Ibadah ritual (hablum minallah) belumlah cukup, sehingga harus dibuktikan lagi di tengah-tengah pergaulan dengan manusia (hablum minannas).
Kecintaan kepada Ilahi dinyatakannya dalam bentuk penuh manfaat yang bersulam kasih kemaafan. Hatinya akan terus-menerus diketuk sabda Rasulullah SAW, “Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya.”
Sehingga tampaklah akhlak keteladanan di manapun dia berada. Di jalanan, di perkantoran, di lorong-lorong sempit, bahkan di dalam rumah tangganya telah tegak disiplin untuk menghargai orang lain.
Di jalanan, dia tidak akan melanggar rambu-rambu lalu lintas. Sebab, pelanggaran berarti pengkhianatan terhadap Ilahi dan nilai kemanusiaan yang telah bersepakat menaati peraturan.
Begitu juga para pegawai Muslim akan menunjukkan akhlaknya yang mulia. Jangankan niat korupsi, untuk datang terlambat saja jiwanya bergetar karena takut dikategorikan sebagai orang munafik yang melanggar janji. Ini semua sebagai bentuk nyata dari aplikasi ritual dalam bentuk akhlak pergaulan di dalam masyarakat.
Saya menyaksikan, betapa di negara yang penduduknya mayoritas non-Muslim, bisa menjadi surga bagi penyandang cacat. Bila di bandara ada orang yang memakai kursi roda (wheelchair), mereka diberikan prioritas dalam segala hal.
Mereka diberi jalan dan lift khusus. Di tempat parkir, mereka diberi ruangan khusus untuk para penyandang cacat. Mereka sangat dihargai dan dimanusiakan.
“Orang yang berbelas kasih pasti dikasihi yang Mahapengasih. Berbelas kasihlah kepada penghuni di bumi, niscaya para penghuni langit akan berbelas kasih kepadamu sekalian.” (HR Abu Daud dan Tirmidzi).
Diriwayatkan, ada seseorang yang masuk neraka karena membiarkan kucingnya dikurung sehingga mati kelaparan. Ini tentu sama dengan nyawa manusia. Karena itu, setiap Muslim mengemban tugas menggiatkan kehidupan dan bukan merusak.
“Barang siapa membunuh satu nyawa yang tak berdosa sama dengan membunuh manusia seluruhnya. Sebaliknya, bila kita menghidupkan satu nyawa manusia sama dengan menghidupkan nyawa manusia seluruhnya.” (QS. Al-Maidah [5]: 32).
Itulah salah satu tugas seorang Muslim. Terdapat riwayat, Allah memerintahkan malaikat untuk memasukkan seseorang ke surga, karena ia memberi minum seekor anjing yang kehausan. Jika membantu hewan mendapat balasan surga, apalagi menolong sesama.
Perusahaan yang terus menghidupkan usahanya untuk memberi lapangan kerja. Mereka itu sama dengan menghidupkan manusia seluruhnya. Kehadiran dan keberadaannya, laksana pelita yang menerangi jalan untuk mereka yang tersesat.
"Tidaklah seseorang itu disebut beriman sehingga ia mencintai orang lain sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri.” Dalam kesempatan lain, Rasulullah bersabda, "Yang disebut Muslim itu adalah mereka yang menyebabkan orang selamat dari lidah dan tangannya.” Wallahu a'lam.
Oleh: Ustaz Toto Tasmara
http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/hikmah/12/12/07/menye1-menghargai-kehidupan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar