Jumat, 26 Juni 2015

Kinanti Azahra Wardhana, CUCU-ku yang cantik

Kinanti Azahra Wardhana, CUCU-ku yang cantik
Cucu cantikku, permata hatiku
Ya Allah, 
Anugerahkanlah kesehatan jiwa dan raga bagi Cucu-ku Kinanti Azahra Wardhana, Panjangkan usianya, bahagiakan lahir dan batinnya, kuatkan imannya, Baguskan akhlaknya, limpahkan rezeki halal dan jadikan ia wanita sholehah. Aamiin. 
Selamat ulang tahun Cucu-ku, Kinanti Azahra Wardhana, 27 Juni 2015

Kamis, 25 Juni 2015

Syair Kehidupan





Syair Pelembut Hati

Jika Rabb-ku mengatakan kepadaku: “Tidak malukah kau bermaksiat kepada-Ku?!
Engkau menutupi dosa dari para makhluk-Ku, tapi malah dengan kemaksiatan kau mendatangi-Ku!”
Maka bagaimana aku menjawabnya, dan siapa yang mampu melindungiku…
Aku terus menghibur diri dengan angan-angan (dunia) dari waktu ke waktu…
Tetapi aku lalai dengan perihal setelah kematian, tentang apa yang dapat mencukupiku setelah itu…
Seolah aku akan hidup terus, dan maut tidak akan menghampiriku…
Saat sakaratulmaut yang dahsyat itu benar-benar datang, siapakah yang mampu melindungiku…
Aku melihat wajah orang-orang… Tidakkah ada diantara mereka yang mau menebusku?!
Aku akan ditanya, tentang apa -yang kukerjakan di dunia ini- yang dapat menyelamatkanku…
Maka bagaimanakah jawabanku setelah aku lupakan agamaku…
Sungguh celaka aku… Tidakkah ku dengar firman Alloh yang menyeruku?!
Tidakkah pula kudengar ayat-ayat yang ada di Surat Qoof dan Yasin itu?!
Bukankah kudengar tentang hari kebangkitan, hari dikumpulkan, dan hari pembalasan itu?!
Bukankah kudengar pula panggilan kematian yang terus melayangkan panggilan dan seruan kepadaku?!
Maka ya Robb… akulah hambamu yang bertaubat… Tidak ada yang dapat melindungiku,
Melainkan Robb yang Maha Pengampun, lagi Maha Luas Karunianya… Dia-lah yang menunjukkan hidayah kepadaku
Aku telah datang kepada-Mu… maka rahmatilah aku, dan beratkanlah timbanganku…
Ringankanlah hukumanku… Sungguh Engkaulah yang paling kuharapkan pahalanya untukku

GITO ROLLIES - Cinta Yang Tulus







Cintailah kekasihmu karena iman, amal sholeh serta akhlaq-nya, agar cintamu abadi. Tidakkah anda mendambakan cinta yang senantiasa menghiasi dirimu walaupun anda telah masuk ke dalam alam kubur dan kelak dibangkitkan di hari kiamat? Tidakkah anda mengharapkan agar kekasihmu senantiasa setia dan mencintaimu walaupun engkau telah tua renta dan bahkan telah menghuni liang lahat?

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“Tiga hal, bila ketiganya ada pada diri seseorang, niscaya ia merasakan betapa manisnya iman: Bila Allah dan Rasul-Nya lebih ia cintai dibanding selain dari keduanya, ia mencintai seseorang, tidaklah ia mencintainya kecuali karena Allah, dan ia benci untuk kembali kepada kekufuran setelah Allah menyelamatkan dirinya, bagaikan kebenciannya bila hendak diceburkan ke dalam kobaran api.” (Muttafaqun ‘alaih)

Hanya cinta yang bersemi karena iman dan akhlaq yang mulialah yang suci dan sejati. Cinta ini akan abadi, tak lekang diterpa angin atau sinar matahari, dan tidak pula luntur karena guyuran air hujan.

Benarkah cinta anda suci? Benarkah cinta anda adalah cinta sejati? Buktikan.....

Rabu, 24 Juni 2015

US Open 2015 - Final Day: Game of Heartbreaks


by Amrie Noor - IGC Chief


"It wasn't supposed to end like that" - Shane Bacon, penulis/komentator.

       Jordan Spieth belum menikah. Apalagi jadi ayah. Usia masih 21 (lahir 27 Juli, 1993). Tahun 2012, dia mundur dari Universitas of Texas untuk mencoba peruntungan sebagai pegolf pro. What a great decision that was! Spieth, per 21 Juni 2015 sudah mengumpulkan duit sebesar USD $16,086,406 (belum termasuk kontrak iklan). Dari jumlah duit sebanyak itu, USD 1,8 juta dihadiahkan oleh Dustin Johnson dengan cara yang sangat spektakular. Konyol, tepatnya!

       Minggu sore waktu Seattle, di lubang 18 Chambers Bay, pada akhir ronde pamungkas US Open 2015, Dustin Johnson mempersembahkan hadiah terindah bagi Jordan Spieth dengan cara yang biasa dilakukan oleh para pegolf amatiran akhir pekan, 3 putt dari jarak 3.6 meter. Bedanya, kalo putting kita meleset hanya disaksikan 10 pasang mata (3 teman main + 4 kedi + 1 satpam + 2 ibu pencabut rumput yang kebetulan lewat), Dustin melakukan blunder disaksikan ribuan pasang mata spektator dan jutaan pasang mata pemirsa TV di seluruh dunia. Semua terkejut. Detik ketika putting keduanya dari jarak 90 cm untuk birdie dan memastikan playoff bergulir lemah di kiri lubang, lenguhan 'haaaaa?' serempak membahana di seantero jagat, naik ke langit, menyatu di stratosfir, kembali ke bumi menghunjam jantungnya. Jantung itu patah. Bukan hanya patah, tapi hancur berderai.

"That was probably the most shocking and unexpected thing I’ve ever witnessed in a major championship. His ball striking was so clutch, especially on #18, but his putting just wasn’t there at all for the final two rounds. If he made just 20 percent of the putts he missed inside of 10 feet this weekend, he would have run away with the championship" - Jessica Marksbury - GOLF Magazine Associate Editor.

       Sayang, golf bukan olahraga kalau. Dustin Johnson berusaha tegar. Usai bersalaman dengan Jason Day, sosok setinggi 1.92 m itu berjalan tegak ke arah Paulina, kekasih hatinya, putri mantan bintang hoki es Kanada, Wayne Gretzky. Dustin langsung menggendong putra mereka yang berusia 5 bulan, Tatum. Dalam wawancara, Dustin mencoba bersikap positif. Tapi kita tau betul perasaan hatinya. Walaupun ribuan level di bawah US Open, kita semua pernah merasakan kepiluan yang sama. Jika kesalahan kita berakibat kalah noceng alias duaratus rebu, kocek Dustin luput menerima duit ekstra sebesar USD 900.000 (Jordan meraup USD 1.8 juta; Dustin dan Louis Oosthuizen kebagian masing-masing USD 877.144). Duit barangkali mudah dicari ganti, tapi kecewa hati harus ditanggung sendiri. Bukan hanya itu. Label sebagai 'The Choker' akan terus menghantui, dan hanya akan hilang jika Mr. DJ mampu membuktikan bahwa dia bukan raja meti (menang tee off doang).

       Kisah sedih di hari Minggu di Chambers Bay ini bukan lah yang pertama bagi Dustin. Udah yang ke-4. Pegolf asal South Carolina ini (lahir di Columbia, 22 Juni 1984) memimpin hari ketiga US Open 2010 di Pebble Beach, California. Tekanan mental bikin dia kolaps dan main 82. Dua bulan kemudian dalam turnamen major PGA Championship di Whistling Straits, Wisconsin, Dustin yang sudah diambang juara, kena penalti 2 pukulan di lubang terakhir akibat klabnya menyentuh bunker. Tahun berikutnya dalam British Open di Royal St. George's, Kent, England, tee off cari aman pake iron 2 malah OB. Padahal Claret Jug hampir pasti jadi miliknya. Kenapa kok kayak sengaja bikin keok diri sendiri gitu, sih. Males pidato, kali, ya?

"Other than that (three putts), I had a damn good week. I'm happy with the way I played. I'm happy with everything in my game right now. I had a chance to win a major on a Sunday again" - Dustin Johnson.

       Saran gue buat Mr. Dust in the Wind: tingkatkan frekuensi latihan putting, dong. Coba cek statistik berikut. Pada 9 lubang terakhir, Dustin gagal putting dari jarak 180 cm di #10 dan #11, 210 cm di #12, 150 cm di #13, 270 cm di #16 dan yang paling menentukan nasib di #18 dari jarak 120 cm. Boleh saja menyalahkan green, kombinasi rumput jenis fescue dan poa annua yang diledek Henrik Stenson, serasa 'putting di atas broccoli' - hehe lucu nih komentarnya. Atau niru Billy Horschel yang mengomel panjang pendek di press room dan disiarkan ke seluruh dunia, merepet bilang dia kehilangan respek pada USGA (United States Golf Association) - lalu besoknya minta maaf pada jutaan penggemarnya. Menurut gue pegolf tanggung ini overestimasi dirinya sendiri - barangkali yang hafal tampangnya gak sampe ribuan.

       Terbukti Dustin Johnson lebih berkelas daripada si Horschel. Sedikitpun dia gak melempar tanggung jawab pada green yang anteng menunggu bola mendarat. Dia justru menyadari kelemahannya: "If I rolled the putter halfway decent today, I win this thing by a few shots. It's just how it goes. I did everything that I could. I tried my damndest to get in the hole. I just couldn't do it". Bikin kita makin empati. Lebih empati lagi jika tanpa 'kalau'.

       Saat Dustin pilu, Jordan sok kaget berusaha keras tampil termangu. Bisa aja lo, Spieth! Mayoritas penonton larut memuja ketangguhan mental Spieth dan nasib baiknya. Dustin Johnson, Louis Oosthuizen, Jason Day, Brendan Grace, dan Rory McIlroy berlalu tanpa sorotan kamera. Begitulah hukum alam semesta, racun bagi seseorang, madu bagi yang lain. Kemenangan ajaib Jordan Spieth ini memecahkan beberapa rekor penting dalam sejarah golf modern, dan melontarkannya masuk grup golf paling elite dalam usia yang masih belia. Dia menjadi manusia ke-6 yang menjuarai The Masters dan US Open dalam tahun yang sama. Sebelumnya: Craig Wood (1941), Ben Hogan (1951, 1953), Arnold Palmer (1960), Jack Nicklaus (1972), dan Tiger Woods (2002).

       Satu hal yang bikin pecinta golf di seantero dunia berdebar harap-harap cemas adalah fakta bahwa Spieth udah separo jalan untuk mencapai puncak takdir Ilahiah dalam golf, yaitu Grand Slam (menjuarai 4 turnamen major dalam tahun yang sama). Belum pernah satu pegolf pun yang mampu menggapainya. Ben Hogan nyaris. Tahun 1953, dia menjuarai The Masters, US Open dan British Open. Sayang saat itu British Open dan PGA Championship dilangsungkan pada minggu yang sama (bego banget, dah!). Tiger Woods pernah menyandingkan 4 piala major pada saat bersamaan, sayang kemenangannya gak terjadi dalam tahun yang sama (US Open 2000, British Open 2000, PGA Championship 2000, The Masters 2001). Sebagai kompromi, prestasi fenomenal itu dijuluki media, Tiger Slam.

       Can Spieth complete the unthinkable in the modern golf era, The Single-Season Grand Slam?

       Tentu bisa, tapi gak mudah, kecuali jika lawan-lawannya komit bikin hal-hal aneh kayak di Chambers Bay. Brendan Grace pake OB lah di #16. Louis Oosthuizen hari pertama main 7 over (3 hari berikut skornya: 11 under). Jason Day kena vertigo pula. Dustin Johnson? Gue harap dia segera membereskan kelemahan pada putting stroke, dan siap bikin repot lawan. Paling tidak dalam major terakhir PGA Championship yang akan kembali berlangsung di Whistling Straits.

       Khusus untuk Billy Horschel dan para pro pengeluh yang tidak pandai bersyukur, ingatlah pesan pendahulu kalian, Lee Trevino (juara US Open 1968, 1971). US Open adalah ujian terberat bagi para pegolf. Judulnya aja US Open, bukan Fluffy Duff Open. Kalian mestinya bersyukur, cari makan sambil menikmati hobi, memperebutkan hadiah total USD 10 juta. Dalam US Open 1975, ketika mendengar banyak pro komplen tentang kondisi lapangan, Trevino bersuara keras: "Untuk hadiah sebesar USD 150.000, gue rela disuruh tee off di aspal atau tanah lempung".

       Itu baru namanya mental juara!


Minggu, 21 Juni 2015

Murottal Alquran Surat Al-Ankabuut Ayat 1-13 - Ustadz Ulin Nuha Al-Hafid...

Inilah Suara Merdu Bacaan Quran Gadis Aceh Indonesia Yang Mengguncang Du...

10 Qiraat berbeda dari Surah Al Fatiha oleh Syaih Misyari Rasyid Al Afasy

Siapkan hati menangis tatkala menonton video ini

Sammy Simorangkir feat. Mike Mohede - Esokan Masih Ada

DIALOG GUS DUR... DAN SANTRI...


Santri : "Ini semua gara-gara Nabi Adam, ya Gus!"
Gus Dur : "Loh, kok tiba-tiba menyalahkan Nabi Adam, kenapa Kang."
Santri : "Lah iya, Gus. Gara-gara Nabi Adam dulu makan buah terlarang, kita sekarang merana. Kalau Nabi Adam dulu enggak tergoda Iblis kan kita anak cucunya ini tetap di surga. Enggak kayak sekarang, sudah tinggal di bumi, eh ditakdirkan hidup di Negara terkorup, sudah begitu jadi orang miskin pula. Emang seenak apa sih rasanya buah itu, Gus?"
Gus Dur : "Ya tidak tahulah, saya kan juga belum pernah nyicip. Tapi ini sih bukan soal rasa. Ini soal khasiatnya."
Santri : "Kayak obat kuat aja pake khasiat segala. Emang Iblis bilang khasiatnya apa sih, Gus? Kok Nabi Adam bisa sampai tergoda?"
Gus Dur : "Iblis bilang, kalau makan buah itu katanya bisa menjadikan Nabi Adam abadi."
Santri : "Anti-aging gitu, Gus?"
Gus Dur : "Iya. Pokoknya kekal."
Santri : "Terus Nabi Adam percaya, Gus? Sayang, iblis kok dipercaya."
Gus Dur : "Lho, Iblis itu kan seniornya Nabi Adam."
Santri : "Maksudnya senior apa, Gus?"
Gusdur : "Iblis kan lebih dulu tinggal di surga dari pada Nabi Adam dan Siti Hawa."
Santri : "Iblis tinggal di surga? Masak sih, Gus?"
Gus Dur : "Iblis itu dulunya juga penghuni surga, terus di usir, lantas untuk menggoda Nabi Adam, iblis menyelundup naik ke surga lagi dengan berserupa ular dan mengelabui merak sang burung surga, jadi iblis bisa membisik dan menggoda Nabi Adam."
Santri : "Oh iya, ya. Tapi, walau pun Iblis yang bisikin, tetap saja Nabi Adam yang salah. Gara-garanya, aku jadi miskin kayak gini."
Gus Dur : "Kamu salah lagi, Kang. Manusia itu tidak diciptakan untuk menjadi penduduk surga. Baca surat Al-Baqarah : 30. Sejak awal sebelum Nabi Adam lahir ... eh, sebelum Nabi Adam diciptakan, Tuhan sudah berfirman ke para malaikat kalo Dia mau menciptakan manusia yang menjadi khalifah (wakil Tuhan) di bumi."
Santri : "Lah, tapi kan Nabi Adam dan Siti Hawa tinggal di surga?"
Gus Dur : "Iya, sempat, tapi itu cuma transit. Makan buah terlarang atau tidak, cepat atau lambat, Nabi Adam pasti juga akan diturunkan ke bumi untuk menjalankan tugas dari-Nya, yaitu memakmurkan bumi. Di surga itu masa persiapan, penggemblengan. Di sana Tuhan mengajari Nabi Adam bahasa, kasih tahu semua nama benda. (lihat Al- Baqarah : 31).
Santri : "Jadi di surga itu cuma sekolah gitu, Gus?"
Gus Dur : "Kurang lebihnya seperti itu. Waktu di surga, Nabi Adam justru belum jadi khalifah. Jadi khalifah itu baru setelah beliau turun ke bumi."
Santri : "Aneh."
Gus Dur : "Kok aneh? Apanya yang aneh?"
Santri : "Ya aneh, menyandang tugas wakil Tuhan kok setelah Nabi Adam gagal, setelah tidak lulus ujian, termakan godaan Iblis? Pendosa kok jadi wakil Tuhan."
Gus Dur : "Lho, justru itu intinya. Kemuliaan manusia itu tidak diukur dari apakah dia bersih dari kesalahan atau tidak. Yang penting itu bukan melakukan kesalahan atau tidak melakukannya. Tapi bagaimana bereaksi terhadap kesalahan yang kita lakukan. Manusia itu pasti pernah keliru dan salah, Tuhan tahu itu. Tapi meski demikian nyatanya Allah memilih Nabi Adam, bukan malaikat."
Santri : "Jadi, tidak apa-apa kita bikin kesalahan, gitu ya, Gus?"
Gus Dur : "Ya tidak seperti itu juga. Kita tidak bisa minta orang untuk tidak melakukan kesalahan. Kita cuma bisa minta mereka untuk berusaha tidak melakukan kesalahan. Namanya usaha, kadang berhasil, kadang enggak."
Santri : "Lalu Nabi Adam berhasil atau tidak, Gus?"
Gus Dur : "Dua-duanya."
Santri : "Kok dua-duanya?"
Gus Dur : "Nabi Adam dan Siti Hawa melanggar aturan, itu artinya gagal. Tapi mereka berdua kemudian menyesal dan minta ampun. Penyesalan dan mau mengakui kesalahan, serta menerima konsekuensinya (dilempar dari surga), adalah keberhasilan."
Santri : "Ya kalo cuma gitu semua orang bisa. Sesal kemudian tidak berguna, Gus."
Gus Dur : "Siapa bilang? Tentu saja berguna dong. Karena menyesal, Nabi Adam dan Siti Hawa dapat pertobatan dari Tuhan dan dijadikan khalifah (lihat Al-Baqarah: 37). Bandingkan dengan Iblis, meski sama-sama diusir dari surga, tapi karena tidak tobat, dia terkutuk sampe hari kiamat."
Santri : "Ooh ..."
Gus Dur : "Jadi intinya begitulah. Melakukan kesalahan itu manusiawi. Yang tidak manusiawi, ya yang iblisi itu kalau sudah salah tapi tidak mau mengakui kesalahannya justru malah merasa bener sendiri, sehingga menjadi sombong."
Santri : "Jadi kesalahan terbesar Iblis itu apa, Gus? Tidak mengakui Tuhan?"
Gus Dur : "Iblis bukan atheis, dia justru monotheis. Percaya Tuhan yang satu."
Santri : "Masa sih, Gus?"
Gus Dur : "Lho, kan dia pernah ketemu Tuhan, pernah dialog segala kok."
Santri : "Terus, kesalahan terbesar dia apa?"
Gus Dur : "Sombong, menyepelekan orang lain dan memonopoli kebenaran."
Santri : "Wah, persis cucunya Nabi Adam juga tuh."
Gus Dur : "Siapa? Ente?"
Santri : "Bukan. Cucu Nabi Adam yang lain, Gus. Mereka mengaku yang paling bener, paling sunnah, paling ahli surga. Kalo ada orang lain berbeda pendapat akan mereka serang. Mereka tuduh kafir, ahli bid'ah, ahli neraka. Orang lain disepelekan. Mereka mau orang lain menghormati mereka, tapi mereka tidak mau menghormati orang lain. Kalau sudah marah nih, Gus. Orang-orang ditonjokin, barang-barang orang lain dirusak, mencuri kitab kitab para ulama. Setelah itu mereka bilang kalau mereka pejuang kebenaran. Bahkan ada yang sampe ngebom segala loh."
Gus Dur : "Wah, persis Iblis tuh."
Santri : "Tapi mereka siap mati, Gus. Karena kalo mereka mati nanti masuk surga katanya."
Gus Dur : "Siap mati, tapi tidak siap hidup."
Santri : "Bedanya apa, Gus?"
Gus Dur : "Orang yang tidak siap hidup itu berarti tidak siap menjalankan agama."
Santri : "Lho, kok begitu?"
Gus Dur : Adam dikasih agama oleh Tuhan kan waktu diturunkan ke bumi (lihat Al- Baqarah: 37). Bukan waktu di surga."
Santri : "Jadi, artinya, agama itu untuk bekal hidup, bukan bekal mati?"
Gus Dur : "Pinter kamu, Kang!"
Santri : "Santrinya siapa dulu dong? Gus Dur."

Seorang Pemuda Muslim Menang Debat di Oxford University

Minggu, 14 Juni 2015

Do'a dan Dzikir Pelita Hati

Bagi orang yang beriman do’a dan dzikir mempunyai beberapa makna, sebagai media kepada Allah swt. untuk memohon sesuatu, sebagai pengakuan atas kemaha -kuasaan Allah atas segala ciptaanNya, sebagai senjata dan tiang agama bahkan sebagai cahaya hati, cahaya bumi dan langit.

Apabila kita cermati dengan seksama, semua do’a dan dzikir yang terdapat dalam kitab suci Al Qur’an atau yang diajarkan Rasulullah saw. selalu dirangkai dengan nilai-nilai ukhrawi, nilai-nilai keakhiratan, walaupun yang dimohonkan berisi hal-hal yang bersifat duniawi. Do’a yang langsung kita sampaikan, rangkaian kalimatnya tersusun sesuai selera masing-masing, biasanya bernada permohonan horisontal semata, seperti kesehatan, diberi keturunan, sekolah, karir kerja, jodoh, rejeki dan semacamnya. Hampir semuanya bersifat jangka pendek, kurang terasa nafas ukhrawinya dan disisipi desakan agar disegerakan pemenuhannya. Insya Allah akan dipenuhi semuanya di dunia ini atau sebagai simpanan kebajikan di akhirat nanti.

Perhatikan salah satu do’a yang diajarkan Rasulullah saw. kepada pengikutnya, sebagai berikut:
"Ya Allah, aku mohon kesehatan dalam keimanan, keimanan dalam keindahan akhlak, kemenangan yang disertai keberuntungan, rahmat dari sisimu, keselamatan dan pengampunan, serta keridhaan dari sisiMu" (HT ath-Thabrani dan al-Hakim)

Disini nampak substansi permohonan dengan makna ganda yang bersasaran kebutuhan jangka pendek dan kebutuhan masa depan, nilai-nilai duniawi dan ukhrawi seperti ‘kesehatan dalam keimanan’, ‘keselamatan dalam pengampunan’, ‘rahmat dan keridhaan dari sisiMu’.

Berikut ini contoh do’a yang tercantum dalam Al Qur’an, dimana kelihatan sekali dimensi ukhrawi diatas kehendak yang bersifat duniawi: 


"Ya Tuhanku, jadikanlah aku dan anak cucuku orang-orang yang tetap mendirikan shalat. Ya Tuhan perkenankanlah do’aku. Ya Tuhanku ampunilah aku dan kedua ibu bapaku dan sekalian orang-orang mukmin pada hari terjadinya hisab (Hari Kiamat) (Surat Ibrahim ayat 40 - 41).


Dzikrullah berarti mengingat Allah, termasuk didalamnya berdo’a, membaca al Qur’an, tasbih, tahmid, takbir, tahlil dan istighfar. Diartikan pula sebagai ibadah dalam arti yang lebih spesifik seperti do’a dan bacaan shalat serta do’a dan bacaan manasik haji. Dengan do’a dan dzikir timbul harapan, hati menjadi lebih tenang karena cahaya memancar dari keyakinan iman di kalbu, bahkan do’a dan dzikir yang sarat dengan nuansa ukhrawi cahayanya bersinar menerangi bumi dan langit.
Rasulullah saw. bersabda:


“Do’a itu senjata orang yang beriman dan tiangnya agama, serta cahaya langit dan bumi”. (Hadis Riwayat Hakim dan Abu Ya’la).

Tempat – tempat yang teramat tinggi dan teramat luas di langit.
Tingkatan tempat-tempat yang berlapis-lapis, jumlahnya banyak sekali,letaknya teramat tinggi di langit (ruang angkasa) dalam kitab suci Al Qur’an disebut Al Ma’arij. Salah satu lapisan tempat tersebut disebut Sidratul Muntaha dimana Nabi Muhammad saw. dari Baitul Maqdis naik ke tempat(maqam) langit yang paling tinggi
dalam peristiwa besar “Isra’ Mi’raj”

Dalam Surat An Najm ayat 13 s/d 18, Allah swt. berfirman:


“Dan sesungguhnya dia (Nabi Muhammad saw.) telah melihatnya (Malaikat Jibril) disuatu waktu yang lain”.
“(Yaitu) di Sidratil Muntaha”.
“Disisinya ada sorga tempat tinggal ( Jannatul Ma’waa)”
“Ketika Sidratil Muntaha diliputi oleh sesuatu yang meliputi”
“Penglihatan (Nabi Muhammad saw.) tidak berpaling dan tidak (pula) melampaui batas”
“Sesungguhnya dia telah melihat sebagian tanda-tanda (kekuasaan) Tuhannya yang paling besar”.


Jarak antara tempat malaikat (Jibril) dengan tempat menghadap kepada Allah swt. sangat jauh yakni lima puluh ribu tahun cahaya, dimana dalam surat Al Ma’arij ayat 4, Allah swt. berfirman:
“Ta’rujul malaa-ikatu warruuhu ilaihi fii yaumin kaana miqdaaruhuu khamsiina alfa sanah(tin)”.
“Malaikat dan Roh (Jibril) naik (menghadap) kepadaNya dalam sehari, yang kadarnya lima puluh ribu tahun”.

Andaikata kita ingin mengetahui jarak yang ditempuh oleh Malaikat dan Jibril dalam sehari tersebut, bila menggunakan pesawat yang kecepatannya sama dengan kecepatan cahaya, dengan asumsi 50.000 tahun itu adalah 50.000 tahun cahaya, maka perhitungan jarak jauhnya = 50.000 tahun X 180.000 mil per detik, atau 50.000 tahun X (180.000X1,6) km. Tak terbayangkan betapa cepat pergerakan para malaikat dalam melaksanakan tugas yang diamanahkan Allah swt. kepada mereka. Dengan melihat perkembangan teknologi pendeteksian benda-benda ruang angkasa dan pergeserannya yang kita anggap demikian maju dan cepat perkembangannya, rasanya tetap tidak mungkin pada suatu ketika dimasa depan manusia dapat mengukur atau mendeteksi kecepatan pergerakan malaikat dan berapa besar energi yang dibutuhkan untuk merancang program pembuatan pesawat yang mampu menyamai atau menyerupainya.

Cahaya yang dipancarkan oleh bintang-bintang dilangit pada malam hari membutuhkan waktu bertahun-tahun bahkan ada yang ribuan tahun untuk sampai ke bumi dan kita nikmati keindahannya serta dimanfaatkan sebagai petunjuk arah navigasi di lautan dan di tengah padang pasir. Berbeda-beda berapa ribu tahun cahaya jarak masing-masing bintang dengan tempat kita berdiri. Mungkin tanpa kita sadari, diantara bintang-bintang itu pada saat kita melihatnya pada satu titik koordinat tertentu, sudah tidak berada ditempat tersebut atau bahkan sudah habis hangus terbakar hingga musnah, tapi keindahan cahayanya masih dapat dinikmati. Subhanallah, Allahu Akbar.

Surat Al Ma’arij ayat 40, berbunyi:


“Falaa uqsimu birabbil masyaariqi walmaghaaribi innaa laqaadiruun(a)”. 
“Maka Aku bersumpah dengan Tuhan pemelihara timur dan barat, sesungguhnya Kami Maha Kuasa”.


Para ahli tafsir menafsirkan masyaariqi walmaghaaribi sebagai seluruh alam jagad raya yang maha luas, sehingga bila kita menggunakan pesawat yang kecepatannya sama dengan kecepatan cahaya 180.000 mil per detik (pesawat semacam ini belum ada), maka dari satu titik kita berangkat mengelilinginya dan kembali ke titik asal, menurut seorang ahli fisika akan membutuhkan waktu > 2.000.000 tahun (lebih dari dua juta tahun). Hal ini menunjukkan kemaha luasan yang maha tinggi dari kekuasaan Allah Yang Maha Suci dan Maha Besar, sesuatu yang tidak mungkin dijangkau oleh intelegensia akal manusia meskipun dibantu dengan perlengkapan teknologi informasi digital dan nano-technology yang mutakhir sekalipun.

Dalam Al Qur’an juga ada disebutkan adanya tempat teramat tinggi yang tak terhingga jaraknya dilangit yang bernamaarasy yang berarti singgasana atau takhta Tuhan. Abu asy-Syaikh meriwayatkan hadis dari asy-Sya’bi, Rasulullah saw. bersabda:

“Arasy itu terbuat dari batu permata merah (yakut). Satu malaikat diantara malaikat memandang arasy dan keagungannya. Kemudian Allah memberi wahyu kepada malaikat itu ‘Sesungguhnya Aku telah menjadikan engkau memiliki kekuatan setara dengan tujuh ribu malaikat. Setiap malaikat itu memiliki tujuh puluh ribu sayap maka terbanglah engkau’. Lalu terbanglah malaikat itu dengan kekuatan dan sayap yang diberikan Allah itu ke arah mana saja yang dikehendaki Allah. Kemudian malaikat itu berhenti dan memandang ke arah arasy; ia merasakan seakan tidak beranjak dari tempat terbangnya semula. Ini menunjukkan betapa besar dan luasnya arasy Allah itu”.

Terdapat beberapa ayat dalam Al Qur’an yang menyebutkanarasy dengan segala ketinggian, keluasan sebagai sifat yang dimilikinya yakni bersifat fisik materiil. Namun bagi golongan Muktazilah kata-kataarasy di dalam Al Qur’an itu harus ditafsirkan kembali dan harus dipahami sebagai makna metaforis (majasi). Arasy bukanlah fisik/materiil karena ia tempat bersemayamnya Tuhan yang immateriel: arasy harus diartikn sebagai kemahakuasaan Tuhan. Sedangkan golongan Asy’ariyah berpendapat, karena Al Qur’an menyebutkn adanya arasy dalam arti takhta atau singgasana , maka harus diyakini keberadaannya. Akn tetapi bagaimana wujud takhta atau singgasan Tuhan itu, akal manusia yang mempunyai keterbatasan tidak akan mampu mendefinisikan bagaimana bentuknya. Golongan ini membatasi diri dengan bila kayf (tanpa definisi). (Ensiklopedi Islam). 

Surat Yunus ayat 3 berbunyi:


“Sesungguhnya Tuhanmu ialah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, kemudian Dia bersemayam diatas ‘Arasy untuk mengatur segala urusan. Tidak seorangpun yang memberi syafa’at kecuali sesudah idzinNya. Demikian itulah Allah, Tuhanmu, maka sembahlah Dia. Apakah kamu tidak mengambil pelajaran?”

Surat Al Mu’minun ayat 86 dan 87 berbunyi:


“Katakanlah: Siapakah yang memelihara langit yang tujuh ini dan (siapakah) yang memelihara Arasy yang besar ini?”


“Mereka akan mengatakan: Kepunyaan Allah. Katakanlah: Maka apakah kamu tidak bertakwa?”


Surat An Naml ayat 26 berbunyi:


“Allahu laa ilaaha illaa huwa rabul ‘arsyil ‘azhiim(i)”.


“Allah, tidak ada Tuhan (yang disembah) kecuali Dia. Tuhan ‘Arasy yang besar”.



Oleh: H Muhammad Abdullah 

http://hilmanmuchsin.blogspot.com/2012/02/doa-dan-dzikir-pelita-hati-cahaya-bumi.html

Malaikat mendo’akan orang-orang mukmin dan menyambutnya di pintu sorga.



Sungguh beruntung hamba-hamba Allah yang selalu berusaha meningkatkan ketakwaannya dengan menjahui larangan dan memenuhi perintahNya, senantiasa berikhtiar memelihara dan memperkuat keimanannya. Semuanya demi kepentingan dan keberuntungan manusia sendiri, bila dia berdo’a dan berdzikir itu adalah untuk kebaikannya sendiri, bila dia beramal soleh yang membawa manfaat bagi dirinyaatau orang lain, hakekatnya adalah untuk membawanya pada kehidupan yang tenang, tenteram serta bahagia di dunia dan balasan keberuntungan diakhirat kelak.

Malaikat-Malaikat yang memikul ‘Arsy dan Malaikat yang di sekelilingnya, mereka bertasbih dengan memuji Tuhan mereka dan mereka beriman kepadaNya, dan mereka memintakan ampun bagi orang-orang yang beriman (dengan mengucapkan): “Ya Tuhan kami, rahmat dan ilmu(Mu) meliputi segala sesuatu, mak ampunilah orang-orang yang bertaubat dan mengikuti jalanMu dan peliharalah mereka dari azab neraka yang menyala-nyala”. (Surat Al Mukmin ayat 7).

“Ya Tuhan kami, masukkanlah mereka ke dalam sorga ‘Adn yang telah Engkau janjikan kepada mereka dan orang-orang yang saleh di antara bapak-bapak mereka dan isteri-isteri mereka dan keturunan mereka. Sesungguhnya Engkaulah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”. (Surat Al Mukmin ayat 8).

“Dan peliharalah mereka dari kejahatan-kejahatan, dan orang yang Engkau pelihara dari kejahatan-kejahatan pada hari itu, maka sesungguhnya Engkau telah merahmatinya, dan demikian itulah keuntungan yang besar”. (Surat Al Mukmin ayat 9).

Malaikat adalah mahluk langit yang mengabdi semata-mata kepada Allah swt., bersifat ghaib, diciptakan dari nur (cahaya). Mereka melaksanakan kewajibannya masing-masing dengan penuh ketaatan, mulai dari mencatat amal manusia, mencabut nyawa hingga mengelilingi arasy. Islam mengajarkan tidak ada satu malaikatpun yang dapat menjadi perantara atau mencampuri hubungan manusia dengan Allah swt.

Jumlah malaikat banyak sekali, tidak dapat diketahui secara pasti, seperti malaikat yang diturunkan pada bulan Ramadhan dan malaikat yang hadir pada majelis saat berkumpulnya sekumpulan orang yang menuntut ilmu, tidak disebutkan jumlahnya.

Dan orang-orang yang bertakwa, mukminin dan mukminat mendapat sambutan penuh kebahagiaan oleh Malaikat penjaga pintu sorga, sesuai bunyi surat Az Zummar ayat 73 dan 74: “Dan digiringlah orng-orang yng bertakwa kepada TuhanNya ke sorga berbondong-bondong, sehingga apabila mereka sampai ke sorga itu dan dibukalah pintu-pintunya, dan berkatalah penjaga-penjaganya kepada mereka: Kesejahteraan (dilimpahkan) atasmu, berbahagialah kamu, maka masukilah sorga itu dalam keadaan kekal”. “Dan mereka berkata: ‘Segala puji bagi Allah yang telah memenuhi janjiNya kepada kami, dan telah mewariskan bumi ini kepada kami, kami menempati sorga dimana saja yng kami kehendaki. Maka (sorga itulah) sebik-baik balasan orang-orang yang beramal”.

Allah swt. pasti akan memenuhi janjiNya kepada hamba-hamba yang beriman dan mentaati perintahNya, maka segala do’a nya akan dikabulkan, sesuai dengan firmanNya dalam Surat Al Baqarah ayat 186: “Dan apabila hamba-hambaKu bertanya kepadamu tentang Aku, maka (katakanlah) bahwasanya Aku adalah dekat. Aku kabulkan permohonan yang mendo’a apabila dia berdo’a kepadaKu. Maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah) Ku dan hendaklah mereka beriman kepadaKu, agar mereka selalu dalam kebenaran”.

Sebagai perlakuan istimewa bagi mukminin yang berdo’a di malam hari pada saat shalat tahajjud, Allah swt. turun ke langit bumi untuk mengabulkan do’a, memenuhi permintaan dan mengampuni dosa-dosa mereka, sesuai sabda Rasulullah saw.:
“Bila telah lewat sebagian malam atau dua pertiganya, akan turun ke langit dunia Allah Yang Maha Memberkati dan Maha Tinggi, lalu berfirman: ‘Tak ada seorangpun yang meminta pasti dia akan Kuberi, tak ada seorangpun yang berdo’a pasti dia akan dikabulkan, tak ada seorangpun yang mohon ampun pasti dia akan Kuampuni’. Sehingga tiba waktu shubuh (Hadis Riwayat Bukhari dan Muslim).

Oleh: H Muhammad Abdullah 

http://hilmanmuchsin.blogspot.com/2012/02/doa-dan-dzikir-pelita-hati-cahaya-bumi.html

Mensyukuri do’a yang diijabah.



Setiap muslim harus bersikap optimis dalam mengharapkan ijabah atas do’a yang di mohonkannya, dan yakin bahwa Allah akan mengabulkannya, apabila persyaratan yang diperlukan sudah dipenuhi, apabila dia telah ridho Allah sebagai Tuhannya, Islam sebagai agamanya, Al Qur’an sebagai imamnya dan Muhammad saw. sebagi Nabi dan Rasulnya.

Setiap hari kalimah yang diikrarkan:
“Rodhitu billahi rabban, wabil islami dinan, wabil qur’ani imaman, wabi muhammadin nabiyyan wa rasulan”.

Menurut Rasulullah saw. do’a yang paling didengar Allah swt. adalah do’a di tengah malam (sesudah shalat Tahajjud) dan setelah shalat fardhu. Dan yang menginginkan do’anya dipenuhi Allah ketika dalam kesulitan, hendaklah dia memperbanyak do’a di waktu lapangnya. Jarak yang paling dekat antara seorang hamba dengan Tuhannya ialah ketika sujud, karenanya hendaklah memperbanyak do’a diwaktu sujud. Do’a yang utama diawali dengan asma’ul husna, istighfar, shalawat, dan disampaikan dengan rendah hati melalui suara yang lembut.

Apabila do’a dikabulkan, orang beriman akan sujud syukur dan segera menyadari bahwa semua tambahan ni’mah dunia pada hakekatnya adalah bertambah panjangnya deretan amanah yang harus dipertanggung jawabkan didepan mahkamah peradilan yaumal qiyamah. Semakin mampu seseorang mengemban banyak amanah di atas titian siratal mustaqim, semakin besar kebajikan yang disimpan, semakin besar peluang baginya memasuki pintu surgawi menuju kebahagiaan hakiki yang abadi. Tapi semakin tidak mampu dia memikul setumpuk tanggung jawab yang dahulu sewaktu di dunia direnggutnya dengan penuh nafsu yang tak terkendali, akan terjatuh dia dari titian, dengan membawa catatan amal di tangan kirinya. Naudzubillah min dzalika.

Orang beriman akan menyikapi berbagai problema hidup dengan tawakal, keluasan pandangan dan penuh kebijaksanaan, dia menafsirkan kesulitan, permasalahan dan resiko sebagai jawaban atas permohonannya sewaktu berdo’a, berikut ini tutur katanya yang indah dan memikat: 

My Prayer(Do’a ku)

I asked for strength,
(Aku mohon kekuatan),
And Allah gave me difficulties to make me strong.
(Dan Allah memberiku kesulitan agar aku menjadi kuat),

I asked for wisdom,
(Aku mohon kebijaksanaan),
And Allah gave me problems to solve.
(Dan Allah memberiku masalah untuk diselesaikan),

I asked for prosperity,
(Aku mohon kecukupan),
And Allah gave me brain and strength to work.
(Dan Allah memberiku otak dan tenaga untuk bekerja),

I asked for courage,
(Aku mohon keberanian),
And Allah gave me danger to overcome.
Dan Allah memberiku bahaya/resiko untuk diatasi)

I asked for love,
(Aku mohon kasih sayang),
And Allah gave me troubled people to help.
(Dan Allah memberiku orang yang dalam kesulitan untuk ditolong)
I asked for favour, (Aku mohon kemurahan), And Allah gave me opportunities. (Dan Allah memberiku kesempatan-kesempatan)

I received nothing I wanted.
(Aku tidak menerima apa-apa dari yang kuinginkan),
I received everything I needed.
(Aku menerima segalanya dari yang kubutuhkan) My Prayer has been answered. (Do’aku telah diijabah).( Al Muslim ).


Oleh: H Muhammad Abdullah 


http://hilmanmuchsin.blogspot.com/2012/02/doa-dan-dzikir-pelita-hati-cahaya-bumi.html

Sinyal SMS (Short Messages from Sky) sepanjang jalan.


Dalam menapaki jalan kehidupan manusia dibekali dengan petunjuk jalan dan denah menuju kehadiratNya.

Kitab suci terakhir, Al Qur’anul Karim diturunkan dari langit sebagai pembeda yang hak dengan yang batil, sebagai cahaya yang menerangi jalan kebenaran dan sebagai konfirmasi rahmatan lil alamiin.

Disamping itu ummat Islam diberi banyak contoh dan teladan dan petunjuk pelaksanaan ajaran yang terdapat dalam Al Hadith. Bahkan dianjurkan untuk membaca fenomena dan peristiwa di bumi dan alam raya, yang terjadi pada masa lalu dan sekarang, untuk ditarik hikmah dari kejadian agar manusia sadar atas kekeliruan yang pernah dibuat oleh pendahulunya serta teladan dari kebaikan dan manfaat kebajikan yang dipertunjukkan oleh manusia dan alam sekelilingnya.

Karena kasih saying-Nya kepada mahluk manusia, di sepanjang jalan yang ditempuh, Allah swt. senantiasa mengirim sinyal SMS (‘short messages from sky’) kedalam hati nurani hambanya agar tidak sesat jalan dan tidak keliru memilih dalam mengambil keputusan untuk melangkah ke depan. Sinyal ini meskipun akan banyak menolong manusia dalam memilih alternatif jalan tatkal sampai di persimpangan, tidak sedikit yang mengabaikannya apalagi berusaha mencoba mengartikan makna pesan yang terdapat didalamnya, sesuai bunyi surat Al A’raaf ayat 179:

“Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk isi neraka jahanam kebanyakan dari jin dan manusia. Mereka mempunyai hati, (tetapi) tidak (dipergunakan) untuk memahami ayat-ayat Allah ……”

Dan surat Asy Syamsi ayat 8 dan 9 berbunyi:
 “Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan (jiwa)nya “- 
“Dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotori (jiwa)nya”.

Menurut seorang ahli filsafat Pitirim A. Sorokin ada tiga bentuk kebenaran yakni PENGINDERAAN, RASIONAL dan INTUITIF
Kebenaran yang paling mendasar, paling penting, dan paling mendalam adalah kebenaran intuitif.

INTUISI, kata Sorokin adalah PONDASI paling penting bagi pemahaman kita atas etika, atas hal-hal yang baik dan berharga dalam hidup.
Apabila dikembangkan secara aktif , intuisi akan memperluas dan mempertinggi kecerdasan emosional dan merupakan sumber utama pengetahuan pribadi.

Bagi seorang mukmin pengembangan intuisi secara aktif diaktualisasikan dalam bentuk SIBGHAH atau PEWARNAAN DIRI dengan lingkungan yang kondusif untuk beribadah dan beramal, untuk menempuh hidup yang Islami dalam semua aspeknya.

Berusaha terus menerus untuk memahami ayat-ayat Al Qur’an secara tekstual dan kontekstual merupakan salah satu usaha untuk mempertajam kepekaan penerimaan dan penafsiran tanda-tanda (sinyal) oleh hati nurani, sehingga tercapai kestabilan dan keselamatan diatas jalan kehidupan yang diridhoi-Nya.

Sensitifitas hati nurani perlu terus ditingkatkan melalui do’a permohonan yang terangkai dengan keimanan, keyakinan yang benar, dan amal soleh, sesuai tuntunan Rasulullah SAW.
“Allahumma inna nas’aluka imanan daiman”
(Yaa Allah sesungguhnya kami mohon kepadaMu keimanan yang berkelanjutan)
“ Wa nas’aluka qalban khasi’an”
(Dan sesungguhnya kami mohon kepadaMu hati yang khusuk) 
“Wa nas’aluka yakinan shadiqan”
(Dan sesungguhnya kami mohon kepadaMu keyakinan yang benar)
“Wa nas’aluka amalan shalihan”
(Dan sesungguhnya kami mohon kepadaMu amal yang saleh).Aamiin.

Ajaran Islam menghendaki pemahaman dan penghayatan yang kaffah, menyeluruh, tidak parsial, tidak dipilih-pilih mana yang disukai sesuai keinginan hati, sehingga tuntunan do’a pun meliputi keseluruhan aspek kehidupan yang komprihensip dunia-akhirat. Permohonan do’a yang diajarkan Nabi Muhammad saw. berikut ini, sesuai dengan berbagai kondisi, waktu dan kebutuhan serta mampu menghidupkan cahaya hati nurani:

“Allahumma inna nas’aluka salamatan fid diini” –Ya Allah sesungguhnya kami mohon kepadaMu keselamatan Agama (Islam) 
“Wa ‘afiyatan fil jasadi” – Dan kesehatan jasmani 
“Wa ziyaadatan fil ‘ilmi” – Dan tambahan ilmu 
“Wa barakatan fir rizqi” – Dan rizki yang barokah –
“Wa taubatan qablal mauti” – Dan taubat sebelum mati –
“ Wa rahmatan ‘indal mauti” – Dan rahmat ketika mati 
“Wa maghfiratan ba’dal mauti” – Dan ampunan sesudah mati
“Allahumma hawwin ‘alainaa fii sakaraatil mauti” – Ya Allah mudahkanlah kami pada saat sakaratul maut –
“Wannajaata minan naari” – Dan lepaskanlah kami dari api neraka
“Wal ‘afwa ‘indal hisaab” – Dan mendapat maaf ketika dihisab
“Allahumma a’inni ‘alaa dzikrika wa husni ‘ibaadatika” – Ya Allah tolonglah daku dalam berdzikir dan memperbaiki ibadah 
“Allahummaj’al khaira ‘umurii akhirahu” – Ya Allah, jadikanlah sebaik-baik umurku di akhirnya 
“Wa khaira ‘amalii khawaatimahu” -Dan sebaik-baik amal di selesainya 
“Wa khaira ayyaamii yauma alqaaka” – Dan sebai-baik hariku dihari perjumpaan denganMu –
“Allahumma inni a’udzubika minal kufri walfaqri wa’adzaabil qabri” – Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung padaMu dari kekafiran, dan kefakiran dan adzab kubur 
“Allahumma inni a’udzubika minal jubni walbukhli” – Ya Allah sesungguhnya aku berlindung kepadaMu dari kesusahan dan kedukaan 
“Wa audzubika minal ‘ajzi walkasali” – Dan aku berlindung kepadaMu dari lemah kemauan dan rasa malas – “Wa audzubika min ghalabatid daini wa qahrir rijaali” – Dan aku berlindung kepadaMu dari sifat pengecut, kikir, banyak hutang dan ikatan (kedzaliman) manusia.

Aamiin yaa Allah yaa Rabbal ‘alamiin. 

Oleh: H Muhammad Abdullah 

http://hilmanmuchsin.blogspot.com/2012/02/doa-dan-dzikir-pelita-hati-cahaya-bumi.html

TERIMALAH TAUBAT KAMI YA ALLAH

Saudara-saudaraku, manusia adalah tempatnya salah dan lupa. Semua orang pasti pernah berbuat dosa dan sebaik-baik orang yang berbuat dosa adalah yang rajin bertaubat kepada-Nya. Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Katakanlah kepada hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap dirinya sendiri, janganlah kalian berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni semua dosa. Sesungguhnya Dia Maha pengampun lagi Maha penyayang.” (QS. Az-Zumar [39] : 53).
Saudara-saudaraku, kezaliman apa pun yang pernah kau lakukan, maka ketahuilah bahwa pintu ampunan Allah sangatlah lebar. Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Sesungguhnya Rabbmu adalah pemilik ampunan bagi umat manusia atas kezaliman mereka, dan sesungguhnya Rabbmu benar-benar keras siksanya.” (QS. Ar-Ra’d [13] : 6).
Saudara-saudaraku, kemanakah hendak kau cari ampunan itu kalau bukan kepada-Nya yang berada di atas langit sana. Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Sesungguhnya Rabbmu adalah pemilik ampunan sekaligus pemilik siksaan yang amat pedih.” (QS. Fushshilat [41] : 43).
Saudara-saudaraku, tidakkah engkau ingin termasuk orang-orang yang dicintai-Nya, tidakkah engkau ingin menjadi orang yang diampuni kesalahan dan dosa-dosanya? Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang rajin bertaubat dan (Allah) mencintai orang-orang yang suka membersihkan diri.” (QS. Al-Baqarah [2] : 222).
Saudara-saudaraku, apakah kamu enggan untuk bertaubat dan menerima ampunan dari-Nya? Sesungguhnya Allah Maha pengampun lagi Maha penyayang. Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Apakah mereka tidak mau bertaubat kepada Allah dan meminta ampunan-Nya. Allah Maha pengampun lagi Maha penyayang.” (QS. Al-Maa’idah [5] : 74).
Saudara-saudaraku, apakah kita tidak ingin terbebas dari azab yang sangat pedih? Apakah kita tidak ingin mendapatkan kebaikan? Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Apabila kalian bertaubat maka itulah yang lebih baik bagi kalian. Apabila kalian justru berpaling, ketahuilah bahwa kalian tidak akan bisa melemahkan Allah, dan berikanlah kabar gembira untuk orang-orang kafir bahwa mereka akan mendapatkan siksa yang amat pedih.” (QS. At-Taubah [9] : 3).
Saudara-saudaraku, kembalilah kepada Dzat Yang Maha pengasih lagi Maha penyayang, sungguh Dia tidak akan menyia-nyiakan doa dan amal-amal kalian. Nabi Syu’aib ‘alaihis salam memerintahkan kepada kaumnya, sebagaimana tercantum dalam ayat (yang artinya), “Mintalah ampunan kepada Rabb kalian kemudian bertaubatlah kepada-Nya, sesungguhnya Rabbku Maha pengasih lagi Maha penyayang.” (QS. Hud [11] : 90).
Saudara-saudaraku, marilah kita sambut kebahagiaan dan kesuksesan hidup dengan senantiasa bertaubat kepada-Nya. Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Bertaubatlah kalian semua kepada Allah wahai orang-orang yang beriman, agar kalian berbahagia.” (QS. An-Nur [24] : 31).
Saudara-saudaraku, tidak inginkah kita amal-amal buruk dan kemaksiatan kita terhapus dan dimaafkan oleh Allah kemudian Allah gantikan dengan kebaikan dan ketaatan kepada-Nya? Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Kecuali orang-orang yang bertaubat, beriman, dan melakukan amal salih, maka mereka itulah orang-orang yang akan diganti kejelekan mereka dengan kebaikan. Allah Maha pengampun lagi Maha penyayang.” (QS. Al-Furqan [25] : 70).
Saudara-saudaraku, marilah kita gapai ampunan Allah dan keberuntungan dari-Nya dengan taubat yang murni, iman yang tulus dan lurus, serta amal yang ikhlas dan mengikuti tuntunan. Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Adapun orang yang bertaubat, beriman, dan beramal salih, maka semoga saja dia termasuk golongan orang-orang yang beruntung.” (QS. Al-Qashash : 67).
Saudara-saudaraku, Allah Maha mengetahui isi hati kita dan keinginan-keinginan yang terbetik di dalamnya. Tidakkah kita tergerak untuk segera menyambut ampunan-Nya dan bersimpuh di hadapan-Nya untuk memperbaharui taubat kita. Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Dialah (Allah) yang menerima taubat dari hamba-hamba-Nya dan memaafkan kesalahan-kesalahan. Allah Maha mengetahui apa yang kalian lakukan.” (QS. Asy-Syura [42] : 25).
Ya Allah, terimalah taubat hamba-hamba-Mu ini… Sesungguhnya Engkau Maha penerima taubat lagi Maha penyayang



Tiga Poros Kehidupan Manusia

Image result for syukur, sabar dan istighfar
http://wahdahmakassar.org/wp-content/uploads/2012/11/Syukur-Sabar-dan-Istighfar1-351x185.jpg

Dalam kehidupan, kata syukur, sabar dan istighfar merupakan hal yang tidak asing. Setiap orang mampu mengaplikasikannya meski terkadang belum sempurna dengan hakikat sebenarnya. Dalam mukadimah kitab Al Waabilush Shayyib, Imam Ibnu Qayyim mengulas tiga hal di atas dengan sangat mengagumkan.

Beliau mengatakan bahwa kehidupan manusia berputar pada tiga poros dan seseorang tidak akan lepas dari salah satunya. Ketiga poros tersebut adalah syukur, sabar, dan istighfar. Allah menciptakan setiap makhluk di muka dengan jaminan rezeki. Allah juga membekali manusia dengan akal pikiran. “Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi, melainkan Allah-lah yang memberi rezekinya… .” (QS Hud, [11] : 6).

Hal inilah seharusnya melatarbelakangi kita kita bersyukur terhadap nikmat yang telah Allah berikan. Syukur memiliki tiga rukun, yang jika ketiganya diamalkan, maka seorang hamba dianggap telah mewujudkan hakikat syukur tersebut. Pertama, mengakui dalam hati bahwa nikmat tersebut asalnya dari Allah. Kedua, mengucapkan kalimat syukur dengan lisan. Ketiga, menggunakan nikmat tersebut untuk menggapai ridha Allah.

Setelah kita bersyukur terhadap nikmat yang telah Allah berikan, Allah pun menguji kita dengan kebaikan dan keburukan agar hambanya bersabar. Sebagaimana Allah tegaskan “…Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenarbenarnya). Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan.” ( QS al-Anbiya [21]: 35 ).

Kesabaran seorang hamba terhadap ketentuan yang telah Allah berikan tecermin dalam tiga hal. Pertama, menahan hati dari perasaan marah dan kesal terhadap ketentuan Allah. Kedua, menahan lisan dari berkeluh kesah dan menggerutu akan takdir Allah. Ketiga, menahan anggota badan dari melakukan sikap tidak terima terhadap keputusan Allah, seperti menyakiti diri sendiri.

Perlu kita pahami bahwa Allah menguji hamba-Nya bukan karena Dia ingin membinasakan hamba-Nya, melainkan untuk menguji sejauh mana penghambaan kita terhadap-Nya. Sebagaimana Allah gambarkan dalam firman-Nya: “Sesungguhnya hamba-hamba-Ku, kamu (iblis) tidak dapat berkuasa atas mereka. Dan cukuplah Rabb-mu (Hai Muhammad) sebagai wakil (penolong).“ (QS. al-Isra [17]: 65).

Menyadari tidak ada manusia yang terbebas dari godaan setan, maka suatu saat tatkala kondisi ketakwaan seorang hamba lemah dan lengah akan terjerumus terhadap godaan setan dan dia melakukan perbuatan dosa atau pelanggaran. Pada saat kondisi inilah seorang hamba harus segera memohon ampun dan beristighfar kepada Allah.

Ibnul Qayyim menukil ucapan Syaikhul Islam Abu Isma’il Al Harawi yang mengatakan bahwa konon para salaf mengatakan, “Seseorang mungkin melakukan suatu dosa, yang karenanya ia masuk jannah; dan mungkin ia melakukan ketaatan, yang karenanya ia masuk neraka.” Bagaimana bisa begitu?

Maksudnya adalah jika seseorang tersebut hamba yang bertakwa, ia akan selalu dibayangi oleh dosa yang ia lakukan sehingga ia akan menjadi takut kepada-Nya, mengharap rahmat dan maghfirah-Nya, serta bertobat kepada-Nya. Hal ini yang kemudian akan berdampak terhadap amalnya. Ia akan menghindari perbuatan dosa.

Sebaliknya, seseorang yang berbuat kebaikan dan ketaatan akan berakibat memasukkannya ke dalam neraka jika amal yang ia lakukan membuatnya ujub dan kagum terhadap diri sendiri. Sehingga kekaguman akan dirinya melupakannya terhadap Allah dan ini akan membatalkan amalnya dan menjadikannya lupa diri. Maka, bila Allah tidak mengujinya dengan suatu dosa yang mendorongnya untuk tobat, niscaya orang ini akan celaka dan masuk neraka. Wallahu a’lam bisshawab. 


Oleh: Taufik Ismail


http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/hikmah/15/06/08/npm5wz-tiga-poros-kehidupan-manusia