Kamis, 30 Desember 2010
Kebahagiaan
APA ITU KEBAHAGIAAN?
Bagi orang miskin
uang itulah kebahagiaan
Bagi orang sakit
kesehatan itulah kebahagiaan
Bagi pemuda lajang
pasangan hidup itulah kebahagiaan
Bagi mahasiswa
gelar sarjana itulah kebahagiaan
Bagi penganggur
pekerjaan itulah kebahagiaan
Bagi yang kebanyakan pekerjaan
liburan itulah kebahagiaan
Bagi orang tua anak
berbakti itulah kebahagiaan
Bagi orang lumpuh
berjalan itulah kebahagiaan
Bagi orang buta
melihat itulah kebahagiaan
Bagi pemabok
alkohol itulah kebahagiaan
Bagi ibu-ibu kaya
shopping itulah kebahagiaan
Bagi politikus
jabatan dan kuasa itulah kebahagiaan
Bagi selibritis
popularitas itulah kebahagiaan
Semua orang punya definisi kebahagiaan, namun Kebahagiaan-kebahagiaan di atas sebenarnya bukanlah kebahagiaan, lebih tepat adalah kesenangan, kepuasan dan kegembiraan yang singkat dan sementara.
Menurut al-Ghazali, puncak kebahagiaan pada manusia adalah jika dia berhasil mencapai ma'rifatullah", telah mengenal Allah SWT. Selanjutnya, al-Ghazali menyatakan:
"Ketahuilah bahagia tiap-tiap sesuatu bila kita rasakan nikmat, kesenangan dan kelezatannya mara rasa itu ialah menurut perasaan masing-masing. Maka kelezatan (mata) ialah melihat rupa yang indah, kenikmatan telinga mendengar suara yang merdu, demikian pula segala anggota yang lain dan tubuh manusia.
Ada pun kelezatan hati ialah ma'rifat kepada Allah, karena hati dijadikan tidak lain untuk mengingat Tuhan. Seorang rakyat jelata akan sangat gembira kalau dia dapat herkenalan dengan seorang pajabat tinggi atau menteri; kegembiraan itu naik berlipat-ganda kalau dia dapat berkenalan yang lebih tinggi lagi misalnya raja atau presiden.
Maka tentu saja berkenalan dengan Allah, adalah puncak dari segala macam kegembiraan. Lebih dari apa yang dapat dibayangkan oleh manusia, sebab tidak ada yang lebih tinggi dari kemuliaan Allah. Dan oleh sebab itu tidak ada ma'rifat yang lebih lezat daripada ma'rifatullah.
Sebagai orang Muslim, kita tentu mendambakan hidup bahagia semacarn itu; hidup dalam keyakinan: mulai dengan mengenal Allah dan ridha, menerima keputusan-keputusan-Nva, serta ikhlas menjalankan aturan-aturan-Nya. Kita mendambakan diri kita merasa bahagia dalam menjalankan shalat, kita bahagia menunaikan zakat, kita bahagia bersedekah, kita bahagia menolong orang lain, dan kita pun bahagia menjalankan tugas amar ma'ruf nahi munkar.
Dalam kondisi apa pun. maka "senangkanlah hatimu!" Jangan pernah bersedih.
"Kalau engkau kaya. senangkanlah hatimu! Karena di hadapanmu terbentang kesempatan untuk mengerjakan yang sulit-sulit melalui hartamu.
"Dan jika engkau fakir miskin, senangkan pulalah hatimu! Karena engkau telah terlepas dari suatu penyakit jiwa, penyakit kesombongan yang sering menimpa orang-orang kaya. Senangkanlah hatimu karena tak ada orang yang akan hasad dan dengki kepadamu lagi, lantaran kemiskinanmu..." "Kalau engkau dilupakan orang, kurang masyhur, senangkan pulalah hatimu! Karena lidah tidak banyak yang mencelamu, mulut tak banyak mencacimu..."
Mudah-mudahan. Allah mengaruniai kita ilmu yang mengantarkan kita pada sebuah keyakinan dan kebahagiaan abadi, dunia dan akhirat. Aamiin YRA
Rabu, 29 Desember 2010
Hati Yang Baik
Suatu hari pada musim haji, Abdullah bin Mubarak yang sedang melaksanakan ibadah haji di tanah suci tertidur di Masjidil Haram. Dalam tidurnya beliau bermimpi bertemu dengan seorang malaikat yang memberitahunya bahwa ibadah haji umat Islam tahun itu diterima Allah
hanya karena kebaikan seorang tukang sepatu. Sehabis itu Mubarak terbangun. Betapa penasarannya beliau dengan mimpi itu dan betapa penasarannya beliau dengan tukang sepatu yang diceritakan malaikat dalam mimpinya itu.
Apa gerangan yang dilakukan tukang sepatu itu sehingga menyebabkan ibadah haji seluruh umat Islam tahun itu diterima Allah?
Beliau lalu mencari tahu siapa gerangan tukang sepatu itu dan dimana tempatnya. Hingga akhirnya beliau berhasil menemui tukang sepatu dan meminta cerita apa amalan yang dilakukannya sehingga mengantarkan diterimanya ibadah haji seluurh umat Islam tahun itu? Lalu tukang sepatu itu pun menceritakan ihwalnya, bahwa dia bersama isterinya selama 30
tahun berencana untuk naik haji. Selama itu tiap hari, minggu dan bulan dia menabung dan mengumpulkan uang untuk biaya naik haji dari jasa membuat dan memperbaiki sepatu.
Tahun ini tabungan hajinya bersama isteri sudah cukup dan dia berencana untuk naik haji. Namun apa yang terjadi?
Suatu hari isterinya mencium bau harum masakan dari tetangganya. Karena penasaran dengan harum masakan itu isteri tukang sepatu itu memberanikan diri menghampiri tetangga dengan maksud ingin meminta sedikit masakan sekedar ingin mencicipinya .
"Wahai tetangga yang baik, hari ini saya mencium harumnya masakanmu, bolehkah saya mencicipi barang sedikit?" pinta isteri tukang sepatu itu kepada tetangganya.
"Tuan puteri yang baik, masakan ini tidak halal bagimu", jawab tetangga.
"Mengapa tidak halal?" tanya isteri tukang sepatu itu dengan penasaran.
"Daging yang kami masak adalah bangkai yang kami temukan di jalan. Kami tidak tega melihat anak-anak kami kelaparan. Kami sudah banting tulang mencari makanan yang lebih baik, tapi kami tidak menemukannya. Akhirnya hanya bangkai ini yang kami temukan, lalu kami masak biar anak-anak dan keluarga kami tidak semakin menderita"
Mendengar cerita itu, isteri tukang sepatu itu sepontan pulang dan menceritakannya kepada suaminya. Si tukang sepatu tanpa banyak bicara segera membuka tabungan haji yang dikumpulkannya selama 30 tahun dan dibawanya ke rumah tetangga. "Wahai tetangga yang baik, ambillah semua uang ini untuk keperluan makan kamu dan keluargamu, ini lah haji kami",
kata tukang sepatu itu.
Perbuatan mulia tukang sepatu itulah yang dijadikan Allah sebagai penyebab diterimanya amalan ibadah haji seluruh jamaah haji tahun itu.
****
Kisah di atas, menceritakan betapa hati yang mulia dan baik selalu mendapatkan tempat yang mulia di mata Allah. Hati yang baik mengantarkan kepada pemiliknya kepada perbuatan yang baik dan terpuji. Hati yang baik mendatangkan pahala dan karunia Allah tidak hanya untuk si pemiliknya, namun juga untuk seluruh umat manusia. Benarlah kata Rasulullah
"Sesungguhnya dalam jasad ada segumpal darah, kalau itu baik, maka baiklah seluruh anggota tubuh".
Hati yang baik bukanlah sekedar karunia dari Allah yang diberikan kepada orang-orang tertentu saja, namun hati yang baik juga bisa didapatkan dengan latihan dan pendidikan. Salah satu cara untuk mendapatkan hati yang baik adalah dengan senantiasa membuka komunikasi hati dan Allah. Allah adalah Dzat Yang Maha Baik, maka siapapun yang selalu berkomunikasi kepdaNya akan mendapatkan pancaran kebaikan. Semoga kita diberi karunia hati yang baik. Aamiin YRA
http://www.pesantrenvirtual.com/index.php/hikmah/1051-hati-yang-baik
Manfaat Berdoa
BERDOA -- yang secara etimologis berarti "meminta kepada Allah" -- mempunyai tujuan-tujuan yang bukan saja bersifat ukhrawi, melainkan juga bersifat duniawi. karena doa bukanlah untuk kepentingan Allah melainkan untuk kepentingan manusia itu sendiri. Kalaupun kita berdoa untuk memohon segala "sesuatu yang kita butuhkan", "yang kita inginkan" ataupun hanya "untuk menenangkan diri dari segala kesusahan", namun doa mempunyai beberapa faidah yang tak terhingga.
Pertama: doa berfungsi untuk menunjukkan keagungan Allah swt kepada hamba-hambaNya yang lemah. Dengan doa seorang hamba menyadari bahwa hanya Allah yang memberinya nikmat, menerima taubat, yang memperkenankan doa-doanya. Allah swt. berfirman:
…atau siapakah yang memperkenankan (doa) orang yang dalam kesulitan apabila ia berdoa kepada-Nya, dan yang menghilangkan kesusahan dan yang menjadikan kamu (manusia) sebagai khalifah di bumi? Apakah di samping Allah ada tuhan (yang lain)? Amat sedikitlah kamu mengingati-Nya (QS. An Naml:62).
Tak ada satupun anugerah yang bisa diberikan kecuali oleh Allah swt yang Maha Pemberi, yang membuka pintu harapan bagi hamba-hamba-Nya yang berdosa sehingga sang hamba tidak dihadapkan pada keputusasaan. Bukankah Allah swt berjanji akan selalu mengabulkan doa hamba-hambaNya? "Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu". (QS Ghafir: 60)
Janji Allah untuk mengabulkan doa kita merupakan tahrid (motivasi) untuk bersegera berbuat baik, dan tarbiyah (mendidik) agar kita mengakui dan merasakan nikmat Allah sehingga jiwa kita semakin terdorong untuk selalu bersyukur. Sebab rasa syukur itu pula yang mendorongnya untuk bersungguh-sungguh dalam beribadah.
Janji Allah untuk mengabulkan doa kita merupakan tahrid (motivasi) untuk bersegera berbuat baik, dan tarbiyah (mendidik) agar kita mengakui dan merasakan nikmat Allah sehingga jiwa kita semakin terdorong untuk selalu bersyukur. Sebab rasa syukur itu pula yang mendorongnya untuk bersungguh-sungguh dalam beribadah.
Kedua yaitu, doa mengajari kita agar merasa malu kepada Allah. Sebab manakala ia tahu bahwa Allah akan mengabulkan doa-doanya, maka tentu saja ia malu untuk mengingkari nikmat-nikmatNya.
Bahkan manakala manusia sudah berada dalam puncak keimanan yang kuat sekalipun, maka ia akan lebih dekat lagi (taqarrub) untuk mensyukuri nikmat-Nya. Hal ini dicontohkan oleh nabi Sulaiman as. ketika berdoa: "Ya Tuhanku, ampunilah aku dan anugerahkanlah kepadaku kerajaan yang tidak dimiliki oleh seorang jua pun sesudahku, sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Pemberi." (QS. An Naml: 35).
Maka Allah pun mengabulkannya. Nabi Sulaiman bertanya kepada semua makhluk siapa yang mampu memindahkan singgasana Balqis ke hadapannya. Salah satu ifrit yang tunduk atas perintah nabi Sulaiman berkata: "Aku akan datang kepadamu dengan membawa singgasana itu kepadamu sebelum kamu berdiri dari tempat dudukmu; sesungguhnya aku benar-benar kuat untuk membawanya lagi dapat dipercaya".
Ternyata benar, ifrit dari golongan jin itu datang membawa singgasana Balqis dari Saba (Yaman) ke Syria tidak kurang dari kedipan mata. Menyaksikan nikmat yang ada di "hadapannya", nabi Sulaiman lantas berkata: "Ini termasuk kurnia Tuhanku untuk mencoba aku apakah aku bersyukur atau mengingkari (akan nikmat-Nya). Dan barang siapa yang bersyukur maka sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri dan barang siapa yang ingkar, maka sesungguhnya Tuhanku Maha Kaya lagi Maha Mulia".
Ketiga adalah mengalihkan hiruk-pikuk kehidupan dunia ke haribaan tafakur dan kekudusan munajat ke hadirat Allah swt, memutuskan syahwat duniawi yang fana menuju ketenangan hati dan ketentraman jiwa. Wallahu a'lam.
Bahkan manakala manusia sudah berada dalam puncak keimanan yang kuat sekalipun, maka ia akan lebih dekat lagi (taqarrub) untuk mensyukuri nikmat-Nya. Hal ini dicontohkan oleh nabi Sulaiman as. ketika berdoa: "Ya Tuhanku, ampunilah aku dan anugerahkanlah kepadaku kerajaan yang tidak dimiliki oleh seorang jua pun sesudahku, sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Pemberi." (QS. An Naml: 35).
Maka Allah pun mengabulkannya. Nabi Sulaiman bertanya kepada semua makhluk siapa yang mampu memindahkan singgasana Balqis ke hadapannya. Salah satu ifrit yang tunduk atas perintah nabi Sulaiman berkata: "Aku akan datang kepadamu dengan membawa singgasana itu kepadamu sebelum kamu berdiri dari tempat dudukmu; sesungguhnya aku benar-benar kuat untuk membawanya lagi dapat dipercaya".
Ternyata benar, ifrit dari golongan jin itu datang membawa singgasana Balqis dari Saba (Yaman) ke Syria tidak kurang dari kedipan mata. Menyaksikan nikmat yang ada di "hadapannya", nabi Sulaiman lantas berkata: "Ini termasuk kurnia Tuhanku untuk mencoba aku apakah aku bersyukur atau mengingkari (akan nikmat-Nya). Dan barang siapa yang bersyukur maka sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri dan barang siapa yang ingkar, maka sesungguhnya Tuhanku Maha Kaya lagi Maha Mulia".
Ketiga adalah mengalihkan hiruk-pikuk kehidupan dunia ke haribaan tafakur dan kekudusan munajat ke hadirat Allah swt, memutuskan syahwat duniawi yang fana menuju ketenangan hati dan ketentraman jiwa. Wallahu a'lam.
Oleh : Taufik Munir
Direktur Eksekutif Sanggar Seni dan Budaya "Kinanah", Mahasiswa Akidah dan Filsafat Al Azhar university, Kairo.
Biodata Singkat : Putra Banten, lahir di kota Industri Tangerang pada 21 Mei 1975.
Selasa, 28 Desember 2010
Smile - HUT SILORA by Hilman Muchsin
Tersenyum adalah suatu tindakan yang paling mudah, paling sederhana, paling murah dan paling menyenangkan di dunia.
Bila kondisi hari ini masih seperti kemarin di mana harapan belum menjelma menjadi nyata. Tetaplah tersenyum. Bukan berarti Allah mengabaikan doa-doa kita. Kita tahu, Allah adalah Dzat Yang Maha Mengabulkan doa-doa hamba-Nya.
“Berdoalah kepada-Ku niscaya Aku akan mengabulkannya…” (QS Al mu'min:60).
Tak ada yang dapat meragukan janji-Nya. Doa kepada-Nya ibarat sebuah investasi. Tak akan pernah membuat investornya merugi. Karena penjaminnya adalah Dzat Yang Maha Pemurah, Yang Maha Berkuasa atas segala sesuatu. Dzat Yang Maha Welas Asih itu, tak akan pernah ingkar janji. Tidak akan sia-sia munajat yang kita mohonkan pada-Nya, baik di waktu siang apalagi di sepertiga malam. Ketika lebih banyak makhluk-Nya pulas, dalam dekapan dinginnya malam dan hangatnya selimut tebal.
