Ibarat matematika, kekayaan bisa juga dirumuskan, tak lepas dari keinginan, kepercayaan dan keberanian bertindak. Ingin kaya ataupun makmur? Siapa pun orangnya bakal menganggukkan kepala. Dan ternyata, rumusan menjadi kaya itu, tidak serumit dalam bayangan.
Semua bermula pada keinginan, tindakan dan kerja keras tanpa mengenal lelah untuk mewujudkan keinginan tadi. Bukan ditentukan oleh modal besar, pendidikan yang tinggi, apalagi mendapat rezeki nomplok dari langit.
Dan tulisan ini juga berhubungan dengan pikiran bawah sadar, silahkan baca lebih lanjut…
John C. Maxwell, penulis best seller buku-buku pengembangan kepribadian, dalam sebuah surveinya menyatakan, 50 persen direktur utama dari perusahaan yang terdaftar dalam Fortune 500 mendapatkan nilai C ketika kuliah. Lalu, 75 persen dari semua presiden Amerika Serikat hanya mencapai peringkat menengah ke bawah dalam kelasnya, dan lebih dari 50 persen jutawan tidak pernah selesai kuliah. Lagi-lagi, kunci resep mereka seperti dituturkan kepada Maxwell, yaitu semangat, sebuah kata yang tak pernah tergantikan dalam hidup mereka.
Nah, jika Anda punya keinginan yang kuat, bagaimana resepnya mewujudkan keinginan itu menjadi kekayaan? Napoleon Hill, dalam sebuah bukunya yang kondang, Berpikir dan Menjadi Kaya (Think & Grow Rich), punya enam resep yang mungkin bisa diterapkan.
Pertama, tetapkan dalam pikiran jumlah yang pasti mengenai uang yang diinginkan. Tidak hanya cukup menginginkan, melainkan pastikan jumlah yang diinginkan.
Kedua, pastikan dengan tepat apa yang akan diberikan sebagai ganti untuk uang yang diinginkan.
Ketiga, tetapkan waktu yang pasti kapan uang tersebut dimiliki.
Keempat, ciptakan rencana yang pasti untuk melaksanakan pencapaian keinginan itu, mulailah saat itu apakah Anda siap atau tidak untuk melaksanakan rencana tersebut dalam tindakan.
Kelima, tulislah pernyataan yang jelas dan ringkas tentang jumlah uang yang ingin diperoleh. Sebutkan batas waktu untuk memperolehnya, nyatakan apa yang akan diberikan sebagai ganti uang itu, paparkan dengan jelas rencana untuk mengumpulkannya.
Keenam, bacalah pernyataan tertulis Anda keras-keras dua kali sehari, satu kali sebelum tidur di malam hari, dan satu kali setelah bangun tidur di pagi hari. Sementara Anda membaca – lihat dan rasakan, serta yakinkan diri bahwa Anda sudah memiliki uang itu.
Pertanyaannya, kenapa mesti dibaca keras-keras? Kata Napoleon Hill, itu dalam rangka memberikan emosi dan perasaan, sehingga “memerintahkan” pikiran bawah sadar untuk bertindak sesuai dengan keinginan tadi. Nah, pikiran bawah sadar itu, tidak bisa membedakan pemikiran yang positif dan negatif, tergantung pada rangsangan yang diterima. Bila sifatnya negatif, seperti rasa takut, maka orang tersebut diliputi keraguan. Tapi, bila berani dan yakin, kansnya menjadi orang kaya akan terbuka, lantaran tindakannya dilatari keyakinan.
Kepercayaan
Christina Gage dan Shelly Gore lain lagi. Kekayaan dirumuskan keduanya sebagai hasil dari kepercayaan + iman + keberanian. Ketiganya merupakari kesatuan yang tak dapat dipisahkan. Cuma, persoalan yang paling krusial adalah menumbuhkan kepercayaan diri, di tengah kuatnya belenggu keraguan. Itu, dinilai keduanya, bisa dicapai bukan dalam waktu sesaat. Melainkan secara konsisten, sehingga merasakan adan ya kekuatan dari dalam. Pengetahuan praktis yang diperoleh, dapat juga menumbuhkan kepercayaan pada impian. Lalu, secara perlahan-lahan, tid.ak akan berhenti berencana untuk mencapai tujuan. Jadi, kepercayaan merupakan fondasi mendasar dalam membangun tujuan (kekayaan).
Nah, bila kepercayaan itu mengkristal (iman), maka tindakan harus diambil. Di sini, ingatlah sebuah pepatah yang menyebutkan, sebuah perjalanan bermil-mil diawali dengan satu ayunan langkah kaki. Tapi, tidak dinafikan, terkadan g langkah pertama itulah yang paling sulit. Sebaliknya, bila ayunan langkah sudah dimulai, langkah-langkah berikutnya bakal mudah. Tak hanya itu. lman yang kuat, juga dapat menghalau pelbagai rintangan dalam setiap langkah tindakan. Iman dapat menghantarkan Anda mencapai tujuan, walaupun harus mendaki pegunungan dan menyeberangi sarnudera yang luas. Tanpa iman yang kuat, sulitlah sebuah tindakan dapat dilakukan. Maka, satu-satunya, perteballah iman itu dengan menambah pengetahuan, baik lewat informasi, membaca buku, dan bertanya pada mereka yang lebih berpengalaman.
Tentu saja, setiap langkah yang ditempuh, tidak akan berjalan mulus. Pelbagai rintangan menyembul ke permukaan. Ada dua hal respon yang muncul terhadap rintangan, sekaligus membedakan seorang pemenang atau pecundang. Pemenang berani menghadapi rintangan sampai melampauinya. Mereka tetap bertahan untuk mewujudkan impiannya. Sedangkan pecundang, berusaha menghindari rintangan tersebut.
Sedikit ilmiah, rumusan yang diberikan oleh Paul Zane Pilzer, yang rada-rada mirip dengan matematika, yaitu K (kemakmuran) = Sf (sumbersumber fisik) x T (teknologi). Rumusan ini bukan hanya menjelaskan kemakmuran sebuah negara, juga menunjukkan perbedaan kemakmuran yang dihasilkan sebuah bisnis yang fokus kepada sumber fisik maupun teknologi.
Menurutnya, rumus kemakmu-ran itu menjadi nyata, karena T terus ‘berkembang merubah kehidupan manusia. Bila tanpa T, manusia akan tetap berada di zaman batu, hanya menyisihkan sedikit peluang. Makanya, dalam sejarah manusia, pencaharian terhadap Sf dilakukan lewat peperangan dan penaklukan, yang dikenal dengan istilah penjajahan. Tapi, dalam era global saat ini, di mana Hak Asasi Manusia (HAM) menjadi ideologi yang universal, cara-cara tersebut tidak lazim digunakan.
Sf sendiri, dalam konteks bisnis yang berbasis rumah, adalah Anda sendiri. Di sini Sf dapat dioptimalkan dengan jumlah jam dan aktivitas yang Anda berikan dalam bisnis tersebut, seperti berapa banyak produk yang dijual.
Sementara T, identik dengan. keahlian yang Anda hadirkan di bisnis tersebut. Bahkan, eksitensi T menempatkan industri penjualan langsung “terpisah” dari pelbagai peluang bisnis lainnya. Maklumlah, T di sini merupakan skill yang dimiliki, kecakapan berbicara di depan umum, leadership, melakukan pendekatan kepada prospek, teknik-teknik komunikasi, mendidik dan melatih orang.
Ujung-ujungnya, rumusan kekayaan yang digulirkan di atas, teramu dalam buku Napoleon Hill yang berjudul Berpikir dan Menjadi Kaya. Menurutnya, semua prestasi; semua kekayaan yang diperoleh, bermula dari sebuah gagasan. Lalu, gagasan yang semula abstrak itu, bisa dikonkritkan lewat 13 buah prinsip yang dapat diaplikasikan. Ke-13 prinsip itu meliputi: keinginan, keyakinan, sugesti pribadi, pengetahuan khusus, imajinasi, rencana tersusun, keputusan, ketekunan, kekuatan para ahli pikir, rahasia transmutasi seks, pikiran bawah sadar, otak dan indera keenam.
Bertindak Tepat
Ke-13 prinsip itu bisa optimal, seperti dikatakan Wallace D. Wattles, dalam bukunya yang sangat klasik itu, The Science of Getting Rich, asalkan bertindak di jalan yang tepat dan benar. Dan ini tidak ada kaitannya dengan lingkungan, bakat, ataupun kemampuan lebih yang tidak dimiliki orang lain. Sebab, faktanya banyak orang yang berbakat dan memiliki kemampuan, ternyata hidupnya tetap dibelit kemiskinan. Sebaliknya, mereka yang tidak memiliki keistimewaan tertentu, bahkan dalam beberapa hal rata-rata, malah mampu rnenjadi jutawan.
Cuma pertanyaannya; apakah sesuatu melakukan di jalan yang tepat dan benar itu begitu sulit, sehingga hanya sedikit orang yang bisa melakukannya? Jawabnya tidak sulit, asalkan kernampuan alamiah dapat dirnanfaatkan dengan optimal, misal membaca, mendengarkan, melihat dan sebagainya. Dengan begitu, siapa pun orangnya bisa menjadi kaya, entah itu pintar, bodoh, berbadan sehat, mengalami cacat fisik dan lainnya.
Sebagai bukti, Alan Loy McGinnis, dalam sebuah tulisannya, membeber rahasia keberhasilan mereka yang kualitasnya rata-rata, tapi bisa unggul dalam kehidupan. Ternyata, ada beberapa resep yang membuat mereka berhasil. Pertama, memiliki disiplin pribadi yang kuat: mau menunda kesenangan sampai berhasil. Ini dibuktikan dalam sebuah perjalanan hidup 268 mahasiswa, yang kini lanjut usia. Hasilnya menyebutkan, prestasi di sekolah hanya sedikit pengaruhnya terhadap kecakapan bekerja. Kualitas seperti “teguh dan bisa diandalkan”, serta “praktis dan terorganisir” lebih penting. Ditambah lagi, seperti dikatakan Dr. George E. Vaillant, psikiater yang memimpin penelitian itu, kebiasaan mental yang disebutnya “kemampuan menunda, tetapi tidak melepaskan rasa puas”.
Kedua, selalu menambah pengetahuan, mau belajar. Mereka tidak mengejar jabatan puncak, seperti yang dilakukan oleh “bintang kelas” yang ingin karirnya cepat menanjak. Ketiga, selalu mengembangkan keahlian khusus. Keempat, bangkit dari kekalahan dan kegagalan, seperti yang dilakukan oleh Abraham Lincoln, Presiden Amerika yang terkenal dengan anti perbudakan. Padahal, penampilannya tidak menonjol dan berasal dari keluarga miskin. Tapi, dia mernbuktikan orang yang kualitas rata-rata bisa juga rnenonjol dan sukses dalam kehidupan.
Jadi ? Abraham Lincoln memberikan perumpamaan yang bisa memompa motivasi Anda merubah hidup. Katanya, “Tuhan pasti mencintai orang biasa. Sebab, Dia rnenciptakan mereka (orang biasa, red) begitu banyak.”
* Written by beritaku
* December 1, 2008 at 2:40 pm
Tidak ada komentar:
Posting Komentar