Kamis, 24 Maret 2011

RASULULLAH SAW MEMILIH PEMIMPIN TIDAK BERDASARKAN SENIORITAS

Ibn Asakir menuturkan pengalaman riwayat Usamah Ibn Zaid, sebagaimana dituturkan oleh Zahawi, sebagai berikut:

Tatkala mengutus Usamah ibn Zaid untuk memimpin pasukan Islam memerangi tentara Romawi, Nabi Saw. Bersabda, ”Berangkatlah kalian dengan nama Allah.”

Setelah itu, Nabi Saw. Menyerahkan panji-panji perangnya kepada Buraidah ibn Hasib. Nabi Saw. Memerintahkan pasukan kaum muslim untuk berkumpul dan bermarkas di Jaraf (pinggir kota Madinah). Semua orang Muhajirin diperintahkan untuk turut serta dalam pasukan Usamah tersebut.

Pengangkatan Usamah sebagai komandan pasukan kaum muslim saat itu menimbulkan ketidaksukaan dari sebagian sahabat sampai seseorang bernama Iyas ibn Rabi’ah berkata ” Bagaimana mungkin seorang pemuda (Usamah) akan memimpin orang-orang Tua (dan senior) dari kalangan kaum Muhajirin?”.

Ucapan Iyas ini sampai kepada Nabi Saw. Melalui ’Umar ibn al-Khatab. Nabi Saw. Pun mengumpulkan kaum muslim dimasjid. Beliau mengikat kepalanya dengan kain (sorban) lalu berkutbah, yang artinya kurang lebih:

Wahai kaum Muslim, telah kudengar ucapan sebagian yang kalian yang mengatakan ini dan itu tentang pengangkatan Usamah. Oleh karena itu, siapa saja yang tidak suka dengan pengangkatan Usamah, berarti dia tidak suka dengan pengangkatan ayahnya sebelumnya (yakni Zaid bin Haritsah). Jika Zaid sebelumnya layak untuk memimpin pasukan islam sebelumnya, maka anaknya (yakni Usamah) juga pantas dan layak untuk memimpin pasukan islam. Sesungguhnya Zaid adalah orang yang kucintai. Kedua orang itu adalah orang yang mulia dan paling baik diantara kalian semuanya.

Pengalaman kisah diatas menunjukan betapa Rasulullah Saw. Memilih dan menentukan pemimpin pasukan kaum muslim tidak berdasarkan pada usia ataupun senioritas, melainkan pada kelayakannya memimpin pasukan suatu medan pertempuran tertentu. Beliau sangat mengetahui karakter para sahabatnya. Pilihan bliau terhadap pengangkatan Usamah untuk menghadapi pasukan Romawi adalah pilihan yang terbaik. Oleh karena itu, tidak layak jika dikalangan kaum muslim ada yang berpendapat atau beranggapan bahwa senioritas merupakan sandaran untuk menetapkan layak tidaknya seorang pemimpin. (diambil dari majalah AL-WA’IE edisi 23)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar