Orang tua itu adalah orang yang sangat berjasa dalam kehidupan kita, seperti contoh seorang ibu dia dengan bersusah payah mengandung kita selama 9 bulan, kemudian setelah kita lahir ke dunia ini beliau mengurus kita sedari bayi rela mengorbankan waktu nya untuk kita, mengurus kita sampai saat ini, memberikan kita sebuah cinta yang abadi, cinta yang takkan pernah tergantikan.
Dan seorang ayah dia adalah orang yang dengan bersusah payah, memeras keringat, membanting tulang hanya untuk menafkahi istri dan anak – anaknya, bekerja siang malam tak kenal lelah berharap anak istrinya mendapatkan kehidupan yang layak dan nyaman.
Lantas kewajiban apa yang dapat kita lakukan untuk kedua orang tua kita ?
1. Berbakti kepada orang tua.
Qs 46 (Al Ahqof) :15.
Kami
perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada ibu bapaknya, ibunya
mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). Mengandungnya
sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga apabila dia telah dewasa dan
umurnya sampai empat puluh tahun ia berdoa:
“Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang sholeh yang Engkau ridhoi;
berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri.”
“Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang sholeh yang Engkau ridhoi;
berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri.”
Terjemah
Al Ahqof diatas sudah sangat jelas memerintahkan kita untuk berbakti kepada
orang tua kita.
2. Hormat dan mematuhi orang
tua.
Hormat
dan menghargai kepada keduanya, merendahkan suara dan memuliakan keduanya dengan
perkataan dan perbuatan yang baik, tidak menghardik dan tidak mengangkat suara di
atas suara keduanya, tidak berjalan di depan keduanya, tidak mendahulukan istri
dan anak atas keduanya, tidak memanggil keduanya dengan namanya namun memanggil
keduanya dengan panggilan, “Ayah, ibu,” dan tidak bepergian kecuali dengan izin
dan kerelaan keduanya.
Dan ada hadits Nabi Muhammad SAW: “Tidak termasuk golongan umatku, mereka yang (tua) tidak menyayangi yang muda, dan mereka yang (muda) tidak menghormati yang tua”
(Riwayat at-Turmudzi).
Dan ada hadits Nabi Muhammad SAW: “Tidak termasuk golongan umatku, mereka yang (tua) tidak menyayangi yang muda, dan mereka yang (muda) tidak menghormati yang tua”
(Riwayat at-Turmudzi).
Jika
seorang anak tidak melakukan penghormatan, maka ia disebut anak durhaka. Ini
merupakan dosa besar, yang diancam masuk neraka.
Dalam
suatu hadits disebutkan: “Diantara dosa-dosa besar adalah menyekutukan Alloh, durhaka
kepada orang tua, membunuh dan menyatakan sumpah palsu”. (Riwayat Bukhori).
Seorang
laki-laki bertanya kepada Rosululloh SAW,” Ya Rosululloh, Siapa yang paling
harus aku hormati ? ” Rosululloh SAW menjawab,”Ibumu”.
Laki-laki
itu bertanya lagi,
“Kemudian siapa lagi ?”
“Kemudian siapa lagi ?”
Rosululloh
SAW menjawab,”Ibumu”. Laki-laki itu bertanya lagi,
“Kemudian siapa lagi ?”
“Kemudian siapa lagi ?”
Rosululloh
SAW menjawab,”Ibumu”.
Laki-laki
itu bertanya sekali lagi, “Kemudian siapa ? Rosululloh SAW menjawab,”Bapakmu”.
(Shohih Bukhori).
Rosululloh
SAW bersabda, “Surga ada dibawah telapak kaki ibu.”
3. Memuliakan orang tua
“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka
perkataan yang mulia” (QS. Al-Isro’, 17: 23.)
Karena
kedua orang tua, terutama ibu, telah mengawali melakukan kewajiban dengan kasih
sayang yang dilimpahkan.
Sejak anak masih berupa bayi, bahkan masih dalam kandungan, hamil dengan penuh kesusahan, melahirkan, menyusui, merawat, mendidik dan menafkahi. Semua itu merupakan bentuk kasih sayang yang telah dilakukan kedua orang tua
(Lihat: QS. Luqman, 31: 14 dan QS al-Ahqof, 46: 15).
Sejak anak masih berupa bayi, bahkan masih dalam kandungan, hamil dengan penuh kesusahan, melahirkan, menyusui, merawat, mendidik dan menafkahi. Semua itu merupakan bentuk kasih sayang yang telah dilakukan kedua orang tua
(Lihat: QS. Luqman, 31: 14 dan QS al-Ahqof, 46: 15).
Jadi,
tinggal anak yang berkewajiban untuk menghormati dan memuliakan kedua orang
tuanya.
4. Rawat dan jagalah mereka
dengan penuh cinta
Masyarakat
Indonesia sekarang ini, banyak anak yang enggan menyisihkan sebagian waktunya, mengucurkan
keringat atau sekadar berlelah-lelah sedikit, untuk merawat orang tuanya
yang sudah ‘uzur’. Terutama sekali, bila anak tersebut sudah berkedudukan tinggi, sangat sibuk dan punya segudang aktivitas.
Akhirnya, ia merasa sudah berbuat segalanya dengan mengeluarkan biaya secukupnya, lalu memasukkan si orang tua ke panti jompo!!
yang sudah ‘uzur’. Terutama sekali, bila anak tersebut sudah berkedudukan tinggi, sangat sibuk dan punya segudang aktivitas.
Akhirnya, ia merasa sudah berbuat segalanya dengan mengeluarkan biaya secukupnya, lalu memasukkan si orang tua ke panti jompo!!
Apakah
itu sepadan dengan apa yang dilakukan oleh orang tua terhadap kita dahulu sejak
kita masih dalam kandungan sampai pada saat ini, dimana mereka menjaga, merawat
kita dengan penuh cinta, kasih sayang, orang tua yang rela tidak tidur
semalaman
demi menjaga kita,membanting tulang untuk memberi kita makan, pendidikan dan hidup yang layak.
demi menjaga kita,membanting tulang untuk memberi kita makan, pendidikan dan hidup yang layak.
Apakah
dengan memasukan kedua orang tua kita ke panti jompo atau semacamnya itu pantas
untuk semua pengorbanan yang telah di lakukan oleh orang tua terhadap kita, seharusnya
kita bisa menjaga mereka dikala mereka sudah renta, mungkin kita tidak akan
pernah bisa membalas semua pengorbanan orang tua kita sejak dahulu akan tetapi
hendak lah kita tunjukan rasa cinta kita, rasa sayang kita terhadap kedua orang
tua kita dengan menjaga,
merawat mereka dengan penuh cinta ketika sudah renta sebagaimana apa yang telah mereka lakukan terhadap kita.
merawat mereka dengan penuh cinta ketika sudah renta sebagaimana apa yang telah mereka lakukan terhadap kita.
Orang
tua kita selalu memberikan yang tebaik untuk kita, apakah kita bisa melakukan
yang baik untuk orang tua kita.
5. Mendoakan kedua orang tua.
Wahai
Rosululloh, apakah aku masih mempunyai kewajiban bakti kepada orang tua yang
harus aku kerjakan setelah kematian keduanya?”
Rosululloh SAW. bersabda, “Ya ada, yaitu empat hal: mendoakan keduanya, memintakan ampunan untuk keduanya, melaksanakan janji keduanya, memuliakan teman-teman keduanya,
dan menyambung sanak famili di mana engkau tidak mempunyai hubungan kekerabatan kecuali dari jalur keduanya.
Itulah bentuk bakti engkau kepada keduanya setelah kematian keduanya.” (HR Abu Daud).
Rosululloh SAW. bersabda, “Ya ada, yaitu empat hal: mendoakan keduanya, memintakan ampunan untuk keduanya, melaksanakan janji keduanya, memuliakan teman-teman keduanya,
dan menyambung sanak famili di mana engkau tidak mempunyai hubungan kekerabatan kecuali dari jalur keduanya.
Itulah bentuk bakti engkau kepada keduanya setelah kematian keduanya.” (HR Abu Daud).
Salah
satu dari tanda cinta kasih kita kepada ibu adalah munculnya pengharapan agar
si ibu selalu hidup berbahagia.
Bila ia sudah meninggal dunia, kita juga senantiasa mendoakannya, serta memohonkan ampunan untuknya.
Bila ia sudah meninggal dunia, kita juga senantiasa mendoakannya, serta memohonkan ampunan untuknya.
Suatu
hal yang sangat wajar apabila orangtua memiliki suatu harapan terhadap
anak-anaknya, justru sangat aneh rasanya bila ada orangtua yang tidak memiliki
harapan apapun terhadap anak-anaknya. Saya tahu, sebagian diantara kita ataupun
orangtua kita mungkin memiliki banyak keinginan dan harapan yang tinggi kepada
anak-anaknya. Dan itu bukanlah sesuatu yang salah selama harapan-harapan itu
tidak keluar dari koridor tuntunan ajaran agama. Dan dari sekian banyak
hal yang diharapkan oleh orangtua, jika disederhanakan mungkin hanya akan
menjadi 3 harapan utama, yakni :
1. Tumbuh Dewasa dan Menjadi Orang yang Soleh
Ya, terlepas dari seperti apa kita atau anak-anak kita di masa perkembangannya, orangtua hanya berharap, bahwa kelak ketika anak-anak itu dewasa pada akhirnya bisa menjadi orang yang soleh yang patuh dan taat terhadap ajaran agamanya. Terlebih bagi kita yang beragama Islam, sedangkal apapun pemahaman kita dan sekecil apapun pengamalan kita terhadap ajaran agama itu, kita pasti berharap agar anak-anak kita kelak bisa lebih dari kita, lebih memahami dan lebih banyak mengamalakan ajaran agama itu.
Patut kita renungkan dan kita pertanyakan kepada diri kita sendiri apabila kita tidak memiliki keinginan dan harapan seperti itu. Sungguh, orangtua akan jauh lebih bangga saat anaknya menjadi pejabat, menjadi pimpinan perusahaan, menjadi pengusaha dan orang sukses atau hebat lainnya, tetapi sekaligus juga menjadi orang yang soleh.
Ini harus disampaikan dan dijadikan pedoman utama bagi anak-anak kita agar mereka tidak kehilangan arah dalam mencapai tujuan hidupnya setelah dewasa kelak. Tidak sedikit mereka yang masa kanak-kanaknya rajin beribadat, patuh dan taat kepada orangtua, tetapi kemudian akibat pengaruh lingkungan ataupun semakin lemahnya pengawasan orangtua, malah tumbuh berbelok menjadi orang yang sebaliknya. Hal ini mungkin tidak akan terjadi manakala anak-anak sudah memiliki pedoman yang pasti tentang harus seperti apa mereka setelah menjadi dewasa nanti. Dan inipun menjadi sebuah pertanyaan bagi diri kita sendiri, sudahkah ita menjadi orangtua yang soleh seperti yang diharapkan orangtua kita ? atau jangan-jangan malah kita sendiri belum tahu, seperti apakah orang yang soleh itu ? dan akan lebih mengerikan lagi apabila kita tidak atau belum memiliki sedikitpun keinginan untuk menjadi orang yang soleh ! Naudzubillah, semoga tidak demikian.
Ingat firman Allah SWT dalam surat Al A’raaf ayat 179, yang artinya :
“Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk isi neraka Jahanam
kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak
dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata
(tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan
mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar
(ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih
sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai.” (Al A’raaf: 179)
2. Hidup Sehat & Bahagia
Harapan
kedua dari orangtua adalah anak-anaknya selalu dalam kondisi sehat dan hidup
dalam kebahagiaan. Itulah mengapa banyak orangtua yang rewel dan gelisah
manakala si kecilnya sulit makan, sulit disuruh tidur siang, sulit minum susu,
dan sulit-sulit lainnya. Hal itu pulalah yang menyebabkan orangtua selalu
menginginkan anak-anaknya masuk rangking di sekolah, mengikuti berbagai
kegiatan, mengikuti berbagai les, belajar berbagai keterampilan, dan sebagainya
yang diharapkan akan menjadi bekal di masa depannya. Hanya saja pertanyaan
selanjutnya adalah, apakah hal itu harus dipaksanakan ?
Tidak
sedikit orangtua yang memaksa anak untuk makan, tidur siang, minum susu,
vitamin dan sebagainya hanya karena ingin anaknya terlihat gemuk padahal mereka
sebenarnya sudah sehat. Tidak sedikit pula orangtua yang memaksa anaknya untuk
ikut les berbagai pelajaran, mengikuti berbagai kegiatan, mengikuti kursus berbagai
keterampilan, padahal sebenarnya belum urgent untuk anak-anak pada usia itu
sehingga menjadikan anak malah merasa tersiksa menjalaniya. Tentu hal ini harus
kita kaji ulang kembali dan meluruskan pemahaman yang benar mengenai anak yang
sehat dan hidup bahagia itu sendiri.
Untuk
masalah kesehatan mungkin tidak sulit, karena banyak parameter-parameter yang
dikeluarkan para ahli kesehatan mengenai seperti apa anak-anak yang sehat, yang
kemudian bisa kita jadikan acuan perlu tidaknya kita memaksakan sesuatau dengan
alasan demi kesehatan anak. Namun untuk kebahagiaan itu sendiri, setiap orang
mungkin memiliki parameter yang berbeda, termasuk parameter bahagia yang
ditetapkan orangtua terhadap anak. Sekiranya masih ada alternatif lain,
sekiranya jalan yang akan ditempuh anak masih sedemikian panjang dimana segala
sesutu hal masih sangat memungkinkan terjadi dalam proses pencapaian hidup
bahagia itu, mengapa kita harus selalu memaksakan segala sesuatunya dengan
alasan untuk kebahagiaan mereka ?
Mungkin
hal yang benar-benar harus kita sadari dan kita camkan kepada anak-anak kita
adalah bahwa kebahagiaan itu tidak hanya bisa diperoleh melalui uang atau
materi atau pangkat dan jabatan. Diluar semua itu masih ada hal lain yang bisa
membuat hidup lebih bahagia, yakni jiwa yang bersih, hati yang tentram, serta
rasa syukur atas segala nikmat dan karunia-Nya.
Benarkah demikian ? mari kita
tanya diri kita, apakah anda akan bahagia dengan sepeda motor yang anda miliki
manakala anda merasa iri melihat tetangga yang memiliki sebuah mobil ? Apakah
anda bahagia dengan benda-benda mewah yang ada di rumah anda manakala setiap
saat hati anda gelisah karena takut didatangi perampok ? Apakah anda bahagia
dengan uang ratusan juta rupiah yang anda miliki tetapi seminggu sekali anda
harus cuci darah ?
Intinya
uang, materi, pangkat, jabatan, dan sejenisnya memang bisa membuat hidup
bahagia selama itu bisa memberikan jiwa yang bersih, hati yang tentram, dan
selalu kita syukuri. ; akan tetapi di sisi lain, tanpa uang, materi, pangkat, jabatan
dan sejenisnya, selama itu bisa membuat jiwa bersih, hati tentram, dan selalu
bersyukur, itupun bisa membawa kebahagiaan yang hakiki. Tetapi tentu saja
inipun jangan disalah artikan. Saya hanya sekedar ingin menekankan bahwa
orientasi orangtua dalam membuat anak hidup bahagia seharusnya bukan lagi pada
materi, pangkat ataupun jabatan, melainkan pada bagaimana agar anak kelak
memiliki jiwa yang bersih, hati yang tentram, dan selalu mensyukuri segala
nikmat yang diberikan-Nya.
Mari kita perhatikan firman Allah SWT dalam
ayat-ayat berikut, yang artinya :
“Dan jiwa dan apa yang oleh Allah dijadikan untuk
menyempurnakannya. Maka Ia mengilhamkan kepadanya yang salah dan yang taqwa
(benar), maka sungguh beruntunglah orang yang membersihkan jiwanya dan sungguh
merugilah yang mengotori jiwanya”. (QS.As-Syams : 7-10)
“(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi
tentram dengan mengingat Allah. Ingatlah hanya dengan mengingat Allahlah hati menjadi
tentram”. (Q.S Ar-Ra’d (13):28).
“Dan Allah tidak menjadikan pemberian bala bantuan itu
melainkan sebagai khabar gembira bagi (kemenangan)mu, dan agar tentram hatimu
karenanya. Dan kemenangan itu hanyalah dari Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha
Bijaksana”. (Q.S Ali Imran (3):126, (QS. al-Anfal (8):10)
“Dan Allah telah membuat suatu perumpamaan (dengan) sebuah
negeri yang dahulunya aman lagi tentram, rizkinya melimpah ruah dari segenap
tempat, tetapi (penduduk) nya mengingkari nikmat-nikmat Allah; karena itu Allah
merasakan kepada mereka pakaian kelaparan dan ketakutan, disebabkan apa yang
selalu mereka perbuat”. (QS An Nahl (16):112).
Tidak
ada satupun orangtua yang ingin melihat anaknya hidup susah. Segala daya dan
upaya dilakukan oleh orangtua agar anaknya kelak bisa hidup sejahtera. Dan
orangtua akan merasa lebih bahagia, manakala kesejahteraan yang telah diraih
anak-anaknya itu bisa pula dirasakan oleh mereka yang masih membutuhkannya
dengan cara menolong menyisihkan sebagian dari harta yang dimilikinya. Semua
orangtua pasti tidak menghendaki anaknya menjadi orang yang kikir dan bahil,
yang tidak menyadari bahwa dari apa yang telah diperolehnya itu masih ada
rejeki orang lain didalamnya yang harus disampaikan kepada yang berhak menerimanya.
Terlepas
apakah seorang anak kelak akan menjadi seorang pejabat, seorang pimpinan
perusahaan, seorang pengusaha sukses, atau hanya menjadi orang biasa, selama
dia hidup sejahtera sanggup mencukupi kebutuhan diri dan keluarganya dan mampu
menjadi penolong bagi kepentingan agama dan orang lain yang membutuhkannya,
tentu itu akan sangat membahagiakan bagi orang tua.
Masalah
kesejahteraan hidup ini merupakan masalah yang benar-benar penting yang tidak
boleh diabaikan mengingat banyak berbagai permasalahan yang akan timbul bila
hal ini diabaikan. Sedemikian pentingnya, masalah ini tertuang pula melalui
firman Allah SWT dalam surat An-Nisa ayat 9 yang artinya :
“Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya
meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir
terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa
kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar”. (QS.
an-Nisa’ (4) : 9).
Adapun
mengenai pentingnya memberikan sebagian harta kepada orang-orang yang berhak
menerimanya, tertuang melalui firman Allah SWT dalam surat Al Baqoroh ayat 177,
yang artinya :
“Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu
suatu kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada
Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan
harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin,
musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan
(memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan
orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang
sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah
orangorang yang benar (imannya); dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa”.
(Al-Baqoroh:177).
Demikianlah,
terlepas dari apapun dan bagaimanapun yang telah orangtua kita lakukan untuk
kita, sebagai anak yang sudah dewasa apalagi telah berpredikat sebagai
orangtua, tentu kita sendirilah yang memastikan bahwa ketiga hal itu bisa kita
raih dengan segala daya upaya dan do’a kita. Sementara sebagai orangtua yang
telah memilik anak-anak, kitapun tentu akan berusaha membimbing, mengarahkan,
dan membantu anak-anak kita untuk mencapai ketiga hal tersebut. Dan suatu hal
yang wajar bila kemudian selama prosesnya terdapat pertentangan dan perbedaan.
Tetapi yang terpenting adalah memastikan bahwa perbedaan dan pertentangan itu
tidak akan membelokan dari tujuan akhir yang ingin dicapainya. Semoga bermanfaat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar