Selasa, 04 Juni 2013

Dinamika Keimanan



Dinamika keimanan seseorang dapat dimodelkan (salah satu penyederhanaan) dengan grafik eksponensial dimana X adalah umur kita selama hidup di dunia dan Y adalah tingkat keimanan dalam % dengan sebuah garis asimptot Y=100. Kondisi awal saat lahir ke dunia X=0 dan Y=0. Garis eksponensial ini bisa ditambahkan dengan fungsi sinusoidal yang menambahkan riak2 kecil(ripple) pada grafik sebagai representasi turun naiknya iman kita dalam kurun waktu yg sempit.  Jadi model ini untuk kategori orang yang beruntung, bukan orang yang merugi. Koefisien kemiringan menentukan kecepatan naik tingkat keimanan seseorang terhadap umurnya. Besarnya koefisien dipengaruhi lagi oleh beberapa hal.

Selanjutnya kita bisa merasakan adanya hubungan erat antara pengetahuan, keputusan yg diambil oleh free will (fw, kebebasan memilih), ahlak dan iman. Untuk melihat hubungan (korelasi) antara keempat komponen ini, akan lebih mudah dengan memilah2nya terlebih dulu.

SADAR (aware) & TAHU (know) dan BELAJAR & LUPA.
Model ini membagi pengetahuan dalam 4 kwadran sbb :
K1 : Saya tidak sadar bahwa saya tidak tahu.
K2 : Saya sadar bahwa saya tidak tahu.
K3 : Saya sadar bahwa saya tahu.
K4 : Saya tidak sadar bahwa saya tahu.


K1 adalah himpunan semesta dari ilmu Allah. Begitu banyak hal2 yang belum kita sadari tapi ada. Seabad yl tak seorangpun menyadari bahwa alam semesta memuai.
K2 adalah pengetahuan yang ingin kita tuntut dengan sadar. Semakin banyak kita pelajari semakin banyak pula pengetahuan mengisi K3. Juga proses belajar ini mengurangi isi K1.
K3 merupakan pengetahuan yang membentuk diri kita yang unik dengan karakternya, minatnya, keahliannya, pergaulannya, dll... Pengetahuan ini dengan mudah dapat kita akses dan membentuk alam sadar.
K4 adalah alam bawah sadar yang dipenuhi oleh pengetahuan lama yang terlupakan karena lama tidak diakses atau karena sengaja dilupakan.


Jadi model di atas menggambarkan bagaimana proses belajar dan lupa mengumpulkan dan mengalirkan pengetahuan dari kwadran satu ke lainnya.

KEPUTUSAN, HADIAH (reward) & HUKUMAN (punishment).

          Rangkaian aktifitas sejak kita hidup sampai saat ini dapat kita lihat sebagai rangkaian keputusan yang kita ambil berdasarkan kehendak bebas, paksaan, naluri ataupun insting. Sedangkan pemicunya adalah rangsangan yang masuk indra dari luar dan dalam tubuh juga dari pikiran yang bersumberkan pengetahuan di K3 &K4. Keputusan yang diambil karena kehendak-bebas sajalah yang kita fokuskan saat ini, yang memiliki konsekuensi hadiah dan hukuman.


          Pertanyaan selanjutnya ialah apa yang menyebabkan kita mengambil keputusan tertentu tapi bukan lainnya? Menurut saya selain pengetahuan K3 dan K4, salah satunya yang dominan adalah kriteria "menguntungkan dan/atau tidak merugikan saya (termasuk orang2 yang dicintai, keluarga, teman, kelompok, dll...)". Dan untuk yang berpendapat kehidupan akhirat tidak ada maka pertimbangan 'common sense' ini yang dominan, sifat insting egoistik bawaan manusia yang sudah berkembang. Mengambil keuntungan dengan cara asal tidak membuat dihukum atau tertangkap, akan menjadi norma dasar.


          Tapi untuk yang ber-IMAN pada hari akhirat kriteria pengambilan keputusan bertambah, mengharapkan surga dan menghindari neraka. Tercakup dalam doa mengharap kehidupan khasanah di dunia dan akhirat.


Sebelumnya kita telah memodelkan bahwa iman seseorang dinamis. Apabila tingkat iman masih rendah maka kriteria akhirat bernilai rendah, selanjutnya keputusan yang diambil hanya akan berdasarkan kriteria duniawi mengikuti kaidah duniawi yang semata-mata egosentris, hedonistis dan materialistis saja. Sebaliknya bagi para aulia yang keimanannya sudah mumpuni, kriteria akhiratlah yang dominan menyebabkan kaidah ajaran agama yang tersimpan di K3 menjadi dasar keputusan.


IMAN, ISLAM & IHSAN.
         

          Para ulama telah lama menyusun sebuah model yang holistik dan penuh benang merah mengenai intisari ajaran Islam.

Iman dan Islam disini adalah Rukun Iman dan Rukun Islam. Sedangkan Ihsan adalah kondisi/sifat seseorang yang merasa diawasi oleh Allah Al Roqiib.


          Keimanan pokok tertera pada ke-6 rukun. Mempertebal keimanan dengan mempelajari, memahami dan menghayati setiap rukunnya sampai ajal syarat utama menambah keimanan.


          Rukun Islam adalah alat yang amat mencengangkan untuk kita terus menerus menjaga hubungan dengan Allah. Jadwal harian sholat fardhu, tambah rawatib, lalu sholat sunat lainnya. Anjuran berdoa dari bangun tidur, pergi mandi, bercermin, meninggalkan rumah,  dll... Mengucap salam saat bertemu dan berpisah, berdoa saat mengalami kejadian alam tertentu. Selain itu jadwal mingguan sholat jumat. Dan sholat tahunan Id. Perintah puasa wajib dan sunat. Zakat untuk terus menjaga keperdulian pada sesama dan haji perlambang persaudaraan islam universal yang sarat kandungan hikmah.


          Buah dari peningkatan iman dan islam akan mempertebal sifat ihsan kita, menyebabkan semakin lama dan semakin intens kita merasa diawasi oleh Allah Al Roqiib. 


           Iman, Islam dan Ihsan dapat dimodelkan sebagai proses yang saling memberikan input ke proses lainnya. Semakin giat kita menimba dan menghayati pengetahuan rukun2 iman, semakin tinggi tingkat keimanan, semakin giat dan khusyu kita melaksanakan rukun islam semakin tinggi pula keihsanan kita. Sebaliknya turun naik sifat ihsan, berpengaruh pada keimanan dan pelaksanaan rukun islam.



Ali Baharuddin Soehaimi
itb77-bounces@bhaktiganesha.or.id; on behalf of; Ali Baharuddin Soehaimi [alibhs@gmail.com]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar