Minggu, 05 Juli 2009
Aroma Terapi dalam Islam
Jika dunia Barat baru mengenal dan mengembangkan aromaterapi pada awal abad ke-20 M, peradaban Islam telah mengembangkannya 13 abad lebih awal. Sebelum kimiawan berkebangsaan Prancis, Rene-Maurice Gattefosse memperkenalkan aromaterapi di Eropa pada 1920-an, para dokter dan kimiawan Muslim seperti al-Kindi, Jabir Ibnu Hayyan serta Ibnu Sina telah mengembangkan metode pengobatan ini pada abad ke-7 M.
Aromaterapi merupakan istilah generik bagi salah satu jenis pengobatan alternatif yang menggunakan bahan cairan tanaman yang mudah menguap, dikenal sebagai minyak esensial, dan senyawa aromatik lainnya dari tumbuhan. Aro materapi bertujuan un tuk mempengaruhi suasana hati atau ke sehatan seseorang, yang sering digabungkan dengan praktik pengobatan alternatif.
Sejatinya, peradaban manu sia telah menge nal aromaterapi sejak 6.000 ta hun silam. Namun, di tangan ki mia wan dan dokter Muslim di era kekhalifahan, teknologi pembuatan minyak esensial dan pengobatan dengan aromaterapi berkembang sangat pesat. Nabi Muhammad SAW yang hidup sekitar abad keenam dan ketujuh Masehi pun memiliki kecintaan terhadap aroma. Berdasarkan catatan sejarah, pada abad ke-7 M, para ahli kimia Arab berupaya men cari “saripati” dari tanaman. Pada abad ke-9 M, ahli kimia Muslim legendaris bernama Yakub al-Kindi (803-870 M) dalam bukunya bertajuk Perfume Chemistry and Dis tillation telah mampu men ciptakan bera gam jenis minyak esensial.
Kimiawan Muslim lainnya, yakni Jabir Ibnu Hayyan alias Geber juga telah mampu menciptakan teknologi penyulingan minyak esensial dari beragam tumbuhan dan bunga. Semua penemuannya itu dituliskannya dalam Summa Perfectionis. Dalam kitab itu, Jabir menjelaskan teknologi penyuling an ciptaannya dalam beberapa bab.
Sejarawan Sains Barat, Marlene Ericksen dalam karyanya bertajuk Healing with Aroma the rapy mengakui peradaban Islam sebagai pelopor dan perintis aromaterapi modern. Menurut Ericksen, penyulingan uap air pertama kali ditemukan dokter Muslim bernama Ibnu Sina (980 M-1037 M).
Ibnu Sina, papar Ericksen, telah menggunakan penyulingan uap air itu untuk membuat minyak esensial yang digunakan untuk mengobati pasiennya. Menurut dia, metode pengobatan ini kemudian dikenal sebagai aromaterapi. “Ibnu Sina pun dijuluki sebagai orang pertama yang memperkenalkan aromaterapi,” papar Ericksen.
Hal senada juga diungkapkan Stanley Finger dalam karyanya bertajuk Origins of Neuroscience: A History of Explorations Into Brain Function, bahwa penyu ling an uap air pertama kali ditemukan dokter Muslim bernama Ibnu Sina (980 M-1037 M).
Ibnu Sina juga dikenal sebagai orang pertama yang membuat sarana penyu lingan untuk minyak esensial. Dia menciptakan suatu sistem pipa melingkar, yang menghasilkan uap air tanaman dan uap pa nas menjadi dingin yang lebih efektif, sehingga konsentrasi essensial minyak dapat di ambil. Dalam karyanya yang sangat monumental, Al-Qanun fi’l Tibb atau Canon of Medicine, Ibnu Sina menjelaskan minyak esensial dan aromatik tumbuh-tumbuhan dapat digunakan secara ekstensif dalam praktik aromaterapi. Kitab Canon of Medicine juga merupakan salah satu dari ratusan buku kedokteran yang secara khusus membahas mengenai air mawar.
Menurut sejumlah sejarawan, Ibnu Sina telah berjasa dan berkontribusi besar dalam meletakkan dasar-dasar pengembangan proses kimia seperti penyaringan, penyulingan, sublimasi, dan proses pengapuran. Ia disebutsebut sebagai penemu prosedur penyulingan dari bunga menjadi minyak esensial. Salah satu bunga pertama yang disuling menjadi minyak adalah mawar.
Penyulingan uap yang ditemukan Ibnu Sina kemudian digunakan pada aromaterapi dan industri wangi-wangian. Penemuan uap penyulingan memberikan kontribusi yang signifikan untuk pengembangan wangiwangian. Teknologi distilasi uap yang ditemukan para ilmuwan Islam di era keemasan sangat mempengaruhi industri wangiwangian di Barat dan perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya kimia.
Pada abad ke-13 M, seorang dokter Muslim bernama al-Samarqandi juga mengembangkan pengobatan dengan wewangian atau aroma. Dalam risalah yang ditulisnya, ia membahas tentang aneka aromaterapi berupa mandi aromatik, bubuk aromaterapi, uap panas dengan wewangian dari aneka bunga-bunga. Al-Samarqandi melakukan terapi aroma untuk menyembuhkan infeksi telinga dan sinus.
Tata Cara Aromaterapi
Lalu bagaimana aromaterapi bekerja? Saraf penciuman (nervus Olfaktorius) adalah satu-satunya saluran yang terbuka menuju otak. Melalui saraf ini aroma tersebut akan mengalir ke bagian yang melingkari otak sehingga mampu memicu memori terpendam dan mempengaruhi tingkah laku emosional yang bersangkutan.
Ini bisa terjadi karena aroma tersebut menyentuh langsung pusat emosi dan kemudian bertugas menyeimbangkan kondisi emosional, ujar Michael Scholes. Penerapan terapi ini pun amat sederhana dan mudah. Beberapa cara bisa dipilih sesuai selera. Mereka yang tidak mau bersusah payah, cukup hanya dengan menghirup langsung aroma minyak murni melalui hidung.
Dengan begitu baunya terbawa ke saraf penciuman.Pengertian aroma atau bau ini memang sulit dipahami. Namun perilakunya amat spesifik dan berbeda dengan tipe stimulasi sensorik jenis lain. Yang jelas, bau atau aroma seperti halnya setiap sensasi kenikmatan, akan melepaskan zat seperti endorphins yang digunakan untuk memerangi stress, ujar Marcel Lavabre dalam karyanya Aromatherapy Workbook.
Para Peneliti membuktikan bahwa orang yang berada di lingkungan yang beraroma enak dan wangi mempunyai rasa percaya diri yang tinggi. Dalam bukunya yang berjudul Secrets of Power Presentations (Rahasia Kekuatan Presentasi), Peter Urs Bender menjelaskan bahwa parfum juga memperkuat presentasi Anda.
Jenis-Jenis Tanaman untuk Aromaterapi
Penyair kondang Nizami Ganjavi (1141-1203 M) dan Mahammad Fuzuli (1495-1556 M) dalam karyanya mengupas kegunaan aromaterapi. Menurut keduanya, minyak bunga mawar bisa digunakan sebagai obat untuk sakit kepala dan antiseptik.
Mahammad Yusif Shirvani (abad ke-18 M) merekomendasikan sebuah salep dari jinten untuk luka karena pedang. Walaupun konsep antibiotik tidak diketahui pada saat itu, dokter Muslim telah menggunakan ointments dari jinten, madu dan bawang mentah sebagai antiseptik hangat.
Pinus
Adapula jenis-jenis tanaman yang bisa digunakan untuk aromaterapi, yakni pinus, mawar, lavender, melissa, dan lain-lain. Pine Needles, cabang pinus digunakan untuk mempersiapkan sebuah ekstraksi untuk mandi, dengan bahan yang digunakan untuk memperkuat sistem saraf. Minyak essensial dari pinus yang kental dengan sirup kemudian dikeringkan dan ditekan menjadi tablet.
Rosemary
Sedangkan, orang yang memiliki tekanan darah rendah disarankan untuk mandi dengan Rosemary. Hal ini diyakini bahwa tanaman wangi merangsang sirkulasi dan berfungsi sebagai tonik. Resep ini bahkan telah didokumentasikan. Berikut resepnya: Tuangkan empat gelas air mendidih ke dalam panci berisi lima sendok makan daun Rosemary. Lalu tutup dan biarkan selama 30 menit. Infusi strain yang hangat dan menambah air mandi yang hangat. Durasi yang optimal untuk suatu prosedur adalah setengah jam.
Lavender
Mandi dalam jamu-jamuan yang direbus lavender yang hebat dan antiefek penenang dan digunakan untuk neurasthenia dan tachycardia (denyut jantung cepat). Mandi dengan jamujamuan yg direbus marjoram baik untuk perut kembung dan memiliki efek diuretik.
Melissa
Melissa (balsem lemon) adalah jamu-jamuan yang direbus baik untuk penyakit jantung, bantuan dari tachycardia dan penurunan tekanan darah. Air mandi yang harus hangat, tetapi tidak panas.des/she
By Republika Newsroom
Rabu, 01 Juli 2009 pukul 14:41:00
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Mohon izin untuk copy paste ^_^
BalasHapus