Senin, 06 Juli 2009
BANYAK CARA MERAMPOK DI JALAN TUHAN
Gerakan spiritual kian menjamur di kota-kota besar. Mereka mengajak manusia modern yang gersang dan hampa untuk menikmati kembali relung-relung spritual. Namun, tidak jarang gerakan spiritual seperti itu hanya sebagai modus penipuan. Ada berbagai macam tipuan yang mereka jalankan, dari motif ekonomi, sampai motif seks. Terakhir, polisi menahan Agus Iman Solihin, pemimpin aliran Satrio Piningit Weteng Buwono yang beroperasi di Jakarta yang dinilai membolehkan aktivitas seksual antaranggota.
Mencermati kondisi seperti ini membuat Prof. Dr. Jalaluddin Rakhmat miris. Ia menyebut kelompok yang menipu itu sebagai para perampok di jalan Tuhan. Sebenarnya, tema itu pernah menjadi judul pidato Kang Jalal –begitu intelektual muslim dari Bandung itu disapa– pada acara Urban Sufism di Universitas Paramadina pada Januari 2009 lalu. Beliau memberi kesempatan kepada Madina untuk berbincang kembali dengannya mengenai tema tersebut seusai mengadakan acara maulid Rasul di bilangan Ampera, Jakarta Selatan pada Sabtu, 14 Maret 2009.
Sebenarnya, apa pencetus ide tentang merampok di jalan Tuhan itu?
Pertama, ada buku tasawuf yang ditulis Al-Ghazali dan terkenal di dunia Islam bernama Ihya Ulum al-Din. Kitab Ihya itu sebenarnya kumpulan beberapa kitab yang dikumpulkan menjadi satu. Nah, dalam Ihya itu ada satu kitab yang bernama Kitab al-Ghurur. Di kitab itu, Al-Ghazali bercerita tentang para penipu di jalan Tuhan, yang menipu orang yang sedang merintis di jalan Tuhan. Jadi, orang yang sedang berjalan di jalan Tuhan itu dicegat di tengah jalan dan dibelokkan. Untuk itulah, Al-Ghazali menamai kitab itu sebagai Kitab al-Ghurur, yang berarti kitab jebakan-jebakan.
Kedua, melihat dunia nyata. Dalam realitas keseharian sekarang ini kita melihat, terutama di kota-kota besar, banyak orang yang ingin kembali ke jalan keruhanian. Orang haus akan spiritualitas. Pada saat orang-orang haus spiritualitas, muncullah orang yang menipu. Seakan-akan menawarkan spiritualitas, padahal sebetulnya halusinasi, delusi, tipuan, jebakan.
Banyak cara yang dilakukan mereka yang merampok di jalan Tuhan. Dalam sosiologi agama, ada gerakan biasanya temporer dan doktrinnya nyeleneh. Jadi, doktrinnya tidak menggunakan cara-cara tradisional dan cara pengorganisasiannya juga aneh. Dalam sosiologi agama, hal ini disebut sebagai cult, diterjemahkan sebagai kelompok pemujaan.
Kelompok pemujaan itu memiliki beberapa tanda.
Pertama, kelompok seperti itu memiliki upacara-upacara yang aneh dan tidak sesuai dengan praktik agama kebanyakan. Misalnya, untuk masuk ke kelompok tersebut, anggota yang direkrut harus mengikuti pembaiatan. Dan, jenis pembaiatannya itu aneh-aneh. Ada yang mulai harus puasa terus-menerus sampai malam. Bahkan, ada acara yang dikubur hidup-hidup, ada yang dimandikan, dan ada juga yang dibungkus kain kafan. Bahkan, ada juga yang disuruh telanjang bulat.
Sebenarnya, apa yang mereka tawarkan?
Biasanya, gerakan spiritual seperti itu menawarkan ilmu marifat, ilmu hakikat, ilmu batin. Ketika banyak orang yang rindu kepada hal-hal yang spiritual, muncullah kelompok-kelompok seperti itu, yang jualan spiritualitas. Buat saya, itulah para perampok di jalan Tuhan.
Bagaimana cara untuk mengenali kelompok-kelompok seperti itu?
Jadi, yang harus kita kenali dari para perampok di jalan Tuhan itu supaya kita tidak terjebak para perampok itu, pertama, hati-hati kalau ritusnya aneh. Maksud saya, rekruitmennya untuk jadi anggota itu aneh, dalam artian berbeda dengan yang tradisional. Misalnya, kalau ritusnya membaca subhanallah, walhamdulillah, itu masuk akal. Tapi kalau dimasukkan ke dalam liang kubur atau sepanjang malam dalam keadaan lapar, kemudian dibawa bermunajat dalam keadaan lapar luar biasa, itu harus berhati-hati.
Kedua, imamnya atau pimpinannya itu menuntut kepatuhan mutlak. Jadi, orang harus patuh kepadanya tanpa boleh kritis. Dan, itu juga yang menjadi ciri ketiga, kelompok ini tidak mengajarkan sikap kritis. Anggota kelompok itu harus sami'na wa atha'na (kami mendengar dan kami patuh). Puncaknya, guru itu tidak pernah salah dan harus meyakini bahwa guru tidak pernah salah.
Keempat, biasanya organisasi seperti ini membatasi informasi, mengontrol informasi. Jadi, kalau Anda sudah mengaji sama saya tidak boleh mengaji dengan orang lain, karena orang lain itu sesat. Hanya kelompok kami yang akan menyelamatkan Anda. Itu doktrinnya.
Selain itu, ada dua lagi ciri utama kelompok yang merampok di jalan Tuhan itu yang harus diwaspadai dengan benar. Pertama UUD, ujung-ujungnya duit. Seorang anggota harus menginfak dalam jumlah sekian, harus berkorban untuk gurunya sekian, harus menyumbangkan hartanya sekian. Tapi, semuanya itu hanya untuk kepentingan gurunya.
Saya juga minta orang untuk bersedekah, tapi untuk fakir miskin, sebagai hadiah untuk Rasulullah. Uang itu bukan untuk saya. Tapi, kalau dalam kelompok para perampok di jalan Tuhan itu uang itu harus diberikan kepada sang guru. Kedua, UUS, ujung-ujungnya seks. Kedua ciri ini sangat berbahaya.
Wawancara
PROF. DR. JALALUDDIN RAKHMAT :
Sumber: www.Madina.co.id
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar