halnya saat menahan kencing. Anda.bisa melakukannya di kantor, antre di bank, menonton TV, atau saat menelepon. Bahkan, Anda pun bisa memulainya sekarang.
Awalilah latihan dengan mencoba melakukan beberapa kali kontraksi singkat (flick). Setelah itu, kontraksikan dan kendurkan otot PC Anda sebanyak 10 kali secara berturut-turut dalam waktu singkat. Kemudian, cobalah mengontraksikan otot PC dan menahannya selama 15 detik.
Lakukanlah secara teratur dan tingkatkan secara bertahap latihan hingga Anda bisa melakukan 10 kali flick dan 10 kali latihan menahan otot PC setiap hari. Hasilnya akan tampak pada 3-4 minggu kemudian. Dengan catatan, senam ini dijalani teratur dan tak dilakukan berlebihan karena area genital Anda akan mengalami cedera.
Latih mental
Untuk latihan mental, program dipusatkan pada pikiran dan otak. Di sini Anda harus belajar fokus dan mengidentifikasi setiap tahapan rangsangan selama berhubungan. Dengan begitu, Anda akan tahu kapan kemampuan mengatur otot PC dapat digunakan guna mencegah ejakulasi.
Memahami tahapan rangsangan yang Anda lalui menjelang orgasme dapat dilakukan ketika Anda berhubungan ataupun masturbasi. Seorang dokter, dr Kesling, membuat tahapan ini dalam level 1 hingga 10, yakni level 1 untuk tahapan tanpa rangsangan hingga 10 untuk tahap orgasme.
Ketika Anda sudah terlatih mengatur otot PC dan memahami dengan baik tahapan rangsangan seksual, tahap berikutnya adalah melatih diri untuk menghentikan sejenak (pause) di setiap level rangsangan berbeda. Penting artinya di sini untuk memiliki partner yang kooperatif dan sensitif.
Ketika berhubungan, awali proses penetrasi dengan perlahan hingga Anda mencapai level 4. Kemudian tahan dan ambilah napas dalam-dalam sambil mengontraksikan otot PC Anda. Dengan begitu, level rangsangan Anda akan menurun setidaknya hingga satu atau dua level. Setelah itu, cobalah untuk kembali beraksi dan berupaya meningkatkan level rangsangan Anda, lalu tahan lagi dan lakukan secara berulang menggunakan otot PC.
Pada saat rangsangan mendekati level tertinggi (level 10), kerahkan segala kemampuan untuk menahan keluarnya sperma (ejakulasi) dengan mengontraksikan otot PC. Pada proses ini, jangan pernah tutup mata Anda dan tariklah napas dalam-dalam. Di sini Anda akan merasakan kenikmatan sebuah orgasme tanpa harus ejakulasi.
Setelah itu, rilekslah untuk beberapa menit sehingga Anda mendapat waktu beristirahat. Tanpa disadari, Anda sudah melakukan orgasme pertama, dan siap melakukan orgasme berikutnya!
Sumber : The Complete Book of Mens Health
Rabu, 14 September 2011
Sakit dan Penawarnya
Sakit adalah perasaan yang tidak nyaman dalam diri kita.
Sakit bisa terasa terhadap fisik, psikis ataupun sosial. Syariatnya sakit fisik bisa terjadi karena penyakit yang disebabkan pola makan tidak teratur, makanan yang tidak cocok ataupun karena ketidak seimbangan dalam pola hidup.
Sakit psikis atau secara psikologi bisa terjadi karena adanya suatu permasalahan pada kondisi mental tidak siap menerima, misalnya seseorang yang baru terkena PHK (Putus Hubungan Kerja) atau karena hancurnya suatu usaha dan lain sebagainya. Sementara sakit social bisa timbul karena adanya penyakit hati seperti kecemburuan/iri, dengki, dendam, sombong dan lain sebagainya.
Terkadang juga penyakit sosial bisa menimbulkan psikis terganggu ataupun bahkan fisik menjadi sakit, begitu juga sebaliknya. Hakikatnya semuanya penyakit yang diderita oleh kita adalah karena atas kehendak Yang Maha Kuasa.
Sakit merupakan keputusan Allah, maka atas kasih sayang-Nya tidak ada suatu penyakitpun yang tidak ada obatnya, sebagaimana Rasulullah SAW bersabda :
“Berobatlah kalian, maka sesungguhnya Allah SWT tidak mendatangkan penyakit kecuali mendatangkan juga obatnya, kecuali penyakit tua.” (HR. Tirmidzi).
“Setiap penyakit ada obatnya. Jika obat itu tepat mengenai sasarannya, maka dengan izin Allah penyakit itu akan sembuh.” (HR. Muslim dan Ahmad).
Seringkali kita mendengar bahwa karena sakit yang berlebihan dan sulit diobati menjadikan seseorang berputus asa, bahkan adakalanya karena tersiksa oleh penderitaannya menjadikannya mengambil jalan pintas. Padahal Islam dengan tegas melarang hal yang demikian sebagaimana Allah berfirman :
“Katakanlah, hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah berputus asa dari rahmat Allah, sesungguhnya Allah mengampuni segala dosa. Sesungguhnya Dia Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Az Zumar, QS 39 : 53).
Sesungguhnya jika Allah memberikan sesuatu kepada kita baik yang menyenangkan maupun yang menyakitkan tentulah ada maksudnya. Pemahamannya, bisa jadi sesuatu yang menyenangkan merupakan kabar buruk bagi kita dan sebaliknya sesuatu yang menyedihkan atau menyakitkan adalah kabar baik. Oleh karena itu apabila kita menyikapinya dengan pemahaman spiritual (agama), maka seberat-beratnya penyakit yang kita derita adalah seringan-ringannya kita dapat menarik sebanyak-banyaknya pahala kebaikan. Artinya di kala kita lelah berusaha mengatasi suatu penyakit dengan syariat medis yang tidak kunjung ada kebaikan, maka memasrahkan diri kepada Allah-lah adalah obatnya yang paling mujarab.
Pasrah dengan suatu keikhlasan akan menghadirkan ketenangan jiwa. Ketenangan jiwa adalah segala-galanya yang dapat menjadikan kekuatan sempurna dalam menghadapi masalah apapun.
Ketenangan jiwa mengandung kekuatan spiritual (kerohanian) yang dapat membangkitkan rasa percaya diri (self confident) dan rasa optimis, di mana kedua hal tersebut sangat diperlukan dalam proses penyembuhan suatu penyakit, tentunya disamping pengobatan secara medis. Itulah barangkali sebabnya, mengapa Organisasi Kesehatan Sedunia (WHO) yang sebelumnya tahun 1947 memberikan batasan sehat hanya dari 3 (tiga) aspek saja yakni sehat dalam arti fisik, psikologik dan social, maka sejak tahun 1984 batasan tersebut berubah dengan tambahan aspek spiritual (kerohanian), sehingga pengertian sehat seutuhnya menjadi sehat fisik, psikologik, social dan spiritual (bio-psiko-sosio-spiritual).
Dalam ajaran Islam, bila dikaji secara mendalam tuntunan ke arah pengertian sehat seutuhnya banyak tercantum dalam ayat-ayat Al-Qur’an, di antaranya :
“Katakanlah : Al-Qur’an itu adalah petunjuk dan penawar (penyembuh) bagi orang-orang yang beriman.” (Fushshilat, QS 41 : 44).
“Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya. Maka masuklah ke dalam jama’ah hamba-hamba-Ku, dan masuklah ke dalam surga-Ku.” (Al-Fajr, QS 89 : 27-30).
Dengan demikian, maka sebaik-baiknya obat penawar penderitaan yang juga bisa dikatakan sebagai pelengkap pengobatan secara medis adalah memasrahkan diri kepada Allah SWT dengan senantiasa mengingat-Nya serta berdo’a memohon pertolongan-Nya.
Tuntunan mengenai hal ini dijelaskan dalam Al-Qur’an dan hadis :
1.Hendaklan kita meningkatkan nilai keimanan sebagai pangkal kekuatan dengan meyakini bahwa penyakit yang kita hadapi adalah sebagai cobaan dan ujian keimanan dari Allah SWT, sebagaimana Rasulullah SAW bersabda :
“Tidaklah seorang muslim ditimpa musibah, kesusahan, kesedihan, penyakit, gangguan menumpuk pada dirinya (karena banyaknya) kecuali Allah hapuskan akan dosa-dosanya.” (HR.Bukhari dan Muslim).
2. Hendaklah kita bersabar dalam menghadapinya serta tawakal menjalankan perintah-Nya, karena kesabaran dan tawakal dalam menerima cobaan merupakan kunci menuju ketenangan jiwa. Dalam hal ini Allah Ta’ala berfirman :
“Wahai orang-orang yang beriman, mintalah pertolongan dengan sabar dan salat, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.” (Al-Baqarah, QS 2 : 153).
“Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.” (Az Zumar, QS 39 : 10).
3. Adakalanya orang yang ditimpa suatu penyakit, ia berkeluh kesah dengan menunjukan ketidak sabarannya serta tidak jarang berburuk sangka kepada Allah. Oleh karena itu, agar memperoleh kesembuhan hendaklah tetap berbaik sangka kepada Allah, sebagaimana Rasulullah SAW bersabda :
“Aku senantiasa berada di samping hamba-Ku yang berbaik sangka dan Aku tetap bersamanya selama ia tetap ingat pada-Ku.” (HR.Bukhari dan Muslim).
Andaipun karena suatu penyakit seseorang ditakdirkan untuk meninggal, maka hendaknya tetap berbaik sangka kepada Allah, karena kepada-Nya-lah kita semua kembali. Hal ini ditegaskan dalam sebuas Hadis Nabi :
“Janganlah ada seorangpun di antaramu yang meninggal, kecuali dalam keadaan berbaik sangka semata-mata hanya kepada Allah.” (HR.Muslim).
4.Hendaklah bertobat dan menyucikan diri dengan senantiasa memohon ampunan-Nya serta memperbanyak shadaqoh. Bertobat dan menyucikan diri adalah perbuatan mendekatkan diri kepada Allah yang sangat disukai oleh-Nya dan hal ini akan sangat berpengaruh kepada proses pengembalian kepercayaan diri. Sementara manfaat shadaqoh tidak hanya sebatas memberikan bantuan kepada yang diberi, melainkan bagi yang bershadaqah ada nilai penyembuhan. Tentang tobat dan menyucikan diri serta keharusan shadaqoh ditegaskan dalam Al-Qur’an dan Hadis nabi :
“…Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang tobat dan menyukai orang-orang yang menyucikan diri.” (Al-Baqarah, QS 2 : 222).
“Ambilah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan mendo’alah untuk mereka. Sesungguhnya do’a kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka, dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (Tobat, QS 9 : 103).
“Bersihkanlah hartamu dengan membayar zakatnya, sembuhkanlah penyakit-penyakitmu dengan bersedekah dan hadapi ujianmu dengan do’a.” (HR.Tabrani).
5. Hendaklah senantiasa mengingat Allah (berdzikir), karena dengan berdzikir akan menyerap energy positif , di mana hati dan pikiran akan menjadi bersih yang tentunya secara psikologis sangat berpengaruh positif kepada ketenangan jiwa.
Tentang hal ini dijelaskan dalam Al-Qur’an dan Hadis Nabi :
“Hai orang-orang yang beriman, berzikirlah (dengan menyebut nama) Allah, Zikir yang sebanyak-banyaknya. Dan bertasbihlah kepada-Nya di waktu pagi dan siang. Dia-lah yang member rahmat kepadamu dan malaikat-Nya (memohonkan ampunan untukmu), supaya Dia mengeluarkan kamu dari kegelapan kepada cahaya (yang terang). Dan adalah Dia Maha Penyayang kepada orang-orang yang beriman.” (Al-Ahzab, QS 33 : 41-43).
“Perumpamaan orang yang dzikir (ingat) kepada Tuhannya dengan orang yang tidak dzikir (ingat) kepada Tuhannya adalah bagaikan perumpamaan orang yang hidup dengan orang yang mati.” (HR.Bukhari).
Pengertian dzikir tidak terbatas pada bacaan dzikir seperti Al Asma’ul Husna (99 sifat Allah), akan tetapi juga meliputi segala bacaan dzikir baik dalam do’a, salat ataupun segala amalan kebaikan.
Kekuasaan Allah begitu luas, menentukan dan memutuskan sesuatu terjadi terhadap apa dan siapa yang dikehendaki-Nya. Bila sesuatu terjadi terhadap kehidupan kita, maka tak ada sesuatupun yang mampu melawannya selain hanya memohon pertolongan-Nya. Allah mendatangkan penyakit yang menyebabkan rasa sakit dan penderitaan, maka atas sebab-Nya-lah adanya kesembuhan. Sebagaimana dalam Al-Qur’an ditegaskan :
“Dan bila aku sakit Dia-lah yang menyembuhkan.” (Asy Syua’ara, QS 26 : 80).
Dengan demikian berdzikir dan berdo’a adalah obat yang paling mujarab dalam mengatasi segala penderitaan yang menimpa kita. (zaz/nov)
http://www.faktapos.com/content/agama/4896-sakit-dan-penawarnya-dalam-islam.html
Selasa, 13 September 2011
Film tentang Kemiskinan Indonesia Masuk Nominasi Oscar!
Film dokumenter tentang Indonesia Stand van de Sterren (posisi bintang gemintang) yang dibuat sineas Belanda, Leonard Retel Helmrich, berhasil lolos nominasi Oscar. Bagi sineas Belanda sendiri, ini prestasi besar dalam industri perfilman Belanda. Soalnya, belum pernah ada seorang sineas "Negeri Kincir Angin" itu yang lolos nominasi Oscar kategori tersebut. Untuk Indonesia, baru kali inilah sebuah film dokumenter bertema keluarga Indonesia masuk ke Piala Oscar.
Demikian penuturan Adi Supriadi, jurnalis warga yang menulis pandangannya mengenai film dokumenter ini di Kompasiana. Menurut Adi, film ini merupakan trilogi dari dua film sebelumnya, Stand van de Zon (mata hari) dan Stand van de Maan (bentuk bulan), yang juga telah merebut sejumlah penghargaan internasional.
Berikut tulisan lengkap penulis warga yang memiliki nama pena Ahmad Muhammad Haddad Assyarkhan ini...
Selama kurang lebih 12 tahun, Pembuat film Leonard Retel Helmrich meneliti kehidupan Bangsa Indonesia dengan ikut tinggal dari daerah kumuh Jakarta. Sama seperti sebelumnya dua Film sebelumnya tentang kemiskinan dan kesenjangan hidup Bangsa Indonesia telah banyak memenangkan penghargaan Internasional. Film yang terakhir berjudul “Stand van de Sterren” adalah Film Trilogi dari dua film sebelumnya “Stand van de Zon” dan “Stand van De Maan”, Sang Pembuat Film terus menunjukkan pola yang mendasari kehidupan di Indonesia yaitu “KORUPSI DAN KEMISKINAN”, Film Trilogi ini sudah mendapatkan penghargaan seperti :
- Winner of ‘Best International Documentary’ IDFA 2010
- Winner ‘Special Jury Award’ SUNDANCE 2011
- Winner ‘Big Stamp’ ZagrebDocs 2011
- Winner ‘Special Jury Mention’ Silverdocs 2011
Kerja apik tim membuat kerja kamera menjadi sangat revolusioner. Diceritakan dalam Film tersebut sebuah Keluarga Indonesia yaitu Sjamsuddin merupakan gambaran masalah yang paling penting dari kehidupan di Indonesia seperti Korupsi, Kemiskinan, Pelacuran, konflik antar agama, kecanduan judi, kesenjangan generasi dan perbedaan tumbuh antara miskin dan kaya.
Bangsa Indonesia yang terlena dengan mimpi-mimpi rakyat miskin untuk menjadi kaya, susahnya mencari kehidupan di Ibukota, ancaman putus sekolah, menjadi pelacur, meningkatnya ketidak percayaan rakyat kepada Pemerintah karena pemerintah asyik memperkaya diri sendiri dan kroni-kroninya dari berbagai orde baik orde lama, orde baru hingga orde reformasi, Gerakan anti pemerintah yang terus mengakar di Indonesia, Isu revolusi, sehingga maraknya terorisme adalah akibat dari kajahatan yang telah tersistemkan Pemerintah, kemudian seruan jihad untuk melawan pemerintah yang menjajah bangsa sendiri, jihad ekonomi melawan kemiskinan terus berkumandang menjadi tema sentral dalam film Stand Van De Sterren ini.
Dahsyatnya lagi adalah setelah mendapatkan penghargaan-penghargaan Internasional kini film tersebut mampu menembus nominasi penghargaan film bergengsi dunia, Piala Oscar (Republika,12 September 2011).
Film dokumenter ini masuk nominasi Academy Award kategori film dokumenter panjang. Bagi Sineas Belanda sendiri, Film ini adalah prestasi besar dalam industri perfilman Belanda. Belum pernah ada seorang sineas negeri kincir angin itu lolos nominasi Oscar kategori tersebut. Begitupun untuk Indonesia, karena baru kali ini sebuah film dokumenter bertema keluarga Indonesia masuk ke Piala Oscar.
Film ini sangat menggugah hati, membangkitkan motivasi, Saya suka olahan apik film ini, Apakah Film ini menjadi kebanggaan buat bangsa Indonesia? Film yang mengkritisi aktivitas korupsi pemerintah, kemiskinan dan kesenjangan sosial Bangsa Indonesia akan di tonton rakyat dunia, Membanggakan atau Memalukan menurut Anda? Saya Tunggu Komentar Terbaik Anda.
http://entertainment.kompas.com/read/2011/09/13/12313332/Film.tentang.Kemiskinan.Indonesia.Masuk.Nominasi.Oscar
Mendahulukan Allah SWT
Ibnu Abbas r.a menceritakan keadaan para sahabat yang disibukkan dengan pekerjaan dan perdagangannya. Tatkala azan berkumandang, mereka langsung meninggalkan pekerjaan dan perdagangannya, kemudian berduyun-duyun menuju masjid untuk shalat berjamaah.
Begitu pula yang disaksikan oleh Abdullah bin Umar r.a ketika datang ke sebuah pasar. Ketika tiba waktu shalat berjemaah, para pedagang serentak menutup toko-toko mereka dan bersama-sama berjalan menuju masjid.
Abdullah bin Umar r.a berkata, "Mereka inilah yang diberitakan oleh Allah SWT dalam firman-Nya, 'Orang yang tidak dilalaikan oteh perdagangan dan jual beli dari mengingat Allah, melaksanakan shalat, dan menunaikan zakat. Mereka takut pada hari ketika hati dan penglihatan menjadi guncang (hari Kiamat).' " (QS. An-Nur [24]: 37)
Rasulullah saw memberitakan mereka dalam sabdanya, yang dikutip dari kitab Durul Mantsur karangan Allamah Jalaluddin Suyuti dari Fadhail 'Amal, Maulana Muhammad Zakariyya Al-Kandhalawi r.a, "Pada hari kiamat ketika Allah SWT mengumpulkan manusia pada suatu tempat, Aliah SWT akan mensajukan tiga pertanyaan. Pertanyaan pertama, "Siapakah yang memuji Allah pada waktu senang dan susah?" Maka sekumpulan manusia akan bangun, lalu masuk ke dalam surga tanpa hisab. Pertanyaan kedua, "Siapakah yang meninggalkan tempat tidurnya dan menghabiskan malamnya untuk mengingat Altah SWT dengan perasaan takut dan penuh harap?" Lalu, sekumpulan manusia akan berdiri dan masuk ke dalam surga tanpa hisab. Pertanyaan ketiga, "Siapakah yang perdagangannya tidak menghalanginya dari mengingat Allah?" Kemudian sekumpulan manusia pun akan bangun, lalu masuk surga tanpa hisab. Setelah ketiga kumpulan manusia itu masuk surga, barulah dimulai penghisaban atas manusia yang lainnya."
http://ceritainspirasimuslim.blogspot.com/2010/03/mendahulukan-allah-swt.html
Begitu pula yang disaksikan oleh Abdullah bin Umar r.a ketika datang ke sebuah pasar. Ketika tiba waktu shalat berjemaah, para pedagang serentak menutup toko-toko mereka dan bersama-sama berjalan menuju masjid.
Abdullah bin Umar r.a berkata, "Mereka inilah yang diberitakan oleh Allah SWT dalam firman-Nya, 'Orang yang tidak dilalaikan oteh perdagangan dan jual beli dari mengingat Allah, melaksanakan shalat, dan menunaikan zakat. Mereka takut pada hari ketika hati dan penglihatan menjadi guncang (hari Kiamat).' " (QS. An-Nur [24]: 37)
Rasulullah saw memberitakan mereka dalam sabdanya, yang dikutip dari kitab Durul Mantsur karangan Allamah Jalaluddin Suyuti dari Fadhail 'Amal, Maulana Muhammad Zakariyya Al-Kandhalawi r.a, "Pada hari kiamat ketika Allah SWT mengumpulkan manusia pada suatu tempat, Aliah SWT akan mensajukan tiga pertanyaan. Pertanyaan pertama, "Siapakah yang memuji Allah pada waktu senang dan susah?" Maka sekumpulan manusia akan bangun, lalu masuk ke dalam surga tanpa hisab. Pertanyaan kedua, "Siapakah yang meninggalkan tempat tidurnya dan menghabiskan malamnya untuk mengingat Altah SWT dengan perasaan takut dan penuh harap?" Lalu, sekumpulan manusia akan berdiri dan masuk ke dalam surga tanpa hisab. Pertanyaan ketiga, "Siapakah yang perdagangannya tidak menghalanginya dari mengingat Allah?" Kemudian sekumpulan manusia pun akan bangun, lalu masuk surga tanpa hisab. Setelah ketiga kumpulan manusia itu masuk surga, barulah dimulai penghisaban atas manusia yang lainnya."
http://ceritainspirasimuslim.blogspot.com/2010/03/mendahulukan-allah-swt.html
Kehormatan Menunaikan Amanah
Pada masa jahiliah hiduplah seorang penyair bernama Umru'ul Qais keturunan kerajaan Kindah yang memiliki julukan Penyair Emas. Syair-syair nya sangat tajam mengkritik pemerintahan baru Kerajaan Kindah yang zalim. Ia pun berencana pergi ke Romawi untuk meminta bantuan dan perlindungan dari kezaliman Raja Kindah.
Sebelum berangkat, ia menitipkan tameng, persenjataan, dan barang-barang berharga lain yang nilainya sangat besar kepada Samuel sesama penyair. Qais berpesan agar jika terjadi sesuatu padanya, barang-barang tersebut hanya boleh diserahkan kepada ahli warisnya.
Konon dalam perjalanannya, Qais dibunuh oleh utusan Raja Kindah dengan cara diracun hingga nyawanya pun berakhir. Kemudian Raja Kindah menyuruh pengawalnya untuk mengambil barang-barang milik Qais dari tangan Samuel.
Akan tetapi, Samuel tidak mengizinkannya karena sudah mendapat amanah dari Qais. Segala upaya digencarkan para pengawal Raja Kindah agar barang-barang milik Qais diserahkan, mulai dari membujuk, menjanjikan imbalan, sampai mengancam. Namun, upaya tersebut tidak membuat Samuel melanggar janji dan mengkhianati amanah yang dipercayakan kepadanya.
Perilaku Samuel membuat Raja Kindah sangat geram. la pun menggunakan cara paling keras dengan mengirim tentara-tentaranya untuk menyerang Samuel dan putranya. Akan tetapi, Samuel tidak gentar. Untuk menghindari serangan tentara-tentara tersebut, Samuel berlindung di dalam benteng yang kukuh. Sementara itu, putranya melindungi ayahnya di depan benteng.
Raja zalim itu tidak kehabisan akal. Ditangkaplah putra Samuel yang melawan puluhan tentara seorang diri untuk dijadikan tawanan. Kemudian Raja memanggil Samuel untuk melihat putranya terakhir kali.
Samuel segera menuju ke atas benteng dan menyaksikan anaknya diseret dalam keadaan terikat. Raja mengancam Samuel jika masih bersikukuh tidak mau memberi barang-barang yang ia minta, anaknya akan dibunuh di hadapannya.
Ayah mana yang rela melihat anaknya menderita, apalagi jika harus mati dengan cara mengenaskan seperti itu. Akan tetapi, Samuel dengan lantang berkata, "Aku tidak akan pernah mengkhianati janji dan melanggar sumpah. Apa pun yang akan kaulakukan, tidak akan mengubah pendirianku!"
Setelah berkata demikian, putranya dibunuh di depan matanya sendiri. Bayangkan apa yang ia rasakan kini. Tiada lagi putra kesayangan yang menemani hidupnya. Semua ia lakukan demi mempertahankan amanah hingga ia harus mengorbankan putranya sendiri.
Misi penyerangan akhirnya gagal dan kali ini raja zalim itu benar-benar kehabisan akal. Mereka pun pulang meninggalkan benteng tanpa membawa hasil yang mereka inginkan.
Suatu hari anak-anak Umru'ul Qais selaku ahli waris mendatangi Samuel. la pun menyerahkan semua barang titipan Qais kepada mereka. Tidak ada dendam atau tuntutan dari Samuel atas pengorbanan yang telah ia lakukan demi menjaga warisan ayahnya. Semua ia lakukan dengan tulus. la pun menggubah syair tentang dirinya:
Kupenuhi janji
Meski getir kuhadapi
Kezaliman raja nan dengki
Meskipun orang mengkhianati
Aku tetap menepati
Sebab, kehormatan lebih aku hormati
http://ceritainspirasimuslim.blogspot.com/2010/03/kehormatan-menunaikan-amanah.html
Sebelum berangkat, ia menitipkan tameng, persenjataan, dan barang-barang berharga lain yang nilainya sangat besar kepada Samuel sesama penyair. Qais berpesan agar jika terjadi sesuatu padanya, barang-barang tersebut hanya boleh diserahkan kepada ahli warisnya.
Konon dalam perjalanannya, Qais dibunuh oleh utusan Raja Kindah dengan cara diracun hingga nyawanya pun berakhir. Kemudian Raja Kindah menyuruh pengawalnya untuk mengambil barang-barang milik Qais dari tangan Samuel.
Akan tetapi, Samuel tidak mengizinkannya karena sudah mendapat amanah dari Qais. Segala upaya digencarkan para pengawal Raja Kindah agar barang-barang milik Qais diserahkan, mulai dari membujuk, menjanjikan imbalan, sampai mengancam. Namun, upaya tersebut tidak membuat Samuel melanggar janji dan mengkhianati amanah yang dipercayakan kepadanya.
Perilaku Samuel membuat Raja Kindah sangat geram. la pun menggunakan cara paling keras dengan mengirim tentara-tentaranya untuk menyerang Samuel dan putranya. Akan tetapi, Samuel tidak gentar. Untuk menghindari serangan tentara-tentara tersebut, Samuel berlindung di dalam benteng yang kukuh. Sementara itu, putranya melindungi ayahnya di depan benteng.
Raja zalim itu tidak kehabisan akal. Ditangkaplah putra Samuel yang melawan puluhan tentara seorang diri untuk dijadikan tawanan. Kemudian Raja memanggil Samuel untuk melihat putranya terakhir kali.
Samuel segera menuju ke atas benteng dan menyaksikan anaknya diseret dalam keadaan terikat. Raja mengancam Samuel jika masih bersikukuh tidak mau memberi barang-barang yang ia minta, anaknya akan dibunuh di hadapannya.
Ayah mana yang rela melihat anaknya menderita, apalagi jika harus mati dengan cara mengenaskan seperti itu. Akan tetapi, Samuel dengan lantang berkata, "Aku tidak akan pernah mengkhianati janji dan melanggar sumpah. Apa pun yang akan kaulakukan, tidak akan mengubah pendirianku!"
Setelah berkata demikian, putranya dibunuh di depan matanya sendiri. Bayangkan apa yang ia rasakan kini. Tiada lagi putra kesayangan yang menemani hidupnya. Semua ia lakukan demi mempertahankan amanah hingga ia harus mengorbankan putranya sendiri.
Misi penyerangan akhirnya gagal dan kali ini raja zalim itu benar-benar kehabisan akal. Mereka pun pulang meninggalkan benteng tanpa membawa hasil yang mereka inginkan.
Suatu hari anak-anak Umru'ul Qais selaku ahli waris mendatangi Samuel. la pun menyerahkan semua barang titipan Qais kepada mereka. Tidak ada dendam atau tuntutan dari Samuel atas pengorbanan yang telah ia lakukan demi menjaga warisan ayahnya. Semua ia lakukan dengan tulus. la pun menggubah syair tentang dirinya:
Kupenuhi janji
Meski getir kuhadapi
Kezaliman raja nan dengki
Meskipun orang mengkhianati
Aku tetap menepati
Sebab, kehormatan lebih aku hormati
http://ceritainspirasimuslim.blogspot.com/2010/03/kehormatan-menunaikan-amanah.html
Senin, 12 September 2011
Lima Cara Memperlakukan Hati
Hati memiliki kedudukan yang sangat penting. Baik dan buruknya seseorang sangat tergantung pada bagaimana keadaan hatinya, bila hatinya baik, maka baiklah orang itu dan bila hatinya buruk, buruklah orang itu. Rasulullah saw bersabda:
“Ingatlah, di dalam tubuh manusia terdapat segumpal daging. Apabila ia baik, baiklah anggota tubuh dan apabila ia buruk, buruk pulalah tubuh manusia. Ingatlah, segumpal daging itu adalah hati” (HR. Bukhari dan Muslim).
Oleh karena itu hati harus kita perlakukan dengan baik dalam kehidupan ini. Paling tidak ada empat hal yang harus kita perlakukan terhadap hati kita masing-masing.
1. Dibuka
Hati harus dibuka dan jangan sampai kita tutup. Yang menutup hati biasanya orang-orang kafir sehingga peringatan dan petunjuk tidak bisa masuk ke dalam hatinya, Allah swt berfirman:
“Sesungguhnya orang-orang kafir, sama saja bagi mereka, kamu beri peringatan atau tidak kamu beri peringatan, mereka tidak akan beriman. Allah telah mengunci-mati hati dan pendengaran mereka, dan penglihatan mereka ditutup. Dan bagi mereka siksa yang amat berat” (QS Al-Baqarah [2]:6-7)
Karena itu ketika Umar bin Khattab menutup hatinya dari petunjuk ia menjadi kafir bahkan sangat membenci Rasulullah saw hingga bermaksud membunuhnya, namun ketika hati sudah dibuka dengan mudah petunjuk bisa masuk ke dalam hatinya yang membuatnya tidak hanya beriman tapi amat mencintai Rasulullah saw.
Hal yang amat berbahaya bila hati tertutup selain petunjuk dan nasihat tidak bisa masuk, keburukan yang ada di dalam hati juga tidak bisa keluar sehingga meskipun kita tahu bahwa itu buruk amat sulit bagi kita untuk mengeluarkan atau membuangnya.
Ibarat ruangan, bila kita buka pintu dan jendelanya, maka udara kotor bisa keluar dan udara bersih bisa masuk sehingga akan kita rasakan kesegaran jiwa. Berbagai bencana yang kita nilai dahsyat dalam kehidupan kita di dunia ini bisa kita pahami sebagai bentuk upaya menggedor hati manusia agar mau membukanya dan mengakui kebesaran Allah swt, namun ternyata hati yang tertutup rapat tetap saja tidak terbuka, mereka hanya mengatakan hal itu sebagai fenomena alam.
2. Dibersihkan.
Seperti halnya badan dan benda-benda, hati bisa mengalami kekotoran, namun kotornya hati bukanlah dengan debu, hati menjadi kotor bila padanya ada sifat-sifat yang menunjukkan kesukaannya kepada hal-hal yang bemilai dosa, padahal dosa seharusnya dibenci.
Oleh karena itu, bila dosa kita sukai apalagi sampai kita lakukan, maka jalan terbaik adalah bertaubat sehingga ia menjadi bersih kembali, Rasulullah saw bersabda: “Orang yang bertaubat dari dosanya seperti orang yang tidak menyandang dosa” (HR. Thabrani).
Hati yang bersih akan membuat seseorang menjadi sangat sensitif terhadap dosa, karena dosa adalah kotoran “Dan janganlah engkau hinakan aku pada hari mereka dibangkitkan, (yaitu) di hari harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna, kecuali orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih” (QS Asy Syu’araa [26]:87-89).
3. Dilembutkan
Kelembutan hati merupakan sesuatu yang amat penting untuk dimiliki, hal ini karena dengan hati yang lembut, hubungan dengan orang lain akan berlangsung dengan baik dan ia mudah menerima nilai-nilai kebenaran.
Kelembutan hati akan membuat kita meman-dang dan menyikapi orang lain dengan sudut pandang kasih sayang sehingga bila ada orang lain mengalami kesulitan hidup, ingin rasanya kita mengatasi persoalan hidupnya, ketika kita melihat orang susah, ingin sekali kita mudahkan, tegasnya kelembutan hati menjauhkan kita dari rasa benci kepada orang lain meskipun ia orang yang tidak baik, karena kitapun ingin memperbaiki orang yang belum baik.
Untuk bisa melembutkan hati, seorang muslim bisa melakukannya dengan banyak cara, diantaranya menyayangi anak yatim dan orang-orang miskin. Dalam satu hadits disebutkan:
“Seorang lelaki pernah datang kepada Rasulullah saw seraya melaporkan kekerasan hatinya, maka beliau menasihatinya: ‘Usaplah kepala anak yatim dan berilah makanan kepada orang miskin’ ” (HR. Ahmad).
Karena itu, amat disayangkan bila ada orang yang hatinya keras bagaikan batu sehingga sulit untuk diberi nasihat dan peringatan sebagaimana yang terjadi pada Bani Israil seperti yang disebutkan Allah swt dalam firman-Nya:
“Kemudian setelah itu hatimu menjadi keras seperti batu, bahkan lebih keras lagi. Padahal diantara batu-batu itu sungguh ada yang mengalir sungai-sungai daripadanya dan di antaranya sungguh ada yang terbelah lalu keluarlah mata air daripadanya dan di antaranya sungguh ada yang meluncur jatuh, karena takut kepada Allah. Dan Allah sekali-kali tidak lengah dari apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Baqarah [2]:74).
4. Disehatkan
Jasmani yang sehat membuat kita memiliki gairah dan semangat dalam menjalani kehidupan dan makanan yang lezat bisa kita nikmati. Namun bila jasmani sakit tidak ada gairah hidup dan makanan yang enaktidak antusias bagi kita untuk memakannya dan bila kita makanpun tidak kita rasakan kelezatannya.
Begitu pula halnya dengan hati, bila hati sakit kita tidak suka pada kebaikan dan kebenaran. Islam merupakan agama yang nikmat, namun bagi orang yang hatinya sakit tidak dirasakan kenikamatan menjalankan ajaran Islam kecuali sekadar menggugurkan kewajiban.
Hati yang sakit biasanya dimiliki oleh orang munafik, mereka nyatakan beriman tapi sekadar dilisan, mereka laksanakan kebaikan termasuk shalat tapi maksudnya adalah mendapatkan pujian orang, karena itu tidak mereka rasakan nikmatnya beribadah dan berbuat baik.
Allah swt berfirman: Diantara manusia ada yang mengatakan: “Kami beriman kepada Allah dan Hari kemudian”, padahal mereka itu sesungguhnya bukan orang-orang yangberiman. Mereka hendak menipu Allah dan orang-orangyang beriman, pada hal mereka hanya menipu dirinyasendiri sedang mereka tidak sadar. Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah penyakitnya; dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta. (QS Al Baqarah [2]:8-10)
Karena itu, orang munafik akan mengalami penyesalan yang amat dalam disebabkan keburukan yang mereka sembunyikan di dalam hatinya, Allah swt berfirman: Maka kamu akan melihat orang-orang yang ada penyakit dalam hatinya (orang-orang munafik) bersegera mendekati mereka (Yahudi dan Nasrani), seraya berkata: “Kami takut akan mendapat bencana.” Mudah-mudahan Allah akan mendatangkan kemenangan (kepada Rasul-Nya), atau sesuatu keputusan dari sisi-Nya. Maka karena itu, mereka menjadi menyesal terhadap apa yang mereka rahasiakan dalam diri mereka.” (QS Al Maidah [5]:52)
5. Ditajamkan
Hati harus kita asah hingga menjadi seperti pisau yang tajam. Pisau yang tajam akan mudah memotong dan membelah sesuatu. Bila hati kita tajam akan mudah pula membedakan mana haq dan mana yang bathil, bahkan perintahpun tidak selalu harus disampaikan dengan kalimat perintah, dengan bahasa isyarat saja sudah cukup dipahami kalau hal itu merupakan perintah yang harus dilaksanakan.
Nabi Ibrahim dan Ismail as merupakan diantara contoh orang yang memiliki ketajaman hati sehingga perintah Allah swt untuk menyembelih Ismail cukup disampaikan melalui mimpi dan Ismail menangkap hal itu sebagai perintah ketika Nabi Ibrahim menceritakannya, padahal Nabi Ibrahim tidak menyatakan bahwa hal itu merupakan perintah dari Allah swt.
Untuk mendidik kita menjadi orang yang memiliki ketajaman hati, puasa merupakan salah satu caranya, karenanya pada waktu puasa, teguran orang lain kepada kita meskipun dengan bahasa isyarat kita sudah menyadari akan kesalahan yang kita lakukan.
Sumber: Khairu Ummah Edisi 25 Tahun XX Juni 2011
http://mimbarjumat.com/archives/1310
“Ingatlah, di dalam tubuh manusia terdapat segumpal daging. Apabila ia baik, baiklah anggota tubuh dan apabila ia buruk, buruk pulalah tubuh manusia. Ingatlah, segumpal daging itu adalah hati” (HR. Bukhari dan Muslim).
Oleh karena itu hati harus kita perlakukan dengan baik dalam kehidupan ini. Paling tidak ada empat hal yang harus kita perlakukan terhadap hati kita masing-masing.
1. Dibuka
Hati harus dibuka dan jangan sampai kita tutup. Yang menutup hati biasanya orang-orang kafir sehingga peringatan dan petunjuk tidak bisa masuk ke dalam hatinya, Allah swt berfirman:
“Sesungguhnya orang-orang kafir, sama saja bagi mereka, kamu beri peringatan atau tidak kamu beri peringatan, mereka tidak akan beriman. Allah telah mengunci-mati hati dan pendengaran mereka, dan penglihatan mereka ditutup. Dan bagi mereka siksa yang amat berat” (QS Al-Baqarah [2]:6-7)
Karena itu ketika Umar bin Khattab menutup hatinya dari petunjuk ia menjadi kafir bahkan sangat membenci Rasulullah saw hingga bermaksud membunuhnya, namun ketika hati sudah dibuka dengan mudah petunjuk bisa masuk ke dalam hatinya yang membuatnya tidak hanya beriman tapi amat mencintai Rasulullah saw.
Hal yang amat berbahaya bila hati tertutup selain petunjuk dan nasihat tidak bisa masuk, keburukan yang ada di dalam hati juga tidak bisa keluar sehingga meskipun kita tahu bahwa itu buruk amat sulit bagi kita untuk mengeluarkan atau membuangnya.
Ibarat ruangan, bila kita buka pintu dan jendelanya, maka udara kotor bisa keluar dan udara bersih bisa masuk sehingga akan kita rasakan kesegaran jiwa. Berbagai bencana yang kita nilai dahsyat dalam kehidupan kita di dunia ini bisa kita pahami sebagai bentuk upaya menggedor hati manusia agar mau membukanya dan mengakui kebesaran Allah swt, namun ternyata hati yang tertutup rapat tetap saja tidak terbuka, mereka hanya mengatakan hal itu sebagai fenomena alam.
2. Dibersihkan.
Seperti halnya badan dan benda-benda, hati bisa mengalami kekotoran, namun kotornya hati bukanlah dengan debu, hati menjadi kotor bila padanya ada sifat-sifat yang menunjukkan kesukaannya kepada hal-hal yang bemilai dosa, padahal dosa seharusnya dibenci.
Oleh karena itu, bila dosa kita sukai apalagi sampai kita lakukan, maka jalan terbaik adalah bertaubat sehingga ia menjadi bersih kembali, Rasulullah saw bersabda: “Orang yang bertaubat dari dosanya seperti orang yang tidak menyandang dosa” (HR. Thabrani).
Hati yang bersih akan membuat seseorang menjadi sangat sensitif terhadap dosa, karena dosa adalah kotoran “Dan janganlah engkau hinakan aku pada hari mereka dibangkitkan, (yaitu) di hari harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna, kecuali orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih” (QS Asy Syu’araa [26]:87-89).
3. Dilembutkan
Kelembutan hati merupakan sesuatu yang amat penting untuk dimiliki, hal ini karena dengan hati yang lembut, hubungan dengan orang lain akan berlangsung dengan baik dan ia mudah menerima nilai-nilai kebenaran.
Kelembutan hati akan membuat kita meman-dang dan menyikapi orang lain dengan sudut pandang kasih sayang sehingga bila ada orang lain mengalami kesulitan hidup, ingin rasanya kita mengatasi persoalan hidupnya, ketika kita melihat orang susah, ingin sekali kita mudahkan, tegasnya kelembutan hati menjauhkan kita dari rasa benci kepada orang lain meskipun ia orang yang tidak baik, karena kitapun ingin memperbaiki orang yang belum baik.
Untuk bisa melembutkan hati, seorang muslim bisa melakukannya dengan banyak cara, diantaranya menyayangi anak yatim dan orang-orang miskin. Dalam satu hadits disebutkan:
“Seorang lelaki pernah datang kepada Rasulullah saw seraya melaporkan kekerasan hatinya, maka beliau menasihatinya: ‘Usaplah kepala anak yatim dan berilah makanan kepada orang miskin’ ” (HR. Ahmad).
Karena itu, amat disayangkan bila ada orang yang hatinya keras bagaikan batu sehingga sulit untuk diberi nasihat dan peringatan sebagaimana yang terjadi pada Bani Israil seperti yang disebutkan Allah swt dalam firman-Nya:
“Kemudian setelah itu hatimu menjadi keras seperti batu, bahkan lebih keras lagi. Padahal diantara batu-batu itu sungguh ada yang mengalir sungai-sungai daripadanya dan di antaranya sungguh ada yang terbelah lalu keluarlah mata air daripadanya dan di antaranya sungguh ada yang meluncur jatuh, karena takut kepada Allah. Dan Allah sekali-kali tidak lengah dari apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Baqarah [2]:74).
4. Disehatkan
Jasmani yang sehat membuat kita memiliki gairah dan semangat dalam menjalani kehidupan dan makanan yang lezat bisa kita nikmati. Namun bila jasmani sakit tidak ada gairah hidup dan makanan yang enaktidak antusias bagi kita untuk memakannya dan bila kita makanpun tidak kita rasakan kelezatannya.
Begitu pula halnya dengan hati, bila hati sakit kita tidak suka pada kebaikan dan kebenaran. Islam merupakan agama yang nikmat, namun bagi orang yang hatinya sakit tidak dirasakan kenikamatan menjalankan ajaran Islam kecuali sekadar menggugurkan kewajiban.
Hati yang sakit biasanya dimiliki oleh orang munafik, mereka nyatakan beriman tapi sekadar dilisan, mereka laksanakan kebaikan termasuk shalat tapi maksudnya adalah mendapatkan pujian orang, karena itu tidak mereka rasakan nikmatnya beribadah dan berbuat baik.
Allah swt berfirman: Diantara manusia ada yang mengatakan: “Kami beriman kepada Allah dan Hari kemudian”, padahal mereka itu sesungguhnya bukan orang-orang yangberiman. Mereka hendak menipu Allah dan orang-orangyang beriman, pada hal mereka hanya menipu dirinyasendiri sedang mereka tidak sadar. Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah penyakitnya; dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta. (QS Al Baqarah [2]:8-10)
Karena itu, orang munafik akan mengalami penyesalan yang amat dalam disebabkan keburukan yang mereka sembunyikan di dalam hatinya, Allah swt berfirman: Maka kamu akan melihat orang-orang yang ada penyakit dalam hatinya (orang-orang munafik) bersegera mendekati mereka (Yahudi dan Nasrani), seraya berkata: “Kami takut akan mendapat bencana.” Mudah-mudahan Allah akan mendatangkan kemenangan (kepada Rasul-Nya), atau sesuatu keputusan dari sisi-Nya. Maka karena itu, mereka menjadi menyesal terhadap apa yang mereka rahasiakan dalam diri mereka.” (QS Al Maidah [5]:52)
5. Ditajamkan
Hati harus kita asah hingga menjadi seperti pisau yang tajam. Pisau yang tajam akan mudah memotong dan membelah sesuatu. Bila hati kita tajam akan mudah pula membedakan mana haq dan mana yang bathil, bahkan perintahpun tidak selalu harus disampaikan dengan kalimat perintah, dengan bahasa isyarat saja sudah cukup dipahami kalau hal itu merupakan perintah yang harus dilaksanakan.
Nabi Ibrahim dan Ismail as merupakan diantara contoh orang yang memiliki ketajaman hati sehingga perintah Allah swt untuk menyembelih Ismail cukup disampaikan melalui mimpi dan Ismail menangkap hal itu sebagai perintah ketika Nabi Ibrahim menceritakannya, padahal Nabi Ibrahim tidak menyatakan bahwa hal itu merupakan perintah dari Allah swt.
Untuk mendidik kita menjadi orang yang memiliki ketajaman hati, puasa merupakan salah satu caranya, karenanya pada waktu puasa, teguran orang lain kepada kita meskipun dengan bahasa isyarat kita sudah menyadari akan kesalahan yang kita lakukan.
Sumber: Khairu Ummah Edisi 25 Tahun XX Juni 2011
http://mimbarjumat.com/archives/1310
Berjiwa Besar
Allah SWT berfirman dalam QS Fussilat (41):
Dan tidak lah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang di antaramu dan di antara dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia. Sifat-sifat yang baik itu tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang sabar (berjiwa besar) dan tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang mempunyai keuntungan yang besar.
Ayat ini secara tegas memberikan pedoman dan petunjuk tentang kebaikan dan keburukan serta sikap dan tata cara menghadapinya.
Pertama, kebaikan, seperti keadilan, kesejahteraan, keindahan, dan kemanfaatan tak akan pernah sama dengan keburukan, seperti kezaliman, kesenjangan, dan kemudharatan. Orang-orang yang beriman adalah orang-orang yang senang memproduksi dan melahirkan kebaikan-kebaikan yang bermanfaat, baik bagi dirinya, keluarganya, lingkungannya, maupun masyarakat dan bangsanya.
Ketika ia menjadi pejabat, misalnya, ia akan menjadi pejabat yang adil yang selalu berusaha menegakkan keadilan dan kejujuran serta berorientasi pada kepentingan masyarakat dan bangsanya. Ia berusaha keras menghindarkan diri dari perbuatan zalim, khianat, dan korup yang merusak tatanan kehidupan masyarakat.
Ketika ia berusaha memiliki harta, ia akan berusaha mendapatkannya dengan cara yang halal dan bersih yang jauh dari penipuan, penggelapan, dan pengkhianatan. Ketika ia bermuamalah dengan sesamanya, ia berusaha dengan muamalah hasanah yang mencerminkan nilai-nilai keislaman yang menjadi pandangan hidupnya. Ia akan berusaha menjenguk tetangganya yang sakit, memberi pertolongan pada orang yang membutuhkan, memperhatikan kehidupan orang-orang fakir miskin, anak-anak yatim, serta kaum dhuafa lainnya.
Kedua, ketika menghadapi ketidakbaikan/ keburukan yang diterimanya dari orang lain, seperti sikap-sikap sinis, apriori, dan selalu disalahkan, orang yang beriman tidak serta-merta membalasnya dengan sikap serupa. Kadang kala ia pun membalasnya dengan kebaikan. Ketika orang lain memutus kan tali persaudaraan, ia berusaha menyambungkannya kembali.
Ketika orang lain enggan berkunjung kepadanya, ia berusaha mengunjunginya. Ketika orang lain berlaku kikir kepadanya, ia berusaha untuk bermurah hati kepadanya. Sikap yang semacam inilah yang dianjurkan oleh ayat tersebut sehingga menyebabkan perubahan keadaan, yang asalnya membenci menjadi mencintai dan yang asalnya menjadi lawan dan musuh bisa menjadi sahabat setia yang senasib dan sepenanggungan.
Tetapi, ayat tersebut mengingatkan kepada kita bahwa sikap-sikap yang semacam ini hanya dimiliki oleh orang-orang yang mendapatkan anugerah Allah SWT, memiliki jiwa besar, kesabaran, dan keuletan yang tinggi.
Sejatinya, ibadah-ibadah dalam Islam seperti puasa pada bulan Ramadhan yang lalu, salah satu tujuan utamanya menjadikan kaum Muslimin orang-orang yang bersabar dan berjiwa besar. Semoga kita semua termasuk ke dalam kelompok orang yang dipuji Allah SWT pada ayat tersebut.
Oleh Prof Dr KH Didin Hafidhuddin
http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/hikmah/11/09/13/lrfokv-berjiwa-besar
Dan tidak lah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang di antaramu dan di antara dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia. Sifat-sifat yang baik itu tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang sabar (berjiwa besar) dan tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang mempunyai keuntungan yang besar.
Ayat ini secara tegas memberikan pedoman dan petunjuk tentang kebaikan dan keburukan serta sikap dan tata cara menghadapinya.
Pertama, kebaikan, seperti keadilan, kesejahteraan, keindahan, dan kemanfaatan tak akan pernah sama dengan keburukan, seperti kezaliman, kesenjangan, dan kemudharatan. Orang-orang yang beriman adalah orang-orang yang senang memproduksi dan melahirkan kebaikan-kebaikan yang bermanfaat, baik bagi dirinya, keluarganya, lingkungannya, maupun masyarakat dan bangsanya.
Ketika ia menjadi pejabat, misalnya, ia akan menjadi pejabat yang adil yang selalu berusaha menegakkan keadilan dan kejujuran serta berorientasi pada kepentingan masyarakat dan bangsanya. Ia berusaha keras menghindarkan diri dari perbuatan zalim, khianat, dan korup yang merusak tatanan kehidupan masyarakat.
Ketika ia berusaha memiliki harta, ia akan berusaha mendapatkannya dengan cara yang halal dan bersih yang jauh dari penipuan, penggelapan, dan pengkhianatan. Ketika ia bermuamalah dengan sesamanya, ia berusaha dengan muamalah hasanah yang mencerminkan nilai-nilai keislaman yang menjadi pandangan hidupnya. Ia akan berusaha menjenguk tetangganya yang sakit, memberi pertolongan pada orang yang membutuhkan, memperhatikan kehidupan orang-orang fakir miskin, anak-anak yatim, serta kaum dhuafa lainnya.
Kedua, ketika menghadapi ketidakbaikan/ keburukan yang diterimanya dari orang lain, seperti sikap-sikap sinis, apriori, dan selalu disalahkan, orang yang beriman tidak serta-merta membalasnya dengan sikap serupa. Kadang kala ia pun membalasnya dengan kebaikan. Ketika orang lain memutus kan tali persaudaraan, ia berusaha menyambungkannya kembali.
Ketika orang lain enggan berkunjung kepadanya, ia berusaha mengunjunginya. Ketika orang lain berlaku kikir kepadanya, ia berusaha untuk bermurah hati kepadanya. Sikap yang semacam inilah yang dianjurkan oleh ayat tersebut sehingga menyebabkan perubahan keadaan, yang asalnya membenci menjadi mencintai dan yang asalnya menjadi lawan dan musuh bisa menjadi sahabat setia yang senasib dan sepenanggungan.
Tetapi, ayat tersebut mengingatkan kepada kita bahwa sikap-sikap yang semacam ini hanya dimiliki oleh orang-orang yang mendapatkan anugerah Allah SWT, memiliki jiwa besar, kesabaran, dan keuletan yang tinggi.
Sejatinya, ibadah-ibadah dalam Islam seperti puasa pada bulan Ramadhan yang lalu, salah satu tujuan utamanya menjadikan kaum Muslimin orang-orang yang bersabar dan berjiwa besar. Semoga kita semua termasuk ke dalam kelompok orang yang dipuji Allah SWT pada ayat tersebut.
Oleh Prof Dr KH Didin Hafidhuddin
http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/hikmah/11/09/13/lrfokv-berjiwa-besar
Rabu, 07 September 2011
Biarkan Hati Menjawabnya
Seorang bertanya kepada gurunya yang mulia, “Kebanyakan orang mengatakan bahwa saya ini orang yang baik, maka bagaimana saya bisa tahu bahwa saya benar-benar orang baik?”
Sang guru pun berkata: “Nampakkanlah sikap dan perilaku yang selama ini kamu sembunyikan di hadapan orang-orang baik. Jika mereka merasa senang, maka itu pertanda bahwa engkau adalah orang baik. Sebaliknya jika mereka merasa tidak senang, maka itu adalah pertanda bahwa engkau bukan orang baik.”
Rasulullah SAW telah menjelaskan kepada para sahabatnya bahwa, “Kebajikan itu adalah baiknya budi pekerti dan dosa itu apa-apa yang meragu-ragukan dalam jiwamu dan engkau tidak suka dilihat orang lain dalam melakukan hal itu”. Bahkan dalam hadis lain disebutkan bahwa sesungguhnya dari apa yang telah didapat oleh manusia dari kata-kata kenabian yang pertama adalah, “Jika engkau tidak malu, berbuatlah sekehendakmu.”
Ketika sahabat lain bertanya kepada Rasulullah SAW tentang ‘kebaikan', beliau pun bersabda, “Mintalah fatwa dari hatimu”. “Kebaikan itu adalah apa-apa yang tentram jiwa padanya dan tentram pula hati padanya. Dan dosa itu adalah adalah apa-apa yang syak dalam jiwa dan ragu-ragu dalam hati, walaupun orang-orang memberikan fatwa padamu dan mereka membenarkannya”.
Sesungguhnya Allah SWT telah memberikan ilham berupa potensi di dalam jiwa manusia serta hidayah untuk dapat membedakan dan memilih jalan keburukan (kefasikan) dan kebaikan (ketakwaan) sebagai wujud dari kesempurnaan ciptaan-Nya.
“Dan jiwa serta penyempurnaan (ciptaan-Nya), maka Allah mengilhamkan ke dalam jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaan” (QS 91:7-8).
“Dan Kami telah menunjukkan kepadanya dua jalan (kebajikan dan kejahatan)” (QS 90: 10).
Dan Allah SWT telah berfirman pula di dalam Alquran mulia, “Hanya pada Tuhanmu sajalah hari itu tempat kembali. Pada hari itu akan diberitakan kepada manusia apa yang telah dikerjakannya, dan apa yang dilalaikannya. Bahkan manusia itu menjadi saksi atas dirinya sendiri. Meskipun dia mengemukakan alasan-alasannya” (QS 75: 12-15).
Tujuan utama dari ibadah puasa, sebagaimana digariskan oleh Allah SWT (QS 2: 183), adalah agar kita bertakwa atau bertambah takwa. Selain penghapusan kesalahan dan pengampunan dosa, takwa membuahkan furqan.
Allah SWT berfirman, “Hai orang-orang yang beriman, jika kamu bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan memberikan kepadamu furqan dan menghapuskan segala kesalahan-kesalahanmu dan mengampuni (dosa-dosa) mu. Dan Allah mempunyai karunia yang besar” (QS Al-Anfal(8): 29).
Dalam bahasa lugas furqan berarti kriteria, pembeda antara kebenaran dan kebatilan.Menurut ulama tafsir, di dalamnya terkandung makna ketegaran jiwa (tsabatul qulub), kejernihan mata hati (quwwatul-bashaair), dan petunjuk terbaik (husnul hidayah).
Ibadah puasa melatih manusia untuk bersikap tegar dalam menyikapi dan menghadapi berbagai kenyataan, permasalahan, kesulitan dan tekanan hidup. Puasa melatih manusia untuk berani berkata tidak untuk semua hal yang tidak disukai Allah SWT, apalagi yang dilarangnya. Selain melatih ketajaman “mata” (sight) untuk menangkap berbagai fakta puasa juga melatih kejernihan “mata hati dan pikiran” (insight) membaca apa yang ada di balik fakta. Dalam Insight terkandung kemampuan untuk secara jernih dan intuitif melihat keadaan dari suatu situasi yang kompleks (perspectiveness) serta kemampuan untuk memahami dan menemukan solusi secara mandiri (self-awareness). Puasa membebaskan manusia dari "bussines as usual" sehingga dapat lebih peka menangkap sinyal-sinyal Ilahi.
Puasa dengan tujuan takwa mengasah ketajaman mata, hati, pikiran dan kesadaran kita untuk membedakan kebenaran dan kebatilan. Dengan furqan (kriteria), kita dapat mengambil keputusan dan tindakan terbaik dengan tegar sesuai kriteria dan petunjuk Allah SWT. Kepada Allah SWT kita berlindung dari hati yang menutup diri terhadap pancaran cahaya Ilahi. Kepada Zat Yang Maha Kuasa Membolak-balikkan hati, kita memohon agar dapat melihat kebenaran sebagai kebenaran, melihat kebatilan sebagai kebatilan, di manapun, sampai kapanpun.
Oleh Abi Muhammad Ismail Halim
http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/hikmah/11/09/08/lr6pkt-biarkan-hati-menjawabnya
Sang guru pun berkata: “Nampakkanlah sikap dan perilaku yang selama ini kamu sembunyikan di hadapan orang-orang baik. Jika mereka merasa senang, maka itu pertanda bahwa engkau adalah orang baik. Sebaliknya jika mereka merasa tidak senang, maka itu adalah pertanda bahwa engkau bukan orang baik.”
Rasulullah SAW telah menjelaskan kepada para sahabatnya bahwa, “Kebajikan itu adalah baiknya budi pekerti dan dosa itu apa-apa yang meragu-ragukan dalam jiwamu dan engkau tidak suka dilihat orang lain dalam melakukan hal itu”. Bahkan dalam hadis lain disebutkan bahwa sesungguhnya dari apa yang telah didapat oleh manusia dari kata-kata kenabian yang pertama adalah, “Jika engkau tidak malu, berbuatlah sekehendakmu.”
Ketika sahabat lain bertanya kepada Rasulullah SAW tentang ‘kebaikan', beliau pun bersabda, “Mintalah fatwa dari hatimu”. “Kebaikan itu adalah apa-apa yang tentram jiwa padanya dan tentram pula hati padanya. Dan dosa itu adalah adalah apa-apa yang syak dalam jiwa dan ragu-ragu dalam hati, walaupun orang-orang memberikan fatwa padamu dan mereka membenarkannya”.
Sesungguhnya Allah SWT telah memberikan ilham berupa potensi di dalam jiwa manusia serta hidayah untuk dapat membedakan dan memilih jalan keburukan (kefasikan) dan kebaikan (ketakwaan) sebagai wujud dari kesempurnaan ciptaan-Nya.
“Dan jiwa serta penyempurnaan (ciptaan-Nya), maka Allah mengilhamkan ke dalam jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaan” (QS 91:7-8).
“Dan Kami telah menunjukkan kepadanya dua jalan (kebajikan dan kejahatan)” (QS 90: 10).
Dan Allah SWT telah berfirman pula di dalam Alquran mulia, “Hanya pada Tuhanmu sajalah hari itu tempat kembali. Pada hari itu akan diberitakan kepada manusia apa yang telah dikerjakannya, dan apa yang dilalaikannya. Bahkan manusia itu menjadi saksi atas dirinya sendiri. Meskipun dia mengemukakan alasan-alasannya” (QS 75: 12-15).
Tujuan utama dari ibadah puasa, sebagaimana digariskan oleh Allah SWT (QS 2: 183), adalah agar kita bertakwa atau bertambah takwa. Selain penghapusan kesalahan dan pengampunan dosa, takwa membuahkan furqan.
Allah SWT berfirman, “Hai orang-orang yang beriman, jika kamu bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan memberikan kepadamu furqan dan menghapuskan segala kesalahan-kesalahanmu dan mengampuni (dosa-dosa) mu. Dan Allah mempunyai karunia yang besar” (QS Al-Anfal(8): 29).
Dalam bahasa lugas furqan berarti kriteria, pembeda antara kebenaran dan kebatilan.Menurut ulama tafsir, di dalamnya terkandung makna ketegaran jiwa (tsabatul qulub), kejernihan mata hati (quwwatul-bashaair), dan petunjuk terbaik (husnul hidayah).
Ibadah puasa melatih manusia untuk bersikap tegar dalam menyikapi dan menghadapi berbagai kenyataan, permasalahan, kesulitan dan tekanan hidup. Puasa melatih manusia untuk berani berkata tidak untuk semua hal yang tidak disukai Allah SWT, apalagi yang dilarangnya. Selain melatih ketajaman “mata” (sight) untuk menangkap berbagai fakta puasa juga melatih kejernihan “mata hati dan pikiran” (insight) membaca apa yang ada di balik fakta. Dalam Insight terkandung kemampuan untuk secara jernih dan intuitif melihat keadaan dari suatu situasi yang kompleks (perspectiveness) serta kemampuan untuk memahami dan menemukan solusi secara mandiri (self-awareness). Puasa membebaskan manusia dari "bussines as usual" sehingga dapat lebih peka menangkap sinyal-sinyal Ilahi.
Puasa dengan tujuan takwa mengasah ketajaman mata, hati, pikiran dan kesadaran kita untuk membedakan kebenaran dan kebatilan. Dengan furqan (kriteria), kita dapat mengambil keputusan dan tindakan terbaik dengan tegar sesuai kriteria dan petunjuk Allah SWT. Kepada Allah SWT kita berlindung dari hati yang menutup diri terhadap pancaran cahaya Ilahi. Kepada Zat Yang Maha Kuasa Membolak-balikkan hati, kita memohon agar dapat melihat kebenaran sebagai kebenaran, melihat kebatilan sebagai kebatilan, di manapun, sampai kapanpun.
Oleh Abi Muhammad Ismail Halim
http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/hikmah/11/09/08/lr6pkt-biarkan-hati-menjawabnya
Senin, 05 September 2011
Semut, Laba-Laba dan Lebah
Dalam Al-Quran terdapat tiga surah yang diambil dari nama binatang kecil yakni semut (Al-Naml), laba-laba (Al-Ankabut) dan lebah (Al-Nahl). Setiap binatang ini ternyata menjadi tanda bagi manusia yang berpikir dan memaknai ayat-ayat yang tersirat dan tersurat yang diturunkan oleh Allah SWT.
Dengan bahasa yang sangat sederhana sebagai ciri khas dari Prof. Quraish Shihab, penjelasan tentang sifat dari ketiga binatang kecil ini terpaparkan dalam buku beliau yakni “kisah dan hikmah kehidupan”.
Kita awali dengan sifat seekor semut.
Semut menghimpun makanan sedikit demi sedikit tanpa henti-hentinya. Konon, binatang kecil ini dapat menghimpun makanan untuk bertahun-tahun sedangkan usianya tidak lebih dari satu tahun saja. Kelobaannya sedemikian besar sehingga ia berusaha dan sering kali berhasil memikul sesuatu yang lebih besar daripada badannya meskipun sesuatu tersebut tidak berguna baginya. Teringat akan kisah tentang seorang yang sangat tamak akan harta kekayaan yakni Sa’laba.
Dalam surah Al-Naml antar lain diuraikan sikap Fir’aun juga Nabi Sulaiman yang memiliki kekuasaan yang tidak dimiliki oleh seorang manusia pun sebelum dan sesudahnya. Ada juga seorang kisah seorang raja wanita yang berusaha menyogok Nabi Sulaiman demi mempertahankan kekuasaan yang dimilikinya.
Binatang kecil yang kedua adalah Laba-laba.
Sarang dari laba-laba ini adalah tempat yang paling rapuh, “Perumpamaan orang-orang yang mengambil pelindung selain Allah adalah seperti laba-laba yang membuat rumah. Dan sesungguhnya rumah paling lemah ialah rumah laba-laba, sekiranya mereka mengetahui (QS 29:41)”, ia bukan tempat yang aman,apa pun yang berlindung di sana atau disergapnya akan binasa. Jangankan serangga yang tidak sejenis, jantannya pun setelah selesai berhubungan seks disergapnya untuk dimusnahkan oleh sang betina. Telur-telurnya yang menetas saling berdesakan hingga dapat saling memusnahkan. Demikianlah kata sebagian ahli. Sebuah gambaran yang sangat mengerikan dari sejenis binatang.
Binatang ketiga adalah Lebah.
Sarang seekor lebah berbentuk persegi enam bukan segi lima atau empat agar tidak terjadi pemborosan dalam lokasi. Penelitian oleh Harun Yahya dan telah di-film kan juga pernah membahas tentang sarang lebah.
Makanan lebah adalah kembang-kembang dan tidak seperti semut yang menumpuk-numpuk makanannya, lebah mengolah makanannya dan hasil olahannya adalah lilin dan madu yang sangat bermanfaat bagi manusia. Lilin digunakan untuk penerang dan madu – Kata Al-Quran- dapat menjadi obat yang menyembuhkan. Lebah sangat disiplin, mengenal pembagian kerja, dan segala yang tidak berguna akan disingkirkan dari sarangnya. Lebah tidak mengganggu kecuali ada yang mengganggunya, bahkan sengatannya pun dapat menjadi obat.
Sikap hidup manusia seringkali diibaratkan dengan ketiga jenis binatang ini. Jelas ada manusia yang “berbudaya semut”, yakni menghimpun dan menumpuk harta (tanpa disesuaikan dengan kebutuhan) dan ilmu (tanpa mengolahnya). Budaya semut adalah “Budaya menumpuk” yang disuburkan oleh “Budaya Mumpung”. Tidak sedikit problem masyarakat bersumber dari budaya tersebut. Pemborosan adalah anak kandung dari budaya ini yang mengandung hadirnya benda-benda baru yang tidak dibutuhkan dan tersingkirnya benda-benda lama yang masih cukup indah dan bermanfaat untuk digunakan.
Tidak berbeda jauh dengan (budaya) laba-laba yang ada disekitar kita, mereka yang tidak lagi butuh berpikir apa, di mana, dan kapan ia makan, tetapi yang mereka pikirkan adalah “siapa yang akan mereka jadikan mangsa”. Apabila berguru pada laba-laba, kita akan mengandalkan kemampuan otak untuk mencukupi keperluan hidup. Cukup dengan memasang jaring, laba-laba akan mendapatkan hasil. Barangkali ini yang disebut kerja cerdas. Namun kerja cerdas tadi dapat menyeret pelaku untuk bermain siasat. Nah, tidak jarang korban siasat itu justru orang-orang yang setia membantu selama ini.
jika kita memilih lebah sebagai tipe ideal. Kita akan lebih berhati-hati dalam bekerja. Kita berusaha menempuh cara yang baik dan benar. Memang cara ini harus dilakukan dengan kerja keras. Ada banyak rintangan yang melintang. Godaan untuk menelikung pun sering muncul. Namun jika kita konsisten, hasil yang baik pasti diperoleh. Manfaatnya bisa dirasakan oleh diri sendiri dan orang lain.
Nabi Muhammad SAW mengibaratkan seorang Mukmin (semoga Allah menganugerahkan kami anak istri kami, kedua orang tua kami, keluarga kami serta saudara seiman kami sebagai orang mukmin yang bersifat seperti lebah, Amin) sebagai lebah, sesuatu yang tidak pernah merusak dan tidak pula menyakitkan: tidak makan kecuali yang baik, tidak menghasilkan kecuali yang bermanfaat dan jika menimpa sesuatu tidak merusak dan tidak pula memecahkannya.
Demikianlah gambaran dari ketiga sifat binatang kecil yang dijadikan nama surah dalam Al-Quran, Semoga Allah memperbaiki sifat-sifat kami, istri kami, anak-anak kami dan keluarga kami serta saudara kami seiman. Serta mengembalikan kami ke dalam jalur yang diridhoi oleh Allah SWT.
—
Di sadur dari buku “Kisah dan hikmah kehidupan” karangan Prof. DR. M. Quraish Shihab
Ungu feat Andien - Saat Bahagia [HQ]
Ungu ft Andien : Saat Bahagia
[intro] C Em F G# C Dm G C C7
F Fm Em
saat bahagiaku
Am
duduk berdua denganmu
Dm Fm C
hanyalah bersamamu
F Fm Em
Mungkin aku terlajur
Am Dm
Tak sanggup jauh dari dirimu
G
Ku ingin engkau selalu
[chorus]
C
tuk jadi milikku
Am
Ku ingin engkau mampu
Dm G
Ku ingin engkau selalu bisa
C Am
Temani diriku sampai akhir hayatmu
Dm Fm
Meskipun itu hanya terucap
Em Am
Dari mulutmu uuu..
Em Am
Dari dirimu yang terlanjur mampu
Dm G
Bahagiakan aku hingga ujung waktuku Selalu
[int] C Em F G# C Dm G C C7
F Fm Em
Seribu jalanpun ku nanti
Am Dm
Bila berdua dengan dirimu
Fm C
Melangkah bersamamu
F Fm Em
Ku yakin tak ada satupun
Am Dm
Yang mampu merubah rasaku untukmu
G
Ku ingin engkau selalu
[chorus]
C
tuk jadi milikku
Am
Ku ingin engkau mampu
Dm G
Ku ingin engkau selalu bisa
C Am
Temani diriku sampai akhir hayatmu
Dm Fm
Meskipun itu hanya terucap
Em Am
Dari mulutmu uuu..
Em Am
Dari dirimu yang terlanjur mampu
Dm G
Bahagiakan aku hingga ujung waktuku selalu
[solo] F Fm C A Dm G C C7
F Fm Em
Mungkin aku terlajur
Am Dm
Tak sanggup jauh dari dirimu
G
Ku ingin engkau selalu
[overtone] G A
[chorus:overtone]
D
tuk jadi milikku
Bm
Ku ingin engkau mampu
Em A
Ku ingin engkau selalu bisa
D Bm
Temani diriku sampai akhir hayatmu
Em Gm
Meskipun itu hanya terucap
F#m Bm
Dari mulutmu uuu..
F#m B
Dari dirimu yang terlanjur mampu
Em A
Bahagiakan aku hingga ujung waktuku selalu
[ending] D F#m G A#
D Em A 4x D
Minggu, 04 September 2011
Halal Bihalal
Suasana yang sangat terasa saat ini adalah acara halal bihalal yang diselenggarakan di berbagai instansi swasta maupun pemerintah.
Tradisi halal bihalal adalah alternatif pemecahan praktis dari kunjungan silaturahmi yang membutuhkan waktu ber-hari2. Menghadiri acara halal bihalal yang diadakan di satu tempat seseorang sudah dapat bersilaturahmi dan saling meminta ma'af dgn banyak orang.
Halal bi halal adalah bertemunya pribadi2 yang suci yang telah serius menggembleng dirinya dalam bulan Ramadhan. Halal itu suci, bersih, baik. Halal bi halal adalah upaya mempertemukan pribadi2 yang baik yang telah sungguh2 menjalankan ibadah Ramadhan.
Secara bahasa, halal bihalal adalah kata majemuk dalam bahasa Arab dan berarti halal dengan halal atau sama-sama halal. Tapi kata majemuk ini tidak dikenal dalam kamus-kamus bahasa Arab maupun pemakaian masyarakat Arab sehari-hari. Masyarakat Arab di Makkah dan Madinah justru biasa mendengar para jamaah haji Indonesia –dengan keterbatasan kemampuan bahasa Arab mereka- bertanya “halal?” saat bertransaksi di pasar-pasar dan pusat perbelanjaan. Mereka menanyakan apakah penjual sepakat dengan tawaran harga yang mereka berikan, sehingga barang menjadi halal untuk mereka. Jika sepakat, penjual akan balik mengatakan “halal”. Atau saat ada makanan atau minuman yang dihidangkan di tempat umum, para jamaah haji biasa bertanya “halal?” untuk memastikan bahwa makanan / minuman tersebut gratis dan halal untuk mereka.
Kata majemuk ini tampaknya memang ‘made in Indonesia’. Kata halal bihalal justru diserap Bahasa Indonesia dan diartikan sebagai “hal maaf-memaafkan setelah menunaikan ibadah puasa Ramadhan, biasanya diadakan di sebuah tempat (auditorium, aula, dsb) oleh sekelompok orang dan merupakan suatu kebiasaan khas Indonesia.”
Halal bi halal adalah LOCAL WISDOM, yang perlu dipelihara keberlangsungan nya, dalam upaya utk mempertahankan UKHUWAH ISLAMIYAH. Inti persaudaraan yang Islami adalah yang mengedepankan NURANI dan lebih PRODUKTIF, lebih mengayomi KEUTUHAN bangsa kita yang majemuk, drpd ukhuwah diniyah yang jahiliyah yaitu persaudaran orang2 seagama, tapi spiritnya TIDAK Islami, misalnya persaudaran utk melakukan kegiatan yang mengganggu ketentraman dan keamanan warga masyarakat.
HALAL BIHALAL mempunyai efek yang sangat positif bagi kerukunan dan keakraban warga masyarakat, maka TRADISI halal bihalal perlu dilestarikan dan dikembangkan. Apalagi pada akhir-akhir ini Negeri kita sering terjadi konflik sosial yang disebabkan karena pertentangan kepentingan.
http://hilmanmuchsin.blogspot.com/2011/09/halal-bihalal.html
Puasa Syawal
Dengan berlalunya Ramadhan, tidak berarti berlalu pula amal ibadah. Justru, di antara tanda seorang berhasil meraih kesuksesan selama bulan Ramadhan adalah tampaknya pengaruh yang terus ia bawa pasca Ramadhan.
Di antara syari’at yang Allah tuntunkan melalui lisan Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam pasca bulan Ramadhan adalah puasa selama 6 hari pada bulan Syawwal. Puasa ini sebagai kesempurnaan ibadah puasa Ramadhan.
Bulan Syawal adalah bulan peningkatan. Rasulullah saw pernah bersabda man shoma Ramadhana summa atba-'ahu sittam min Syawal, fakaannamahu shomaddahri kullahu (Barang siapa yang berpuasa bulan Ramadhan kemudian mengikutinya dengan enam hari di bulan Syawal maka dia seperti berpuasa satu tahun penuh).
Artinya, secara amal dalam Islam itu diberi pahala sepuluh kali lipat. Maka ketika hari dalam setahun (tahun hijriyah) itu jumlahnya 360 hari sedangkan kita puasa 30 hari Ramadhan ditambah 6 hari Syawal maka jika dikali 10 nilainya sama dengan 360 hari. Itu maknanya dari satu sisi. Maka enam hari ini di bulan Syawal dikukuhkan supaya kita bisa puasa walapun tidak harus berurutan. Jadi, boleh mulai berpuasa di hari kedua atau di hari yang lain tapi masih di bulan Syawal.Pokoknya, dari tanggal 2 Syawal.
Diharapkan kontinuitas dari Ramadhan tetap ada. Ada hadis nabi yang mengatakan, Rasulullah SAW bersabda, ''Sebaik-baik perbuatan itu adalah sesuatu yang berkelanjutan /mudawamah/ walapun tidak terlalu banyak.'' Adanya sunah puasa Senin-Kamis, kemudian ada setiap bulan ada tiga hari yang dikukuhkan puasa sunahnya yaitu pada tanggal 13, 14, 15 bulan Qomariyah yang disebut ayyamul bid (hari-hari yang terang bulannya), itu sangat dianjurkan puasanya. Puasa ini sangat dianjurkan bahkan Rasululah saw, kalau tidak mampu melaksanakan puasa sunah Senin, Kamis, minimal melaksanakan puasa 3 hari (ayyamul bid).
Ada beberapa hikmah dan tujuan mulia, kenapa ada anjuran puasa sunnah setelah kewajiban puasa. Hikmah itu antara lain untuk menanamkan pengertian dan kesadaran bahwa ibadah dan taqarrub kepada Allah SWT, tidaklah hanya dikhususkan pada bulan Ramadhan saja, namun sepanjang waktu. Benar, bahwa bulan Ramadhan adalah Sayyidussyuhur (panglimanya bulan-bulan). Tetapi bukan berarti ibadah dan taqarrub itu hanya dilakukan pada bulan Ramadhan saja. Sayangnya, kita masih melihat betapa banyak kaum muslimin yang merasa terbebas dari 'belenggu ibadah' manakala Idul Fitri datang. Lalu tidur sepulas-pulasnya dan makan sekenyang-kenyangnya. Seolah-olah latihan panjang selama Ramadhan tidak memberikan bekas sedikit pun. Dr Yusuf Qardhawi dalam bukunya Khashais al 'Ammah Fi al Islam (1989:137) menyebut orang-orang tersebut dengan 'Ramadhani' (spesialis bulan Ramadhan).
Hikmah kedua, jika orang sudah bisa mengendalikan dirinya, terutama pada saat mendapat kesempatan dan dengan situasi sosial yang mendukungnya, maka Insya Allah orang tersebut akan mampu mengendalikan diri sepanjang hayatnya. Pada saat ia memiliki kesempatan untuk mendapatkan materi sebanyak-banyaknya ataupun mendapat sebuah kedudukan, meski dengan jalan mengorbankan harga diri dan kejujuran, maka ia akan tetap tegar mampu mengendalikan dirinya tidak hanyut pada arus penghalalan segala cara tersebut. Dengan demikian, orang yang mampu mengendalikan dirinya adalah orang yang memiliki sayyidul akhlak (panglimanya akhlak), demikian sabda Rasulullah saw dalam sebuah hadis riwayat Imam Daelami dari Anas.
Jadi kesimpilan puasa Syawal setelah Ramadhan memiliki beberapa faidah yang cukup banyak, di antaranya:
1. Puasa enam hari Syawal setelah Ramadhan berarti meraih pahala puasa setahun penuh.
2. Puasa Syawal dan Sya’ban seperti shalat sunnah rawatib sebelum dan sesudah shalat fardhu, untuk sebagai penyempurna kekurangan yang terdapat dalam fardhu.
3. Puasa Syawal setelah Ramadhan merupakan tanda bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala menerima puasa Ramadhannya, sebab Allah Subhanahu wa Ta’ala apabila menerima amal seorang hamba, maka Dia akan memberikan taufiq kepadanya untuk melakukan amalan shalih setelahnya.
4. Puasa Syawal merupakan ungkapan syukur setelah Allah Subhanahu wa Ta’ala mengampuni dosanya dengan puasa Ramadhan.
5. Puasa Syawal merupakan tanda keteguhannya dalam beramal shalih, karena amal shalih tidaklah terputus dengan selesainya Ramadhan tetapi terus berlangsung selagi hamba masih hidup (Latha’iful Ma’arif, Ibnu Rajab, hal. 393-396)
http://hilmanmuchsin.blogspot.com/2011/09/puasa-syawal.html
Di antara syari’at yang Allah tuntunkan melalui lisan Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam pasca bulan Ramadhan adalah puasa selama 6 hari pada bulan Syawwal. Puasa ini sebagai kesempurnaan ibadah puasa Ramadhan.
Bulan Syawal adalah bulan peningkatan. Rasulullah saw pernah bersabda man shoma Ramadhana summa atba-'ahu sittam min Syawal, fakaannamahu shomaddahri kullahu (Barang siapa yang berpuasa bulan Ramadhan kemudian mengikutinya dengan enam hari di bulan Syawal maka dia seperti berpuasa satu tahun penuh).
Artinya, secara amal dalam Islam itu diberi pahala sepuluh kali lipat. Maka ketika hari dalam setahun (tahun hijriyah) itu jumlahnya 360 hari sedangkan kita puasa 30 hari Ramadhan ditambah 6 hari Syawal maka jika dikali 10 nilainya sama dengan 360 hari. Itu maknanya dari satu sisi. Maka enam hari ini di bulan Syawal dikukuhkan supaya kita bisa puasa walapun tidak harus berurutan. Jadi, boleh mulai berpuasa di hari kedua atau di hari yang lain tapi masih di bulan Syawal.Pokoknya, dari tanggal 2 Syawal.
Diharapkan kontinuitas dari Ramadhan tetap ada. Ada hadis nabi yang mengatakan, Rasulullah SAW bersabda, ''Sebaik-baik perbuatan itu adalah sesuatu yang berkelanjutan /mudawamah/ walapun tidak terlalu banyak.'' Adanya sunah puasa Senin-Kamis, kemudian ada setiap bulan ada tiga hari yang dikukuhkan puasa sunahnya yaitu pada tanggal 13, 14, 15 bulan Qomariyah yang disebut ayyamul bid (hari-hari yang terang bulannya), itu sangat dianjurkan puasanya. Puasa ini sangat dianjurkan bahkan Rasululah saw, kalau tidak mampu melaksanakan puasa sunah Senin, Kamis, minimal melaksanakan puasa 3 hari (ayyamul bid).
Ada beberapa hikmah dan tujuan mulia, kenapa ada anjuran puasa sunnah setelah kewajiban puasa. Hikmah itu antara lain untuk menanamkan pengertian dan kesadaran bahwa ibadah dan taqarrub kepada Allah SWT, tidaklah hanya dikhususkan pada bulan Ramadhan saja, namun sepanjang waktu. Benar, bahwa bulan Ramadhan adalah Sayyidussyuhur (panglimanya bulan-bulan). Tetapi bukan berarti ibadah dan taqarrub itu hanya dilakukan pada bulan Ramadhan saja. Sayangnya, kita masih melihat betapa banyak kaum muslimin yang merasa terbebas dari 'belenggu ibadah' manakala Idul Fitri datang. Lalu tidur sepulas-pulasnya dan makan sekenyang-kenyangnya. Seolah-olah latihan panjang selama Ramadhan tidak memberikan bekas sedikit pun. Dr Yusuf Qardhawi dalam bukunya Khashais al 'Ammah Fi al Islam (1989:137) menyebut orang-orang tersebut dengan 'Ramadhani' (spesialis bulan Ramadhan).
Hikmah kedua, jika orang sudah bisa mengendalikan dirinya, terutama pada saat mendapat kesempatan dan dengan situasi sosial yang mendukungnya, maka Insya Allah orang tersebut akan mampu mengendalikan diri sepanjang hayatnya. Pada saat ia memiliki kesempatan untuk mendapatkan materi sebanyak-banyaknya ataupun mendapat sebuah kedudukan, meski dengan jalan mengorbankan harga diri dan kejujuran, maka ia akan tetap tegar mampu mengendalikan dirinya tidak hanyut pada arus penghalalan segala cara tersebut. Dengan demikian, orang yang mampu mengendalikan dirinya adalah orang yang memiliki sayyidul akhlak (panglimanya akhlak), demikian sabda Rasulullah saw dalam sebuah hadis riwayat Imam Daelami dari Anas.
Jadi kesimpilan puasa Syawal setelah Ramadhan memiliki beberapa faidah yang cukup banyak, di antaranya:
1. Puasa enam hari Syawal setelah Ramadhan berarti meraih pahala puasa setahun penuh.
2. Puasa Syawal dan Sya’ban seperti shalat sunnah rawatib sebelum dan sesudah shalat fardhu, untuk sebagai penyempurna kekurangan yang terdapat dalam fardhu.
3. Puasa Syawal setelah Ramadhan merupakan tanda bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala menerima puasa Ramadhannya, sebab Allah Subhanahu wa Ta’ala apabila menerima amal seorang hamba, maka Dia akan memberikan taufiq kepadanya untuk melakukan amalan shalih setelahnya.
4. Puasa Syawal merupakan ungkapan syukur setelah Allah Subhanahu wa Ta’ala mengampuni dosanya dengan puasa Ramadhan.
5. Puasa Syawal merupakan tanda keteguhannya dalam beramal shalih, karena amal shalih tidaklah terputus dengan selesainya Ramadhan tetapi terus berlangsung selagi hamba masih hidup (Latha’iful Ma’arif, Ibnu Rajab, hal. 393-396)
http://hilmanmuchsin.blogspot.com/2011/09/puasa-syawal.html
Sunnah dan Sains: Antara Bimbingan Rasul dan Ilmu Bumi
Di antara mukjizat dalam ilmu pengetahuan pada sunnah adalah sabda Rasulullah, "Hari kiamat tidak akan terjadi sehingga tanah Arab kembali menjadi padang rerumputan atau perkebunan." (HR Muslim)
Dalam hadits ini, Rasulullah bersabda "sehingga tanah Arab kembali" maksudnya tanah jazirah Arab. Adapun makna sabda Rasul SAW "sehingga kembali" yaitu bahwa dahulu tanah Arab dipadati oleh rerumputan dan perkebunan, dan nanti tanah Arab akan kembali seperti semula.
Pembuktian hadits ini, bahwa berkat kemajuan teknologi dan ilmu geologi serta kemajuan teknologi riset, para ahli geologi memprediksi bahwa sebagian daratan Arab pada masa dahulu adalah tanah yang subur untuk pertanian dan perkebunan.
Sungguh dahulu tanah Arab sangat subur dan bukan gurun pasir yang tandus. Akan tetapi perubahan iklim menyebabkan kekeringan air yang mengakibatkan padang yang tadinya subur menjadi gurun pasir yang tandus.
Lalu para ahli geologi menyebutkan bahwa tanah ini akan mengalami perubahan iklim yang dapat mengembalikan tanah tersebut seperti sedia kala.
Semua makna ini tertuang dalam sabda Rasulullah SAW yang sangat singkat dan padat. Walaupun beliau bukan seorang yang ahli dalam ilmu geologi atau ilmu lainnya. Ini menegaskan kebenaran risalah Rasulullah SAW.
Oleh: DR Abdul Basith Jamal & DR Daliya Shadiq Jamal
http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/islam-digest/11/09/05/lr0zxw-sunnah-dan-sains-antara-bimbingan-rasul-dan-ilmu-bumi
Langganan:
Postingan (Atom)