Simaklah berikut ini 5 alasan mengapa kita harus banyak tersenyum :
1. Kita akan mendapatkan lebih banyak kebahagiaan
Cobalah paksakan diri kita untuk tersenyum selama 30 detik mulai dari sekarang. Lakukan pula ketika kita mengalami kemalangan. Dengan membiasakan tersenyum, tidak peduli bagaimana perasaan kita saat itu, di dalam tubuh kita akan terjadi reaksi-reaksi kimia yang dapat membuat kita merasa bahagia.
Cobalah dan rasakan perbedaannya.
2. Senyuman dapat merubah keadaan kita
Jika kita merasa putus asa, marah atau bosan, sebuah senyuman akan mengubah keadaan emosi kita menjadi lebih positif. Dan sebuah keadaan yang positif tidak hanya membuat hidup kita lebih menyenangkan tetapi juga membuka segala kemungkinan lain dalam pikiran kita. Kita akan melihat dunia dengan cara yang berbeda melalui lensa kebahagiaan. Dari situ kita dapat mulai membangun sederetan tindakan yang positif dan berinterasksi dengan banyak orang setiap harinya.
3. Senyuman dapat mengubah keadaan orang lain
Jika kita berjalan ke dalam sebuah ruangan atau menuju ke sebuah toko dengan senyuman di wajah kita, akan membuat semuanya berbeda. Semua orang akan berbalik tersenyum pada kita. Hal ini akan banyak membantu mencairkan setiap ketegangan atau kekakuan yang ada. Interaksi kita akan lebih terbuka, santai dan penuh dengan kegembiraan.
4. Tersenyum? Apa ruginya?
Ketika memilih antara mengerutkan dahi, ekspresi kosong atau tersenyum, tampaknya pilihan terakhir adalah pilihan yang paling produktif dan positif, bukankah demikian? Seringkali kita lupa untuk tersenyum atau mungkin kita tidak terlalu suka untuk tersenyum. Tapi jika kita berusaha untuk menggunakan senyuman kita sesering mungkin, kita lama-kelamaan akan mempunyai kebiasaan yang baru, kebiasaan yang jauh lebih positif. Jika kita termasuk orang yang selalu memperhitungkan untung rugi untuk segala hal, cobalah pertanyaan ini, ‘apa ruginya kita tersenyum?’
5. Lebih mudah untuk tersenyum daripada melakukan yang sebaliknya
“Dibutuhkan tujuh puluh dua otot untuk berkerut, tetapi hanya tigabelas otot untuk tersenyum.”
- Anonim -
Jadi sebetulnya kita menggunakan jauh lebih sedikit otot ketika tersenyum dibandingkan saat kita mengerutkan dahi atau memasang muka marah. Dengan membiasakan diri untuk tersenyum, maka otot tersenyum kita akan menjadi lebih kuat daripada otot untuk mengerutkan dahi kita, sehingga lama kelamaan kita akan lebih mudah untuk tersenyum daripada melakukan hal yang sebaliknya.
http://www.akuinginsukses.com/5-alasan-mengapa-anda-harus-banyak-tersenyum/
****************
1. Senyum itu ibadah
2. Kita terlihat lebih manis
3. Kita bisa mendapatkan senyum lagi.
4. Menunjukan keramahan kita
5. Bisa mendapatkan teman baru
6. Memberikan kesan yang positif
7. Menjadikan Kita lebih ceria
8. Menjadikan Kita lebih percaya diri
9. Meringankan beban kita
10.Mengaktifkan senyawa kimia yang membuat Kita lebih sehat.
Senin, 27 Desember 2010
NETRAL-Garuda Di Dadaku (HD Video Clip)
Kemenangan bisa dilakukan oleh siapa saja, tidak tua maupun muda, miskin, kaya, pintar, bodoh, semua bisa melakukan kemenangan, apalagi jika kesempatan itu ada. Untuk itu jangan pernah tergiur dengan kemenangan yang didapat dengan cara CURANG, kita harus bangga dengan kemampuan kita dan yang terpenting kita sudah profe...sional dan berlaku adil terhadap sesama manusia.
Bravo Timnas.... Pantang Menyerah
Taklukkan Diri Sendiri
Selama kita masih DIBODOHI oleh KEINGINAN-KEINGINAN,
Selama itu pula kita tidak akan mendapatkan kebahagiaan.
Kita harus mampu menaklukkan diri sendiri,
Dari perbuatan yang menghinakan menghinakan diri
Dari KEBANGGAAN SEMU dengan banyaknya harta
Musuh yang paling besar adalah diri kita sendiri
Benteng hitam yang paling kokoh adalah nafsu
Yang bersemayam di dalam dada ini
Taklukkan diri sendiri niscaya akan dapat menaklukkan dunia
Perangi hawa nafsu niscaya akan mendapat kemenangan
Apabila syetan telah menggerogoti dada,
Memompa nafsu,
Menggerayangi kalbu,
Sehingga menjadi takut dan was-was dengan KEMISKINAN,
Maka segeralah berlindung kepada Sang Pencipta
“Dan jika kamu ditimpa suatu godaan syetan , maka berlindunglahkepada allah. Sesungguhnya allah maha mendengar dan maha mengetahui” (QS AL’Araaf (7) :200)
Tekan segala keinginan yang kurang bermanfaat;
Perteguh hati dengan perbuatan-perbuatan yang baik;
Dan benahi hati dari dendam kesumat, iri dan dengki
Hilangkan rasa bangga terhadap diri sendiri dan merendahkan orang lain.
Ketuklah pintu Rab-mu ketika marah, membenci sesuatu,
jiwa tergoncang dan jiwa labil..
Ikhlaskan dan bertawakkallah kepada-Nya
“…Dan hati mereka menjadi tentram dengan mengingat allah (zikrullah). ingatlah hanya dengan mengingat allah lah hati menjadi tentram (QS Ar-Ra’d (13) : 28)
Allah-lah mata air ketentraman batin.
Nafsu menjadi dingin dengan melakukan perintah-NYA
Mata menjadi sejuk dengan ber”tamu” kepada-NYA saat malam tiba;
Dengan bertakwa kepada-NYA
Keresahan berubah menjadi kesenangan.
Hanya dengan mengingat-NYA ,
Kita akan mampu menekan hawa nafsu, egoisme dan kecongkakan diri
dan berhenti dari kemaksiatan.
“Yaitu orang-orang yang apabila mereka berbuat dosa dan menganiaya diri mereka sendiri, mereka segera ingat Allah dan langsung memohon ampun atas dosa-dosanya dan mereka tidak meneruskan perbuatan dosa tersebut.” ( QS Ali Imran : 135)
Dengan menaklukkan diri sendiri
Kita telah terbebas dari penjara kesengsaraan,
Telah terhindar dari jalan yang berlubang
Telah menyingkir dari badai yang menggulung,
Telah terbebas dari penyakit hati, dan
Telah lepas dari ikatan kita dengan syetan
Seperti camar yang menari diatas awan.
Ia jauh dari pemangsa
Dan berbahagia di lengkung indahnya pelangi.
Musuh terbesar kita adalah diri kita sendiri.
Dia bagaikan tali tali rantai
Yang mengikat tawanan dengan kekuatan besinya.
Hanya dengan melepaskan diri darinya,
Hidup kita akan menjadi sentosa
Sebab tidak akan ada lagi yang mengikat kita
Untuk terbang menuju kebahagiaan hakiki.
Jadilah seperti mawar
Jangan seperti benalu yang tidak berharga,
Jangan seperti debu yang tidak bernilai,
Jangan seperti batu yang terinjak-injak dijalanan.
Jadilah keras seperti intan
Yang bersemayam di persembunyiannya yang kokoh
Yang hanya keluar untuk sang Pemilik-Nya
Kemurnian intan selalu terjaga,
Kesejukan sinarnya melebihi embun pagi diujung daun
Lekukan wajahnya kian memancarkan ketenangan
Namun dia kokoh melebihi bebatuan….
Jangan sampai cahayamu padam
Karena sebuah bola api yang kecil
Karena seekor serangga yang haus,
Bola api dan serangga bukanlah halangan
Untuk tetap melebarkan sayap keindahanmu
Jangan sampai kesulitan hidup membuatmu menyerah!
Jika ingin hidup…
Maka kehidupan itu berada ditengah-tengah bahaya,
Maka kehidupan itu akan penuh dengan kesulitan
Janganlah menghindar darinya…
Atasilah kesulitan-kesulitan itu.
Kesulitan selalu merupakan berkah yang tersembunyi
Karena akan mendatangkan yang terbaik.
Tidak ada jalan lain yang harus kita lewati
Selain jalan menuju Rahmat-NYA.
Tidak ada pintu yang kita ketuk
Saat seluruh pintu manusia tertutup untuk kita,
Kecuali Pintu-Nya.
Tiada tali yang kuat tuk tempat bergantung
Selain tali-NYA
Dan tidak ada karunia yang kita harapkan,
Kecuali karuniaNYA
YA Allah ..
Ya Rahman …
Ya Rahim…
Ya Tuhan kami..
Hati kami telah lelah,
Tenaga kami telah terkuras
Airmata telah melelehkan semangat kami,
Langkah kamipun telah gontai
Dan bumi tempat kami berpijakpun telah bergoyang.
Ya Allah yang sinar-Mu memenuhi Timur dan Barat,
Terangilah pula kiranya hati kami
Dan bersihkan airmata kami dengan kesabaran dan ketenangan
Angkatlah Hijab kesulitan yang membuat airmata kami menetes
Lupakanlah ingatan kami akan awan hitam yang melekat
Dan ringankanlah langkah kami yang gontai …
Menuju ampunan dan keridloan-Mu
Ya Allah sempurnakanlah sinar-Mu
Tunjukilah dan bimbinglah kami,
Besarlah rasa maaf-Mu,
Maafkanlah dosa-dosa kami
Hapuskanlah kesalahan-kesalahan kami
Bagi-Mulah segala puja dan puji….
Bulan Cahaya
http://kata2hikmah0fa.wordpress.com/2010/12/15/taklukkan-diri-sendiri/
http://hilmanmuchsin.blogspot.com/2010/12/taklukkan-diri-sendiri.html
10 Pintu Setan dalam Menyesatkan Manusia
Sahabat Hikmah,
Ketahuilah bahwa HATI adalah ibarat sebuah BENTENG.
Setan sebagai musuh kita selalu ingin memasuki benteng tersebut.
Setan senantiasa ingin memiliki dan menguasai benteng itu.
Tidak mungkin benteng tersebut bisa terjaga selain adanya penjagaan yang ketat pada pintu-pintunya.
Pintu-pintu tersebut tidak bisa terjaga kecuali jika seseorang mengetahui pintu-pintu tadi.
Setan tidak bisa terusir dari pintu tersebut kecuali jika seseorang mengetahui cara setan memasukinya.
Cara setan untuk masuk dan apa saja pintu-pintu tadi adalah sifat seorang hamba dan jumlahnya amatlah banyak.
Pada saat ini kami akan menunjukkan pintu-pintu tersebut yang merupakan pintu terbesar yang setan biasa memasukinya.
Semoga Allah memberikan kita pemahaman dalam permasalah ini.
Pintu pertama: HASAD (dengki) dan TAMAK.
Ini adalah pintu terbesar dan pertama yang telah menggelincirkan Nabi Adam dan anaknya. Jika seseorang begitu tamak pada sesuatu, ketamakan tersebut akan membutakan, membuat tuli dan menggelapkan cahaya kebenaran, sehingga orang seperti ini tidak lagi mengenal jalan masuknya setan. Begitu pula jika seseorang memiliki sifat hasad, setan akan menghias-hiasi sesuatu seolah-olah menjadi baik sehingga disukai oleh syahwat padahal hal tersebut adalah sesuatu yang mungkar.
Pintu kedua: MARAH
Ini juga adalah pintu terbesar. Ketahuilah, marah dapat merusak akal. Jika akal lemah, pada saat ini tentara setan akan melakukan serangan dan mereka akan menertawakan manusia. Inilah yang terjadi seorang anak membunuh bapaknya atau sebaliknya. Jika kondisi kita seperti ini, minta perlindunganlah pada Allah.
Pintu ketiga: SANGAT SUKA MENGHIAS-HIASI
Yaitu sangat suka menghias-hiasi tempat tinggal, pakaian dan segala perabot yang ada. Orang seperti ini sungguh akan sangat merugi karena umurnya hanya dihabiskan untuk tujuan ini.
Pintu keempat: KENYANG
Yaitu kenyang karena telah menyantap banyak makanan. Keadaan seperti ini akan menguatkan SYAHWAT dan melemahkan untuk melakukan ketaatan pada Allah. Kerugian lainnya akan dia dapatkan di akhirat.
Pintu kelima: TAMAK KEPADA ORANG LAIN
Jika seseorang memiliki sifat seperti ini, maka dia akan berlebih-lebihan memuji orang tersebut padahal orang itu tidak memiliki sifat seperti yang ada pada pujiannya. Akhirnya, dia akan mencari muka di hadapannya, tidak mau memerintahkan orang yang disanjung tadi pada kebajikan dan tidak mau melarangnya dari kemungkaran.
Pinta keenam: TERGESA-GESA
Yaitu sifat selalu tergesa-gesa dan tidak mau bersabar untuk perlahan-lahan. Padahal terdapat sebuah hadits dari Anas, di mana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Sifat perlahan-lahan (sabar) berasal dari Allah. Sedangkan sifat ingin tergesa-gesa itu berasal dari setan.”
(Hadits ini diriwayatkan oleh Abu Ya’la dalam musnadnya dan Baihaqi dalam Sunanul Qubro. Syaikh Al Albani dalam Al Jami’ Ash Shoghir mengatakan bahwa hadits ini hasan)
Pintu ketujuh: CINTA HARTA
Sifat seperti ini akan membuat berusaha mencari harta bagaimana pun caranya. Sifat ini akan membuat seseorang menjadi bakhil (kikir), takut miskin dan tidak mau melakukan kewajiban yang berkaitan dengan harta.
Pintu kedelapan: TA’ASHUB GOLONGAN
Yaitu mengajak orang awam supaya ta’ashub (fanatik) pada madzhab atau golongan tertentu, tidak mau beramal selain dari yang diajarkan dalam madzhab atau golongannya.
Pintu kesembilan: MEMIKIRKAN HAKEKAT DZAT DAN SIFAT ALLAH
Yaitu mengajak orang awam untuk memikirkan hakekat (kaifiyah) dzat dan sifat Allah yang sulit digapai oleh akal mereka sehingga membuat mereka menjadi ragu dalam masalah paling urgen dalam agama ini yaitu masalah aqidah.
Pintu kesepuluh: BURUK SANGKA
Yaitu selalu berburuk sangka terhadap muslim lainnya. Jika seseorang selalu berburuk sangka (bersu’uzhon) pada muslim lainnya, pasti dia akan selalu merendahkannya dan selalu merasa lebih baik darinya. Seharusnya seorang mukmin selalu mencari udzur dari saudaranya. Berbeda dengan orang munafik yang selalu mencari-cari ‘aib orang lain.
Semoga kita dapat mengetahui pintu-pintu ini dan semoga kita diberi taufik oleh Allah untuk menjauhinya.
Rujukan: Mukhtashor Minhajul Qoshidin, Ibnu Qudamah Al Maqdisiy
(Penulis: Muhammad Abduh Tuasikal, http://rumaysho.com/ )
http://kata2hikmah0fa.wordpress.com/2010/10/01/10-pintu-setan-dalam-menyesatkan-manusia/
SABAR dan IKHLAS menerima KENYATAAN
Pernahkah mengalami MUSIBAH atau COBAAN yang sangat menSAKITkan?
Mungkin suami/istrei/anak Anda sakit yang tidak bisa disembuhkan atau bahkan meninggal, atau Anda di-PHK (kerja atau cinta), bisnis bangkrut, suami/isteri selingkuh, bercerai, suami tidak mau memberi nafkah, isteri yang tidak taat, sauadara, teman atau tetangga tidak mau menyapa, orang tua, suami, teman yang zhalim, dsb.
Apakah Anda ingin SABAR dan RIDLO menerima setiap keNYATAan, serta tetap bisa TERSENYUM dan berbuat BAIK kepada mereka, dan tetap berSYUKUR kepada Allah atas keNYATAan tersebut ?
Bila Anda bisa melakukan seperti itu,......berarti Anda telah melakukan hal yang menTAKJUBkan.
Karena Rasulullah bersabda dari Suhaib r.a.,
“Sungguh menTAKJUBkan perkaranya orang yang berIMAN, karena SEGALA URUSANnya adalah BAIK baginya. Dan hal yang demikian itu TIDAK AKAN terdapat KECUALI HANYA pada orang MUKMIN; yaitu jika ia mendapatkan keBAHAGIAan, ia berSYUKUR, karena (ia mengetahui) bahwa hal tersebut merupakan yang TERBAIK untuknya. Dan jika ia tertimpa MUSIBAH, ia berSABAR, karena (ia mengetahui) bahwa hal tersebut merupakan hal TERBAIK bagi dirinya.” (HR. Muslim)
Sahabat Hikmah…
Dari hadits di atas ternyata TIPS-nya satu, yaitu menjadi manusia berIMAN
Tetapi beriman yang seperti apa sahabat?
Yaitu menjadi orang yang berIMAN dengan 6 RUKUN IMAN (berIMAN kepada Allah, Malaikat, Kitab-kitabNya, Rasul-rasul-Nya, Taqdir-Nya dan Hari Akhir) dan berIMAN dengan hal-hal berikut :
• 1. BerIMAN bahwa hidup di DUNIA adalah SEMENTARA, bukan sebenarnya keHIDUPan dan AKHIRAT itulah keHIDUPan yang sebenarnya dan KEKAL.
Sehingga kita akan berSABAR untuk menjalani keHIDUPan yang SEMENTARA dan menanti keHIDUPan yang KEKAL ABADI.
“Ketahuilah bahwa sesungguhnya kehidupan DUNIA itu hanyalah perMAINan dan suatu yang meLALAIkan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan DUNIA ini tidak lain hanyalah keSENANGan yang MENIPU ?” (QS Al-Hadiid: 20)
“Allah bertanya, ‘Berapa tahunkah lamanya kamu tinggal di bumi?’ Mereka menjawab, ‘Kami tinggal (di bumi) SEHARI atau ½ HARI, maka tanyakanlah kepada orang-orang yang menghitung.’ Allah berfirman, ‘Kamu tidak tinggal (di bumi) melainkan SEBENTAR saja, kalau kamu mengetahui dengan sesungguhnya.’ Maka apakah kamu mengira bahwa sesungguhnya Kami menCIPTAkan kamu secara MAIN-MAIN (saja), dan bahwa kamu tidak akan diKEMBALIkan kepada Kami?” (QS Al-Mu’minuun: 112-115)
• 2. BerIMAN bahwa hidup di DUNIA adalah TEMPAT UJIAN (dengan keBURUKan dan keBAIKan ) dan akan diMINTA perTANGGUNGJAWABannya (kewajiban) masing-masing.
Sehingga kita akan SIAP hidup susah (yang tidak sesuai dengan keinginan ) dengan penuh pengorbanan, kita akan IKHLAS (karena Allah bukan karena orang yang kita BENCI) tetap bisa TERSENYUM dan berbuat BAIK kepada orang yang menZHALIMi kita. Kita akan bisa mempunyai kePRIBADIan seperti para Nabi dan Rasul.
”Dialah yang menJADIkan MATI dan HIDUP, supaya Dia mengUJI kamu, siapa di antara kamu yang LEBIH BAIK amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.” (QS Al Mulk : 2)
“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan mengUJI kamu dengan keBURUKan dan keBAIKan sebagai COBAAN (yang sebenar-benarnya) dan hanya kepada Kami-lah kamu dikembalikan.” (Qs. al-Anbiya’: 35).
“Tidak ada sesuatu yang dapat memperberat timbangan (kebaikan) seorang mukmin pada hari Kiamat selain kebaikan akhlaknya”. (HR. Tirmidzi)
”Dan sesungguhnya kamu (Muhammad) benar-benar berbudi pekerti yang agung. ” (QS Al Qalam : 4)
• 3. BerIMAN bahwa semua yang terjadi telah TERTULIS dalam KITAB di LAUH MAHFUZH.
”Tiada suatu BENCANA pun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah TERTULIS dalam kitab (Lauhul-Mahfuzh) SEBELUM Kami menCIPTAkannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah MUDAH bagi Allah. (Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu JANGAN berDUKA cita terhadap apa yang LUPUT dari kamu, dan supaya kamu JANGAN TERLALU GEMBIRA terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah TIDAK MENYUKAI setiap orang yang SOMBONG lagi memBANGGAkan diri,” (QS Al-Hadiid: 22-23)
• 4. BerIMAN bahwa UJIAN adalah untuk mengetahui keBENARan IMAN kita.
”Apakah manusia itu mengira bahwa mereka diBIARkan (saja) mengatakan: “Kami telah berIMAN”, sedang mereka tidak diUJI lagi? Dan sesungguhnya Kami telah mengUJI orang-orang yang SEBELUM mereka, maka sesungguhnya Allah mengeTAHUi orang-orang yang BENAR dan sesungguhnya Dia mengeTAHUi orang-orang yang DUSTA.” (QS Al ’Ankabut : 2-3)
• 5. BerIMAN bahwa disamping MUSIBAH COBAAN yang ada, jauh lebih BANYAK NIKMAT yang Allah berikan, dan kita WAJIB berSYUKUR dan berTAKWA.
”Dan Dia telah memberikan kepadamu (kePERLUanmu) dari SEGALA apa yang kamu MOHONkan kepadanya. Dan jika kamu mengHITUNG NI’MAT Allah, TIDAKlah dapat kamu mengHITUNGnya. Sesungguhnya MANUSIA itu, sangat ZHALIM dan sangat mengINGKARi (ni`mat Allah).” (QS Ibrahim : 34)
”Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu mema`lumkan: “Sesungguhnya jika kamu berSYUKUR, pasti Kami akan menTAMBAH (ni`mat) kepadamu, dan jika kamu mengINGKARi (ni`mat-Ku), maka sesungguhnya ADZAB-Ku sangat PEDIH”. (QS Ibrahim : 7)
Katakanlah: “Siapakah yang memberi RIZKI kepadamu dari langit dan bumi, atau siapakah yang kuasa (menciptakan) penDENGARan dan pengLIHATan, dan siapakah yang mengKELUARkan yang HIDUP dari yang MATI dan mengKELUARkan yang MATI dari yang HIDUP dan siapakah yang mengATUR segala urusan?” Maka mereka akan menjawab: “Allah”. Maka katakanlah: “MENGAPA kamu tidak berTAKWA (kepada-Nya)?” (QS Yunus : 31)
• 6. BerIMAN bahwa semua keBAIKan “yang menimpa” kita berasal dari “sisi Allah” dan keBURUKan “yang menimpa” kita adalah disebabkan diri kita sendiri (dari nafs kita sendiri).
”Apa saja NI’MAT yang kamu peroleh adalah DARIi Allah, dan apa saja BENCANA yang menimpamu, maka DARI (kesalahan) dirimu sendiri. Kami mengutusmu menjadi Rasul kepada segenap manusia. Dan cukuplah Allah menjadi saksi.” (QS An Nisa : 79)
” Boleh jadi kamu memBENCI sesuatu, padahal ia AMAT BAIK bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menSUKAi sesuatu, padahal ia AMAT BURUK bagimu; Allah MENGETAHUI, sedang kamu TIDAK MENGETAHUI. “ (QS. Al Baqarah: 216)
• 7. BerIMAN bahwa untuk masuk SURGA harus siap menerima UJIAN, dan BESARnya PAHALA tergantung BESARnya UJIAN.
”Apakah KAMU mengKIRA bahwa kamu akan MASUK SURGA ? Padahal belum datang kepadamu COBAAN sebagaimana halnya orang-orang terDAHULU sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh MALAPETAKA dan keSENGSARAan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: “Bilakah datangnya perTOLONGan Allah?” Ingatlah, sesungguhnya perTOLONGan Allah itu AMAT DEKAT.” (QS Al Baqarah :214)
Sa’ad bin Abi Waqqash berkata, “Aku bertanya kepada Rasulullah Saw, “Ya Rasulullah, siapakah orang yang PALING BERAT UJIAN dan COBAANnya?” Nabi Saw menjawab, “Para NABI kemudian yang MENIRU (menyerupai) mereka dan yang MENIRU (menyerupai) mereka. Seseorang diUJI menurut KADAR AGAMAnya. Kalau AGAMAnya TIPIS (lemah) dia diUJI sesuai dengan itu (RINGAN) dan bila IMANnya KOKOH dia diUJI sesuai itu (KERAS). Seorang diUJI terus-menerus sehingga dia berjalan di muka bumi BERSIH dari DOSA-DOSA. (HR. Bukhari)
”Seorang hamba memiliki suatu DERAJAT di surga. Ketika dia tidak dapat mencapainya dengan AMAL-AMAL keBAIKannya maka Allah mengUJI dan menCOBAnya agar dia menCAPAI derajat itu.” (HR. Ath-Thabrani)
”Apabila Aku mengUJI hamba-Ku dengan memBUTAkan keDUA MATAnya dan dia berSABAR maka Aku GANTI kedua matanya dengan SURGA. (HR. Ahmad)
”Salah seorang dari mereka lebih senang mengalami ujian dan cobaan daripada seorang dari kamu (senang) menerima pemberian.” (HR. Abu Ya’la)
• 8. BerIMAN bahwa UJIAN adalah bentuk KASIH SAYANG Allah kepada Hambanya, karena SURGA harus diperoleh dengan JIHAD (keSUNGGUHan) dan keSABARan.
“Barangsiapa yang dikehendaki Allah dengan keBAIKan maka ditimpakan UJIAN padanya.” (HR. Bukhari)
“ Sesungguhnya Allah ‘Azza wajalla bila menCINTAi suatu kaum Allah mengUJI mereka. Barangsiapa bersabar maka baginya manfaat kesabarannya dan barangsiapa murka maka baginya murka Allah. (HR. Tirmidzi)
”Apakah kamu mengKIRA bahwa kamu akan MASUK SURGA? padahal belum NYATA bagi Allah orang-orang yang berJIHAD di antaramu, dan belum NYATA orang-orang yang SABAR.” (QS Ali ’Imran : 142)
• 9. BerIMAN bahwa UJIAN dan COBAAN yang diterima akan mengHAPUS DOSA-DOSA.
“Tiada seorang mukmin ditimpa RASA SAKIT, keLELAHan (kepayahan), diserang PENYAKIT atau keSEDIHhan (keSUSAHan) sampai pun DURI yang menusuk (tubuhnya) kecuali dengan itu Allah mengHAPUS DOSA-DOSAnya.” (HR. Bukhari)
“Barangsiapa ditimpa musibah dalam hartanya atau pada dirinya lalu dirahasiakannya dan tidak dikeluhkannya kepada siapapun maka menjadi hak atas Allah untuk mengampuninya.” (HR. Ath-Thabrani)
• 10. BerIMAN bahwa UJIAN dan COBAAN adalah untuk menDEKATkan dirinya kepada Allah.
”Apabila Allah menCINTAi hamba maka dia diUJI agar Allah menDENGAR perMOHONannya (kerendahan dirinya).” (HR. Al-Baihaqi)
• 11. BerIMAN bahwa Allah mengUJI seorang hamba sesuai dengan keMAMPUannya.
”Allah tidak memBEBANi seseorang melainkan SESUAI dengan keSANGGUPannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya. ” (QS Al Baqarah : 286)
”Tidak semestinya seorang muslim mengHINA dirinya. Para sahabat bertanya, “Bagaimana mengHIHA dirinya itu, ya Rasulullah?” Nabi Saw menjawab, “MeLIBATkan diri dalam UJIAN dan COBAAN yang dia TAK TAHAN menderitanya.” (HR. Ahmad dan Tirmidzi)
”Bukanlah dari (golongan) kami orang yang menampar-nampar pipinya dan merobek-robek bajunya apalagi berdoa dengan doa-doa jahiliyah.” (HR. Bukhari)
• 12. BerIMAN bahwa Allah mengUJI manusia SEPERTI mengUJI keMURNIan EMAS.
”Allah menguji hambaNya dengan menimpakan musibah sebagaimana seorang menguji kemurnian emas dengan api (pembakaran). Ada yang ke luar emas murni. Itulah yang dilindungi Allah dari keragu-raguan. Ada juga yang kurang dari itu (mutunya) dan itulah yang selalu ragu. Ada yang ke luar seperti emas hitam dan itu yang memang ditimpa fitnah (musibah).” (HR. Ath-Thabrani)
• 13. BerIMAN bahwa berSABAR, berSYUKUR, meMAAFkan, dan berISTIGHFAR adalah HIDAYAH dari Allah.
”Barangsiapa diUJI lalu berSABAR, diBERI lalu berSYUKUR, diZHALIMi lalu meMAAFkan dan menZHALIMi lalu berISTIGHFAR maka bagi mereka keSELAMATan dan mereka tergolong orang-orang yang memperoleh HIDAYAH.” (HR. Al-Baihaqi)
• 14. BerIMAN bahwa keBERKAHan Allah adalah bila kita RIDLO dengan semua NI’MAT yang Allah berikan baik SEDIKIT atau BANYAK.
”Sesungguhnya Allah Azza Wajalla mengUJI hambanya dalam RIZKI yang diberikan Allah kepadanya. Kalau dia RIDLO dengan bagian yang diterimanya maka Allah akan memBERKAHinya dan meLUASkan pemberianNya. Kalau dia TIDAK RIDLO dengan pemberianNya maka Allah TIDAK AKAN memberinya BERKAH.” (HR. Ahmad)
Wallahu a’lam bi showab
Semoga Sahabat mendapatkan HIKMAH yang banyak.
http://kata2hikmah0fa.wordpress.com/2010/10/22/392/
Mungkin suami/istrei/anak Anda sakit yang tidak bisa disembuhkan atau bahkan meninggal, atau Anda di-PHK (kerja atau cinta), bisnis bangkrut, suami/isteri selingkuh, bercerai, suami tidak mau memberi nafkah, isteri yang tidak taat, sauadara, teman atau tetangga tidak mau menyapa, orang tua, suami, teman yang zhalim, dsb.
Apakah Anda ingin SABAR dan RIDLO menerima setiap keNYATAan, serta tetap bisa TERSENYUM dan berbuat BAIK kepada mereka, dan tetap berSYUKUR kepada Allah atas keNYATAan tersebut ?
Bila Anda bisa melakukan seperti itu,......berarti Anda telah melakukan hal yang menTAKJUBkan.
Karena Rasulullah bersabda dari Suhaib r.a.,
“Sungguh menTAKJUBkan perkaranya orang yang berIMAN, karena SEGALA URUSANnya adalah BAIK baginya. Dan hal yang demikian itu TIDAK AKAN terdapat KECUALI HANYA pada orang MUKMIN; yaitu jika ia mendapatkan keBAHAGIAan, ia berSYUKUR, karena (ia mengetahui) bahwa hal tersebut merupakan yang TERBAIK untuknya. Dan jika ia tertimpa MUSIBAH, ia berSABAR, karena (ia mengetahui) bahwa hal tersebut merupakan hal TERBAIK bagi dirinya.” (HR. Muslim)
Sahabat Hikmah…
Dari hadits di atas ternyata TIPS-nya satu, yaitu menjadi manusia berIMAN
Tetapi beriman yang seperti apa sahabat?
Yaitu menjadi orang yang berIMAN dengan 6 RUKUN IMAN (berIMAN kepada Allah, Malaikat, Kitab-kitabNya, Rasul-rasul-Nya, Taqdir-Nya dan Hari Akhir) dan berIMAN dengan hal-hal berikut :
• 1. BerIMAN bahwa hidup di DUNIA adalah SEMENTARA, bukan sebenarnya keHIDUPan dan AKHIRAT itulah keHIDUPan yang sebenarnya dan KEKAL.
