Selasa, 04 Agustus 2009

Keyakinan Hidup



''Dan (alangkah ngerinya), jika sekiranya kamu melihat ketika orang-orang yang berdosa itu menundukkan kepalanya di hadapan Tuhannya, (mereka berkata): 'Ya Tuhan kami, kami telah melihat dan mendengar, maka kembalikanlah kami (ke dunia), kami akan mengerjakan amal saleh, sesungguhnya kami adalah orang-orang yang yakin'.'' (QS Assadjah [32]: 12).

Perjalanan hidup manusia merupakan visualisasi dari nilai-nilai keyakinan dalam jiwanya. Penetapan rencana, tujuan, pilihan, keputusan, dan tindakan dilandaskan pada keyakinan hidupnya serta keyakinan pada kondisi kini dan masa depan yang akan dijalani.

Di sisi lain, beragam persepsi, cara berinteraksi, dan aksi-reaksi manusia terhadap satu peristiwa yang sama, ditentukan oleh perbedaan keyakinan. Keyakinan hidup telah mengendalikan arah kehidupan manusia, yang membawanya pada realitas sebenarnya.

Revolusi diri pun diawali dengan merevolusi keyakinan. Penguatan kepribadian dan akhlak, dilakukan dengan pembentukan keyakinan terlebih dahulu. Keyakinan telah menjadi pijakan kokoh dalam mengubah perilaku, gaya hidup dan interaksi manusia terhadap diri dan lingkungannya.

Bila manusia bertindak berdasar keyakinan hidupnya, tindakannya akan membuahkan ketenangan dan kebahagiaan. Ada energi penggerak tak terbatas pada pengerahan sumber daya dan potensi yang dimiliki.

Sehingga, pengorbanan tanpa pamrih dan ketegaran, senantiasa menghiasi perjalanan hidupnya. Keyakinan selalu menjadi sumber inspirasi, ide, dan kekayaan batin di tengah rapuhnya kekayaan materi.

Begitu sentralnya peran keyakinan dalam menata kehidupan, membuat fokus dakwah para Nabi dan Rasul diawali dan ditekankan pada pembentukan keyakinan. Keyakinan dengan fondasi akidah, keyakinan pada risalah Islam, dan kebanggaan memeluk Islam.

Dengan upaya tersebut, Rasulullah SAW berhasil mereformasi tata nilai kehidupan masyarakat Arab saat itu. Dari kejahiliyahan menuju cahaya Islam. Tanpa kekerasan, intimidasi, apalagi teror. Karena, dengan menekankan keyakinan hidup berlandaskan akidah, akan terjadi perbaikan diri untuk selalu berpegang pada kebenaran dan kebaikan.

Kisah Mushab bin Umair menjadi bukti. Dari pemuda manja, yang hanya mengandalkan hidupnya pada kekayaan orang tuanya, namun kemudian menjadi duta dakwah pertama Rasululullah SAW.

Mushaf pun dikenang karena ilmu, takwa, dan kepahlawannya. Seperti sabda Rasulullah SAW, ''Dahulu saya melihat Mushab tak ada yang mengimbangi dalam memperoleh kesenangan dari orang tuanya, kemudian ditinggalkannya semua demi cintanya pada Allah dan Rasul-Nya.''

Rabu, 05 Agustus 2009 pukul 01:11:00
Oleh M Aziz W Brilianto

http://www.republika.co.id/koran/25

Tidak ada komentar:

Posting Komentar