Kamis, 02 Desember 2010

Kesadaran diri



Sari pati kesadaran adalah hidayah. Yaitu petunjuk jalan dan cahaya yang diberikan Allah kepada hamba-hamba-Nya yang dikehendaki. Secara otoritas, hidayah merupakan hak mutlak Allah SWT yang diberikan kepada siapa yang Ia tentukan.

Tapi hidayah juga harus didapat dengan proses pencarian. Maka kesadaran adalah hasil, tapi sekaligus juga proses. Allah berfirman, "Dengan kitab itulah Allah menunjuki orang-orang yang mengikuti keridhaan-Nya ke jalan keselamatan, dan (dengan kitab itu pula) Allah mengeluarkan orang-orang itu dari gelap gulita kepada cahaya yang terang benderang dengan seizin-Nya, dan menunjuki mereka ke jalan yang lurus."
(QS. Al-Maidah: 16).

Kalimat, "yang mengikuti keridhaan-Nya" menunjukkan bahwa hidayah itu harus dicari, diikuti, diminta dan dimohonkan. Meskipun secara otoritas adalah milik Allah SWT. Tapi harus ada keinginan dari kita untuk mendapatkannya. Itulah proses.

Dari segi proses inilah, kesadaran ada dua macam.
Pertama, kesadaran pencarian.
Kedua, kesadaran pencerahan. Atau, "kesadaran menuju", dan "kesadaran kembali".

Kesadaran pencarian adalah kesadaran yang proses dan hasilnya dilakukan seseorang sebelum memulai sebuah pilihan. Misalnya, kesadaran seorang yang baru saja baligh, untuk memilih dan mengawali usia dewasanya dengan taat kepada Allah. Atau kesadaran seseorang yang baru lulus kuliah dan akan memulai bekerja, dia bisa memilih untuk bekerja di tempat salah atau benar. Dia menuju pilihannya sesuai kesadarannya.

kesadaran pencerahan, disebut juga kesadaran perbaikan, adalah proses dan hasil kesadaran yang dilakukan seseorang untuk kembali ke jalan yang baik. Ini juga disebut dengan taubat. Kesadaran untuk meninggalkan keburukan. Kesadaran untuk kembali ke jalan yang benar, setelah melakukan kekeliruan atau bahkan setelah lama memilih jalan yang buruk.

Jadi kesadaran diperlukan di awal perjalanan, untuk menentukan arah. Tapi juga diperlukan ketika perjalanan sudah dimulai atau bahkan berlangsung lama. Tapi perjalanan itu tidak jelas arahnya, atau salah arah. Ini semacam terbangun dari tidur. Seperti kemengertian akan salah jalan yang tiba-tiba mengantarkan kita kepada kehidupan yang salah. Kesadaran ini merupakan renungan inti dari jiwa kita, dari kejujuran hati kita.

Karena sari pati kesadaran bagi seorang mukmin adalah hidayah, maka proses mencari kesadaran atau kembali ke kesadaran, harus bermuara kepada Allah. Setelah itu sarana yang bisa dipakai sangat melimpah. Setelah tujuan dan fokusnya benar, perangkat yang bisa dipakai sangatlah banyak. Kesadaran adalah proses yang harus dicari. Pencarian utamanya adalah kepada Allah Yang Maha Memberi petunjuk. Adapun sarana pendalamannya sangat banyak. Di sekitar kita berhimpun berbagai sumber kesadaran.

Ketika Allah telah memilih seseorang untuk mendapat hidayah dan kesadaran, maka Allah memudahkan pula cara peningkatan dan penguat kesadaran itu. Misalnya, dimudahkan baginya memahami Islam. Allah menyebutkan, "Barangsiapa yang Allah menghendaki akan memberikan kepadanya petunjuk, niscaya Dia lempangkan dadanya untuk (memeluk agama) Islam. Dan barangsiapa yang dikehendaki Allah kesesatannya, niscaya Allah menjadikan dadanya sesak lagi sempit, seolah-olah ia sedang mendaki ke langit. Begitulah Allah menimpakan siksa kepada orang-orang yang tidak beriman.
(QS. AI-An’am: 125).

Selain itu, Allah juga akan menambahkan kepada orang yang telah memilih kesadaran itu, petunjuk tambahan. "Dan orang-orang yang mendapat petunjuk, Allah menambah petunjuk kepada mereka dan memberikan kepada mereka (balasan) ketakwaannya." (QS. Muhammad: 47).

Sesudah itu proses belajar harus terus berlanjut. Dengan melakukan penghayatan, kontemplasi, atas segala ayat-ayat dan tanda-tanda kekuasan Allah. Maka, sesudah itu, Allah menegaskan, "Dan inilah jalan Tuhanmu’ (jalan) yang lurus. Sesungguhnya Kami telah menejelaskan ayat-ayat (Kami) kepada orang-orang yang mengambil pelajaran."
(QS. Al-An’am: 126).

Belajar dan mengambil pelajaran, adalah proses utama untuk mendapatkan kesadaran. Maka selama muaranya jelas dan benar, yaitu mencari kesadaran atau pun kembali ke kesadaran di sisi Allah, maka proses belajar memiliki ruang yang sangat luas tanpa batas. Dimulai dari keinginan kuat di dalam hati. Dilanjutkan dengan penalaran yang tajam dengan pikiran, dibuktikan dengan keteguhan sikap, lalu yang terakhir berbuahkan perilaku yang baik dan bermanfaat. Begitulah kesadaran semestinya melewati alurnya.

Kesadaran itu akan membuat kita mengerti arti hidup, dan apa, serta bagaimana yang semestinya kita perbuat agar hidup kita bermanfaat dan tidak sia-sia. Tanpa kesadaran, rasanya sulit bagi kita menemukan jalan-jalan yang akan mengantarkan kita pada keselamatan, kebahagiaan, kesuksesan, dan segala hal yang menjadikan hidup kita lebih berkualitas.

Meski demikian penting dan berharganya sebuah kesadaran dalam hidup ini, namun banyak orang yang membiarkan kesadarannya lelap "tertidur". Akibatnya, seringkali kesadaran itu tidak segara bangkit mana kala kita sedang membutuhkannya. Betapa banyak manusia di dunia ini yang hidupnya terombang ambing, tak mengerti arah dan tujuan hidupnya karena mereka kehilangan kesadaran. Betapa banyak orang-orang yang berputus asa menghadapi hidup karena kesadarannya yang tak juga bangkit.

Kita harus sadar akan pentingnya kesadaran. Hati kita harus terjaga, pikiran kita harus bangun, dan pandangan kita mesti waspada. Sesudah itu selamat belajar di hamparan kehidupan yang sangat luas. Hari esok kita hanya berharap, bahwa kita telah menanam kesadaran untuk kita petik secara pantas hasil dan manfaatnya: di dunia, maupun di akhirat.

http://beranda.blogsome.com/2007/09/30/kesadaran-diri/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar