Senin, 15 Agustus 2011

Misteri Kematian



Selasa yang lalu isteri saya melayat orang meninggal, seorang ibu yang dulu sangat berjasa ikut merawat ibunya sejak sakit sampai dengan wafatnya. Ibu tua ini dari keluarga yang kurang mampu dan hidupnya sederhana…belakangan ini beliau menderita diabetes yang kadar gula darahnya sangat tinggi (lebih dari 500 mg/dl).

Sepulang melayat, isteri saya bercerita bahwa si ibu yg sederhana ini meninggal dalam keadaan sangat mulia (khusnul khotimah)… Beliau menghembuskan nafasnya yang terakhir saat membaca kitab suci Al Qur’an, Surat Al Mulk, setelah sebelumnya membaca Surat Ar Rahman… Subhanallah….

Beruntung sekali ibu ini.bayangkan….beliau dicabut nyawanya oleh Malaikat Izrail saat membaca Al Qur’an di bulan suci Ramadhan, bulan yang penuh rahmat dan ampunan, bulan dimana pintu-2 sorga dibuka seluas-luasnya dan pintu-2 neraka ditutup serapat-rapatnya…. Belum tentu kita ataupun orang-2 yang selama ini memandang remeh ibu ini (hanya karena merasa lebih mampu secara materi??) bisa mendapatkan kemuliaan seperti beliau…. Saya dan Isteri merasa sangat cemburu (mencemburui amal baik rasanya dibolehkan dalam agama kan..) dan bertanya dalam hati: “Apakah kami bisa meninggal seperti beliau ya?”….Wallahu’alam bissawab.

Secara kebetulan saat isteri saya bercerita itu, saya sedang membaca buku berjudul “Psikologi Kematian” karangan Prof. Dr. Komaruddin Hidayat, Guru Besar Filsafat Agama sekaligus Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Buku ini laku keras dan menjadi “Best Seller”, yang intisarinya adalah “Mengubah ketakutan terhadap kematian menjadi optimisme”.

Dalam bukunya Prof Komar menceritakan bahwa pada umumnya manusia menolak kematian, karena kematian selalu diidentikkan dengan tragedy yang sangat mengerikan, rasa sakit yang dahsyat, ketidak berdayaan, kehilangan, dan kebangkrutan hidup… Siapapun orangnya entah dia presiden, jenderal, menteri, pengusaha kaya raya, ilmuwan, bintang film ataupun selebritas tiba-tiba gemetar dan tidak berdaya ketika maut menjemputnya….

Dari riset yang beliau lakukan, ada beberapa alasan mengapa orang takut mati dan enggan meninggalkan dunia ini, antara lain: karena takut neraka, karena rasa sakit yg luar biasa saat sakaratul maut, karena tidak tahu apa yang akan terjadi setelah mati, karena berat berpisah dengan dunia (tidak mau meninggalkan orang-2, harta kekayaan, jabatan/kekuasaan yang dicintainya). Namun dari analisis beliau, yang dominan adalah karena merasa berat berpisah dengan dunia….

Kebetulan dari kecil saya memang penasaran dengan misteri kematian ini… dan sangat pengin tahu apa sih yang akan terjadi setelah orang mati dan dikubur….? Oleh karena itu saya rajin membaca buku-2 yg berkaitan dengan kematian…termasuk mencari informasi/cerita dari orang-2 yang pernah mati suri…. Saya juga rajin mengamati secara langsung kejadian orang meninggal maupun proses merawat jenazahnya sampai dengan penguburannya... Untuk dapat merasakan secara langsung berdekatan dengan mayat, beberapa kali saya sempat ikut memandikan jenazah, membantu mengkafani, mensholatkan dan menurunkan jenazah ke liang kubur…

Rumah sayapun pernah dikunjungi Malaikat Izrail 2 kali, yaitu pada tahun 2000 ketika Dia mencabut nyawa adik ipar saya, dan kedua tahun 2007 pada saat mencabut nyawa ayah mertua saya…. Sebelumnya Sang Malaikat Pencabut nyawa ini terlebih dahulu mengunjungi tetangga di belakang rumah saya, lalu depan rumah saya, lalu samping kiri saya, dan akhirnya samping kanan saya (Waaah…..Sang Pencabut Nyawa memutari rumah saya nih….pikir saya..).

Kembali ke buku Psikologi Kematian….salah satu bagian yang menarik dari buku ini menurut saya adalah “Fenomena Mati Suri”, yang dalam istilah psikologi disebut “NDE” (Near Death Experience). Prof. Komar melakukan survey dan berdialog langsung dengan orang-2 yg pernah mati suri… Yang sangat menarik…cerita mereka sangat sejalan dengan apa yang diajarkan di dalam Al Qur’an..apa yang ada di dalam Al Qur’an seluruhnya benar dan terbukti…subhanallah!..Allahuakbar!!

Mereka bercerita bahwa ketika ruh lepas dari badan…mereka diperlihatkan rapor berisi seluruh rekaman perilaku hidupnya, perilaku baik maupun buruk.. Apa yang terjadi puluhan tahun yang lalu yg dia sudah lupa..bahkan hal-hal kecil sekalipun diperlihatkan dengan sangat jelas… Jika yg dominan amal baiknya maka perjalanan ruhnya merasakan kenikmatan dan ketenteraman yg luar biasa, yg tak terlukiskan dengan kata-2….dia seakan-akan memasuki kompleks perumahan (real estate) yg sangat mewah dan indah….dan berjumpa dengan keluarga dan temen-2 yg lebih dulu meninggal dalam suasana sangat menyenangkan…wuiih asyiknya…

Sebaliknya, jika yg dominan perbuatan buruk/kejahatan, maka ruhnya merasakan kepedihan yg amat sangat..dia seakan-akan terbuang di dalam hutan lebat..penuh binatang buas dan suasananya sangat menakutkan…hiii sereeem….

Bagi yang mengalami kenikmatan dan keindahan di alam ruhani setelah mati…mereka sangat menyesal mengapa hidup lagi kedunia… Sebaliknya, mereka yg merasakan pengalaman yg mengerikan setelah mati…mereka sangat gembira bisa kembali ke dunia untuk menebus dosa-2nya.

Bagi kedua kelompok orang yang berbeda pengalaman ruhaninya tadi, keduanya berubah total setelah mengalami mati suri… Yang selama ini sudah cukup baik lalu rajin menambah amal kebaikannya, karena sudah melihat ganjaran yang akan diterima diakherat nanti.. Sedangkan bagi yang perbuatan dosanya lebih banyak..lalu berusaha keras untuk memperbaiki rapor hidupnya dengan bertobat, menebus dosa-2nya dengan memperbanyak amal kebajikan, karena sudah melihat hukuman yg mengerikan yg akan diterimanya di akherat nanti…

Lantas bagaimana kita menyikapi kematian ini?

Prof. Komar memberikan tipsnya sebagai berikut:

1. Karena kematian merupakan kepastian, maka sikap terbaik adalah bersiap menyambutnya dengan memperbanyak amal kebaikan sebagai bekal yg berharga bagi kelanjutan perjalanan hidup nanti.

2. Mati bukanlah terminasi, melainkan garis transisi dan pintu gerbang untuk memasuki taman kehidupan baru yg lebih indah, setapak lebih dekat kepada Allah SWT. Maka mati tidak perlu ditakuti, melainkan dihadapi dengan senyum dan penuh antusiasme.

3. Hidup di dunia ini bagaikan masa tanam, dan hasil panennya nanti dinikmati setelah mati. Barang siapa menanam kebajikan di dunia, akan panen kenikmatan dan kebahagiaan diakherat. Barang siapa menanam keburukan didunia akan panen kepedihan dan kesengsaraan di akherat. Oleh karena itu kita perlu bekerja keras untuk menanam kebajikan sebanyak-banyaknya.

Jujur harus saya katakan bahwa sampai saat ini saya masih takut mati.
kenapa? terutama karena saya merasa belum yakin bahwa amal baik saya lebih dominan dari perbuatan buruk saya…

Pertanyaan yg selalu terngiang dibenak saya adalah…apakah amal baik saya selama ini benar-benar ikhlas dan murni karena ingin mendapatkan ridho Allah SWT?... Ataukah hanya karena ria?... atau karena terpaksa?... Atau sekedar rutinitas belaka tanpa kehadiran hati saya?.. Apakah sholat saya khusuk?... Apakah puasa saya sempurna dan diterima Allah?... Apakah zakat/sedekah/infak saya ikhlas tanpa unsur ria?... Apakah haji saya mabrur?... Apakah harta benda saya diperoleh secara halal..atau ada unsur haramnya?...Apakah..? Apakah…? Apakah…?

Ya Allah..sungguh saya tidak sanggup melanjutkan daftar panjang pertanyaan-2 ini…karena sayapun tidak akan sanggup menjawabnya ketika ditanya di alam kubur dan di depan pengadilanmu nanti…. Ya Allah…saya takuuut sekali….

Ya Allah..bukalah hati hamba, pikiran hamba, telinga hamba, mata hamba, untuk bisa menatap dan menerima anugerah hidayah dan cahaya kasih sayang-Mu…sehingga hamba selalu istiqomah, optimis dan produktif dalam menjalani hidup ini…

Ya Allah…bimbinglah hati dan pikiran hamba agar hamba bisa menjadikan semua desah napas dan langkah kaki hamba sebagai dzikir dan sujud kepada-Mu, agar hamba selalu merasa khusuk bersujud di atas sajadah panjang…..yang terbentang sampai pintu kematian hamba….Amin..Amin…Ya Mujibasailin….

Salam,
Nur Hasan Achmad


Sumber : itb77-bounce@bhaktiganesha.or.id; on behalf of; Nurhasan Achmad [nurhasan0858@yahoo.com


Tidak ada komentar:

Posting Komentar