Senin, 17 Agustus 2009

Menunggu Viagra buat Wanita



LIMA tahun lalu, Viagra diperkenalkan ke pasar. Dalam sekejab, Viagra jadi fenomena. Banyak orang keranjingan Viagra agar hasrat dan gairah seksualnya tetap terjaga.
Tapi Viagra diperuntukkan kaum Adam saja. Viagra hanya untuk laki-laki yang ingin tetap ngejos di ranjang.

Nah, sejak itu pula, sebenarnya para ilmuwan mencari formula serupa khusus untuk membangkitkan gairah perempuan. Tapi selama lima tahun hasilnya nihil. Belum ada Viagra untuk perempuan.
Persoalan utama adalah bahwa mekanisme seksual perempuan sangat berbeda dengan laki-laki.

Para peneliti menemukan fakta bahwa organ-organ seks perempuan tak mempan oleh obat atau ramuan, termasuk oleh Viagra sekalipun. Enzim dan aliran darah kaum perempuan berjalan seperti biasa manakala dimasuki obat-obat perangsang.

Secara kasar, organ seksual lelaki tak ubahnya dengan pompa yang memiliki sifat hidrolis. Kaum perempuan ternyata beda. Artinya, sirkulasi dari jaringan genital perempuan tak bisa dipompa sedemikian cepat lewat obat-obat perangsang.

'Perubahan dalam fungsi-fungsi seks lelaki sangat dramatis, terkadang luar biasa. Pada kaum perempuan, segalanya sangat tenang,” kata Dr Leonard R Derogatis, direktur Center for Sexual Health and Medicine di University of Maryland, Baltimore, Amerika Seriakt, baru-baru ini.

“Sebenarnya aliran darah perempuan sudah bisa naik, tapi mereka tak merasakan apa pun. Gairah orang laki sangat gampang berubah, baik karena persoalan medis atau nonmedis. Ini berbalikan dengan perempuan,” katanya lagi.

Pada dasarnya, gairah dan suasana hati sangat berpengaruh terhadap seks, baik pada laki-laki maupun perempuan. Di saat sibuk, stres, atau galau, gairah seks pasti menurun. Penelitian baru-baru ini di Amerika Serikat bahkan menyebutkan bahwa pasangan suami istri semakin sedikit dalam hubungan badan karena berbagai hal. Terutama karena gairah lelakinya turun.

Kebanyakan ahli berpendapat bahwa gairah atau desire sangat berperan dalam urusan eks, untuk pria maupun wanita. Penelitian terbaru menyebutkan satu pria dewasa di antara enam orang (17 persen) dan satu perempuan dewasa di antara tiga orang (33 persen) tak punya gairah atau malas berhubungan seks.

Penjelasan dari masalah ini sangat beragam. Ahli urologi dari Boston University School of Medicine, Dr Irwin Goldstein, menjelaskan bahwa lelaki memiliki tingkat testosterone 20 hingga 30 kali lebih tinggi dibandingkan perempuan. (Sigit Setiono/dari berbagai sumber)

VIAGRA yang fenomenal itu ternyata belum bisa menembus rahasia seks kaum perempuan. Artinya, seks perempuan sampai sekarang belum bisa digoyang lewat obat perangsang apa pun.

Mekanisme seks perempuan sangat berbeda dibandingkan meksnisme seks kaum pria yang seperti pompa hidrolik. Tingkat testosterone laki-laki akan menurun, seiring dengan bertambahnya usia. Tapi itu tak akan benar-benar habis seperti perempuan ketika mengalami menopause.

Dalam tubuh lelaki dan perempuan, testosterone dan zat androgen lainnya berfungsi meningkatkan gairah seksual. Karena itu pula testosterone juga disebut sebagai hormon seks.

Jadi, faktor gairah dan rumitnya fungsi seksual membuat treatment seks pada perempuan sangat sulit. Jadi, di pasar obat-obatan sangat jarang ditemukan pembangkit gairah seks pada perempuan.

Belakangan, peneliti akhirnya memfokuskan diri pada pengamatan aspek psikologis perempuan atau tepatnya psikologi seksual perempuan.

Selama 50 tahun, peneliti sudah mengamati emosi perempuan, kemampuan relaksasi, dan hubungan-hubungan yang memengaruhi gairah seksnya. Penelitian bagaimana organ-organ perempuan berfungsi selama kegiatan seks berlangsung masih terbatas.

'Tak pernah ada catatan septuar kesehatan seksual perempuan. Karena itu pula sangat aneh bicara septuar obat perangsang tapi kita tak pernah mengerti bagaimana organ-organ seks perempuan bekerja,” kata Dr Goldstein.

Lima tahun lalu, peneliti mengamati binatang betina seperti tikus, kelinci, atau binatang sejenisnya. Sudah diketahui bagaimana jaringan peralatan seks hewan-hewan betina itu berkontraksi atau mengalami relaksasi.

Sejumlah peneliti menggunakan resonansi magnetic dan ultrasound untuk melihat perubahan pada vagina perempuan selama mereka bergairah. Gairah itu sendiri selalu berasal dari otak, lalu masuk dalam organ. Peneliti mencari tahu bagaimana gairah seksual bertranslasi kedalam jaringan seksual.
Nyatanya, itu juga belum melahirkan Viagra bagi kaum perempuan yang sudah banyak dinanti-nantikan.

************

SALAH satu penjelasan yang lebih riil adalah bahwa Viagra gagal memengaruhi perempuan karena dia hanya bisa menyentuh satu dari empat lapisan vagina.
Ada lagi urolog yang membandingkan Viagra dengan placebo dengan meneliti 202 responden perempuan. Semua diberi hormon penambah gairah. Hasilnya, 57 persen yang diberi Viagra merasakan sensasi seks berbanding 43 persen pengguna placebo. Sebanyak 41 persen pemakai Viagra merasakan kepuasan seks berbanding 27 persen pengguna placebo.

Pada titik ini, Viagra dinilai masih memberikan pengaruh pada perempuan. Artinya, masih ada potensi mengembangkan Viagra untuk perempuan. Soalnya adalah perempuan yang bagaimana dan dalam kondisi seperti apa yang bisa diberi Viagra.
Pfizer selaku produsen Viagra bakal kesaingan. Setidaknya ada dua produk yang bakal meluncur ke pasar. Yakni Cialis buatan Lilly dan Levitra buatan Bayer. Hanya saja, kedua produk baru itu juga hanya menyasar kaum Adam.

Treatment dengan hormone tampaknya masih jadi pilihan untuk kelancaran kegiatan seksual perempuan. Minimal ini berlaku bagi yang sudah menopause atau yang kekurangan hormone seksual. Kekurangan estrogen, misalnya, akan membuat jaringan vagina kering. Kekurangan estrogen juga menyebabkan rendahnya gairah seksual. Sudah ada gel atau cream.

Peluang lain adalah zat atau minuman perangsang yang langsung menyasar otak. Misalnya sudah ada Uprima produk Apomorphine untuk pria. Tapi produk ini juga bisa memompa aliran darah di sekitar vagina. Hanya saja belum diketahui apakah kenaikan darah itu bisa memperbaiki fungsi seksual perempuan.

Di luar itu sudah banyak pula produk herbal yang bisa membantu mengatasi problema seks perempuan. Ada pula peralatan seperti vakum pemompa.

Semua, lagi-lagi, belum menyentuh akar persoalan seksual yang dihadapi perempuan. Bagaimana pangkalnya dan bagaimana cara bekerjanya, semua belum pasti.

Seks bukanlah urusan mekanis, baik pada pria maupun pada perempuan. Seks merupakan paduan antara aktivitas mental dan fisik. Karena itu pula separuh dari pengguna Viagra yang dirujuk oleh dokter tak pernah kembali lagi. Ereksi bukan persoalan utama bagi pria, sebenarnya. Viagra hanya bisa bekerja pada kaum pria manakala pria itu bisa merasakannya ketika warming up atau pemanasan sebelum melakukan ritus seksual. (Sigit Setiono)

Selasa, 9 Juni 2009 | 10:29 WIB
http://www.wartakota.co.id/read/seksnseksi/5692

Tidak ada komentar:

Posting Komentar