Sabtu, 04 Desember 2010

Naik


Seekor orang utan tampak asyik bergelantungan di sebuah dahan pohon. Hutan tropis itu memang setia menyediakan berbagai buahan yang dibutuhkan jenis kera berukuran besar ini.

Persoalannya, hewan ini tidak pernah berpikir untuk puas dengan makanan yang ada di dekatnya. Ia selalu mencari dan mencari aneka buahan yang belum pernah ia coba sebelumnya. Walaupun, itu berada di pohon yang tinggi sekali.

Bagi si orang utan, ketinggian pohon bukan hal yang mesti ia perhatikan. Nafsu untuk meraih buah baru nan segar dan menarik, kerap membuatnya melupakan soal ketinggian pohon. Ia terus naik...dan naik, bergelantungan dari satu pohon ke pohon yang lain.Dari pohon yang tidak tinggi ke yang tinggi, dan yang lebih tinggi lagi.

Suatu kali, ketika sang orang utan sedang asyik menikmati buah segar di sebuah pohon yang tinggi, seekor burung kakak tua menyapa. “Hai orang utan, apa kau selalu naik ke pohon yang lebih tinggi hanya untuk mencari buah baru?”

Sang orang utan pun menoleh ke arah burung kakak tua yang tidak berada jauh dari dahan yang ia rangkul. “Ya, aku selalu tertantang untuk mencoba aneka buah baru, walaupun di pohon yang lebih tinggi dari biasanya,” jawab si orang utan.

“Apa kamu tidak takut terjatuh dari sebuah ketinggian yang luar biasa?” tanya si kakak tua.

“Takut jatuh dari ketinggian? Aku tidak pernah merasakan sesuatu yang mengkhawatirkan dari sebuah ketinggian. Bagiku, semua pohon sama saja,” jawab si orang utan.

“Apa kamu pernah menoleh ke bawah dari atas pohon ini?” tanya si kakak tua lagi. Hal itu akhirnya ditanyakan kakak tua karena pohon itu adalah yang tertinggi dari pohon yang ada di hutan tropis itu. Hampir tidak ada hewan yang tak bersayap berada di puncak ketinggian pohon itu.

Mendapati pertanyaan si kakak tua, orang utan pun tersadar, kalau selama ini ia memang tidak pernah menoleh ke bawah. Pandangannya selalu tertuju ke atas, ke arah buahan baru yang akan ia raih.

Dan, betapa terkejutnya si orang utan ketika menoleh ke bawah. ”Hiii, kenapa aku setinggi ini? Bagaimana aku bisa turun?” ujar si orang utan ketika melihat benda-benda di bawah sana yang terlihat seperti batu-batu kecil yang sulit dikenali. Ia pun bergidik ketakutan. Rangkulannya pada dahan kian kuat, hingga membuat otot-ototnya sulit digerakkan.

“Hai orang utan, perhatikanlah suasana bawah ketika kamu ingin naik di sebuah ketinggian. Karena suatu saat, kamu pasti turun dan tidak selamanya berada di puncak ketinggian,” ucap burung kakak tua sambil terbang meninggalkan orang utan yang ketakutan.

**

Mengejar karir yang terus menaik, jabatan-jabatan tinggi, kerap membuat sebagian kita terbius dengan obsesi yang tidak pernah mengenal puas itu. Hingga kita pun lupa kalau sudah berada sangat jauh dengan suasana bawah yang di situlah nanti kita akan turun.

Kenapa tidak disiapkan anak-anak tangga yang bisa ditapaki secara wajar. Agar di saat akan turun kelak, kita tidak takut dan bingung, apalagi sampai terjatuh. (muhammadnuh@eramuslim.com)

http://www.eramuslim.com/hikmah/tafakur/naik.htm

Tidak ada komentar:

Posting Komentar