Kumpulan Artikel Tentang Pemahaman Makna Kehidupan
Rabu, 18 November 2015
Tragedi Paris dan Kemunafikan Dunia
Jumat 13 Nopember lalu dunia kembali dikejutkan
melalui peristiwa yang tidak pernah diharapkan (undesirable event). Serangan teroris di kota Paris, ibu kota negara
Prancis, telah menewaskan lebih dari seratus warga sipil.
Peristiwa teror itu sekejap saja membuat seluruh
mata dunia terbelalak. Secara serentak di seluruh dunia, mulai dari anak
jalanan, warga biasa, pimpinan agama hingga kepala negara, langsung membuka
suara.
Ibarat sebuah paduan suara, koor yang terdengar
adalah 'kutukan' atas peristiwa Paris. Lalu tak ketinggalan, media massa
sebagai 'spirit lifter' (pembakar semangat) justru cenderung mengambil
kesimpulan dini sebelum ada fakta hitam di atas putih.
Sebagai seorang Muslim yang hidup di jantung dunia
-- kota yang pernah mengalami peristiwa sama bahkan lebih parah lagi pada 2001
-- saya tidak ketinggalan membuka suara lantang. Saya juga mengutuk peristiwa
Paris itu.
Bagi saya, kekerasan dan pembunuhan kepada rakyat
sipil, khususnya anak-anak dan wanita, sesungguhnya adalah pembunuhan kepada
semua manusia. Pelakunya adalah penjahat! Siapapun dan apapun afiliasinya,
mereka harus dikutuk dan ditempatkan sebagai musuh bersama.
Keyakinan saya di atas adalah keyakinan universal
dari Islam. Kebenaran dan keadilan ketika sudah bersentuhan dengan kemanusiaan,
di situlah kita berada. Di sana tidak ada kebenaran atau keadilan Muslim vs
Kristen, misalnya.
Secara sosial, kebenaran adalah kebenaran dan
keadilan adalah keadilan. Walaupun secara teologis kita meyakini adanya
"keyakinan individu" dan bersifat absolut. Tapi sekali lagi,
kebenaran dan keadilan pada tataran sosial kemanusiaan kita sesungguhnya selalu
melampaui semua batas, termasuk batas keagamaan.
Korban Murakkab
Sesungguhnya kekerasan atau pembunuhan yang dilakukan terhadap siapa yang
dipersepsikan sebagai 'musuh Islam' di Barat, tanpa disengaja atau tanpa
diketahui ternyata menjadikan komunitas Muslim menjadi korban yang lebih
berlipat ganda (murakkab).
Terlebih lagi komunitas Muslim yang kebetulan hidup di tengah-tengah masyarakat
mayoritas non-Muslim.
Hal itu dikarenakan, di satu sisi masyarakat Muslim di dunia barat adalah
bagian integral dari masyarakat barat itu sendiri. Segala hiruk pikuk yang
terjadi, manis-pahitnya, hitam-putihnya, asam-tawarnya, mereka juga menjadi
bagian dari setiap dinamika itu. Ketika ada serangan teroris terhadap sebuah
kota maka komunitas Muslim selalu menjadi bagian dari korban, baik secara
langsung ataupun tidak.
Ambillah contoh peristiwa 9/11 2001. Menurut estimasi kantor pemerintahan Kota
New York ternyata tidak sedikit orang-orang Islam yang juga menjadi korban
dalam serangan itu. Termasuk di dalamya anggota kepolisian kota New York dari
kalangan Muslim. Saya sendiri mengenal beberapa orang di antara mereka yang
menjadi korban.
Tapi lebih dari itu, konsekuensi sebuah peristiwa seperti tragedi Paris ini,
justru ditanggung lebih besar oleh komunitas Muslim. Dampak yang dirasa itu
baik secara ekonomi, sosial maupun politik. Kerap kali, komunitas Muslim
menjadi pihak yang akan menanggung korban yang jauh lebih dahsyat.
Serangan balik Prancis atas apa yang disebut ISIS di Suriah, saat ini sudah
pasti membawa akibat jahat yang lebih lebih besar kepada rakyat sipil,
khususnya mereka yang dhuafa (anak-anak dan wanita).
Tapi bagi umat Islam yang paham akan peta pertarungan dunia saat ini, kejahatan
terbesar kepadanya adalah bukan sekedar kematian atau keterpurukan ekonomi dan
seterusnya. Justru kejahatan terbesar terhadap umat ini, setiap kali ada
kekerasan seperti tragedi Paris adalah 'Islam
victimization'.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar