Jumat, 17 September 2010

Makna Muhsinin

Apabila ada seseorang yang berbuat kebajikan dengan menolong orang miskin, membantu orang yang sakit, menyumbang dana yang diperlukan masyarakat, berupa masjid, rumah sekolah, perbaikan jalan dan sarana-sarana kemasyarakatan lainnya, maka orang tersebut oleh masyarakat Arab disebut muhsinin.

Berbagai sumbangan yang kita terima dari negara-negara Arab, bila kita tanya asal muasalnya, maka selalu dijawab berasal dari para muhsinin.
Makna muhsinin identik dengan dermawan tanpa identitas yang selalu kita sebut dengan “hamba Allah”. Sementara kalau kita telusuri arti umum muhsinin itu maknanya adalah orang-orang baik. Muhsinin adalah kata jama’ dari kata muhsin, yang asal katanya adalah ahsana -yuhsinu - ihsana, yang maknanya, berbuat baik - kebaikan. Jadi makna muhsinin adalah orang-orang yang berbuat kebaikan.

Jika kita perhatikan isi al-Quran dengan cermat, ternyata kita akan menemukan lebih dari 25 kali al-Quran menyebut kata muhsinin itu tersebar di dalam 14 surat, mulai pada ayat 58 surat al-Baqarah dan ditutup pada ayat 44 surat Al-Mursalat.

Dari sekian jumlah ayat-ayat yang menyebut muhsinin itu, dapat di kelompokkan ke dalam empat kesimpulan:
Pertama, ciri-ciri muhsinin.
Kedua, contoh-contoh muhsinin.
Ketiga, sikap Allah terhadap muhsinin
dan keempat, janji Allah kepada muhsinin.

Ciri-ciri Muhsinin


Muhsinin, adalah orang-orang yang bertaqwa, yang senantiasa menginfaqkan hartanya di jalan Allah, baik dalam keadaan lapang maupun dalam keadaan sempit, bahkan menyisihkan khusus dari hartanya untuk orang yang meminta-minta dan tak berpunya.

Dapat menahan amarah serta senantiasa memaafkan kesalahan orang lain. Tetap dalam kesabaran di dalam menghadapi semua keadaan, baik dalam keadaan susah maupun dalam keadaan senang dan bersungguh-sungguh di dalam melaksanakan perintah Allah SWT.

Senantiasa menegakkan shalat, khususnya shalat malam, hingga mereka hanya tidur sedikit. Senantiasa ingat kepada Allah, khususnya bila tergelincir melakukan dosa, segera mereka meminta ampun kepada Allah dan berjanji tidak akan mengulanginya. Ayat-ayat al-Quran adalah pedoman dan penyejuk bagi mereka. Keyakinan yang kokoh tentang kehidupan akhirat.

Contoh-contoh Muhsinin

Semua orang dengan ciri-ciri di atas adalah muhsinin, dan di dalam surat At-Taubah ayat 92 dan 120, seluruh sahabat yang turut dalam perang Tabuk adalah muhsinin, bahkan yang tidak ikut karena ‘uzur dan terpaksa tetap tinggal di Madinah juga termasuk muhsinin. Dan secara khusus, Allah memberi contoh muhsinin itu adalah para Nabi dan Rasul-Rasul Allah, yang dalam hal ini diwakili yang disebut namanya adalah, Nabi Nuh as., Nabi Ibrahim as., Nabi Yusuf as., Nabi Musa as., Nabi Harun as., Nabi Ilyas as. ini disebutkan dalam surat Yusuf dan surat Ash-Shaffat.

Sikap Allah kepada Muhsinin

Ada empat ayat yang menyatakan Allah SWT mencintai muhsinin, di mana para muhsinin itu bersungguh-sungguh dalam ketakwaannya dalam dalam menginfakkan harta mereka di jalan Allah. Oleh karena kecintaannya kepada muhsinin, Allah senantiasa bersama mereka. Rahmat Allah sangat dekat kepada muhsinin, dan Allah berjanji tidak akan menyia-nyiakan amal mereka.

Janji Allah

Allah berjanji akan membalas dengan kebaikan di dunia dan kebahagiaan di akhirat untuk para muhsinin itu. Empat kali Allah berulang-ulang menyatakan tidak akan menyia-nyiakan amal mereka. Untuk itu, Allah memerintahkan kesabaran, seperti yang tertera di dalan surat Hud ayat 115.

Seperti disebutkan Allah dalam surat al-Maidah ayat 85, balasan untuk muhsinin itu adalah surga yang di dalamnya mengalir sungai-sungai, mereka kekal abadi di situ.

Jenjang Muhsinin

Setiap muslim dituntut untuk menjadi muhsinin dan untuk mencapai tingkat muhsinin itu, diperlukan ilmu yang secukupnya dalam memahami Islam. Khususnya isi al-Quran. Lalu dengan dasar iman mengamalkan ajaran-ajaran Islam itu, bukan sekedar karena adat dan kebiasaan, dan semua amal itu diusahakan dalam bentuk yang sebaik-baiknya, yaitu dengan cara ihsan. Dan ketika Rasulullah Saw ditanya tentang ihsan beliau menjawab, ihsan ialah engkau menyembah Allah seakan-akan melihat-Nya, dan bila engkau tak melihat-Nya, maka yakinlah sesungguhnya Dia melihatmu.

Sumber : Buletin Mimbar Jum’at, No. 18 Th. XXII, 2 Mei 2008

Tidak ada komentar:

Posting Komentar