Sehingga kita akan berSABAR untuk menjalani keHIDUPan yang SEMENTARA dan menanti keHIDUPan yang KEKAL ABADI.
“Ketahuilah bahwa sesungguhnya kehidupan DUNIA itu hanyalah perMAINan dan suatu yang meLALAIkan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan DUNIA ini tidak lain hanyalah keSENANGan yang MENIPU ?” (QS Al-Hadiid: 20)
“Allah bertanya, ‘Berapa tahunkah lamanya kamu tinggal di bumi?’ Mereka menjawab, ‘Kami tinggal (di bumi) SEHARI atau ½ HARI, maka tanyakanlah kepada orang-orang yang menghitung.’ Allah berfirman, ‘Kamu tidak tinggal (di bumi) melainkan SEBENTAR saja, kalau kamu mengetahui dengan sesungguhnya.’ Maka apakah kamu mengira bahwa sesungguhnya Kami menCIPTAkan kamu secara MAIN-MAIN (saja), dan bahwa kamu tidak akan diKEMBALIkan kepada Kami?” (QS Al-Mu’minuun: 112-115)
• 2. BerIMAN bahwa hidup di DUNIA adalah TEMPAT UJIAN (dengan keBURUKan dan keBAIKan ) dan akan diMINTA perTANGGUNGJAWABannya (kewajiban) masing-masing.
Sehingga kita akan SIAP hidup susah (yang tidak sesuai dengan keinginan ) dengan penuh pengorbanan, kita akan IKHLAS (karena Allah bukan karena orang yang kita BENCI) tetap bisa TERSENYUM dan berbuat BAIK kepada orang yang menZHALIMi kita. Kita akan bisa mempunyai kePRIBADIan seperti para Nabi dan Rasul.
”Dialah yang menJADIkan MATI dan HIDUP, supaya Dia mengUJI kamu, siapa di antara kamu yang LEBIH BAIK amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.” (QS Al Mulk : 2)
“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan mengUJI kamu dengan keBURUKan dan keBAIKan sebagai COBAAN (yang sebenar-benarnya) dan hanya kepada Kami-lah kamu dikembalikan.” (Qs. al-Anbiya’: 35).
“Tidak ada sesuatu yang dapat memperberat timbangan (kebaikan) seorang mukmin pada hari Kiamat selain kebaikan akhlaknya”. (HR. Tirmidzi)
”Dan sesungguhnya kamu (Muhammad) benar-benar berbudi pekerti yang agung. ” (QS Al Qalam : 4)
• 3. BerIMAN bahwa semua yang terjadi telah TERTULIS dalam KITAB di LAUH MAHFUZH.
”Tiada suatu BENCANA pun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah TERTULIS dalam kitab (Lauhul-Mahfuzh) SEBELUM Kami menCIPTAkannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah MUDAH bagi Allah. (Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu JANGAN berDUKA cita terhadap apa yang LUPUT dari kamu, dan supaya kamu JANGAN TERLALU GEMBIRA terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah TIDAK MENYUKAI setiap orang yang SOMBONG lagi memBANGGAkan diri,” (QS Al-Hadiid: 22-23)
• 4. BerIMAN bahwa UJIAN adalah untuk mengetahui keBENARan IMAN kita.
”Apakah manusia itu mengira bahwa mereka diBIARkan (saja) mengatakan: “Kami telah berIMAN”, sedang mereka tidak diUJI lagi? Dan sesungguhnya Kami telah mengUJI orang-orang yang SEBELUM mereka, maka sesungguhnya Allah mengeTAHUi orang-orang yang BENAR dan sesungguhnya Dia mengeTAHUi orang-orang yang DUSTA.” (QS Al ’Ankabut : 2-3)
• 5. BerIMAN bahwa disamping MUSIBAH COBAAN yang ada, jauh lebih BANYAK NIKMAT yang Allah berikan, dan kita WAJIB berSYUKUR dan berTAKWA.
”Dan Dia telah memberikan kepadamu (kePERLUanmu) dari SEGALA apa yang kamu MOHONkan kepadanya. Dan jika kamu mengHITUNG NI’MAT Allah, TIDAKlah dapat kamu mengHITUNGnya. Sesungguhnya MANUSIA itu, sangat ZHALIM dan sangat mengINGKARi (ni`mat Allah).” (QS Ibrahim : 34)
”Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu mema`lumkan: “Sesungguhnya jika kamu berSYUKUR, pasti Kami akan menTAMBAH (ni`mat) kepadamu, dan jika kamu mengINGKARi (ni`mat-Ku), maka sesungguhnya ADZAB-Ku sangat PEDIH”. (QS Ibrahim : 7)
Katakanlah: “Siapakah yang memberi RIZKI kepadamu dari langit dan bumi, atau siapakah yang kuasa (menciptakan) penDENGARan dan pengLIHATan, dan siapakah yang mengKELUARkan yang HIDUP dari yang MATI dan mengKELUARkan yang MATI dari yang HIDUP dan siapakah yang mengATUR segala urusan?” Maka mereka akan menjawab: “Allah”. Maka katakanlah: “MENGAPA kamu tidak berTAKWA (kepada-Nya)?” (QS Yunus : 31)
• 6. BerIMAN bahwa semua keBAIKan “yang menimpa” kita berasal dari “sisi Allah” dan keBURUKan “yang menimpa” kita adalah disebabkan diri kita sendiri (dari nafs kita sendiri).
”Apa saja NI’MAT yang kamu peroleh adalah DARIi Allah, dan apa saja BENCANA yang menimpamu, maka DARI (kesalahan) dirimu sendiri. Kami mengutusmu menjadi Rasul kepada segenap manusia. Dan cukuplah Allah menjadi saksi.” (QS An Nisa : 79)
” Boleh jadi kamu memBENCI sesuatu, padahal ia AMAT BAIK bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menSUKAi sesuatu, padahal ia AMAT BURUK bagimu; Allah MENGETAHUI, sedang kamu TIDAK MENGETAHUI. “ (QS. Al Baqarah: 216)
• 7. BerIMAN bahwa untuk masuk SURGA harus siap menerima UJIAN, dan BESARnya PAHALA tergantung BESARnya UJIAN.
”Apakah KAMU mengKIRA bahwa kamu akan MASUK SURGA ? Padahal belum datang kepadamu COBAAN sebagaimana halnya orang-orang terDAHULU sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh MALAPETAKA dan keSENGSARAan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: “Bilakah datangnya perTOLONGan Allah?” Ingatlah, sesungguhnya perTOLONGan Allah itu AMAT DEKAT.” (QS Al Baqarah :214)
Sa’ad bin Abi Waqqash berkata, “Aku bertanya kepada Rasulullah Saw, “Ya Rasulullah, siapakah orang yang PALING BERAT UJIAN dan COBAANnya?” Nabi Saw menjawab, “Para NABI kemudian yang MENIRU (menyerupai) mereka dan yang MENIRU (menyerupai) mereka. Seseorang diUJI menurut KADAR AGAMAnya. Kalau AGAMAnya TIPIS (lemah) dia diUJI sesuai dengan itu (RINGAN) dan bila IMANnya KOKOH dia diUJI sesuai itu (KERAS). Seorang diUJI terus-menerus sehingga dia berjalan di muka bumi BERSIH dari DOSA-DOSA. (HR. Bukhari)
”Seorang hamba memiliki suatu DERAJAT di surga. Ketika dia tidak dapat mencapainya dengan AMAL-AMAL keBAIKannya maka Allah mengUJI dan menCOBAnya agar dia menCAPAI derajat itu.” (HR. Ath-Thabrani)
”Apabila Aku mengUJI hamba-Ku dengan memBUTAkan keDUA MATAnya dan dia berSABAR maka Aku GANTI kedua matanya dengan SURGA. (HR. Ahmad)
”Salah seorang dari mereka lebih senang mengalami ujian dan cobaan daripada seorang dari kamu (senang) menerima pemberian.” (HR. Abu Ya’la)
• 8. BerIMAN bahwa UJIAN adalah bentuk KASIH SAYANG Allah kepada Hambanya, karena SURGA harus diperoleh dengan JIHAD (keSUNGGUHan) dan keSABARan.
“Barangsiapa yang dikehendaki Allah dengan keBAIKan maka ditimpakan UJIAN padanya.” (HR. Bukhari)
“ Sesungguhnya Allah ‘Azza wajalla bila menCINTAi suatu kaum Allah mengUJI mereka. Barangsiapa bersabar maka baginya manfaat kesabarannya dan barangsiapa murka maka baginya murka Allah. (HR. Tirmidzi)
”Apakah kamu mengKIRA bahwa kamu akan MASUK SURGA? padahal belum NYATA bagi Allah orang-orang yang berJIHAD di antaramu, dan belum NYATA orang-orang yang SABAR.” (QS Ali ’Imran : 142)
• 9. BerIMAN bahwa UJIAN dan COBAAN yang diterima akan mengHAPUS DOSA-DOSA.
“Tiada seorang mukmin ditimpa RASA SAKIT, keLELAHan (kepayahan), diserang PENYAKIT atau keSEDIHhan (keSUSAHan) sampai pun DURI yang menusuk (tubuhnya) kecuali dengan itu Allah mengHAPUS DOSA-DOSAnya.” (HR. Bukhari)
“Barangsiapa ditimpa musibah dalam hartanya atau pada dirinya lalu dirahasiakannya dan tidak dikeluhkannya kepada siapapun maka menjadi hak atas Allah untuk mengampuninya.” (HR. Ath-Thabrani)
• 10. BerIMAN bahwa UJIAN dan COBAAN adalah untuk menDEKATkan dirinya kepada Allah.
”Apabila Allah menCINTAi hamba maka dia diUJI agar Allah menDENGAR perMOHONannya (kerendahan dirinya).” (HR. Al-Baihaqi)
• 11. BerIMAN bahwa Allah mengUJI seorang hamba sesuai dengan keMAMPUannya.
”Allah tidak memBEBANi seseorang melainkan SESUAI dengan keSANGGUPannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya. ” (QS Al Baqarah : 286)
”Tidak semestinya seorang muslim mengHINA dirinya. Para sahabat bertanya, “Bagaimana mengHIHA dirinya itu, ya Rasulullah?” Nabi Saw menjawab, “MeLIBATkan diri dalam UJIAN dan COBAAN yang dia TAK TAHAN menderitanya.” (HR. Ahmad dan Tirmidzi)
”Bukanlah dari (golongan) kami orang yang menampar-nampar pipinya dan merobek-robek bajunya apalagi berdoa dengan doa-doa jahiliyah.” (HR. Bukhari)
• 12. BerIMAN bahwa Allah mengUJI manusia SEPERTI mengUJI keMURNIan EMAS.
”Allah menguji hambaNya dengan menimpakan musibah sebagaimana seorang menguji kemurnian emas dengan api (pembakaran). Ada yang ke luar emas murni. Itulah yang dilindungi Allah dari keragu-raguan. Ada juga yang kurang dari itu (mutunya) dan itulah yang selalu ragu. Ada yang ke luar seperti emas hitam dan itu yang memang ditimpa fitnah (musibah).” (HR. Ath-Thabrani)
• 13. BerIMAN bahwa berSABAR, berSYUKUR, meMAAFkan, dan berISTIGHFAR adalah HIDAYAH dari Allah.
”Barangsiapa diUJI lalu berSABAR, diBERI lalu berSYUKUR, diZHALIMi lalu meMAAFkan dan menZHALIMi lalu berISTIGHFAR maka bagi mereka keSELAMATan dan mereka tergolong orang-orang yang memperoleh HIDAYAH.” (HR. Al-Baihaqi)
• 14. BerIMAN bahwa keBERKAHan Allah adalah bila kita RIDLO dengan semua NI’MAT yang Allah berikan baik SEDIKIT atau BANYAK.
”Sesungguhnya Allah Azza Wajalla mengUJI hambanya dalam RIZKI yang diberikan Allah kepadanya. Kalau dia RIDLO dengan bagian yang diterimanya maka Allah akan memBERKAHinya dan meLUASkan pemberianNya. Kalau dia TIDAK RIDLO dengan pemberianNya maka Allah TIDAK AKAN memberinya BERKAH.” (HR. Ahmad)
Wallahu a’lam bi showab
Semoga Sahabat mendapatkan HIKMAH yang banyak.
http://kata2hikmah0fa.wordpress.com/2010/10/22/392/
Minggu, 26 Desember 2010
Indah Dewi Pertiwi - Jangan Sedih (Indonesian song)
http://www.youtube.com/watch?v=AFCJ10UEq44
"Hidup memang tidak untuk larut dalam kesedihan yang berkepanjangan. Hidup juga bukan media untuk memuja-muja kegembiran, semua telah diatur berdasarkan regulasi langit yang menjadi hak absolute dari Sang Pencipta. Sebagai mahluk, manusia dibekali dengan apa yang disebut rasa, ada rasa sedih, ada rasa gembira, ada rasa takut, dan berbagai rasa lainnya. Kini yang dituntut adalah bagaimana mampu memanage rasa itu untuk stabil berada dalam ketentuan Tuhan".
TANTANGAN kehidupan memang tdk pernah ada habisnya. Tetapi selama kita terus berusaha memperbaiki diri dan strategi ditambah dgn kesadaran spiritual yg lebih dalam, maka kita akan dapat mencapai tujuan tertinggi. Kejayaan tertinggi bukan karena kita tidak pernah jatuh, melainkan karena kita selalu bangkit lagi ketika gagal.
TANTANGAN kehidupan adalah KESEMPATAN utk introspeksi diri. Benturan keras dlm kehidupan akan menjadikan kita lebih mulia, jika kita segera sadar atas kekeliruan yg telah dilakukan, kelemahan yg harus diperbaiki, kembali menyusun dan melaksanakan rencana dgn lebih baik.
Lirik Lagu Indah Pertiwi – Jangan Sedih
Ku tlah berusah sadarkanmu
Bahwa hanyalah diriku
Yang paling mencintaimu
Sampai nanti
Tapi tak pernah kamu mengerti
Tetap kamu ingin putus
Untuk lebih memilihnya
Dari pada kamu memilihku
Selama hidupmu
Reff:
Jangan sedih bila aku nanti
Dapatkan kekasih yang lain
Yang lebih sempurna, di banding kamu
Yang pasti aku lupa
*courtesy of FunLirik.com
Sungguh kamu pasti menyesali
Keputusanmu saat ini
‘tuk meninggalkanku, melepaskanku
Yang tak mungkin lagi kembali
Read more: http://funlirik.com/i/indah-pertiwi/lirik-lagu-indah-pertiwi-jangan-sedih/#ixzz19GNF6qfe
Indah - Baru Aku Tahu Cinta itu Apa
Lirik Lagu Indah Pertiwi – Baru Aku Tahu Cinta Itu Apa
Ada saat mengakui
Kesalahan yang ku buat
Ada saat ku mengerti
Setelah ku kehilangan
Senyummu air matamu
Setiamu dulu ku hancurkan
Reff:
Baru aku tahu sakit itu apa
Setelah kau bukan milikku
Baru aku tahu cinta itu apa
Setelah kau hapus cintaku
Yang dulu dalam hatimu
Kini saat ku belajar
Menghargai yang ku punya
Senyummu air matamu
Setiamu dulu ku hancurkan
Back to Reff:
Baru aku tahu sakit itu apa
Setelah kau bukan milikku
Baru aku tahu cinta itu apa
Setelah kau hapus cintaku
Cintaku cintaku…
Yang dulu dalam hatimu
Hakekat yang Hilang
" Sesungguhnya aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hag) selain aku maka sembahlah aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku" (thaha:14)
berdasarkan ayat tersebut maka dapat di ketahui bahwa tujuan dari ibadah shalat adalah untuk meingat Allah Swt. Selain itu, Allah juga telah menjadikan zikir sebagai penutup semua jenis ibadah, dimana jika kita telah selesai mengerjakan suatu ibadah maka tutuplah ibadah tersebut dengan berzikir kepada Allah Swt.
" Maka apabila kamu telah menyelesaikan shalatmu ingatlah Allah di waktu berdiri, diwaktu duduk, dan di waktu berbaring, kemudian apabila kamu telah merasa aman maka dirikanlah shalat itu (sebagaimana biasa). Sesungguhnya shalat itu adalah kewajiban yang di tentukan waktunya atas orang-orang yang beriman" (An-Nisa:103).
Kita sering mendengar dan membaca ayat-ayat tersebut dan kita mengetahui sebuah hakekat yang menyatakan bahwa tujuan dari berbagai macam ibadah adalah untuk mengingat Allah Swt. Akan tetapi, hakekat tersebut merupakan sebuah hakekat yang telah hilang dari hadapan kita, dimana setan selalu berusaha keras agar hakekat tersebut akan tetap hilang dari hadapan kita, sehingga kita akan selalu berada dalam kelaleian dan permainan dunia. Tetapi berkat karunia Allah, dan segala puji hanya milik-Nya, hakekat itu telah ditampakkan kepada kita maka mengapa kita tidak mau berzikir ?
" Perumpamaan seorang yang mengingat Allahnya dengan orang yang tidak mengingat Allahnya adalah seperti orang yang hidup dengan orang yang mati" (H.R Bukhari).
Benar, berzikir kepada Allah Swt menunjukan hidup atau tidaknya hati seseorang. Oleh karena itu barang siapa yang tidak berzikir kepada Allah maka hatinya telah mati. Jika kita diberi pilihan untuk memilih pasti kita akan memilih hati yang hidup dan bahagia, tetapi ada beberapa rahasia yang perlu kita ketahui, apakah kita saat ini telah berzikir kepada Allah ?
Dengan berpegang teguh pada jawaban tersebut, kita akan menjadi teratur. Jadikanlah zikir sebagai nasehat yang diletakakan didepan mata kita. Berzikir kita kepada Allah Swt niscaya akhlak kita akan teratur. Berzikirlah kita kepada Allah Swt niscaya ibadah kita akan menjadi teratur.
Akhirnya, marilah kita mengelilingi taman zikir, menghirup udara segar didalamnya dan menikmati bunga-bunga yang ada didalamnya. Saya memohon kepada Allah agar Dia menjadikan kita sebagai salah seorang yang ketika mendengarkan perkataan, kita akan mengikuti perkataan yang terbaik.
Oleh : Amr khalid/intermedia
http://www.dudung.net/artikel-islami/hakekat-yang-hilang.html
berdasarkan ayat tersebut maka dapat di ketahui bahwa tujuan dari ibadah shalat adalah untuk meingat Allah Swt. Selain itu, Allah juga telah menjadikan zikir sebagai penutup semua jenis ibadah, dimana jika kita telah selesai mengerjakan suatu ibadah maka tutuplah ibadah tersebut dengan berzikir kepada Allah Swt.
" Maka apabila kamu telah menyelesaikan shalatmu ingatlah Allah di waktu berdiri, diwaktu duduk, dan di waktu berbaring, kemudian apabila kamu telah merasa aman maka dirikanlah shalat itu (sebagaimana biasa). Sesungguhnya shalat itu adalah kewajiban yang di tentukan waktunya atas orang-orang yang beriman" (An-Nisa:103).
Kita sering mendengar dan membaca ayat-ayat tersebut dan kita mengetahui sebuah hakekat yang menyatakan bahwa tujuan dari berbagai macam ibadah adalah untuk mengingat Allah Swt. Akan tetapi, hakekat tersebut merupakan sebuah hakekat yang telah hilang dari hadapan kita, dimana setan selalu berusaha keras agar hakekat tersebut akan tetap hilang dari hadapan kita, sehingga kita akan selalu berada dalam kelaleian dan permainan dunia. Tetapi berkat karunia Allah, dan segala puji hanya milik-Nya, hakekat itu telah ditampakkan kepada kita maka mengapa kita tidak mau berzikir ?
" Perumpamaan seorang yang mengingat Allahnya dengan orang yang tidak mengingat Allahnya adalah seperti orang yang hidup dengan orang yang mati" (H.R Bukhari).
Benar, berzikir kepada Allah Swt menunjukan hidup atau tidaknya hati seseorang. Oleh karena itu barang siapa yang tidak berzikir kepada Allah maka hatinya telah mati. Jika kita diberi pilihan untuk memilih pasti kita akan memilih hati yang hidup dan bahagia, tetapi ada beberapa rahasia yang perlu kita ketahui, apakah kita saat ini telah berzikir kepada Allah ?
Dengan berpegang teguh pada jawaban tersebut, kita akan menjadi teratur. Jadikanlah zikir sebagai nasehat yang diletakakan didepan mata kita. Berzikir kita kepada Allah Swt niscaya akhlak kita akan teratur. Berzikirlah kita kepada Allah Swt niscaya ibadah kita akan menjadi teratur.
Akhirnya, marilah kita mengelilingi taman zikir, menghirup udara segar didalamnya dan menikmati bunga-bunga yang ada didalamnya. Saya memohon kepada Allah agar Dia menjadikan kita sebagai salah seorang yang ketika mendengarkan perkataan, kita akan mengikuti perkataan yang terbaik.
Oleh : Amr khalid/intermedia
http://www.dudung.net/artikel-islami/hakekat-yang-hilang.html
99 Langkah Menuju Kesempurnaan Iman
01. Bersyukur apabila mendapat nikmat;
02. Sabar apabila mendapat kesulitan;
03. Tawakal apabila mempunyai rencana/program;
04. Ikhlas dalam segala amal perbuatan;
05. Jangan membiarkan hati larut dalam kesedihan;
06. Jangan menyesal atas sesuatu kegagalan;
07. Jangan putus asa dalam menghadapi kesulitan;
08. Jangan usil dengan kekayaan orang;
09. Jangan hasad dan iri atas kesuksessan orang;
10. Jangan sombong kalau memperoleh kesuksessan;
11. Jangan tamak kepada harta;
12. Jangan terlalu ambitious akan sesuatu kedudukan;
13. Jangan hancur karena kezaliman;
14. Jangan goyah karena fitnah;
15. Jangan berkeinginan terlalu tinggi yang melebihi kemampuan diri.
16. Jangan campuri harta dengan harta yang haram;
17. Jangan sakiti ayah dan ibu;
18. Jangan usir orang yang meminta-minta;
19. Jangan sakiti anak yatim;
20. Jauhkan diri dari dosa-dosa yang besar;
21. Jangan membiasakan diri melakukan dosa-dosa kecil;
22. Banyak berkunjung ke rumah Allah (masjid);
23. Lakukan shalat dengan ikhlas dan khusyu;
24. Lakukan shalat fardhu di awal waktu, berjamaah di masjid;
25. Biasakan shalat malam;
26. Perbanyak dzikir dan do'a kepada Allah;
27. Lakukan puasa wajib dan puasa sunat;
28. Sayangi dan santuni fakir miskin;
29. Jangan ada rasa takut kecuali hanya kepada Allah;
30. Jangan marah berlebih-lebihan;
31. Cintailah seseorang dengan tidak berlebih-lebihan;
32. Bersatulah karena Allah dan berpisahlah karena Allah;
33. Berlatihlah konsentrasi pikiran;
34. Penuhi janji apabila telah diikrarkan dan mintalah maaf apabila karena sesuatu sebab tidak dapat dipenuhi;
35. Jangan mempunyai musuh, kecuali dengan iblis/syaitan;
36. Jangan percaya ramalan manusia;
37. Jangan terlampau takut miskin;
38. Hormatilah setiap orang;
39. Jangan terlampau takut kepada manusia;
40. Jangan sombong, takabur dan besar kepala;
41. Berlakulah adil dalam segala urusan;
42. Biasakan istighfar dan taubat kepada Allah;
44. Hiasi rumah dengan bacaan Al-Quran;
45. Perbanyak silaturrahim;
46. Tutup aurat sesuai dengan petunjuk Islam;
47. Bicaralah secukupnya;
48. Beristeri/bersuami kalau sudah siap segala-galanya;
49. Hargai waktu, disiplin waktu dan manfaatkan waktu;
50. Biasakan hidup bersih, tertib dan teratur;
51. Jauhkan diri dari penyakit-penyakit bathin;
52. Sediakan waktu untuk santai dengan keluarga;
53. Makanlah secukupnya tidak kekurangan dan tidak berlebihan;
54. Hormatilah kepada guru dan ulama;
55. Sering-sering bershalawat kepada nabi;
56. Cintai keluarga Nabi saw;
57. Jangan terlalu banyak hutang;
58. Jangan terlampau mudah berjanji;
59. Selalu ingat akan saat kematian dan sedar bahawa kehidupan dunia adalah kehidupan sementara;
60. Jauhkan diri dari perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat seperti mengobrol yang tidak berguna;
61. Bergaul lah dengan orang-orang soleh;
62. Sering bangun di penghujung malam, berdoa dan beristighfar;
63. Lakukan ibadah haji dan umrah apabila sudah mampu;
64. Maafkan orang lain yang berbuat salah kepada kita;
65. Jangan dendam dan jangan ada keinginan membalas kejahatan dengan kejahatan lagi;
66. Jangan membenci seseorang karena pahaman dan pendiriannya;
67. Jangan benci kepada orang yang membenci kita;
68. Berlatih untuk berterus terang dalam menentukan sesuatu pilihan
69. Ringankan beban orang lain dan tolonglah mereka yang mendapatkan kesulitan.
70. Jangan melukai hati orang lain;
71. Jangan membiasakan berkata dusta;
72. Berlakulah adil, walaupun kita sendiri akan mendapatkan kerugian;
73. Jagalah amanah dengan penuh tanggung jawab;
74. Laksanakan segala tugas dengan penuh keikhlasan dan kesungguhan;
75. Hormati orang lain yang lebih tua dari kita
76. Jangan membuka aib orang lain;
77. Lihatlah orang yang lebih miskin daripada kita, lihat pula orang yang lebih berprestasi dari kita;
78. Ambilah pelajaran dari pengalaman orang-orang arif dan bijaksana;
79. Sediakan waktu untuk merenung apa-apa yang sudah dilakukan;
80. Jangan sedih karena miskin dan jangan sombong karena kaya;
81. Jadilah manusia yang selalu bermanfaat untuk agama,bangsa dan negara;
82. Kenali kekurangan diri dan kenali pula kelebihan orang lain;
83. Jangan membuat orang lain menderita dan sengsara;
84. Berkatalah yang baik-baik atau tidak berkata apa-apa;
85. Hargai prestasi dan pemberian orang;
86. Jangan habiskan waktu untuk sekedar hiburan dan kesenangan;
87. Akrablah dengan setiap orang, walaupun yang bersangkutan tidak menyenangkan.
88. Sediakan waktu untuk berolahraga yang sesuai dengan norma-norma agama dan kondisi diri kita;
89. Jangan berbuat sesuatu yang menyebabkan fisikal atau mental kita menjadi terganggu;
90. Ikutilah nasihat orang-orang yang arif dan bijaksana;
91. Pandai-pandailah untuk melupakan kesalahan orang dan pandai-pandailah untuk melupakan jasa kita;
92. Jangan berbuat sesuatu yang menyebabkan orang lain terganggu dan jangan berkata sesuatu yang dapat menyebabkan orang lain terhina;
93. Jangan cepat percaya kepada berita jelek yang menyangkut teman kita sebelum dipastikan kebenarannya;
94. Jangan menunda-nunda pelaksanaan tugas dan kewajiban;
95. Sambutlah huluran tangan setiap orang dengan penuh keakraban dan keramahan dan tidak berlebihan;
96. Jangan memforsir diri untuk melakukan sesuatu yang diluar kemampuan diri;
97. Waspadalah akan setiap ujian, cobaan, godaan dan tentangan. Jangan lari dari kenyataan kehidupan;
98. Yakinlah bahwa setiap kebajikan akan melahirkan kebaikan dan setiap kejahatan akan melahirkan merusakan;
99. Jangan sukses di atas penderitaan orang dan jangan kaya dengan memiskinkan orang
"Sebarkanlah walau satu ayat pun" (Sabda Rasulullah SAW) "Nescaya Allah memperbaiki bagimu amalan-amalanmu dan mengampuni bagimu dosa-dosamu. Dan barangsiapa mentaati Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan yang besar." (Surah Al-Ahzab:71)
----------
sumber : Milis Daarut Tauhiid
http://www.dudung.net/artikel-islami/99-langkah-menuju-kesempurnaan-iman.html
Hak Tetangga
Islam adalah agama kemanusiaan.
Seseorang wanita dapat masuk neraka gara-gara mengikat seekor kucing tanpa memberinya makan dan minum, sementara seorang wanita lain dapat memasuki surga karena memberi air kepada seekor anjing kehausan untuk diminum (Al Hadis)
Bila itu adalah hukuman bagi manusia yang menyakini binatang, bagaimana konsekuensi yang akan diterima bila menyakiti dan melanggar hak manusia lain? Oleh karena itu sejumlah ulama menekankan pentingnya menghormati hak orang lain, salah satunya para tetangga.
Allah swt berfirman, "Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh , dan teman sejawat..." (QS An Nissa [4]: 360.
Rasul juga pernah bersabda, "Jibril tidak pernah menegur saya terkait hak-hak para tetangga hingga saya mulai berpikir menjadikan ia salah satu pewaris saya,". Dalil di atas menunjukkan betapa pentingnya menghormati tetangga dan Muslim wajib memenuhi hak tersebut.
Dalam Islam, para tetangga adalah orang-orang yang tinggal dalam 40 rumah di depan, samping dan belakang anda. Orang-orang inilah yang berhak mendapat perlakuak baik. Kehormatan mereka tak boleh dilecehkan. Sangat dilarang pula untuk melukai mereka dengan lidah, tangan atau perbuatan.
Kini, ketika orang-orang memiliki tradisi merayakan sesuatu dengan meriah, mereka cenderung tidak peduli bila menggangu tetangga dengan suara berisik lewat musik yang keras dan hingar-bingar. Ini jelas bukan ajaran Islam.
Bahkan dalam melaksanakan kewajiban agama, Islam tidak mengizinkan kita menganggu orang lain. Suatu saat Aisyah r.a, istri Rasulullah saw. menuturkan bahwa ketika Rasul melaksanakan shalat tahajud di malam hari, beliau bergerak perlahan pada setiap gerakan shalat demi tidak mengganggu tidur sang istri.
Lebih jauh, menjadi tanggung jawab mengikat bagi Muslim untuk tidak tidur sebelum ia memastikan tetangganya yang kekurangan mendapat bantuan ketika ia memiliki kebutuhan lebih dari cukup untuk merawat keluarganya di hari itu. Pesan Rasulullah saw, "Tidaklah beriman kepadaku orang yang tidur malam dalam kondisi kenyang sementara tetangganya kelaparan dan ia mengetahuinya” (HR. Thabrani dan Hakim)
Sungguh, seorang beriman harus takut kepada Allah saw bila memperlakukan tetangga dengan buruk. Menghina atau melecehkan mereka sangat dilarang, meski tetangga kita adalah non-Muslim. Muslim berkewajiban untuk berbagi dalam sukacita dengan tetangga mereka dan menghibur mereka di saat-saat kesedihan. Ini adalah sunnah Nabi (SAW).
Tugas lain yang harus dijalankan seorang Muslim adalah mengajak tetangga pada kebaikan. Masih ingatkah kisah Rasulullah saw. dan tetangganya seorang Yahudi yang kerap melempar kotoran saban hari ke halaman rumah Al amin?
Alih-alih marah, Rasulullah saw. dengan sabar selalu membuang kotoran-kotoran tersebut. Beliau tak pernah mengeluh. Bayangkan bila itu tetangga anda, kita?
Hingga suatu hari Rasulullah saw menjumpai halamannya bersih tanpa kotoran dan malah keheranan. Ternyata si tetangga Yahudi itu sakit. Beliau pun menjenguknya seraya membawa buah tangan serta mendoakan kesembuhannya. Menyaksikan kebaikan dan ketulusan hati Rasulullah saw. hati tetangga Yahudi itu pun tersentuh dan akhirnya memutuskan masuk Islam.
Pendaran energi murni kebaikan bahkan bisa melunakkan hati yang keras. Sungguh kita harus belajar dari Rasulullah yang digambarkan Allah sebagai suri teladan terbaik manusia. Lagipula sungguh menyenangkan bila kita dapat menjumpai tetangga kita dan bertetangga lagi di surga kelak. Insya Allah, Amin.
http://www.republika.co.id/berita/ensiklopedia-islam/hikmah/10/12/25/154318-hak-tetangga
Sabtu, 25 Desember 2010
Tips Olahraga Jalan Kaki agar lebih Bermanfa'at
Group Pejalan Kaki : Silora Lebak Indah
Jalan kaki memiliki banyak manfaat untuk tubuh. Dari membantu kesehatan jantung, membantu sirkulasi darah, sekaligus membakar kalori. Semakin giat Anda berjalan kaki, semakin banyak keuntungan untuk kesehatan yang bisa Anda raih. Berikut adalah 7 cara untuk membantu memastikan agar olahraga berjalan kaki Anda lebih bermanfaat.
1. Menambah kecepatan.
Secara rata-rata, ketika berjalan kaki, orang yang sehat bisa mencapai 1,5 km dalam waktu 20 menit. Mulailah dengan mencapai 1,5 km dalam 15 menit, atau berjalan kaki dengan kecepatan 5,5 km/jam.
Ketika Anda sudah mulai terbiasa, tambahkan kecepatan langkah Anda setiap dua minggu. Jangan ragu untuk terus memacu tubuh Anda. Tubuh kita banyak menyimpan energi, hanya saja kita lebih sering memanjakannya. Kita perlu mengusir rasa takut atau rasa lelah untuk mengetahui kekuatan kita. Ketika Anda berjalan cepat, Anda pun membakar kalori.
2. Menanjak.
Ketika Anda berjalan pada tanah yang konturnya menanjak, Anda akan melatih punggung, paha, dan otot pada bagian bokong jauh lebih banyak ketimbang berjalan di jalan yang datar. Mencoba berlatih berjalan kaki di sekitaran rumah yang konturnya tidak mendatar akan melatih berbagai otot pada bagian tubuh yang berbeda, karena tubuh harus beradaptasi dengan lokasi tersebut. Jika Anda tak tahu secara pasti sudah berapa jauh Anda melangkah, cobalah membawa jam tangan, berjalanlah setidaknya 30 menit tanpa henti (15 menit berangkat, 15 menit menuju rumah).
3. Gunakan sepatu yang bagus.
Banyak orang menggunakan sepatu nyaman untuk berjalan kaki. Padahal, Anda sebenarnya butuh sepatu khusus untuk berjalan kaki atau sepatu cross trainer untuk memberikan sokongan dan bantalan yang pas untuk kaki. Jika ukuran sepatu Anda tidak pas, bisa-bisa menyakiti, bahkan melukai kaki Anda.
4. Tambahkan sedikit beban.
Tambahan sedikit beban saja sudah bisa membantu membangun otot bagian atas tubuh Anda. Tapi jangan menambahkan beban lebih dari 1,5 kg per tangan. Jika Anda sudah terbiasa berlatih secara rutin, disarankan untuk memulai memegang beban sekitar 1 kg. Jangan sampai beban yang Anda pegang terlalu berat hingga mengubah cara atau gaya Anda berjalan menjadi tidak nyaman.
5. Perpanjang langkah.
Anda tak perlu berjalan kaki seperti sedang ada di dalam perlombaan jalan cepat, namun dengan memperpanjang langkah kaki dan memfokuskan pada otot paha depan dan belakang saat berjalan akan menambah tenaga saat berlatih. Langkah Anda akan terasa cepat, hingga mirip joging, namun sebenarnya dengan berjalan yang langkahnya lebar, Anda akan membakar kalori lebih banyak.
6. Variasikan kecepatan.
Ini berarti menggabungkan lari kecil dengan berjalan. Ketika tubuh Anda menambah kecepatan, ia harus berusaha mengimbangi dengan menyeimbangkan kalori yang digunakan di jantung dan paru-paru. Setiap kali Anda memaksa diri untuk menambah kecepatan, Anda menambah tingkat pembakaran kalori.
7. Jalan di tempat.
Di luar hujan, atau tidak memungkinkan untuk Anda berjalan kaki? Tak perlu ragu, Anda masih bisa berjalan kaki di tempat, kok. Jika Anda memiliki pedometer, cobalah untuk menghitung perkiraan jarak yang Anda tempuh saat berjalan kaki di tempat.
KOMPAS.com
14 Januari 2010
+++++++++++
Catatan :
Dari sekian banyak jenis olahraga yg tersedia, jalan kaki menjadi salah satu olahraga yg memiliki khasiat terbanyk. Manfaatnya diumumkan oleh situs kesehatan ternama WEBMD dalam artikel 7 Most Effective Exercises, mau tahu ?
PERTAMA, memperkecil risiko kanker. Menurut Dr. Lifang Hou, ilmuwan dari National Cancer Institute di Bethesda, Maryland, berjalan kaki, joging, bersepeda, semuanya dapat memperkecil risiko kanker usus, yg penting dilakukan setiap hari dan terus menerus. Selain itu bonus yg didapat selain terhindar dr kanker adlh meningkatnya kekebalan tubuh. Detoksifikasi yg terjadi saat tubuh kita bersimbah keringat, dapat meningkatkan sistem kekebalan.
KEDUA, menyehatkan jantung. Di saat kaki dan tangan terasa kaku, persendian nyeri, dan ujung2 jari kedinginan, bisa jadi itu salah satu tanda sirkulasi darah yg tidak lancar.
Hal seperti ini tidak boleh dianggap remeh. Karena, pembuluh darah yg tersumbat akan mengangggu kerja jantung.
Tak perlu melakukan operasi pelebaran pembuluh darah utk mengatasinya. Lebih baik tempuhlah cara sederhana seperti yg dianjurkan Edward R. Laskowski, MD., yaitu rutin berjalan kaki.
Menurutnya, saat kita berjalan, terjadi proses pembakaran di tubuh yg salah satunya adalah lemak yg menyumbat pembuluh darah ke jantung.
Bonus yg didapat adalah risiko stroke berkurang karena pembuluh darah lancar, laju oksigen menjadi leluasa. Informasi ini didapat dari penelitian Harvard School of Public Health, Boston. Laporan penelitian menyebutkan orang yg berjalan kaki selama 30 menit setiap hari, risiko strokenya berkurang 20-27 persen.
KETIGA, merasakan 30 tahun lebih muda. Sering berjalan kaki, penampilan pun tampak lebih muda 30 tahun. Ini karena kecukupan oksigen yg diperlukan utk memelihara kesegaran sel2 tubuh. Plus, membantu mengaktifkan produksi kolagen yg menjaga kelembapan kulit.
Olahraga seperti jalan kaki dapat memperlancar sirkulasi oksigen dan peredaran darah. Dengan darah yg lancar, nutrisi ke seluruh jaringan kulit tidak akan terhambat. Kelancaran oksigen dan nutrisi adalah dua syarat penting dalam proses produksi kolagen.
Di dalam penelitian terbukti pembuluh darah wanita usia 60 tahun, ternyata bisa sama sehatnya dgn wanita usia 28 tahun, asal sejak muda rutin berjalan kaki selama 40 menit setiap hari.
Bonus yg didapat adalah umur semakin panjang. Informasi yg dimuat dlm New England Journal of Medicine, menyebutkan bhw berjalan kaki sepanjang 3,5 km per hari dapat menurunkan angka kematian lansia. Pasalnya, jika sel2 tubuh sehat, otomatis kerja organ2 penting pun terganggu. Ini sama artinya dengan umur yg lebih panjang.
Jumat, 24 Desember 2010
TEGAR MENGHADAPI KESULITAN
Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan; sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.
(QS. Al-Insyirah [94]: 5 – 6)
Liku-liku kehidupan ini memang tidak bisa dikalkulasi dengan hitungan matematis. Negeri yang katanya demikian makmur ini sedang terancam kekurangan sandang, pangan dan papan. Kegoncangan melanda di mana-mana. Musibah datang silih berganti. Kegelisahan menjadi selimut kehidupan yang tidak bisa ditanggalkan. Mengapa kesulitan itu mesti ada? Sebuah pertanyaan yang mungkin kerapkali dilontarkan oleh sebagian orang yang akrab dengannya. Kesulitan, seringkali hadir di hadapan manusia yang tentu tidak pernah menginginkannya, atau bahkan benci dengannya. Kesulitan bak tembok raksasa yang hadir menghimpit dan membatasi ruangnya untuk berkembang dan bergerak menuju sesuatu yang sedang diperjuangkan.
Atas segala sesuatu yang menyenangkan, manusia akan cenderung langsung berebut, tanpa terlebih dahulu berfikir tentang syarat untuk memperoleh kesenangan itu. Jika sudah bicara soal syarat-syarat, rata-rata akan segan untuk menerima, seolah-olah yang diinginkan hanyalah mendapat keuntungan tanpa menemui kesulitan apapun. Sering orang sudah takut mendengar sesuatu yang berbau kesulitan tanpa memperhitungkan apakah ketakutannya itu sudah tepat atau tidak? Ketakutan yang tidak proporsional tidak hanya bisa menghalangi orang untuk memperoleh kebaikan tetapi juga kerap menjadi biang keladi munculnya keburukan-keburukan baru yang muncul.
Jika kita mau berpikir, apabila di dunia ini tidak ada kesulitan, maka niscaya dunia akan terasa hampa dan kosong. Akan banyak orang frustrasi karena tidak ada tantangan yang menghadang dihadapannya. Semua jadi terasa mudah dan nyaman. Maka, variasi kehidupan akan berhenti mengalir, yang ada adalah kejumudan yang membawa petaka bagi manusia. Dari kesulitan itupun lahir sekian lapis manusia dengan julukannya, karena kesulitan mampu memilah manusia sesuai dengan kemampuannya dalam menaklukkan dirinya.
Manusia didesain oleh Allah untuk mampu berjuang menghadapi kesulitan. Banyak hal yang sebenarnya harus kita pahami dari kesulitan, memahami posisi kesulitan dalam kacamata yang benar, insya Allah akan meringankan kita dalam menyikapi kesulitan itu. Bagaimana menyikapi kesulitan itu? “Barangsiapa yang menyerahkan urusannya kepada Allah niscaya Dia akan mencukupi apa yang dia inginkan.” demikian kata Imam Al-Qurthubi dalam Al-Jami’ Ahkamul Qur’an, 8/106.
Ada empat sikap yang harus kita bangun dalam menyikapi pergulatan hidup yang penuh dengan kesulitan.
Pertama, kita harus menyadari bahwa realita hidup yang kita jalani adalah pergulatan menghadapi kesulitan. Siapapun orangnya, di manapun dan dalam keadaan bagaimanapun, selama kita hidup pasti akan bertemu dengan berbagai macam kesulitan. Sebagian ada yang berhasil dan ada yang gagal melewatinya. Proses perjuangan untuk menaklukkkan kesulitan-kesulitan inilah yang kemudian disebut dengan hidup. Membenci kesulitan sama saja dengan membenci kehidupan itu sendiri.
Kedua, kita harus menyadari bahwa kesulitan adalah milik semua orang, semua orang pasti akan menemui kesulitan dalam kehidupannya, semua orang akan mendapatkan jatah/ agenda kesulitannya sendiri-sendiri. Hanya bentuk dan kadarnya saja yang berbeda-beda. Masing-masing kita mempunyai kelebihan dan kekurangan yang menjadi bukti bahwa hidup yang kita jalani berada di atas prinsip yang adil. Kita tidak perlu iri dengan kemudahan yang didapat oleh orang lain, apalagi harus berbangga diri dengan kesusahan yang menimpa orang lain.
Kesulitan adalah sunnatullah, hukum yang telah Allah tetapkan. Mau tidak mau, suka atau tidak, manusia pasti akan berhadapan dengan kesulitan, sebab ini semua telah Allah tetapkan sebagai bagian dari lika-liku kehidupan manusia.
Allah berfirman dalam Alqur’an: “Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar” (QS. al-Baqarah [2]: 155). Kesulitan adalah untuk menguji kesabaran manusia. Terlalu bodoh jika dalam hidup ini kita memimpikan keadaan yang seutuhnya serba enak dan mapan. Namun, bukan berarti kita tidak boleh berusaha untuk hidup bahagia, kita hanya diingatkan bahwa bahagia yang diimpikan itu tidak utuh, di sisi bahagia itu ada duka, bahkan tetesan air mata kesedihan. Selain itu, Allah juga menyadarkan bahwa sesudah kehidupan di dunia ini masih ada kehidupan di alam yang berbeda.
Allah berfirman: Tetapi kamu (orang-orang kafir) memilih kehidupan duniawi. Sedang kehidupan akhirat adalah lebih baik dan lebih kekal (QS. al-A’laa [87]: 16 – 17).
Allah berfirman: Dan sesungguhnya hari kemudian itu lebih baik bagimu daripada yang sekarang (permulaan) (QS. Adh-Dhuhaa [93]: 4).
Ketiga, kita juga harus mampu menyadari bahwa kadar kesulitan yang menimpa setiap orang setara dengan kesanggupan untuk memikul kesulitan itu. Allah tidak berbuat dzalim dengan memberi kesulitan di luar batas kemapuan seorang hamba untuk memikulnya. Allah berfirman dalam surat al-Baqarah [20] ayat 286: Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya.
Ini adalah bentuk kasih sayang Allah kepada manusia. Allah telah berkenan memberi kesulitan yang banyak mengandung hikmah dan kebaikan, selain bahwa semua kesulitan iitu tidak pernah melampaui batas kekuatan manusia.
Keempat, kita harus belajar bahwa dalam setiap kesulitan ada karunia kemudahan, Islam mengajarkan, bahwa letak kemudahan itu ada di balik kesulitan, karena sesunggunya bersama kesulitan ada kemdahan. Allah berfirman dalam surat al-Insyirah [94] ayat 5 – 6: Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan; sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.
Dari kesulitan-lah kita akan mampu mengenal siapa diri kita. Ia akan memberikan gambaran yang jelas tentang siapa diri kita sebenarnya. Karena ia adalah cermin yang mampu memberikan gambaran utuh tentang kepribadian dan karakter kita. Kesulitan sudah menjadi bayangan yang akan terus melekat kepada manusia yang hidup di dunia ini. Ia tidak akan dapat disingkirkan dalam perjalanan manusia. Kesulitan diciptakan oleh Allah untuk mengetahui siapa-siapa dari hambaNya yang bersyukur dan juga menjelaskan siapa saja dari hambaNya yang kufur. Kesulitan juga menjadikan sarana bagi manusia untuk dekat kepada Tuhannya. Tatkala semua usaha manusia tidak mampu mengatasi, maka semua secara alami manusia akan menyebut Tuhannya agar diturunkan pertolongan. Itulah hikmah di balik kesulitan. Maka janganlah kita membenci kesulitan, karena terkadang melalui kehadirannya kita menjadi dekat kepada Pencipta kita, melaluinya kita menjadi manusia yang bersyukur.
Inilah realita hidup manusia. Kesulitan jika dipahami dengan bijaksana akan menumbuhkan kesadaran dalam diri bahwa kesulitan adalah bagian dari lembaran hidup yang sepanjang hayat akan digeluti. Jika demikian, maka tidak akan ada lagi perasaan gentar untuk menghadapinya.
Wallahu a’lam bish-Shawwab..
Putut Sutarwan
Mahasiswa MSI UII
http://alrasikh.wordpress.com/2007/06/21/tegar-menghadapi-kesulitan/
(QS. Al-Insyirah [94]: 5 – 6)
Liku-liku kehidupan ini memang tidak bisa dikalkulasi dengan hitungan matematis. Negeri yang katanya demikian makmur ini sedang terancam kekurangan sandang, pangan dan papan. Kegoncangan melanda di mana-mana. Musibah datang silih berganti. Kegelisahan menjadi selimut kehidupan yang tidak bisa ditanggalkan. Mengapa kesulitan itu mesti ada? Sebuah pertanyaan yang mungkin kerapkali dilontarkan oleh sebagian orang yang akrab dengannya. Kesulitan, seringkali hadir di hadapan manusia yang tentu tidak pernah menginginkannya, atau bahkan benci dengannya. Kesulitan bak tembok raksasa yang hadir menghimpit dan membatasi ruangnya untuk berkembang dan bergerak menuju sesuatu yang sedang diperjuangkan.
