Senin, 31 Oktober 2011

Pentingnya Introspeksi Diri

Alkisah diceritakan bahwa di jaman Nabi Musa terdapat dua negara dimana negara A dipimpin oleh seorang raja yang baik dan sholeh sedangkan di negara B dipimpin oleh seorang raja yang jahat dan zalim.

Seluruh penduduk di negara A selalu memuja dan menghormati rajanya karena sang raja penuh kasih, serta arif dalam memimpin negaranya, sampai-sampai rakyatnya selalu mendoakan sang raja agar selalu diberikan umur panjang.

Lain halnya dengan penduduk di negara B, dimana sifat sang raja yang jahat dan zalim benar-benar telah membuat rakyatnya hidup dalam berkesusahan sampai-sampai setiap hari rakyatnya selalu berharap agar rajanya yang zalim ini tidak berumur panjang.

Suatu ketika, diwaktu yang sama kedua raja tersebut sakit parah sehingga dipanggilah para tabib dari pelosok negara untuk menyembuhkannya. Setelah berkumpul pada tabib tersebut, merekapun mulai memeriksa penyakit kedua raja tersebut. Setelah usai pemeriksaan, maka para tabib tersebut mengeluarkan kesimpulan yang sama sebagai berikut :

Penyakit yang menyerang raja A adalah penyakit yang umum yang obatnya akan mudah ditemukan, yaitu dengan memakan suatu jenis ikan yang mana ikan tersebut akan mudah ditangkap karena selalu ada setiap harinya tanpa terpengaruh oleh iklim atau musim apapun.

Sementara penyakit yang menyerang raja B adalah penyakit langka yang obatnya sendiri sangat sulit ditemukan, yaitu dengan memakan suatu jenis ikan yang mana ikan tersebut hanya akan naik ke permukaan laut satu kali dalam kurun waktu satu tahun.

Setelah tabib memberikan penjelasan, maka dikerahkanlah seluruh rakyat untuk mencari ikan yang dimaksud tersebut demi kesembuhan sang raja.

Rakyat di negara A sangat bersukacita begitu mengetahui bahwa obat bagi raja mereka adalah ikan yang sangat mudah didapat dan merekapun berbondong-bondong mencarinya dengan rasa optimis, sementara rakyat di negara B sangat pesimis begitu mengetahui bahwa obat bagi raja mereka adalah suatu jenis ikan yang sangat langka, apalagi saat itu bukan musim bagi ikan tersebut untuk naik ke permukaan.

Sungguh Allah sangat Maha Kuasa dan Maha Berkehendak.

Tak satupun rakyat di negara A mendapatkan ikan yang dicarinya meski sekalipun mereka berusaha dengan sekuat tenaga dan dengan keikhlasan yang murni semata-mata agar sang raja bisa disembuhkan. Siang malam mereka mencari ikan yang dikatakan "mudah" didapat tersebut, namun berbuahkan nihil. Sehingga pada akhirnya sang raja A yang baik dan arif serta dicintai oleh rakyatnya wafat karena tidak tertolong.

Lalu bagaimana dengan kisah raja B ? Sekalipun sulitnya ikan tersebut didapat, serta tidak tepatnya musim saat itu, namun ternyata ikan tersebut bisa didapat sehingga akhirnya sanga raja B tersebut bisa disembuhkan dan kembali memerintah negara tersebut dengan kejam dan zalim seperti biasanya.

Mendapati kisah ini, nabi Musa bertanya kepada Allah,
"Ya Allah, mengapa kau akhiri hidup raja A yang baik dan soleh tersebut ? sementara mengapa pula kau panjangkan umur raja B yang jahat dan zalim tersebut ?"

Lalu Allah menjawab pertanyaan nabi Musa tersebut,
"Wahai Musa, ketahuilah olehmu. Raja A memang raja yang baik dan soleh yang selalu beribadah kepadaKu. Namun dalam hidupnya, dia pernah melakukan satu kali kesalahan, sehingga dengan penyakitnya ini, aku hapuskan dosa satu kali tersebut agar begitu dia mati, aku dapat langsung menempatkannya ke dalam Surga."

"Dan ketahui pula olehmu wahai Musa, raja B memang raja yang jahat dan zalim yang tidak pernah beribadah kepadaKu, namun dalam hidupnya dia pernah berbuat satu kali kebaikan, sehingga aku membalas satu amal baik yang telah dilakukannya tersebut dengan kesembuhannya agar kelak apabila dia mati, maka aku akan langsung memasukkannya ke dalam neraka."

Apa yang bisa dipetik dari cerita tersebut ? Andai dalam kehidupan kita, sehari-harinya kita jauh dari Allah, ... tidak pernah menjalankan kewajibanNya, ... selalu melakukan maksiat terhadapNya, ... namun kehidupan kita tidak pernah punya aral yang melintang, ... selalu berkecukupan dan tidak ada kesulitan, ... maka berhati-hatilah !

Jangan-jangan saat ini Allah sedang menghabiskan seluruh amal baik kita miliki dengan ganjaran duniawi sehingga pada akhirnya yang tertinggal dari kita adalah kemudaratan yang abadi, ... kesusahan hidup yang tidak pernah berakhir, ... yang akan membawa kita kedalam kesengsaraan.

lalu bagi orang-orang yang selalu beramal baik, selalu menjalankan perintahNya dan semaksimal mungkin selalu menjauhi laranganNya, namun kehidupannya masih sulit, maka bersabarlah !
Semoga Allah tengah menghabiskan seluruh dosa yang telah kita perbuat dengan cobaan, sehingga yang tersisa dari mereka adalah kesenangan yang abadi.

Wallaahuu A'lam Bissawaab

Sungguh kisah ini sangat menyentak hatiku, membuatku semakin berpikir untuk selalu mengintrospeksi diri setiap hari, mencoba untuk mengevaluasi akan setiap apa yang telah aku lakukan.

Ya Allah,...
Segala puji dan syukur atas segala nikmat yang telah Engkau karuniakan kepadaku sampai detik ini, baik nikmat sehat wal'afiat, nikmat panjang umur, nikmat iman serta nikmat islam.

Ya Allah,...
Jadikanlah aku hambaMu yang pandai bersyukur, mudahkan bagiku segala yang sukar, dan berilah jalan keluar dari setiap kesulitan, serta jauhkan dariku segala kemudaratan.

Ya Allah,...
Peliharalah keimananku agar selalu tetap dalam jalanMu, jauhkan aku dari kefakiran karena aku takut fakirku akan membuatku kufur akan nikmatmu.

******************************

Pentingnya Introspeksi Diri

SETIAP manusia beriman meyakini adanya kehidupan setelah kematian, yakni alam akhirat. Kehidupan di alam akhirat merupakan kehidupan hakiki dan abadi. Kehidupan di dunia ini hanyalah persinggahan untuk menuju alam akhirat. Oleh karenanya, setiap Mukmin tidak akan menyia-nyiakan kesempatan hidup di dunia ini dengan perbuatan sia-sia, apalagi mendatangkan dosa dan murka Allah SWT.

Keyakinan terhadap adanya alam akhirat menjadi motivasi utama bagi amal shaleh, yakni perbuatan baik sesuai dengan garis yang ditentukan dalam syariat Islam. Keyakinan akan adanya alam akhirat itu pula yang bisa memunculkan sikap ikhlas dalam setiap perbuatan karena yakin Allah SWT akan memberinya imbalan setimpal (pahala). Sebaliknya, keyakinan akan adanya alam akhirat pula yang bisa memotivasi seorang Mukmin untuk menghindari perbuatan tercela. Pasalnya, jikapun balasan dosa tidak diturunkan Allah di dunia, pastilah di akhirat kelak murka-Nya akan ditunjukkan.

Di alam akhirat kelak, setiap anggota badan kita akan berbicara dan menjadi saksi atas perbuatan yang kita lakukan, sedangkan mulut kita terkunci. Dengan demikian, di akhirat kelak tidak ada tempat bagi dusta, kepalsuan, atau kepura-puraan.

Hidup di dunia sebentar saja, sekadar mampir sekejap mata. Namun, waktu yang sebentar itu pula yang bisa menjerumuskan seorang anak manusia ke jurang kehinaan dan kecelakaan dunia dan akhirat. Hal itu karena godaan kenikmatan duniawi sangatlah menggiurkan sehingga bisa meluruhkan kekuatan iman. Allah SWT memang menguji manusia dengan memberikan "hiasan" pada dirinya berupa kesenangan syahwat terhadap wanita, harta benda, dan jabatan. Saat memenuhi hasrat kesenangan itulah manusia sering melanggar batas yang sudah ditentukan Allah SWT. Kelemahan iman, kekeringan rohani dari cahaya kebenaran Islam, dan bisikan syetan merupakan penyebab utama manusia terjerumus ke jurang kenistaan.

Alquran Surat Al-Hasyr ayat 18 di atas merupakan peringatan sekaligus bimbingan Allah SWT agar kita melakukan introspeksi atau evaluasi diri, merenungkan tentang apa-apa yang telah kita perbuat dan menilai sejauh mana amal yang telah kita kerjakan untuk persiapan sebagai bekal di akhirat nanti.

Sudah seharusnya, setiap Muslim senantiasa mengingat ayat tersebut dan mengamalkannya dengan sepenuh hati, untuk memahami realitas diri. Bagaimanapun, kehidupan akhirat bagi seorang Muslim lebih penting ketimbang kehidupan dunia, sebab alam dunia ini sifatnya fana alias tidak kekal, sedangkan kehidupan akhirat adalah abadi (baqa). Allah SWT mengingatkan, "Dan kehidupan akhirat lebih baik bagimu ketimbang kehidupan dunia".

Dengan atau tanpa sadar, kita harus senantiasa mawas diri dan menjaga diri, barangkali kita selama ini terbuai dengan kehidupan dunia, waktu habis untuk memikirkan dan mengejar kesenangan dunia semata, sehingga mengabaikan persiapan dan melupakan bekal untuk kehidupan kelak di akhirat.

SURAT Al-Hasyr 18 merupakan perintah agar kita sering-sering mengevaluasi amal perbuatan kita: sejauh mana kemusliman kita telah ditunjukkan, sejauh mana keimanan kita telah dibuktikan di hadapan Allah SWT, dan sejauh mana bekal berupa amal saleh telah kita kumpulkan untuk kehidupan akhirat kelak?

Kehidupan dunia merupakan cobaan atau ujian dari Allah SWT bagi umat manusia. Dalam Alquran disebutkan, kehidupan dunia ini adalah untuk menguji manusia, siapa di antara mereka yang paling baik amalnya (QS Al-Kahfi <18>: 7). Alquran juga menyatakan, kehidupan dunia ini adalah permainan, senda gurau, perhiasan, dan (ajang) adu kemegahan manusia (QS Al-Hadid <57>: 20).

Dalam menjalani kehidupan di dunia ini kita bergelut dan berpacu dengan waktu. Dan bagi seorang Muslim, waktu sangat penting artinya. Bahkan dalam QS Al-'Ashr <103>: 1-3 Allah SWT bersumpah dengan waktu. Hal itu menunjukkan betapa kita harus mempergunakan waktu hidup di dunia ini untuk beriman dan beramal shalih. Terlebih, dalam ayat tersebut dinyatakan, semua manusia akan merugi kecuali mereka yang beriman dan beramal shalih, serta saling menasihati dalam kebenaran dan kesabaran.

Dengan demikian, ayat yang dikutip pada awal tulisan ini, salah satu operasionalisasi-praktisnya adalah kita harus merenung diri, apakah waktu-waktu kita yang telah berlalu itu kita isi dengan amal-perbuatan yang tidak melanggar hukum Allah? Apakah waktu-waktu kita justru diisi dengan amal yang mengabaikan dan melupakan perintah dan larangan-Nya? Apakah waktu-waktu yang kita lalui telah kita isi dengan amal shalih, ataukah dengan kesia-siaan bahkan kemaksiatan? Na'udzubillah.

Sebagai salah satu pedomannya, Rasulullah SAW bersabda, "Barangsiapa yang hari ini lebih baik dari hari kemarin berarti ia termasuk orang beruntung; barangsiapa yang hari ini sama dengan kemarin maka ia termasuk rugi; dan barangsiapa yang hari ini lebih buruk amalannya ketimbang kemarin berarti ia terlaknat."

Hadis di atas dimaksudkan agar kita senantiasa terus memperbaiki amal, meningkatkan iman dan amal shalih, atau agar kita meningkatkan pemahaman dan pengamalan Islam. Dzikrulmaut (mengingat kematian) merupakan salah satu stimulus bagi kita untuk melakukan introspeksi diri, apalagi kematian bisa datang kapan saja, tidak ada yang tahu kecuali Allah SWT.

Kalau ternyata amal kita di masa lalu kita rasakan buruk atau penuh noda-dosa, jalan satu-satunya adalah bertaubat; memohon ampun pada Allah, menyesalinya, dan bertekad tidak akan mengulanginya lagi. Jika masa lalu kita kelam, tentu saja bukan alasan untuk menjadikan kita berputus asa. Karena, Allah SWT telah menegaskan, Katakanlah! Wahai hamba-hamba-Ku yang melewati batas, janganlah kalian berputus asa dari rahmat Allah. Karena sesungguhnya Allah mengampuni semua dosa. (QS Az-Zumar <39>: 53).

Demikianlah, Allah Maha Pengampun dan Penyayang pada hamba-hamba-Nya. Tentu, sebagai Muslim, kita harus terus berusaha seoptimal mungkin untuk menjadi hamba Allah yang baik. Tidak berpaling dari ajaran-Nya yang sesuai dengan fitrah kita sebagai manusia. Wallahu a'la

http://ridlana-myjourney.blogspot.com/2008/11/pentingnya-introspeksi-diri.html

1 komentar:

  1. subhanaallah...Allah tahu segala hal yang kita kerjakan. sekecil apapun amal itu Allah pasti akan membalasnya. terima kasih pak atas postingnnya. sangat menginspirasi kita untuk selalu menginggat Allah dan bertaqwa kepada-Nya. Mataaaapp

    BalasHapus