Sabtu, 11 Juli 2009

Semburan Lumpur di Serang, Digunakan untuk Obat


Lumpur Serang Beda dengan Lumpur Lapindo

Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi memperkirakan semburan lumpur di Astana, Walikukun, Carenang, Serang, Banten, tidak akan sama seperti di Sidoarjo. Kandungan gas metan, lumpur, dan air diyakini tidak berbahaya dan sedikit jumlahnya.

Menurut Kepala Pusat Vulknologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi Surono, di Bandung, Senin (22/6), tidak berbahayanya semburan lumpur di Carenang itu dibuktikan fakta keberadaan gunung api dan hasil riset tentang kandungan gas berbahaya di daerah sekitarnya. "Namun, kami tetap mengirimkan tim untuk mengamati kejadian ini lebih lanjut," kata Surono.

Berdasarkan data keberadaan gunung api, di sekitar tempat semburan lumpur, memang terdapat Gunung Karang yang memiliki tipe B. Artinya, gunung ini tidak memiliki catatan aktivitas vulkanik sejak tahun 1600.

Oleh karena itu, magma yang ada di dalam gunung kemudian mengalami pendinginan dan mengeluarkan gas. Akibat dorongan energi sangat kecil, maka gas terperangkap di dalam tanah membentuk lapisan seperti lensa. Bila lensa ini dibor dengan kekuatan tinggi, maka gas kemudian keluar bersama dengan lumpur dan air.

"Karena aktivitas gunung tidak aktif maka cadangan gas yang masih terperangkap pun tidak banyak. Kemungkinan besar semburan itu akan dalam waktu relatif tidak lama," katanya.

Tidak berbahayanya semburan gas itu diperkuat dengan analisis gas berbahaya yang dilakukan PVMBG tahun 2007 di tiga daerah sekitar Carenang. Tiga daerah itu adalah Cikeusal, Walantaka, dan Pontang yang berjarak tidak sampai 100 kilometer dari Carenang.

Surono mengatakan, Pemerintah Provinsi Banten sudah memiliki hasil analisis itu. Analisis tiga daerah itu menemukan kandungan gas, yaitu CO, CO2, H2S, SO2, dan CH4. Namun, jumlah kandungannya dianggap tidak membahayakan masyarakat sekitar.

Semburan Lumpur Serang Dinyatakan Aman

"Seharusnya dengan analisis ini, Pemerintah Provinsi Banten bisa memetakan daerah mana yang berbahaya atau tidak. Selain itu, pemerintah bisa memberikan pemahaman yang benar kepada masyarakat tentang kejadian ini," kata Surono.

Kepala Dinas Pertambangan dan Energi (Distamben) Provinsi Banten Cepi Suwardi menyatakan, semburan lumpur di Kampung Asatana Agung, Desa Walikukun, Kecamatan Carenang, Kabupaten Serang, dinyatakan aman bagi warga. Menurut Cepi di Serang, Selasa (23/6), berdasarkan hasil penelitian sementara yang dilakukan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), semburan lumpur tersebut aman bagi manusia.

"Hasil penelitian awal, gas metan yang terkandung dalam lumpur itu tidak membahayakan karena kadarnya sangat rendah, hanya 0,7 persen," katanya. Ia mengatakan, semburan lumpur di Kampung Asatana itu berbeda dengan lumpur Lapindo di Sidoarjo, Jawa Timur.

Seusai menerima laporan mengenai hasil penelitian tersebut, ia menjelaskan debit semburan lumpur di Serang hanya 5,7 liter per detik atau 4.904 liter per hari, sedangkan di Sidoarjo debit semburan lumpurnya mencapai 120.000 meter kubik per hari.
"Karena dinyatakan aman, saat ini air luapan semburan lumpur dari sumur itu dialirkan ke saluran irigasi persawahan dan bisa dimanfaatkan untuk pengairan pertanian," katanya. Meski demikian, hasil penelitian tersebut masih merupakan kajian awal, dan berdasarkan visual airnya memang bisa dimanfaatkan untuk pengairan sawah.

Sementara itu, Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Provinsi Banten Budhi Priatna mengatakan, di wilayah ini terdapat banyak daerah yang memiliki kandungan gas alam. Di Kabupaten Serang sendiri terdapat tiga kecamatan yang memiliki sebaran gas metan, yakni Kecamatan Kasemen, Pontang dan Carenang.

"Dari pengamatan topografi, sebaran gas methan berada di pesisir utara di Serang, antara lain di Kecamatan Kasemen, Pontang dan Carenang. Ketiga kecamatan ini berada pada garis yang sama," katanya.

Hingga saat ini, semburan air bercampur lumpur di Kampung Astana Agung, Desa Walikukun, masih terjadi. Namun, semburannya tidak sebesar pada awal kejadian. Proyek sumur beserta bangunan Pusat Kesehatan Desa yang dibangun di Serang itu dibiayai sebuah LSM dari Jepang, yakni PH Japan Foundation melalui Dinas Kesehatan Serang. Pelaksanaan atau pekerjaan di lapangan ditangani PT Sindiro. Namun, oleh perusahaan yang berkedudukan di Bekasi, Jabar, ini proyek tersebut disubkan ke PT Bimasakti yang berkedudukan di Jakarta.

Semburan Lumpur Digunakan untuk Obat

Semburan lumpur di Kampung Astana Agung, Desa Walikukun, Kecamatan Carenang, Kabupaten Serang, Banten, kini dimanfaatkan warga sebagai obat. Air semburan dipercaya bisa menyembuhkan berbagai penyakit kulit, rematik, dan sebagainya.

Menurut penuturan Kepala Desa Walikukun Asep Faturohman, Jumat (3/7), sudah hampir satu pekan warga memanfaatkan air yang keluar bersama semburan lumpur untuk pengobatan. Warga sekitar biasanya mengambil air dengan menggunakan botol ataupun jeriken.

Seperti yang terlihat siang kemarin, beberapa warga datang membawa botol kosong ke lokasi semburan. Mereka kemudian mengambil air yang masih bercampur pasir untuk dibawa pulang ke rumah.

Air semburan bukan hanya dimanfaatkan warga di sekitar Astana Agung, tetapi juga dari luar daerah. Tidak sedikit yang sengaja datang untuk mengambil air semburan. Mereka berasal dari daerah di sekitar Serang, Cilegon, Tangerang, dan juga Rangkasbitung. ”Malah ada juga orang luar provinsi yang sedang liburan mampir untuk mandi di lokasi semburan,” tutur Asep.

Warga biasanya memilih waktu malam hari untuk mandi. ”Kalau malam, banyak yang mandi di kolam penampungan. Kalau siang, paling ambil buat dibawa pulang,” kata Joko, salah seorang buruh bangunan yang mengerjakan kolam penampungan.

Mereka meyakini air yang keluar dari semburan bisa menyembuhkan berbagai penyakit, terutama penyakit kulit, rematik, dan sebagainya.

Menurut warga, air yang keluar dari sumur bor itu mirip dengan air yang keluar dari semburan di Desa Pematang, Kecamatan Kragilan, Kabupaten Serang.

Sabtu, 4 Juli 2009 | 07:46 WIB
Serang, Kompas

Tidak ada komentar:

Posting Komentar