Atas segala sesuatu yang menyenangkan, manusia akan cenderung langsung berebut, tanpa terlebih dahulu berfikir tentang syarat untuk memperoleh kesenangan itu. Jika sudah bicara soal syarat-syarat, rata-rata akan segan untuk menerima, seolah-olah yang diinginkan hanyalah mendapat keuntungan tanpa menemui kesulitan apapun. Sering orang sudah takut mendengar sesuatu yang berbau kesulitan tanpa memperhitungkan apakah ketakutannya itu sudah tepat atau tidak? Ketakutan yang tidak proporsional tidak hanya bisa menghalangi orang untuk memperoleh kebaikan tetapi juga kerap menjadi biang keladi munculnya keburukan-keburukan baru yang muncul.
Jika kita mau berpikir, apabila di dunia ini tidak ada kesulitan, maka niscaya dunia akan terasa hampa dan kosong. Akan banyak orang frustrasi karena tidak ada tantangan yang menghadang dihadapannya. Semua jadi terasa mudah dan nyaman. Maka, variasi kehidupan akan berhenti mengalir, yang ada adalah kejumudan yang membawa petaka bagi manusia. Dari kesulitan itupun lahir sekian lapis manusia dengan julukannya, karena kesulitan mampu memilah manusia sesuai dengan kemampuannya dalam menaklukkan dirinya.
Manusia didesain oleh Allah untuk mampu berjuang menghadapi kesulitan. Banyak hal yang sebenarnya harus kita pahami dari kesulitan, memahami posisi kesulitan dalam kacamata yang benar, insya Allah akan meringankan kita dalam menyikapi kesulitan itu. Bagaimana menyikapi kesulitan itu? “Barangsiapa yang menyerahkan urusannya kepada Allah niscaya Dia akan mencukupi apa yang dia inginkan.” demikian kata Imam Al-Qurthubi dalam Al-Jami’ Ahkamul Qur’an, 8/106.
Ada empat sikap yang harus kita bangun dalam menyikapi pergulatan hidup yang penuh dengan kesulitan.
Pertama, kita harus menyadari bahwa realita hidup yang kita jalani adalah pergulatan menghadapi kesulitan. Siapapun orangnya, di manapun dan dalam keadaan bagaimanapun, selama kita hidup pasti akan bertemu dengan berbagai macam kesulitan. Sebagian ada yang berhasil dan ada yang gagal melewatinya. Proses perjuangan untuk menaklukkkan kesulitan-kesulitan inilah yang kemudian disebut dengan hidup. Membenci kesulitan sama saja dengan membenci kehidupan itu sendiri.
Kedua, kita harus menyadari bahwa kesulitan adalah milik semua orang, semua orang pasti akan menemui kesulitan dalam kehidupannya, semua orang akan mendapatkan jatah/ agenda kesulitannya sendiri-sendiri. Hanya bentuk dan kadarnya saja yang berbeda-beda. Masing-masing kita mempunyai kelebihan dan kekurangan yang menjadi bukti bahwa hidup yang kita jalani berada di atas prinsip yang adil. Kita tidak perlu iri dengan kemudahan yang didapat oleh orang lain, apalagi harus berbangga diri dengan kesusahan yang menimpa orang lain.
Kesulitan adalah sunnatullah, hukum yang telah Allah tetapkan. Mau tidak mau, suka atau tidak, manusia pasti akan berhadapan dengan kesulitan, sebab ini semua telah Allah tetapkan sebagai bagian dari lika-liku kehidupan manusia.
Allah berfirman dalam Alqur’an: “Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar” (QS. al-Baqarah [2]: 155). Kesulitan adalah untuk menguji kesabaran manusia. Terlalu bodoh jika dalam hidup ini kita memimpikan keadaan yang seutuhnya serba enak dan mapan. Namun, bukan berarti kita tidak boleh berusaha untuk hidup bahagia, kita hanya diingatkan bahwa bahagia yang diimpikan itu tidak utuh, di sisi bahagia itu ada duka, bahkan tetesan air mata kesedihan. Selain itu, Allah juga menyadarkan bahwa sesudah kehidupan di dunia ini masih ada kehidupan di alam yang berbeda.
Allah berfirman: Tetapi kamu (orang-orang kafir) memilih kehidupan duniawi. Sedang kehidupan akhirat adalah lebih baik dan lebih kekal (QS. al-A’laa [87]: 16 – 17).
Allah berfirman: Dan sesungguhnya hari kemudian itu lebih baik bagimu daripada yang sekarang (permulaan) (QS. Adh-Dhuhaa [93]: 4).
Ketiga, kita juga harus mampu menyadari bahwa kadar kesulitan yang menimpa setiap orang setara dengan kesanggupan untuk memikul kesulitan itu. Allah tidak berbuat dzalim dengan memberi kesulitan di luar batas kemapuan seorang hamba untuk memikulnya. Allah berfirman dalam surat al-Baqarah [20] ayat 286: Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya.
Ini adalah bentuk kasih sayang Allah kepada manusia. Allah telah berkenan memberi kesulitan yang banyak mengandung hikmah dan kebaikan, selain bahwa semua kesulitan iitu tidak pernah melampaui batas kekuatan manusia.
Keempat, kita harus belajar bahwa dalam setiap kesulitan ada karunia kemudahan, Islam mengajarkan, bahwa letak kemudahan itu ada di balik kesulitan, karena sesunggunya bersama kesulitan ada kemdahan. Allah berfirman dalam surat al-Insyirah [94] ayat 5 – 6: Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan; sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.
Dari kesulitan-lah kita akan mampu mengenal siapa diri kita. Ia akan memberikan gambaran yang jelas tentang siapa diri kita sebenarnya. Karena ia adalah cermin yang mampu memberikan gambaran utuh tentang kepribadian dan karakter kita. Kesulitan sudah menjadi bayangan yang akan terus melekat kepada manusia yang hidup di dunia ini. Ia tidak akan dapat disingkirkan dalam perjalanan manusia. Kesulitan diciptakan oleh Allah untuk mengetahui siapa-siapa dari hambaNya yang bersyukur dan juga menjelaskan siapa saja dari hambaNya yang kufur. Kesulitan juga menjadikan sarana bagi manusia untuk dekat kepada Tuhannya. Tatkala semua usaha manusia tidak mampu mengatasi, maka semua secara alami manusia akan menyebut Tuhannya agar diturunkan pertolongan. Itulah hikmah di balik kesulitan. Maka janganlah kita membenci kesulitan, karena terkadang melalui kehadirannya kita menjadi dekat kepada Pencipta kita, melaluinya kita menjadi manusia yang bersyukur.
Inilah realita hidup manusia. Kesulitan jika dipahami dengan bijaksana akan menumbuhkan kesadaran dalam diri bahwa kesulitan adalah bagian dari lembaran hidup yang sepanjang hayat akan digeluti. Jika demikian, maka tidak akan ada lagi perasaan gentar untuk menghadapinya.
Wallahu a’lam bish-Shawwab..
Putut Sutarwan
Mahasiswa MSI UII
http://alrasikh.wordpress.com/2007/06/21/tegar-menghadapi-kesulitan/
MENEMPUH JALAN SEJATI
Tunjukilah kami jalan yang lurus (QS. Al-Faatihah [1]:6).
Banyak sekali perdebatan tentang bagaimana menerjemahkan ayat di atas secara tepat. Yang berkembang dan sampai kepada kita hingga saat ini adalah terjemahan versi Departemen Agama (Depag) RI sebagaimana saya kutip di atas. Entah bagaimana asal mulanya, kata shirath al mustaqiim diterjemahkan sebagai jalan yang lurus. Padahal, menurut struktur kata-nya, lafadz mustaqiim merupakan isim fa’il dari kata istaqooma-yastaqiimu, sehingga ia (seharusnya) berarti orang yang istiqomah. Sedangkan kata istiqomah sendiri seringkali diterjemahkan sebagai pendirian yang teguh.
Akan tetapi, dalam konteks ayat di atas, saya lebih senang men”ciri”kan kata mustaqiim sebagaimana kalimat lanjutan dari ayat di atas, yakni ”Orang-orang yang Engkau beri nikmat atasnya, dan bukan orang-orang yang Engkau laknati.” Frase orang-orang yang diberi nikmat memang tidak tepat untuk menjelaskan secara langsung makna al mustaqiim, karena bisa jadi nikmat yang diberikan dan laknat yang dijauhkan adalah implikasi atau akibat dari munculnya perilaku istiqomah yang ada pada orang-orang yang dimaksudkan ayat di atas.
Maka, disinilah sebenarnya kita dituntut untuk membangun satu rumusan yang tepat tentang kategori mustaqiim di atas. Benarkah ia jalan yang lurus begitu saja? Padahal kalau kita berjalan lurus terus, lama-lama bisa nabrak dan kepala kita bisa benjol. Karena kenyataannya jalan kehidupan di dunia itu tidak lurus, sehingga memerlukan ”manuver-manuver” tertentu untuk mampu melewatinya dengan selamat. Ya kalau jalannya zig-zag, maka kita ikut zig-zag juga. Kalau jalannya penuh semak berduri, ya bagaimana caranya agar durinya tidak melukai atau merobek kulit kita. Maka, disini lurus saja tidak cukup.
Selanjutnya kita menengok pemaknaan yang kedua, jalan orang yang istiqomah. Terjemahan tersebut bisa jadi lebih cocok dibandingkan yang pertama. Hanya saja kita tetap dituntut untuk berpikir guna merumuskan seperti apa sejatinya orang yang istiqomah alias teguh pendirian tersebut? Apakah teguh pendirian yang dimaksud disini adalah sifat yang bersenjatakan kata ”pokoknya”? Pokoknya saya benar; pokoknya kamu salah; pokoknya yang tepat begini dan selain begini adalah tidak tepat alias salah? Apakah orang yang teguh pendirian adalah orang yang merasa bahwa dirinya pasti benar dan orang lain pasti salah serta tidak mau menerima bahkan mendengar kata-kata orang lain yang bisa jadi lebih rasional dan mendekati kebenaran? Tentu saja tidak.
Derajat mulia bernama mustaqiim tersebut adalah satu posisi yang bernilai positif dan senantiasa melakukan upaya pendekatan dengan yang namanya kebenaran. Potensi mustaqiim adalah muatan pertimbangan matang yang mampu menyelaraskan berbagai potensi, kesempatan, ancaman dan kelemahan sehingga bisa ditentukan posisi yang paling tepat dalam konstelasi kehidupan. Orang yang mustaqiim tidak hanya mempertimbangkan tetapi juga mengamalkan hasil pertimbangannya tersebut dalam menjalani kehidupan.
Sebagai contoh, saya akan mengajak anda untuk mendiskusikan surat An-Nisaa’ [4] ayat 59:
”Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul(nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, Maka kembalikanlah ia kepada Allah dan Rasul-NYa, jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.”
Ayat di atas, selain seruan untuk mengikuti Allah, Rasul dan Ulil Amri, juga menyiratkan satu proses pencarian posisi yang paling mendekati kebenaran mutlak, yakni Allah sendiri. Content ayat di atas dimulai dengan perintah ketaatan kepada Allah, kemudian ketaatan kepada Rasul, kemudian Ulul Amri (pemerintah). Peniadaan kata athii’uu yang dilekatkan pada obyek ulul amri banyak ditafsirkan sebagai perlunya standar bandingan atas kebijakan pemerintah, yakni jika ia bertentangan dengan ketentuan yang pertama dan kedua (Allah dan Rasul), maka tidak diwajibkan bagi orang-orang beriman untuk taat. Akan tetapi jika tidak menyimpang dari kedua ketentuan yang disebutkan sebelumnya, maka wajib untuk taat.
Kondisi kedua yang digambarkan oleh ayat di atas adalah satu situasi yang seringkali dihadapi oleh manusia dalam memutuskan sesuatu, yakni perbedaan. Perbedaan dalam beropini tentang satu hal merupakan sesuatu yang wajar dalam kehidupan sosial. Hal ini akan menjadi sesuatu yang pelik ketika obyek yang diperdebatkan menyangkut kepentingan masyarakat luas, atau bahkan kelompok-kelompok tertentu. Kondisi inilah yang digambarkan oleh lafadz ayat yang berbunyi fain tanaaza’tum fii syaiin (”maka jika kalian berselisih pendapat”).
Solusi yang ditawarkan oleh ayat di atas adalah dengan fa rudduuhu ila Allahi wa Rasuulihi, yakni mengembalikan persoalan tersebut kepada Allah dan Rasulnya. Tafsir yang banyak berkembang di antara kita saat ini adalah bahwa yang dimaksud dengan lafadz ”Allah” dalam ayat tersebut adalah merujukkan permasalahan kepada Alqur’an dan yang dimaksud dengan kata ”Rasuulihi” adalah merujukkan masalah pada sunnah atau hadits Rasulullah. Dengan perenungan yang mendalam, ternyata tafsir tersebut belum menyelesaikan masalah. Mengapa? Karena penafsiran kata ”Allah” dengan merujukkan pada Alqur’an bisa jadi sama artinya dengan merujukkan permasalahan yang dihadapi oleh umat pada tafsir atas Alqur’an. Dan lagi-lagi, watak tafsir sebagai produk pergulatan pemikiran manusia adalah banyak sekali mengandung perbedaan.
Ketika obyek bernama masalah yang dihadapi oleh dua kelompok dirujukkan pada tafsir lagi, maka bisa jadi yang muncul kemudian adalah perbedaan-perbedaan sebagaimana terjadi sebelumnya. Hal ini dikarenakan dua kelompok tersebut menganut aliran mereka masing-masing dalam tafsir. Kelompok satu menganut tafsirnya ulama A dalam membahas permasalahan yang diperdebatkan, sementara kelompok kedua menganut tafsir ulama B tentang masalah yang sama dan kesimpulan yang ditarik oleh ulama B berbeda dengan kesimpulan ulama A.
Bisa jadi obyek kajian sama namun metode berbeda. Maka hasilnya pun berbeda. Atau bahkan obyek sama, metode sama, tetapi nalar subyektifnya berbeda, maka hasilnya-pun akan berbeda. Wal hasil, perdebatan antar dua kelompok pun tak terselesaikan. Maka farudduuhu Ilaa Allahi Wa Rasuulihi menurut ”tafsir” saya adalah bangunan kedekatan batin dengan Allah dan Rasul yang harus ditumbuhkan oleh kelompok yang mengalami perselisihan tentang satu masalah tersebut. Ketika kajian rasional atas suatu permasalahan tidak dapat mengatasi kebingungan dalam mengambil suatu keputusan, maka yang bisa dilakukan manusia sebagai makhluk yang lemah tanpa daya dihadapan-Nya adalah dengan senantiasa mendekatkan diri kepada-Nya sampai tanpa batas sama sekali.
Merujukkan suatu permasalahan kepada Allah dan Rasulnya adalah ketika nalar kita telah buntu dan kita tidak menemukan jawaban atas suatu masalah, maka yang kita lakukan kemudian memasrahkan batin kita kepada-Nya dan menumpahkan cinta kita kepada Rasul-Nya. Disinilah dzikir batin, istighfar hati, dan sholawat jiwa kita diperlukan. Tujuannya adalah menumbuhkan siklus cinta segitiga antara kita, Allah dan Rasulullah sehingga setiap langkah yang kita ambil dalam memutuskan satu perkara senantiasa berada di titian jalan-Nya, yakni jalan yang mustaqiim, jalan orang-orang yang berlimpah nikmat.
Jalan sejati; Jalan yang Tak Mudah Dilewati
Shirat al mustaqiim, yang ketika kecil dulu, barangkali kita melihatnya sebagai sebuah titian dengan lebar selebar rambut yang dibelah jadi tujuh, bisa jadi secara simbolik benar adanya. Siapa yang mampu melintasi titian tersebut sampai ke seberang adalah mereka yang selamat dan memperoleh nikmat Tuhannya. Siapa yang terjatuh di tegah titian tersebut adalah mereka yang celaka dan terbakar oleh api neraka.
Simbol tersebut secara tersirat menjelaskan betapa berat meniti jalan yang istiqomah tersebut. Nalar sehat kita jelas akan membenarkan asumsi ini. Bagaimana tidak? Ketika kita teguh untuk menjauhi segala bentuk hedonisme jaman, yang muncul adalah cemoohan dan lontaran yang menganggap kita sok alim, sok suci, dan lain sebaginya. Ketika kita melewatkan kesempatan untuk mencicip secuil harta yang bukan hak kita, maka kita seolah tersesak-sesak oleh nilai sosial yang bubrah itu, seolah-olah kita melewatkan satu sensasi kenikmatan, melakukan korupsi kecil-kecilan.
Maka, benarlah jika dikatakan bahwa mereka yang beruntung adalah mereka yang asing dengan segala ingar-bingar runtuhnya nilai-nilai keTuhanan di dunia. Mereka yang beruntung (thuuba) adalah mereka yang sengaja menyisihkan diri untuk tidak berebut bangkai dunia yang makin lama makin membusuk. Maka, merekalah orang-orang mustaqiim, yang atasnya Allah menjanjikan kenikmatan dan menjauhkan dari segala laknat. Shirath al-ladziina an’amta ’alaihim . Ghairi al maghdhuubi ’alaihim wa laa al- dloolliin…
Wallahu a’lam.
Susilo Wibisono
http://alrasikh.wordpress.com/2007/06/07/menempuh-jalan-sejati/
Kamis, 23 Desember 2010
Adab Pada Hari Jumat Sesuai Sunnah Nabi
Hari Jumat adalah hari yang mulia, dan kaum muslimin di seluruh penjuru dunia memuliakannya. Keutamaan yang besar tersebut menuntut umat Islam untuk mempelajari petunjuk Rasulullah dan sahabatnya, bagaimana seharusnya msenyambut hari tersebut agar amal kita tidak sia-sia dan mendapatkan pahala dari Allah ta’ala. Berikut ini beberapa adab yang harus diperhatikan bagi setiap muslim yang ingin menghidupkan syariat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pada hari Jumat.
1. Memperbanyak Sholawat Nabi
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda yang artinya, “Sesungguhnya hari yang paling utama bagi kalian adalah hari Jumat, maka perbanyaklah sholawat kepadaku di dalamnya, karena sholawat kalian akan ditunjukkan kepadaku, para sahabat berkata: ‘Bagaimana ditunjukkan kepadamu sedangkan engkau telah menjadi tanah?’ Nabi bersabda: ‘Sesungguhnya Allah mengharamkan bumi untuk memakan jasad para Nabi.” (Shohih. HR. Abu Dawud, Ibnu Majah, An-Nasa’i)
2. Mandi Jumat
Mandi pada hari Jumat wajib hukumnya bagi setiap muslim yang balig berdasarkan hadits Abu Sa’id Al Khudri, di mana Rasulullah bersabda yang artinya, “Mandi pada hari Jumat adalah wajib bagi setiap orang yang baligh.” (HR. Bukhori dan Muslim). Mandi Jumat ini diwajibkan bagi setiap muslim pria yang telah baligh, tetapi tidak wajib bagi anak-anak, wanita, orang sakit dan musafir. Sedangkan waktunya adalah sebelum berangkat sholat Jumat. Adapun tata cara mandi Jumat ini seperti halnya mandi janabah biasa. Rasulullah bersabda yang artinya, “Barang siapa mandi Jumat seperti mandi janabah.” (HR. Bukhari dan Muslim)
3. Menggunakan Minyak Wangi
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda yang artinya, “Barang siapa mandi pada hari Jumat dan bersuci semampunya, lalu memakai minyak rambut atau minyak wangi kemudian berangkat ke masjid dan tidak memisahkan antara dua orang, lalu sholat sesuai yang ditentukan baginya dan ketika imam memulai khotbah, ia diam dan mendengarkannya maka akan diampuni dosanya mulai Jumat ini sampai Jumat berikutnya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
4. Bersegera Untuk Berangkat ke Masjid
Anas bin Malik berkata, “Kami berpagi-pagi menuju sholat Jumat dan tidur siang setelah sholat Jumat.” (HR. Bukhari). Al Hafidz Ibnu Hajar berkata, “Makna hadits ini yaitu para sahabat memulai sholat Jumat pada awal waktu sebelum mereka tidur siang, berbeda dengan kebiasaan mereka pada sholat zuhur ketika panas, sesungguhnya para sahabat tidur terlebih dahulu, kemudian sholat ketika matahari telah rendah panasnya.” (Lihat Fathul Bari II/388)
5. Sholat Sunnah Ketika Menunggu Imam atau Khatib
Abu Huroiroh radhiallahu ‘anhu menuturkan bahwa Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barang siapa mandi kemudian datang untuk sholat Jumat, lalu ia sholat semampunya dan dia diam mendengarkan khotbah hingga selesai, kemudian sholat bersama imam maka akan diampuni dosanya mulai jum’at ini sampai jum’at berikutnya ditambah tiga hari.” (HR. Muslim)
6. Tidak Duduk dengan Memeluk Lutut Ketika Khatib Berkhotbah
“Sahl bin Mu’ad bin Anas mengatakan bahwa Rasulullah melarang Al Habwah (duduk sambil memegang lutut) pada saat sholat Jumat ketika imam sedang berkhotbah.” (Hasan. HR. Abu Dawud, Tirmidzi)
7. Sholat Sunnah Setelah Sholat Jumat
Rasulullah bersabda yang artinya, “Apabila kalian telah selesai mengerjakan sholat Jumat, maka sholatlah empat rakaat.” Amr menambahkan dalam riwayatnya dari jalan Ibnu Idris, bahwa Suhail berkata, “Apabila engkau tergesa-gesa karena sesuatu, maka sholatlah dua rakaat di masjid dan dua rakaat apabila engkau pulang.” (HR. Muslim, Tirmidzi)
8. Membaca Surat Al Kahfi
Nabi bersabda yang artinya, “Barang siapa yang membaca surat Al Kahfi pada hari Jumat maka Allah akan meneranginya di antara dua Jumat.” (HR. Imam Hakim dalam Mustadrok, dan beliau menshahihkannya)
Demikianlah sekelumit etika yang seharusnya diperhatikan bagi setiap muslim yang hendak menghidupkan ajaran Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika di hari Jumat. Semoga kita menjadi hamba-Nya yang senantiasa di atas sunnah Nabi-Nya dan selalu istiqomah di atas jalan-Nya.
(Disarikan dari majalah Al Furqon edisi 8 tahun II oleh Abu Abdirrohman Bambang Wahono)
***
Penulis: Abu Abdirrohman Bambang Wahono
Artikel www.muslim.or.id
Kemarahan Tidak Akan Mengubah Perilaku Siapapun
GAMBAR : http://bangjeki.files.wordpress.com/2010/04/couple-arguing.jpg
Seorang laki-laki datang menghadap Rasulullah SAW, kemudian bertanya,
”Wahai Rasulullah, tunjukkan kepadaku suatu amalan yang jika saya amalkan saya akan masuk surga?”.
Seorang laki-laki datang lagi dan bertanya,
”Wahai Rasulullah, perintahkanlah suatu amalan untuk saya dan sedikitkanlah?”
Laki-laki ketiga datang dan bertanya,
”Apa yang bisa menyelamatkan saya dari murka Allah?”
Semua pertanyaan ini dijawab oleh Rasulullah, ”JANGAN MARAH!”
***
Marah adalah luapan emosi atau memuncaknya rasa kesal pada diri seseorang ketika ada sesuatu yang tidak sejalan dengan keinginannya atau harapan-harapannya. Tak seorangpun di dunia ini yang lahir tanpa sifat marah. Hanya saja, di kemudian hari potensi marah ini berkembang, bisa ke arah positif atau negative. Nah, potensi marah ini dipengaruhi oleh beberapa factor, seperti lingkungan, pola didik dan pola asuh, pengalaman hidup, budaya, jenis kelamin dll.
Rasulullah SAW, sebagai pribadi yang paripurna, pernah marah. Tetapi, beliau HANYA marah ketika hak-hak Allah dilanggar. Inilah sebenarnya tujuan dari dianugrahkannya sifat marah kepada hamba-hamba Allah, yaitu, agar tegak kalimah Allah di muka bumi. Artinya kita sah-sah saja marah, selama alasannya benar. Anak tidak shalat misalnya, anak berbohong atau mengambil hak orang lain dsb.
Tetapi kita terkadang marah untuk hal-hal yang tidak prinsip. Anak tidak mau mandilah, anak tidak gosok gigilah, anak tidak mau tidurlah, atau anak memecahkan barang, dll. Yang jika dikaji ulang, sebenarnya kemarahan kita berpangkal pada keegoisan kita sebagai orang tua. Kita memaksakan kehendak kita kepada mereka. Kita menuntut mereka melakukan apa yang kita mau.
Saya teringat seorang anak yang kira-kira baru berusia 2 tahun–yang saya temui ketika saya menemani anak saya mengikuti sebuah lomba di Mall–ketika ia meronta-ronta dalam dekapan ibunya. Kebetulan kami duduk bersebelahan. Awalnya ibu itu membentak-bentak anaknya supaya diam. Ketika bentakannya tidak jua dihiraukan si anak, mulailah sang ibu mengguncang-guncang bahu anaknya. Si anak membalas “menjambak rambut” ibunya. Sang ibu bertambah marah, kemudian mendekap anaknya sedemikian rupa, agar tidak bergerak. Sungguh tayangan yang menyedihkan.
Sesungguhnya, kemarahan tidak akan mengubah perilaku siapapun. Bisa jadi anak diam sesaat setelah dimarahi. Bisa jadi seseorang menjadi rajin setelah dimarahi tapi ini berlaku sesaat. Bisa jadi anak menjadi baik setelah dimarahi, tapi tidak menjadi sifat dasar.
Sesungguhnya, kemarahan kita tidak dapat mengubah perilaku siapapun. Untuk berubah, seseorang butuh tauladan, butuh kasih sayang, butuh kesabaran. Jika kita sering marah kepada anak kita, maka kita menularkan sifat marah kepada anak kita. Contohnya kasus diatas. Kemarahan sang Ibu tidak membuat anaknya menjadi lebih tenang, tetapi justru membuat anaknya juga marah kepada sang Ibu.
Untuk berkembang secara baik, entah itu mentalnya, perilakunya atau kecerdasannya, seorang anak memerlukan aura yang positif dari sekelilingnya. Dan itu tidak bisa terjadi jika Ibunya atau orang yang dekat dengannya adalah pribadi yang hobi marah.
Untuk tidak marah, sungguh pekerjaan yang sulit. Tetapi, ketika kita dapat mengendalikan kemarahan kita, sungguh sesuatu yang menyenangkan dan melegakan.
Saya pernah berada dalam kondisi yang demikian marah kepada anak-anak saya. Dalam hati, saya benar-benar ingin mencubit mereka. Tapi saya berusaha sekuat hati menahannya. Saya tarik nafas dalam-dalam, kemudian saya beristighfar dan memohon agar Allah memberi saya kesabaran dalam menghadapi anak-anak saya. Cukup lama, saya dalam pergulatan untuk menahan kemarahan saya. Akhirnya kemarahan saya perlahan-lahan lenyap. Dan saya merasa lebih bahagia.
Selalu ada alasan untuk marah. Berarti juga, selalu ada alasan untuk TIDAK marah. Atau paling tidak, bagaimana marah secara positif.
Inilah pentingnya menarik nafas sejenak, ketika kemarahan memuncak. Agar kita dapat berfikir ulang, perlukah kemarahan ini? Tepatkah? Harapannya, agar kita tidak marah kepada hal-hal yang tidak prinsip. Jujur, kita sering lebih marah ketika anak-anak main berlebihan ketimbang ketika mereka tidak shalat misalnya.
“Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surge yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa. (Yaitu) orang-orang yang menafkahkan hartanya, baik diwaktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan kesalahan orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.” (Q.S. Ali Imran : 133-134).
Wallahu’alam
Eramuslim.com - Endang TS Amir
Usaha Mengajarkan Ilmu
Di dalam Al-Qur'an dan Al-Hadits, selain perintah mencari ilmu, terdapat pula perintah untuk menyebarluaskannya melalui proses pengajaran. Pada Al-Qur'an Surat An-Nahl ayat 125, Allah SWT berfirman : " Serulah manusia kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pengajaran yang baik, serta bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk."
Setiap orang yang diterangkan oleh Allah SWT dengan ilmu, selayaknya ia memberikan hikmah dari ilmu yang didapatnya kepada orang lain, baik secara lisan atau lebih utama lagi dengan contoh perbuatan. Lewat berbagai ruang pembelajaran seperti diskusi, penulisan, ataupun ceramah, seorang alim wajib mengemukakan pengetahuan-pengetahuan yang ia ketahui. Dengan niat yang ikhlas dan kemampuan mengamalkan ilmu tersebut, perkataan seorang alim akan sampai ke hati para pendengar ataupun kawan diskusinya. Untuk itu, seorang alim harus memiliki sikap sabar dan memilih cara yang tepat agar apa yang disampaikannya dapat disimak dan dipahami oleh orang lain.
Sahabat Ikrimah ra berkata, bahwasanya sahabat Ibnu Abbas ra telah berpesan :
" Nasehatilah umat manusia sekali saja di dalam jum'ah. Apabila menentang, maka dua kali. Bila kamu menghendaki lebih banyak lagi, maka tiga kali saja. Janganlah kamu membuat kebosanan kepada manusia dengan Al-Qur'an ini, dan janganlah kamu datang memberi nasehat pada sekelompok orang yang sedang berbicara, hingga memutus pembicaraan dan ketenangan mereka. Sebab yang demikian dapat mendatangkan kebosanan. Sebaiknya kamu mendengarkan lebih dahulu pembicaraan mereka, baru setelah dipersilahkan maka sampaikanlah nasehat kepada mereka. Sebab dengan mempersilahkan, berarti mereka telah mengharapkan nasehat-nasehatmu. " (H.R. Bukhari).
Menurut hadits tersebut, usaha menasehati atau menyebarluaskan ilmu secara lisan, tidak identik dengan sikap dominasi ataupun menggurui. Ada two way communication yang berlaku disitu. Selain itu, setelah menyampaikan pengetahuannya, seorang alim selayaknya membebaskan siapa saja yang menyimak untuk memilih sikap, bahkan mengkritisi apa yang disampaikannya.
Dalam mengajarkan ilmu, seorang alimpun wajib mendahulukan aktivitas mendengar daripada berbicara. Seorang alim akan mampu memilah kata-kata yang akan disampaikan, sebab ia memiliki pengetahuan atas sifat dan keilmuan orang-orang dalam wadah pembelajaran, melalui perhatian intensif pada saat ia mendengarkan orang-orang itu berbicara sebelumnya. Hal tersebut perlu dilakukan untuk mencegah kesalahan ucap dan fitnah. Sahabat Ibnu Mas'ud berkata : "Apabila kamu menasihati suatu kaum dengan pembicaraan yang tak mampu diterima akal dan pemikiran mereka, maka perkataanmu malah menjadi fitnah bagi sebagian mereka."
Keterampilan bersabar, keterampilan mendengar, serta keterampilan berbicara adalah titik-titik strategis yang mesti dikuasai oleh seseorang ketika ia akan memberikan pengajaran pada orang lain. Tanpa penguasaan terhadap tiga masalah itu, ilmu yang disampaikan seorang alim malah akan menimbulkan masalah baru bagi pembaca, pendengar, maupun pengamal ilmu tersebut.
http://www.fiqhislam.com/index.php/agenda-muslim/artikel-islami/11400-usaha-mengajarkan-ilmu
Langganan:
Postingan (Atom)