Jumat, 18 Maret 2011

Pernikahan atau Perkawinan membuka tabir rahasia,



Nikah itu ibadah. Nikah itu suci. Memang nikah itu bisa karena harta, bisa karena keturunan, bisa karena kecantikan, ketampanan, dan bisa karena agama. Jangan engkau jadikan harta, kecantikan, dan keturunan sebagai alasan karena itu akan menyebabkan celaka. Jadikan agama sebagai alasan. Engkau akan mendapatkan kebahagiaan. Tak dipungkiri bahwa keluarga terbentuk karena cinta. Namun, jika cinta engkau jadikan satu-satunya landasan, maka keluargamu akan rapuh. Mudah terombang-ambing dan hancur kemudian. Jadikanlah Allah sebagai landasan. Niscaya kau akan selamat. Tidak saja di dunia, tapi juga di akhirat. Jadikan ridho Allah sebagai tujuan. Niscaya mawaddah, sakinah dan rahmah akan tercapai. InsyaAllah

Suami yang menikahi kamu tidaklah semulia Muhammad SAW,
tidak pula setaqwa Ibrahim, pun tidak setabah Ayyub atau pun segagah Musa, apalagi setampan Yusuf.
Justru suamimu hanyalah lelaki akhir zaman
yang punya cita-cita membangun keturunan yang soleh.

Pernikahan atau Perkawinan mengajar kita kewajiban bersama.
Suami menjadi pelindung, engkau penghuninya,
suami adalah nahkoda kapal, engkau pengemudinya,
suami bagaikan pelakon yang nakal, engkau adalah penonton kenakalannya,
saat suami menjadi raja, engkau nikmati anggur singgasananya,
ketika suami menjadi biasa, engkaulah penawar obatnya,
seandainya suami bengis lagi lancang, sabarlah memperingatkannya.
Pernikahan ataupun perkawinan mengajarkan kita perlunya iman dan taqwa, untuk belajar meniti sabar dan ridha Allah SWT.
Engkau bukanlah Khadijah yang begitu sempurna di dalam menjaga,pun bukanlah Hajar yang begitu setia dalam sengsara,
Engkau hanyalah wanita akhir zaman yang berusaha menjadi solehah.
 
Karena itu, wahai para suami dan isteri, jangan menuntut terlalu tinggi, seandainya diri sendiri jelas tidak berupaya.
Mengapa mendambakan isteri sehebat Khadijah,
andai diri tidak semulia Rasulullah?
Mengapa mengharapkan suami setampan Yusuf,
seandainya kasih tak setulus Zulaikha?
Tidak perlu mencari isteri secantik Balqis,
andai diri tidak sehebat Sulaiman dan Tidak perlu mencari suami seteguh Ibrahim andai diri tidak sekuat Hajar dan Sarah.


“Semoga Allah Mengumpulkan Yang Berserakan Dari Keduanya, Memberkati Mereka Berdua Dan Kiranya Allah Meningkatkan Kualitas Keturunan Mereka, Menjadikan Pembuka Pintu Rahmat, Sumber Ilmu Dan Nikmat Serta Rasa Aman Bagi Umat”
(Doa Rasulullah Saat Pernikahan Putrinya Fatimah Dengan Ali Bin Abi Thalib)


http://hilmanmuchsin.blogspot.com/2011/03/pernikahan-atau-perkawinan-membuka.html

**********************

Untuk Istriku

Suami yang kamu nikahi,
Tidaklah semulia Muhammad saw,
Tidaklah setaqwa Ibrahim as,
Pun tidak setabah Ayub as,
Ataupun segagah Musa as,
Apalagi setampan Yusuf as.

Justru suamimu ini hanyalah pria akhir jaman,
Yang punya cita-cita, membangun keturunan yang sholeh & sholehah

Pernikahan atau perkawinan,
Mengajar kita kewajiban bersama,
Aku menjadi pelindung, engkaulah penghuninya,
Aku menjadi nahkoda, engkaulah navigatornya,
Aku bagaikan balita yang nakal, engkaulah penuntunnya,

Saat aku menjadi raja, nikmatilah anggur singgasananya,
Seketika aku menjadi bisa, engkaulah obat penawarnya,
Seandainya aku masinis yang lancang, sabarlah engkau mengingatkannya.

Pernikahan atau perkawinan,
Mengajarkan kita perlunya iman dan taqwa.
Untuk belajar meniti sabar dan ridho Allah SWT.

Karena memiliki suami yang tidak sehebat mana,
Justru ……engkau akan tersentak dari alpa,
Engkau bukanlah Khadijah, yang begitu sempurna dalam menjaga,
Pun bukan pula Hajar, yang begitu setia dalam sengsara.
Cuma wanita akhir zaman, yang berusaha menjadi solehah…Amin.


Untuk Suamiku

Istri yang kamu nikahi,
Tidaklah semulia khadijah,
Tidaklah setaqwa Aisyah,
Pun tidak setabah Fatimah,
Apalagi secantik Zulaikha.

Istrimu ini hanyalah wanita akhir jaman,
Yang punya cita-cita, menjadi wanita sholehah….

Pernikahan atau perkawinan,
Mengajar kita kewajiban bersama,
Aku menjadi tanah, engkaulah langit penaungnya,
Aku ladang tanaman, engkaulah pemagarnya,
Aku kiasan ternak, engkaulah gembalanya,
Aku adalah murid, engkaulah mursyidnya,
Aku bagaikan anak kecil, dan engkaulah tempat bermanjanya.

Saat aku menjadi madu, engkaulah yang mereguknya,
Andaikan aku tulang yang bengkok, hati-hatilah meluruskannya.

Pernikahan atau perkawinan,
Menginsyafkan kita perlunya iman dan taqwa.
Untuk belajar meniti sabar dan ridho Allah SWT.

Karena memiliki istri yang tidak sesempurna mana,
Justru ……engkau akan tersentak dari alpa,
Engkau bukanlah Rasullulah,
Pun bukan pula sayyidina Ali Karamallahhuwajhah,
Cuma suami akhir zaman, yang berusaha menjadi soleh… Aamiin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar