Rabu, 17 Juli 2013

Bersyukur & Bersabar: Kunci kebahagiaan



Kebahagian itu diciptakan oleh diri sendiri, bukan oleh orang lain atau keadaan. Sebenarnya bukan orang lain atau keadaan yang membuat kita bahagia  tapi diri kita sendirilah yang bisa menciptakan kebahagiaan. Coba kita renungkan, di sekeliling kita banyak orang yang kita pandang bahagia karena memiliki harta yang berlimpah, namun ternyata yang bersangkutan justru merasa tidak bahagia. Sebaliknya, banyak orang yang nampaknya dilanda penderitaan namun kenyataannya mereka merasa bahagia.
Setiap keluarga memiliki masalah dan ujian. Ujian berupa kesenangan maupun kesulitan. Seringkali orang berpikir bahwa ujian hanyalah berupa penderitaan, padahal banyak keluarga yang justru tidak dapat bertahan ketika diuji dengan berbagai kenikmatan. Mungkin kita pernah membaca kisah keluarga yang bisa bertahan ketika dalam kesempitan, namun sebaliknya justru berantakan ketika mereka dalam kondisi di puncak kesenangan. Kunci menciptakan kebahagiaan adalah bersyukur dan bersabar.
Bila keluarga dalam kondisi limpahan nikmat, maka ajak seluruh anggota keluarga untuk bersyukur. Bersyukur meliputi ucapan dan perbuatan. Ucapkan syukur pada Dia yang telah melimpahkan nikmat. Ucapkan terima kasih pada manusia-manusia yang telah menghantarkan kita pada nikmat tersebut, seberapapun kecilnya nikmat atau kebaikan yang mereka berikan. 
Tarmidzi meriwayatkan bahwa “Siapa yang tidak pandai bersyukur (berterimakasih) kepada manusia, berarti ia belum bersyukur kepada Allah SWT”.  
Bersyukur juga ditunjukkan dalam perbuatan yang disukai oleh sang pemberi nikmat. Bohong bila kita mengaku bersyukur, tapi menggunakan nikmat untuk hal-hal yang dimurkai oleh pemberi nikmat.
Bila keluarga sedang diuji oleh ketidaksenangan, maka bersabarlah. Bersabar adalah menerima ketidaksenangan dengan penuh kesadaran bahwa itulah yang terbaik baginya. Tapi sabar tidak cukup dengan “nrimo” (menerima). Sabar juga memiliki makna tidak putus asa, bangkit dari keterpurukan, dan berusaha ke arah yang lebih baik. Ada ikhtiar di balik kesabaran. Bila ujian berupa sakit, maka sabar akan diikuti dengan ikhtiar mencari kesembuhan. Bila ujian berupa kesempitan materi, maka sabar mesti diikuti ikhtiar bekerja. Bila ujian berupa belum mendapat pekerjaan, maka sabar adalah terus berupaya mencari atau menciptakan pekerjaan.
Demikianlah, bersyukur dan bersabar adalah kunci menciptakan kebahagian. Semua perkara, baik kenikmatan maupun kesengsaraan, bisa membuat orang yang pandai bersyukur dan bersabar merasakan kebahagian. Siapa yang ingin bahagia? Mari, kita belajar bersyukur dan bersabar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar