Jumat, 17 Juli 2009
Menguatkan Kesabaran
Peristiwa Isra' Mi'raj yang terjadi pada tahun ke-10 kenabian Muhammad saw mengandung banyak hikmah. Salah satunya, melatih dan menguatkan kesabaran. Ini karena peristiwa tersebut merupakan hiburan Allah SWT kepada Rasul-Nya yang tengah mengalami kesedihan luar biasa. Menjelang peristiwa besar itu, Rasulullah saw kehilangan orang-orang yang dicintainya, pembela risalah kenabian yaitu pamannya, Abu Thalib, dan kemudian disusul istrinya, Khadijah ra.
Belum lagi hilang kesedihan itu, Rasul dan para pengikutnya diboikot dan diisolir hingga mengalami penderitaan yang luar biasa. Kendati demikian, kesabaran dan keteguhan iman tetap jadi pegangan Rasul serta generasi awal Islam tersebut. Mereka seakan memahami benar akan janji Allah dalam Alquran: Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga dan bertakwalah kepada Allah agar kamu beruntung, (QS 3:200).
Atas penderitaan luar biasa tersebut, Rasulullah saw kemudian dihibur oleh Allah SWT dengan melakukan perjalanan yang hingga kini jadi salah satu mukjizat kerasulan Muhammad saw, Isra' dan Mi'raj. Bila kita kaitkan dengan kondisi saat ini, barangkali, krisis multiwajah yang sedang menimpa bangsa kita saat ini masih belum seberapa dibanding penderitaan generasi awal Islam tersebut. Namun, bukan tak mungkin krisis ini akan merembet ke berbagai persoalan, termasuk ancaman disintegrasi bangsa. Kelelahan merasakan penderitaan akibat krisis bukan tak mustahil mendorong individu, kelompok, penguasa, atau bahkan aparat keamanan kepada tindakan gegabah dan emosional.
Ini penting karena cita-cita suci reformasi harus tetap dijaga agar berjalan lancar secara alamiah, sehingga reformasi bisa mengantarkan kepada masyarakat madani yang diidamkan. Dan, kunci sukses guna menjaga kesucian cita-cita reformasi ini adalah sabar.
Karena posisi kunci inilah, maka kesabaran menjadi amat penting untuk senantiasa dibina. Barangkali orang bisa berdalih bahwa sabar ada batasnya, artinya ishbirru (sabar) semata tidaklah cukup. Oleh karena itu Alquran dalam surat Ali Imran ayat 200 tersebut telah menasihatkan, ketika masalah itu datangnya bertubi-tubi, maka di situlah wajib bagi setiap orang untuk washoobiruu (menguatkan kesabaran).
Jadi, meski bagaimanapun kalutnya situasi, siapa pun tak dibenarkan bertindak di luar hukum, apalagi dengan dalih "kesabaran ada batasnya dan sekarang sudah habis". Menurut tuntunan ayat Alquran di atas, ketika kesabaran akan habis (menurun), maka ia harus segera dikuatkan. Hal ini tak boleh diabaikan, dan untuk itulah setiap orang hendaknya senantiasa waraabituu (bersiap siaga). Sebab, sekali saja satu urusan kebablasan akibat terpancing emosi, bisa berakibat fatal terhadap kehidupan pribadi, kelompok, atau bahkan bangsa dan negara.
Kata ulama, jika seseorang ingin sukses dunia maka dia harus sabar, dan jika seseorang ingin sukses akhirat maka dia harus sabar, dan jika seseorang ingin sukses dunia dan akhirat maka dia harus sabar. Maha Besar Allah dengan firman-Nya, ".... Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar, (QS 2:153). Wallahu A'lam. ahi
By Husin M Al-Banjari
Kamis, 16 Juli 2009 pukul 13:21:00
Republika Online
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar