Bakri diundang ke sekolah anaknya untuk menghadiri peringatan
'Hari Ayah'. Sebenarnya, dia sangat enggan untuk datang karena merasa sudah tua
dan memiliki empat anak.
Bahkan, anak tertuanya sudah masuk kuliah. Namun, istri dan anaknya yang keempat mendesaknya untuk datang ke sekolah.
Setiba di sekolah, para ayah kemudian dikumpulkan di sebuah ruangan untuk menyaksikan penampilan anak-anak mereka menunjukkan kemampuannya. Ada yang menyanyi, menari, menulis, baca puisi, pidato dalam bahasa asing, dan lainnya.
Setiap selesai penampilan, para ayah ini bertepuk tangan sebagai tanda kegembiraan atas kemampuan anaknya. Bakri hanya membatin bahwa dia juga demikian, saat anak pertamanya melakukan hal itu.
Karenanya, ketika tiba giliran anaknya yang bernama Umar, Bakri tampak biasa-biasa saja. Ia menduga, Umar akan menampilkan hal serupa dengan penampilan kawan-kawannya. Namun, dugaannya meleset.
Saat ibu guru sekolah menanyakan kepada Umar akan penampilannya, Umar menjawab bahwa dia ingin tampil bersama Ustaz Amir, guru ekstrakurikuler membaca Alquran di sekolah itu.
Umar mengatakan, ia akan membaca Surah al-Kahfi. Sadar akan jumlahnya banyak (110 ayat), ia meminta Ustaz Amir memilihkan ayat yang akan dibacanya. Saat diminta membaca ayat 1-5, dengan lancar Umar membaca. Dan yang luar biasa lagi, ternyata bacaan Umar sangat indah.
Ia meniru Muhammad Taha al-Junaid, seorang qari cilik yang terkenal dan sering didengar suaranya oleh Umar. Bacaannya begitu tenang dan penuh kedamaian. Kemudian, Ustaz Amir memintanya untuk membaca ayat ke-60. Dan dengan lancar, Umar membaca dengan suara yang juga sangat merdu serta menenangkan jiwa.
Kini, semua mata para ayah tertuju pada Umar. Mereka semua sangat kagum akan kemampuan Umar. Mata para ayah tampak berkaca-kaca. Seolah mereka penuh harap anak-anak mereka bisa seperti Umar. Demikian pula dengan Bakri, ayah Umar. Ia yang tadinya tak sepenuh hati datang ke sekolah, kini tampak bersemangat.
Belum selesai, Umar lagi-lagi diminta Ustaz Amir untuk membacakan ayat 107-110 Surah al-Kahfi sebagai penutup penampilannya. Maka, Umar pun membacanya tanpa kesalahan. Begitu selesai, Bakri langsung bangkit dan memeluk Umar. Ia begitu bangga dengan buah hatinya. Para ayah yang menyaksikan hal itu pun tampak terharu dengan derai air mata yang membasahi pipi.
Menyudahi suasana haru itu, ibu guru bertanya kepada Umar tentang alasan dia membaca Alquran untuk ayahnya. Umar menjawab, "Ustaz Amir pernah mengajarkan kepadaku agar rajin membaca Alquran. Dan kalau hafal, orang tuanya akan mulia di akhirat. Aku ingin ayah dan ibuku mendapat kemuliaan seperti itu," jawabnya. Semua yang hadir pun memuji kebesaran Allah.
Bakri kemudian meminta izin untuk memberikan sambutan. "Kita menyekolahkan anak-anak di sekolah terbaik agar bisa mengejar kemajuan dunia. Aku juga demikian. Dengan ambisi duniawi, aku menyekolahkan Umar dengan harapan ia akan memiliki masa depan gemilang. Hari ini aku sadar. Anakku justru telah membuat masa depanku gemilang dengan mempelajari dan menghafal Alquran. Terima kasih, anakku. Maafkan ayah yang lupa mendidikmu untuk mempelajari Alquran."
Bahkan, anak tertuanya sudah masuk kuliah. Namun, istri dan anaknya yang keempat mendesaknya untuk datang ke sekolah.
Setiba di sekolah, para ayah kemudian dikumpulkan di sebuah ruangan untuk menyaksikan penampilan anak-anak mereka menunjukkan kemampuannya. Ada yang menyanyi, menari, menulis, baca puisi, pidato dalam bahasa asing, dan lainnya.
Setiap selesai penampilan, para ayah ini bertepuk tangan sebagai tanda kegembiraan atas kemampuan anaknya. Bakri hanya membatin bahwa dia juga demikian, saat anak pertamanya melakukan hal itu.
Karenanya, ketika tiba giliran anaknya yang bernama Umar, Bakri tampak biasa-biasa saja. Ia menduga, Umar akan menampilkan hal serupa dengan penampilan kawan-kawannya. Namun, dugaannya meleset.
Saat ibu guru sekolah menanyakan kepada Umar akan penampilannya, Umar menjawab bahwa dia ingin tampil bersama Ustaz Amir, guru ekstrakurikuler membaca Alquran di sekolah itu.
Umar mengatakan, ia akan membaca Surah al-Kahfi. Sadar akan jumlahnya banyak (110 ayat), ia meminta Ustaz Amir memilihkan ayat yang akan dibacanya. Saat diminta membaca ayat 1-5, dengan lancar Umar membaca. Dan yang luar biasa lagi, ternyata bacaan Umar sangat indah.
Ia meniru Muhammad Taha al-Junaid, seorang qari cilik yang terkenal dan sering didengar suaranya oleh Umar. Bacaannya begitu tenang dan penuh kedamaian. Kemudian, Ustaz Amir memintanya untuk membaca ayat ke-60. Dan dengan lancar, Umar membaca dengan suara yang juga sangat merdu serta menenangkan jiwa.
Kini, semua mata para ayah tertuju pada Umar. Mereka semua sangat kagum akan kemampuan Umar. Mata para ayah tampak berkaca-kaca. Seolah mereka penuh harap anak-anak mereka bisa seperti Umar. Demikian pula dengan Bakri, ayah Umar. Ia yang tadinya tak sepenuh hati datang ke sekolah, kini tampak bersemangat.
Belum selesai, Umar lagi-lagi diminta Ustaz Amir untuk membacakan ayat 107-110 Surah al-Kahfi sebagai penutup penampilannya. Maka, Umar pun membacanya tanpa kesalahan. Begitu selesai, Bakri langsung bangkit dan memeluk Umar. Ia begitu bangga dengan buah hatinya. Para ayah yang menyaksikan hal itu pun tampak terharu dengan derai air mata yang membasahi pipi.
Menyudahi suasana haru itu, ibu guru bertanya kepada Umar tentang alasan dia membaca Alquran untuk ayahnya. Umar menjawab, "Ustaz Amir pernah mengajarkan kepadaku agar rajin membaca Alquran. Dan kalau hafal, orang tuanya akan mulia di akhirat. Aku ingin ayah dan ibuku mendapat kemuliaan seperti itu," jawabnya. Semua yang hadir pun memuji kebesaran Allah.
Bakri kemudian meminta izin untuk memberikan sambutan. "Kita menyekolahkan anak-anak di sekolah terbaik agar bisa mengejar kemajuan dunia. Aku juga demikian. Dengan ambisi duniawi, aku menyekolahkan Umar dengan harapan ia akan memiliki masa depan gemilang. Hari ini aku sadar. Anakku justru telah membuat masa depanku gemilang dengan mempelajari dan menghafal Alquran. Terima kasih, anakku. Maafkan ayah yang lupa mendidikmu untuk mempelajari Alquran."
Oleh: Ustaz Bobby Herwibowo
Tidak ada komentar:
Posting Komentar