Fitrah dan
naluri semua orangtua adalah mencintai dan menyayangi anak-anaknya, tak
terkecuali anak kita itu hitam kulitnya, kuning langsat, kurus, ataupun gemuk.
Dalam pikiran orangtua hanya terbetik kata alhamdulillah anak kita sehat.
Islam pun
selalu menitikberatkan pada pemeliharaan anak. Dan dari saking pentingnya
kedudukan anak bagi seseorang, sehingga mereka mendapatkan berbagai julukan
yang indah-indah, semisal penghibur hati. Hanya saja sebagai orangtua, kita
tidak hanya selalu dituntut untuk membesarkan anak kita itu, namun lengah
dengan berbagai bekal pendidikan untuk mereka, pendidikan yang dimaksud, bisa
saja dengan DO’A. Allah sendiri berfirman:
Berdoalah kepada-Ku niscaya akan
Aku penuhi (QS al-Mu'min: 60).
Sebagai
orangtua, kewajiban kita selalu tidak putus-putusnya mendoakan mereka,
Rabbanaa hab
lanaa min azwaajinaa wa min dzurriyyatinaa qurrata a'yun wa ij'alnaa lil
muttaqiena imaama.
Ya Allah, Ya
Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami dari istri-istri kami dan keturunan
(anak) kami sebagai biji mata (kami), dan jadikanlah kami pemuka bagi
orang-orang yang bertaqwa.'' (QS al-Furqan: 74).
Firman Allah
di atas jelas akan berdampak positif bagi anak-anak kita, istri dan keturunan
kita kelak. Timbal baliknya, tanpa disuruh anak kita akan membalas doa juga
pada kita. Ketika anak kita duduk di bangku TK sudah dengan fasihnya
melantunkan doa:
Rabbirhamhumaa
kamaa rabbayaani shaghiira.
Tuhanku,
kasihanilah keduanya (ayah dan ibu) sebagaimana kasih mereka mendidikku sewaktu
kecil.'' (QS al-Isra': 20).
Dalam
terminologi bahasa, anak, sebagai penerus generasi, merealisasikan cita-cita
orangtua dan pendidiknya. Seorang anak yang bahkan dahulunya sangat rentan,
akhirnya membangun keluarga, beranak cucu, memberikan pendidikan baru,
melahirkan keluarga sakinah. Dan inilah tujuan utama dari perpaduan antara
suami istri yang dilandasi keteguhan iman dan ditopang oleh asas Qurani dan
Sunnah Nabi saw.
Tapi jangan
terlupakan, tugas kita sebagai orangtua bukan hanya membesarkan anak kita
terlihat sehat badan, melainkan yang lebih penting perhatian kita juga pada
masalah kesehatan batinnya. Sehubungan dengan itu, Islam dengan tegas
menghendaki setiap orangtua melaksanakan kewajiban yang menjadi hak bagi setiap
anak. Di antaranya ialah:
pertama, pembimbing keterampilan beribadah.
Keterampilan ini penting artinya, agar kelak mereka dapat memenuhi tujuan
hidupnya untuk menghambakan diri semata kepada Allah. Nabi bersabda, Apabila
anak sudah dapat membedakan antara tangan kanan dan tangan kirinya, maka suruhlah
dia mengerjakan salat. (HR. Abu Daud).
Kedua, kemampuan sosial. Keterampilan ini
memang sangat luas untuk kita berikan, hanya saja kita berusaha semaksimal
mungkin untuk memberikan perhatian dan kasih sayang pada mereka. Perhatian
semacam ini akan menumbuhkan karakter serta kemampuan dasar anak menyayangi dan
memperhatikan orang lain di lingkungan masyarakatnya kelak. Nabi bersabda,
''Barang siapa tidak mengasihi, tidak akan dikasihi.'' (HR.Bukhori-Muslim).
Ketiga, keterampilan belajar. Allah telah
menjelaskan, bahwa anak dilahirkan dalam keadaan tak tahu apa-apa (al-Nahl):
78). Oleh karenanya, Nabi saw menegaskan, ''Kewajiban orangtua atas anaknya,
ialah membaguskan namanya dan budi pekertinya, mengajari menulis, berenang, dan
memanah, dan tidak memberinya rezeki kecuali yang baik, dan mengawinkannya
apabila ia telah berkehendak.'' (HR. Hakim).
Apabila kita
mampu memberikan ketiga keterampilan di atas, secara logika kita telah terbebas
dari pertanggungjawaban amanah dari Allah ini. Semoga kita dapat melakukannya. Aamiin.
By Hasan
Basrie Alcaff
Kamis, 23 Juli
2009 pukul 11:25:00
Republika
Online.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar